Anda di halaman 1dari 51

DAFTAR ISI

LENBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
RINGKASAN
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
I. PENDAHULUAN .........................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................
C. Tujuan ......................................................................................
D. Kegunaan .................................................................................
E. Hipotesis...................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
A. Landasan Teoritis......................................................................
B. Hasil Penelitian Terdahulu.......................................................
C. Kerangka Berfikir.....................................................................
III. METODOLOGI .............................................................................
A. Waktu dan Tempat ...................................................................
B. Batasan Operasional.................................................................
C. Pelaksanaan Kajian...................................................................
D. Prosedur Pelaksanaan ..............................................................
E. Pengumpulan Data ...................................................................
F. Analisis Data ............................................................................
IV. DESKRIPSI WILAYAH PENGKAJIAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .........................................................................................
B. Pembahasan .............................................................................
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..............................................................................
B. Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang mengalami
pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi
(Sihaloho, 2009). Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di
Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di
dalam negeri maupun luar negeri dan juga sebagian besar produksi kopi di
Indonesia merupakan komoditas perkebunan yang dijual ke pasar dunia.
Kopi (Coffea Sp) merupakan komoditas eksport yang mempunyai nilai
ekonomis relatif tinggi. Kopi adalah satu komoditas unggulan yang dikembangkan
di Indonesia seperti Jawa Barat, Sumatra, Bali dan sebagainya. Kopi banyak
diperdagangkan di dunia karena dapat diolah menjadi minuman yang memiliki
cita rasa dan aroma yang khas. Kandungan senyawa yang terdapat pada kopi
adalah kafein yang bermanfaat untuk membantu penyegaran tubuh,
menghilangkan rasa kantuk dan merangsang kinerja otak.
Kecamatan Sipirok salah satu kecamatan terdekat dengan ibu kota
Kabupaten daerah Tapanuli Selatan dengan jarak ± 10 Km / Jarak tempuh 15
menit. Luas wilayah kecamatan sipirok 55.56.5 Ha Dengan jumlah penduduk
pada tahun 2017 35.529 jiwa terdiri dari laki laki 16,419 perempuan 19,110 jiwa
dan penduduk tersebut mata pencariannya pada umumnya bergerak di bidang
pertanian yang tersebar di 34 desa dan 6 kelurahan (Programa Kec. Sipirok,
2019). Luas Panen dan Produksi Perkebunan kopi 633,50 Ha dengan 199,50 Ton
hasil produksi pertahunnya (BPS Sipirok, 2018).
Akhir-akhir ini permintaan pasar terhadap kopi terus meningkat seiring
kebutuhan pasar dunia yang senantiasa membutuhkannya dalam jumlah cukup
besar, namun permintaan yang tinggi ini tidak diimbangi dengan ketersediaan,
sehingga mengakibatkan permintaan tersebut menjadi tidak terpenuhi. Dengan
demikian upaya untuk peningkatan kuantitas hasil sangat perlu untuk dilakukan.
Pupuk merupakan salah satu komponen penting dalam menentukan
keberhasilan suatu usaha pertanian, baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
Pupuk merupakan salah satu input utama dalam meningkatkan produksi pertanian.
Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah. Dengan
mengandalkan sediaan hara dari tanah asli saja, tanpa penambahan hara, produk
pertanian akan semakin merosot. Hal ini disebabkan ketimpangan antara pasokan
hara dan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan
berkurang karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan
permukaan, erosi atau penguapan. Pengelolaan hara terpadu antara pemberian
pupuk dan pembenah akan meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta
menjaga mutu tanah agar tetap berfungsi secara lestari. Penggunaan pupuk yang
berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman telah terbukti mampu meningkatkan
produktivitas 30-40% pendapatan petani (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2004).
Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas produksi yang di hasilkan. Manfaat pupuk adalah
menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk
mendukung pertumbuhan tanaman. Menurut (Marsono dan Lingga, 2005),
sedangkan pemupukan yang tidak tepat menyebabkan pupuk terbuang percuma,
tidak mencapai sasaran sehinnga unsur hara dalam tanah tidak mencukupi.
Sehingga kerugian pada tanaman yaitu tanaman menjadi tidak sehat dan mudah
terserang penyakit sehingga hasil produksi rendah (Marsono dan Sigit, 2005).
Produksi kopi arabika yang tinggi sangat ditentukan oleh ketersediaan
bahan tanaman (bibit) yang baik dan sehat serta pemupukan berimbang Oleh
karena itu pemupukan sangat diperlukan untuk meninglatkan kuantitas hasil
panen. Berdasarkan analisis keadaan di Kecamatan Sipirok petani yang
melakukan pemupukan berimbang pada tanaman kopi arabika masih sebesar 50 %
dan diharapkan 65% petani melakukan pemupuk secara rutin dengan pemupukan
berimbang. Keadaan ini tergolong kategori sedang dan perlu di tigkatkan
(Programa Kec. Sipirok, 2019)
Berdasarkan permasalahan di atas penulis melakukan pengkajian dengan
judul “Motivasi Petani Dalam Menerapkan Pemupukan Berimbang Untuk
Peningkatan Produksi Pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Di
Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan” guna memenuhi usulan Tugas
Akhir.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal di atas maka ada beberapa masalah, antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat motivasi petani dalam melakukan pemupukan
berimbang pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabika L.) di
Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan ?
2. Bagaimana hubungan faktor internal dan eksternal dengan motivasi
petani dalam melakukan pemupukan berimbang pada Tanaman Kopi
Arabika (Coffea arabica L.) Di Kecamatan Sipirok, Kabupaten
Tapanuli Selatan ?

C. Tujuan
Dari identifikasi masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji tingkat motivasi petani dalam melakukan pemupukan
berimbang Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Di Kecamatan
Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan.
2. Untuk mengkaji hubungan faktor internal dan eksternal dengan
motivasi petani dalam melakukan pemupukan berimbang pada
Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Di Kecamatan Sipirok,
Kabupaten Tapanuli Selatan

D. Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti, hasil pengkajian ini sangat bermanfaat untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang perkebunan.
2. Sebagai bahan referensi dan tambahan pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah pemberian motivasi dalam melakukan
pemupukan berimbang.
3. Bagi Peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan tambahan informasi dan
pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan pengkajian selanjutnya.
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini antara lain :
1. Diduga tingkat motivasi petani dalam melakukan pemupukan
berimbang Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Di Kecamatan
Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan masih tergolong rendah
2. Diduga adanya hubungan yang signifikan antara faktor internal dan
eksternal dengan motivasi petani dalam melakukan pemupukan
berimbang pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Di
Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. LandasanTeoritis
1. Motivasi
Motivasi diartikan sebagai faktor-faktor yang mengaruh dan mendorong
perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu keinginan yang
dinyatakan dalam bentuk usaha keras atau lemah. Motivasi adalah sesuatu
kekuatan potensial yang ada di dalam diri seseorang manusia, yang dapat
dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan dari luar yang
pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan non moneter, yang dapat
mempengaruhi hasil kinerja secara positif atau secara negative (Winardi, 2004).
Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak.
Berdasarkan pada kata dasarnya motif, motivasi yang ada pada seseorang
merupakan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan - kegiatan tertentu guna mencapai tujuannya (Hasibuan,
2010). Motivasi diartikan juga sebagai suatu kekuatan sumber daya yang
menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia. Motivasi sebagai upaya
yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu
tindakan yang dikehendaki, sedangkan motif sebagai daya gerak seseorang untuk
berbuat, karena perilaku seseorang cenderung berorientasi pada tujuan dan
didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat,
tekanan, atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau sekelompok
orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
Dalam arti kognitif, motivasi diasumsikan sebagai aktivitas individu untuk
menentukan kerangka dasar tujuan dan penentuan perilaku untuk mencapai tujuan
itu. Dalam arti afektif, motivasi bermakna sikap dan nilai dasar yang dianut oleh
seseorang atau sekelompok orang untuk bertindak atau tidak bertindak
(Danim. 2012). Kekuatan, dorongan, kebutuhan, tekanan, dan mekanisme
psikologi yang dimaksud diatas merupakan akumulasi dari faktor faktor internal
dan eksternal. Faktor internal bersumber dari dalam diri individu itu sendiri,
sedangkan faktor eksternal bersumber dari luar individu.
Faktor internal dapat disebut akumulasi aspek-aspek internal individu,
seperti kepribadian, inteligensi, ciri-ciri fisik, kebiasaan, kesadaran, minat, bakat,
kemauan, spirit, antusiasme dan sebagainya. Faktor eksternal bersumber sebagai
lingkungan, apakah itu lingkungan fisik, sosial, tekanan dan regulasi
keorganisasian (Danim. 2012).
Menurut Uno (2016), motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam
diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapai sehingga
dengan adanya motivasi pencapaian tujuan akan lebih terarah.
Sedangkan menurut Maslow (2010), motivasi didasari oleh kebutuhan
seseorang. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow (Maslow’s Need Hierarchy Theory)
merupakan teori yang banyak dianut orang. Teori ini beranggapan bahwa tindakan
manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan.
Adapun hierarki kebutuhan menurut Maslow adalah sebagai berikut :

1) Kebutuhan fisiologis (Physiology Needs), adalah kebutuhan yang


paling utama yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup seperti
makan, minum, tempat tinggal dan bebas dari penyakit. Selama
kebutuhan ini belum terpenuhi maka manusia tidak akan tenang dan
dia akan berusaha untuk memenuhinya. Kebutuhan dan kepuasan
biologis ini akan terpenuhi.
2) Kebutuhan keselamatan dan keamanan (Safety and security Needs),
yaitu kebutuhan akan kebebasan dari ancaman jiwa dan harta, baik di
lingkungan tempat tinggal mapun tempat kerja. Merupakan tangga
kedua dalam susunan kebutuhan.
3) Kebutuhan sosial (Affiliation or acceptance Needs), yaitu kebutuhan
akan perasaan untuk diterima oleh orang lain di lingkungan tempat
tinggal dan tempat kerja, kebutuhan akan dihormati, kebutuhan akan
perasaan maju dan tidak gagal, kebutuhan akan ikut serta.
4) Kebutuhan akan penghargaan (Esteem or Status Needs), yaitu
kebutuhan akan penghargaan diri atau penghargaan prestise dari orang
lain.
5) Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization Needs), yaitu realisasi
lengkap potensi seorang secara penuh. Untuk pemenuhan kebutuhan
ini biasanya seorang bertindak bukan atas dorongan orang lain, tetapi
atas kesadaran dan keinginan diri sendiri.
Maslow selanjutnya menegaskan bahwa kebutuhan yang diinginkan
seseorang itu berjenjang, artinya jika kebutuhan yang pertama terpenuhi,
kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi yang utama. Selanjutnya jika
kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi, muncul kebutuhan tingkat ketiga dan
seterusnya sampai kebutuhan tingkat kelima.

2. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Motivasi


Gerungan (2004), menyatakan bahwa faktor yang menggerakkan seseorang
itu dipengaruhi oleh beberapa hal yakni baik yang datang dari dalam (intern)
maupun dari luar (ekstern). Motivasi internal merupakan kekuatan yang
mendorong individu untuk melakukan kegiatan tertentu yang didasarkan pada
keinginan dan kebutuhan individu itu sendiri. Sedangkan motivasi eksternal
adalah motivasi yang timbul karena adanya dorongan atau pengaruh dari pihak –
pihak luar. Dorongan yang dimaksud merupakan keadaan ketidakseimbangan
dalam diri seseorang karena pengaruh dari dalam maupun dari luar yang dapat
terbentuk secara personal, sosial, dan kelompok.
Adapun faktor internal dan eksternal motivasi petani antara lain :
a. Umur
Umur merupakan salah satu faktor penentu cepat atau tidaknya daya
tangkap seseorang terhadap sesuatu. Umur seseorang dapat mempengaruhi
kondisi tubuh seseorang tersebut, karena secara fisiologis kondisi fisik dan
ketahanan tubuh seseorang cenderung menurun sesuai dengan pertambahan usia.
Berkaitan dengan hal tersebut, pekerja yang memiliki umur lanjut akan lebih baik
jika mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu berat, agar dapat melaksanakan
pekerjaan dengan lebih optimal (Harpani,2018).
b. Pendidikan Non formal
Pendidikan nonformal merupakan pendidikan diluar sekolah dan bersifat
fleksibel. Pendidikan nonformal dilaksanakan oleh lembaga-lembaga kursus dan
pelatihan di masyarakat. Tingkat pendidikan manusia umumnya menunjukkan
daya kreatifitas manusia dalam berfikir dan bertindak. Pendidikan rendah
mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam
yang tersedia.
c. Pendidikan Non formal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang seperti kursus dan
pelatihan (Amilia, 2017). sistem pendidikan nonformal yang tidak sekedar
memberikan penerangan atau menjelaskan tetapi berupaya untuk mengubah
perilaku sasarannya agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusahatani yang
luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap
inovasi informasi baru serta terampil melaksanakan kegiatan.
d. Pengalaman
Menurut Soekartawi (2003), pengalaman seseorang dalam berusahatani
berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama betani
akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula. Petani yang sudah
lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian
dengan penerapan teknologi. Pengalaman merupakan salah satu hasil yang
diperoleh manusia melalui interaksi yang dilakukan dengan lingkungan
(Darmawan, 2013).
e. Luas Lahan
Petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah dalam
menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula halnya dengan penerapan adopsi
inovasi daripada yang memiliki lahan sempit. Hal ini dikarenakan keefisienan
dalam penggunaan sarana produksi (Kusuma, 2006). Mardikanto (2007)
menyatakan bahwa luas sempitnya lahan sawah yang dikuasai petani akan sangat
menentukan besar kecilnya pendapatan petani. Luas lahan yang diusahakan relatif
sempit seringkali menjadi kendala untuk mengusahakan secara lebih efisien.
Dengan keadaan tersebut, petani terpaksa melakukan kegiatan diluar usahataninya
untuk memperoleh tambahan pendapatan agar mencukupi kebutuhan keluarganya.
f. Pendapatan
Pendapatan merupakan timbal balik jasa pengolahan lahan, tenaga kerja,
modal yang dimiliki petani untuk usahanya. Kesejahteraan petani dapat meningkat
apabila pendapatan petani lebih besar daripada pengeluarannya, tetapi diimbangi
jumlah produksi yang tinggi dan harga yang baik (Hernanto, 2009).
g. Ketersediaan Modal
Modal usaha yang digunakan petani dalam berusahatani dapat berasal dari
dirinya sendiri maupun pinjaman dari pihak lain, seperti pada pedagang dan
lembaga keuangan baik koperasi maupun bank yang berada di tingkat desa atau
kecamatan.
h. Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Menurut Mardikanto (2009), pelaksanaan perubahan usaha tani akan selalu
membutuhkan tersedianya sarana produksi dalam bentuk jumlah, mutu, dan waktu
yang tepat. Petani tidak mempunyai kemampuan untuk mengubah keadaan
usahataninya sendiri. Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik secara langsung
dalam bentuk bimbangan dan pembinaan usaha maupun tidak langsung dalam
bentuk intensif yang dapat mendorong petani, menerima hal-hal baru,
mengadakan tindakan perubahan. Bentuk-bentuk intensif ini seperti jaminan
tersedianya sarana produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup,
mudah dapat dicapai harganya, dapat dipertimbangkan dalam usaha, dan selalu
dapat diperoleh secara kontiniu.

3. Petani
petani sebagai unsur usaha tani memegang peranan yang penting dalam
pemeliharaan tanaman atau ternak agar dapat tumbuh dengan baik, ia berperan
sebagai pengelola usaha tani. Petani sebagai pengelola usaha tani berarti ia harus
mengambil berbagai keputusan di dalam memanfaatkan lahan yang dimiliki atau
disewa dari petani lainnya untuk kesejahteraan hidup keluarganya. Petani yang
dimaksud dalam hal ini adalah orang yang bercocok tanam hasil bumi atau
memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.
(Rodjak, 2006)
Menurut Mardikanto (2009), pelaku utama usahatani adalah para petani dan
keluarganya, yang selain sebagai jurutani, sekaligus sebagai pengelola usahatani
yang berperan dalam memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya (faktor-faktor
produksi) demi tercapainya peningkatan dan perbaikan mutu produksi, efisiensi
usahatani serta perlindungan dan pelestarian sumberdaya alam berikut lingkungan
hidup yang lain.
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian
atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang
meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut.
Peranan petani sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan
dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang diketahui (Hernanto, 1994).
4. Tanaman Kopi Arabika
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Konsumsi kopi
dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari
spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia.
Namun, kopi baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut
dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab,
melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Klasifikasi Tanaman Kopi sebagai berikut :
Kingdom : Plantea
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Gentianacea
Familia : Rubiaceae
Genus : Coffea
Species : Coffea arabica L

Tanaman kopi yang tersebar di wilayah Indonesia khususnya pulau Jawa


yakni kopi dari varietas kopi arabika (Coffea Arabica L) yang memiliki kontribusi
pasokan kopi nasional yakni 2% (AEKI, 2013). Untuk berbunga dan
menghasilkan buah, tanaman kopi arabika membutuhkan periode kering selama 4-
5 bulan dalam setahun. Biasanya pohon arabika akan berbunga di akhir musim
hujan. Bila bunga yang baru mekar tertimpa hujan yang deras akan menyebabkan
kegagalan berbuah. Tanaman ini menyukai tanah yang kaya dengan kandungan
bahan organik.
Kopi Arabika berbentuk semak tegak atau pohon kecil yang memiliki
tinggi 5 m sampai 6 m dan memiliki diameter 7 cm saat tingginya setinggi dada
orang dewasa. Kopi Arabika dikenal oleh dua jenis cabang, yaitu orthogeotropic
yang tumbuh secara vertikal dan plagiogeotropic cabang yang memiliki sudut
orientasi yang berbeda dalam kaitannya dengan batang utama. Selain itu, kopi
Arabika memiliki warna kulit abu - abu, tipis, dan menjadi pecah - pecah dan
kasar ketika tua (Hiwot, 2011).
Daun kopi Arabika juga merupakan daun sederhana dengan tangkai yang
pendek dengan masa pakai daun kopi Arabika adalah kurang dari satu tahun.
Pohon kopi Arabika memiliki susunan daun bilateral, yang berarti bahwa dua
daun tumbuh dari batang berlawanan satu sama lain (Roche dan Robert, 2007).
Bunga kopi Arabika memiliki mahkota yang berukuran kecil, kelopak
Bunga berwarna hijau, dan pangkalnya menutupi bakal buah yang
mengandung dua bakal biji. Benang sari pada bunga ini terdiri dari 5-7 tangkai
yang berukuran pendek. Kopi Arabika umumnya akan mulai berbunga setelah
berumur ± 2 tahun. Mula -mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak
pada batang utama atau cabang reproduksi. Bunga yang jumlahnya banyak akan
keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari
kuncup -kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi
kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara
serempak dan bergerombol (Budiman, 2012).
Buah tanaman kopi terdiri atas daging buah dan biji. Daging buah terdiri
atas tiga lapisan, yaitu kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp) dan
lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tapi keras. Buah kopi umumnya
mengandung dua butir biji, tetapi kadang – kadang hanya mengandung satu butir
atau bahkan tidak berbiji (hampa) sama sekali (Budiman, 2012).
Biji kopi terdiri atas kulit biji dan lembaga. Lembaga atau sering disebut
endosperm merupakan bagian yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk
membuat kopi (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Tanaman kopi Arabika memiliki
akar tunggang yang memiliki panjang ± 45 – 50 cm. Pada akar tunggang ini
terdapat empat sampai delapan akar samping yang menurun ke bawah sepanjang 2
– 3 meter (akar vertical aksial). Selain itu, banyak akar samping (akar lateral) juga
yang tumbuh secara horizontal yang memiliki panjang 2 meter berada pada
kedalaman 30 cm dan bercabang merata masuk ke dalam tanah lebih dalam lagi,
di dalam tanah yang sejuk dan lembab, dibawah permukaan tanah, akar cabang
tadi bisa berkembang lebih baik. Sedang di dalam tanah yang kering dan panas,
akar akan berkembang ke bawah (Budiman, 2012).
5. Pupuk
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,
kimia, atau biologi tanah, sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan
tanaman. (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut,
agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau
terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat
diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun.

a. Jenis – jenis Pupuk


1) Pupuk Makro
Pupuk makro adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam kadar cukup
banyak untuk menunjang pertumbuhannya. Pupuk makro bisa disebut sebagai
pupuk utama yang wajib untuk diberikan karena kekurangan pupuk ini
dampaknya sangat fatal. Jenis unsur hara yang termasuk pupuk makro adalah N
(Nitrogen), P (Phospat), K (Kalium), Mg (Magnesium), S (Sulfur), dan Ca
(Kalsium). Pada aplikasinya sendiri unsur N,P,K harus lebih banyak ketimbang
unsur Mg, S, dan Ca yang bisa diberikan seperlunya saja.
2) Pupuk Mikro
Pupuk mikro merupakan plant activator (senyawa esensial) yang
dibutuhkan tanaman untuk menyeimbangkan proses metabolisme serta
mengaktifkan sekaligus mengatur senyawa kimia dalam jaringan tanaman.
Disebut pupuk mikro karena kebutuhan tanaman akan unsur mikro memang
sangatlah sedikit. Namun bukan berarti tidak penting. Tidak adanya salah satu
unsur hara mikro saja bisa menyebabkan berbagai kondisi perkembangan
abnormal pada tanaman. Contoh pupuk mikro adalah B, Cl, Zn, Mn, Fe, Cu, Ni,
dan Mo. Untuk level lebih kecil lagi (benefit esensial) adalah termasuk Al, Cobalt,
Selenium, Silicon, Sodium dan Vanadium.
6. Pemupukan
Strategi pemupukan memerlukan peranan dari tiga pihak yang terkait, yaitu
pemerintah, pembuat rekomendasi, dan pengusaha perkebunan. Pemerintah
berperan sebagai pembuat kebijakan dalam menetapkan harga pupuk, pengadaan
dan pengaturan jalur pemasaran pupuk. Pembuat rekomendasi biasanya dilakukan
oleh balai penelitian atau bagian dari departemen penelitian dan pengembangan
yang ada didalam perusahaan perkebunan besar. Rekomendator menentukan
dosis, jenis, waktu, cara aplikasi dan sasaran. Sementara peran pengusaha
perkebunan dalam strategi pemupukan yang baik berupa aspek perencanaan dan
pelaksanaan pemupukan yang sesuai dengan anjuran rekomendasi.
Keberhasilan pemupukan sangat ditentukan oleh logistik (pengadaan pupuk
tepat waktu), infrastruktur kebun (jalan, jembatan, titi pasar tikus, rintis, dan
kebersihan piringan) sarana transportasi, dosis pupuk, serta keterampilan tenaga
penabur pupuk (Lubis dan Agus, 2011).
Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK (berupa campuran Urea, TSP,
dan KCl) masingmasing ½ dari dosis 100 gr Urea, 50 gr TSP, dan 50 gr KCl, pada
saat tanaman berumur 2 tahun. Setelah tanaman berumur 3-4 tahun, tinggi
tanaman mencapai 150 cm dilakukan pemangkasan 30 cm dari pucuk, bila tanah
kurang subur diperpanjang pemangkasannya menjadi 4050 cm dari pucuk.
Tujuan pemupukan adalah untuk menjaga daya tahan tanaman,
meningkatkan produksi dan mutu hasil serta menjaga agar produksi stabil tinggi.
Seperti tanaman lainnya, pemupukan secara umum harus tepat waktu, dosis dan
jenis pupuk serta cara pemberiannya. Semuanya tergantung kepada jenis tanah,
iklim dan umur tanaman. Pemberian pupuk dapat diletakkan sekitar 30-40 cm dari
batang pokok. Berikut pedoman pemberian dosis pemupukan kopi dapat di lihat
pada tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Pedoman Dosis Pemupukan Kopi

Umur Awal musim hujan (gram/tahun) Akhir musim hujan (gram/tahun)


tanaman Urea SP36 KCL Kieserite Urea SP36 KCL Kieserite
(tahun)
1 20 25 15 10 20 25 15 10
2 50 40 40 15 50 40 40 15
3 75 50 40 25 75 50 50 25
4 100 50 50 35 100 50 70 35
5 - 10 150 80 100 50 150 80 100 50
> 10 200 100 125 70 200 100 125 70
Sumber : Puslitkoka, 2006

B. Hasil Penelitian Terdahulu


Dalam pengkajian ini terdapat beberapa hal yang terkait dengan penelitian
sebelumnya yang di lakukan peneliti sebelumnya. Hasil-hasil penelitian ini sangat
relevan sebagai referensi atau pembangding, karena terdapat bebearpa kesamaan
prinsip, walaupun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Penggunaan hasil-hasil
penelitian sebelumnya ini akan memberi gambaran antara lain :
Amiruddin Saleh (2010) dengan judul “Motivasi Petani Dalam
Menerapkan Teknologi Produksi Kakao Di Kecamatan Sirenja, Sulawesi Selatan”
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi petani dalam menerapkan
teknologi produksi kakao, mengidentifikasi penerapan teknologi produksi kakao
di tingkat petani, menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi
petani dalam menerapkan teknologi produksi kakao, dan menganalisis hubungan
motivasi petani dengan penerapan teknologi produksi kakao. Faktor internal
petani guna meningkatkan motivasi petani dalam menerapkan teknologi produksi
kakao adalah luas lahan garapan dan akses informasi, sedangkan faktor
eksternalnya adalah ketersediaan sarana dan prasarana serta sifat inovasi yang
berkaitan dengan kompleksitas teknologi. Motivasi intrinsik berhubungan sangat
nyata dengan tingkat penerapan teknologi produksi kakao, semakin tinggi
motivasi petani semakin tinggi tingkat penerapan teknologi produksi kakao.
Lailida (2014) dengan judul “Motivasi Petani Dan Strategi Pengembangan
Usahatani Kopi Arabika Rakyat Di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso” tujuan penelitian ini (1) Untuk mengetahui tingkat motivasi petani
kopi arabika rakyat dalam berusahatani kopi di Kecamatan Sumber Wringin , (2)
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat motivasi petani
kopi arabika rakyat dalam berusahatani kopi di Kecamatan Sumber Wringin. Data
penelitian ini di peroleh dari metode teori expectancy (teori harapan) yang
dikemukakan oleh Victor H. Vroom yakni menggunakan pendekatan dengan
analisis statistik dengan tabulasi skor dilakukan secara kualitatif yang
dikuantitatifkan melalui metode skala Likert.
M. Wahyu Septiadi Putra (2019) dengan judul “Motivasi Petani Dalam
Penerapan Pemupukan Berimbang Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq) Belum Menghasilkan di Kecamatan Selesai” Tujuan penelitian
ini adalah (1) untuk mengetahui tingkat motivasi petani dalam penerapan
pemupukan berimbang pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan di
Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat, (2) faktor apa saja yang mempengaruhi
tingkat motivasi petani dalam penerapan pemupukan berimbang pada tanaman
kelapa sawit belum menghasilkan di Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
Metode pengumpulan data yaitu observasi, dokumentasi dan wawancara
menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitasnya, sementara
metode analisis data menggunakan skala likert dan linier berganda dengan
bantuan SPSS for windows 24.

C. Kerangka Pikir
Setiap orang pastinya mempunyai dasar dalam melakukan tindakan untuk
memenuhi tujuan yang diinginkan. Motivasi timbul karena adanya kekurangan
suatu kebutuhan yang diinginkan, sehingga menyebabkan seseorang bertindak
atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Motivasi merupakan salah satu hal
yang penting dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas dalam suatu usaha
yang kita lakukan.
Judul
motivasi petani dalam melakukan pemupukan berimbang pada Tanaman Kopi
Arabika (Coffea arabica L.) Di Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan

Tujuan
Untuk mengkaji tingkat motivasi petani dalam melakukan pemupukan berimbang Tanaman Kopi
Arabika (Coffea arabica L.) Di Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Untuk mengkaji hubungan faktor internal dan eksternal dengan motivasi petani dalam melakukan
pemupukan berimbang pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Di Kecamatan Sipirok,
Kabupaten Tapanuli Selatan

Identifikasi Masalah
1. Bagaimana tingkat motivasi petani dalam melakukan pemupukan berimbang pada
Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabika L.) di Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli
Selatan ?
2. Bagaimana hubungan faktor internal dan eksternal dengan motivasi petani dalam
melakukan pemupukan berimbang pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Di
Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan ?

Variabel X Variabel Y
Faktor internal :
Motivasi (Y) petani
 Umur dalam Pemupukan
 Pendidikan formal berimbang tanaman kopi
 Pendidikan Non Formal
 Pendapatan
Faktor eksternal :
 Ketersediaan Sarana & Prasarana Hasil Pengkajian
 Ketersediaan Modal

Rencana Tindak Lanjut

Gambar 1. Kerangka Pikir Motivasi Petani Dalam Menerapkan Pemupukan


Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman Kopi
Arabika (Coffea arabica L.) Di Kecamatan Sipirok, Kabupaten
Tapanuli Selatan
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Penugasan akhir (TA) yang akan direncanakan pada 15 Maret – 15 Mei
2020 di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara.
Pemilihan lokasi pengkajian ini dilakukan secara purposive yaitu dengan cara
sengaja karena pertimbangan tertentu. Pengkajian ini dilakukan di Kecamatan
Sipirok karena merupakan Kecamatan yang memiliki perkebunanan kopi arabika
di Kabupaten Tapanuli Selatan.
B. Batasan Operasional
1. Defenisi Batasan Operasional
Batasan operasional adalah variabel yang digunakan dalam pengkajian
untuk membatasi ruang lingkup yang akan dikaji dalam pelaksanaan penelitian
yang akan dilakukan. Adapun batasan variabel yang akan digunakan dalam
pengkajian ini yaitu sebagai berikut :
a. Petani adalah orang yang bercocok tanam hasil bumi atau memelihara
ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik
lagi.
b. motivasi adalah dorongan dan tekanan yang menyebabkan seseorang
untuk melakukan suatu kegiatan dalam masyarakat untuk menerima
inovasi dipengaruhi oleh motivasi yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri kearah perubahan.
c. pemupukan adalah pemberian unsur hara apa tanaman untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sesuai 5T (tepat jenis,
tepat waktu, tepat dosis, tepat tempat dan tepat cara.
d. Tanaman Kopi merupakan salah satu dari delapan komoditas utama
perkebunan yang memiliki luas areal yang cukup besar serta menjadi
komoditas ekspor yang sangat menjanjikan, dimana hanya dua jenis
kopi yang banyak diusahakan yaitu kopi Robusta yang menguasai
mayoritas luas tanam kopi di Indonesia serta kopi Arabika.
e. Faktor internal (umur, pendidikan formal dan nonformal, pendapatan
petani ) merupakan karakteristik yang ada pada diri petani yang
meliputi :
1) Umur merupakan usia petani sampai pada saat dilakukan
pengkajian.
2) Pendidikan formal yaitu tingkat pendidikan yang ditempuh
petani pada bangku sekolah. Dalam pengkajian ini pendidikan
diperhitungkan berdasarkan ijazah terakhir yang dimilki petani.
3) Pendidikan Non Formal yaitu pendidikan yang dilaksanakan
oleh lembaga- lembaga pelatihan di luar dari pendidikan formal.
4) Pendapatan yaitu jumlah uang atau penghasilan seseorang dari
suatu kegiatan atau usaha seseorang yang berbentuk barang atau
jasa. Dalam pengkajian ini pendapatan dihitung dengan
besarnya pendapatan dalam Rupiah yang diperoleh petani dalam
1 bulan.
f. Faktor eksternal (ketersedian sarana dan parasarana produksi serta
ketersediaan modal petani)
1) Ketersediaan sarana dan prasarana adalah dimilikinya uang
untuk kelancaran dalam melakukan pemupukan, baik yang
bersumber dari milik sendiri maupun hasil pinjaman.
2) Ketersediaan modal adalah dimilikinya uang untuk kelancaran
dalam melakukan pemupukan, baik yang bersumber dari milik
sendiri maupun hasil pinjaman.
1. Pengukuran Variabel
Berdasarkan batasan operasional dari masing masing variabel, selanjutnya
masing – masing variabel tersebut akan di uraikan sesuai dengan indicator dan
kriteria yang ditentukan, kemudian dilakukan penyekoran dari kriteria – kriteria
yang ada tersebut, menggunakan skala Likert. Berikut Pengukuran Variabel faktor
internal dan ekternal petani dalam melakukan pemupukan berimbang tanaman
kopi arabika dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Pengukuran Variabel Faktor Internal Dan Ekternal Petani Dalam


Melakukan Pemupukan Berimbang Tanaman Kopi Arabika
Variabel Indikator Kriteria Skor
Variabel Internal
Bagaimana kemampuan a.Sangat Tinggi
Bapak/Ibu dalam melakukan b.Tinggi
pemupukan pada tanaman c. Sedang
kopi diusia saat ini? d.Rendah
e. Sangat Rendah
Bagaimana semangat a. Sangat Tinggi
Bapak/Ibu dalam b.Tinggi
menerapkan pemupukan pada c. Sedang
tanaman kopi diusia saat ini? d.Rendah
e. Sangat Rendah
Umur (X1) Bagaimana tingkat a. Sangat Tinggi
penerimaan informasi b.Tinggi
Bapak/Ibu tentang c. Sedang
pemupukan pada tanaman d.Rendah
kopi diusia saat ini? e. Sangat Rendah
Bagaimana motivasi a. Sangat Tinggi
Bapak/Ibu dalam melakukan b.Tinggi
pemupukan berimbang pada c. Sedang
tanaman kopi di usia saat ini? d.Rendah
e. Sangat Rendah
Dengan pendidikan a. Sangat Setuju
Bapak/Ibu peroleh b. Setuju
mempermudah untuk c. Ragu-Ragu
memahami penerapan d. Tidak setuju
pemupukan pada tanaman e. Sangat Tidak
kopi setuju
Dengan pendidikan yang a. Sangat Tinggi
Pendidikan Bapak/Ibu miliki motivasi b.Tinggi
Formal (X2) Bapak/Ibu dalam melakukan c. Sedang
pemupukan berimbang pada d.Rendah
tanaman kopi . e. Sangat Rendah
Pengaruh pendidikan saya saat a. Sangat Tinggi
ini terhadap motivasi saya b.Tinggi
dalam melakukan pemupukan c. Sedang d.Rendah
berimbang pada tanaman e. Sangat Rendah
Kopi.
Seberapa seringkah Bapak/Ibu a. Selalu ( > 9 kali)
mengikuti Kegiatan b.Sering (7-9 kali)
penyuluhan dalam 1 tahun c. Kadang (4-6 kali)
d.Jarang (1-3 kali)
e. Tidak pernah
Bagaimana pemahaman a. Sangat Tinggi
Bapak/Ibu setelah melakukan b. Tinggi
pelatihan terhadap c. Sedang
pemupukan pada tanaman d. Rendah
Pendidikan e. Sangat Rendah
kopi
Non Formal a. Sangat Setuju
Dari pelatihan yang
(X3) b. Setuju
Bapak/Ibu jalankan apakah
dapat merubah pola pikir c. Ragu-ragu
Bapak/Ibu mengenai d. Tidak Setuju
pemupukan berimbang e. Sangat Tidak
Setuju
Kegiatan penyuluhan a. Sangat setuju
mempengaruhi motivasi saya b. Setuju
dalam meningkatkan produksi c. Ragu-ragu
tanaman kopi d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
Pendapatan Besarnya pendapatan yang a. > 4 juta
(X5) bapak/ibu peroleh dalam b. 3-4 juta
budidaya tanaman kopi. c. 2-3 juta
d. 1-2 juta
e. <1 juta
Dengan pendapatan bapak/ibu a. Sangat setuju
saat ini, Dapatkah memotivasi b. Setuju
bapak/ibu dalam melakukan c. Ragu-ragu
pemupukan pada tanaman kopi. d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
Dengan pendapatan bapak/ibu a. Sangat setuju
saat ini,apakah mempengaruhi b. Setuju
semangat kerja bapak/ibu c. Ragu-ragu
dalam melakukan pemupukan d. Tidak setuju
berimbang kopi.
e. Sangat tidak
setuju
Berapakah jumlah pendapatan a. > 4 juta
Bapak/Ibu/Saudara/I dari usaha b. 3-4 juta
lainnya (sampingan) per c. 2-3 juta
bulannya d. 1-2 juta
e. <1 juta
Sarana dan Dalam memulai usahatani, a. Sangat setuju
Prasaran sarana dan prasarana adalah hal b. Setuju
Produksi (X6) utama yang bapak/ibu c. Ragu-ragu
perhatikan. d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju

Apakah Saprodi mudah a. Sangat setuju


didapatkan oleh petani b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
Kemudahan dalam a. Sangat setuju
mendapatkan pupuk b. Setuju
berpengaruh terhadap c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
semangat petani dalam
e. Sangat tidak
meningkatkan produksi kopi setuju
Pada saat pemupukan apakah a. Tersedia dan
Bapak/Ibu/Saudara/I lengkap
memiliki alat takar yang tepat b. Tersedia tidak
dosis, cangkul, karung, ember lengkap
dan alat pengukur c. Ragu-ragu
d. Tidak lengkap
e. Tidak ada sama
sekali
Ketersediaan Darimanakah sumber modal a. Modal sendiri
modal (X8) Bapak/Ibu/Saudara/I untuk b. Pinjam kesaudara
membeli pupuk yang c. Pinjam kerentenir
d. Pinjam dengan
dibutuhkan ?
bunga rendah
e. Pinjam dengan
bunga yang tinggi
Apakah Bapak/Ibu/Saudara/I a. Tidak pernah
pernah diberi pinjaman dari sama sekali
agen pengumpul? b. Diberi Pinjaman
dengan syarat panen
harus dijual ke agen
tersebut
c. Diberi Pinjaman,
tapi, potong hasil
panen
d. Diberi pinjaman
tapi, harga jual rendah
e. Terkadang diberi
jika sudah mendesak
Kemudahan dalam a. Sangat setuju
melakukan pinjaman b. Setuju
berpengaruh terhadap c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
semangat petani dalam
e. Sangat tidak
meningkatkan produksi kopi setuju
Darimanakah sumber modal a. Modal sendiri
Bapak/Ibu/Saudara/I untuk b. Pinjam kesaudara
membeli pupuk yang c. Pinjam kerentenir
d. Pinjam dengan
dibutuhkan ?
bunga redah
e. Pinjam dengan
bunga yang tinggi
Variabel Indikator Kriteria skor
Variabel Y1
Pemupukan Dengan melakukan a. Sangat setuju
Berimbang pemupukan berimbang saya b. Setuju
kopi (Y) ingin memperoleh c. Ragu-ragu
pendapatan yang lebih tinggi. d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
Dengan melakukan a. Sangat setuju
pemupukan berimbang b. Setuju
tanaman kopi saya akan c. Ragu-ragu
menerima banyak keuntungan d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
Dengan tidak melakukan a. Sangat setuju
pemupukan berimbang saya b. Setuju
mengalami kerugian karena c. Ragu-ragu
hasil produksi yang rendah d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
Dengan melakukan a. Sangat setuju
pemupukan berimbang saya b. Setuju
tidak melanggar norma yang c. Ragu-ragu
berlaku d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju

C. Pelaksanaan Pengkajian
1. Persiapan Tugas Akhir Seperti :
a) Persyaratan Umum : dapat melaksanakan tugas akhir apabila telah
menyelesaikan perkuliahan dan lulus ujian semua mata kuliah
semester VII (Tujuh).
b) Survey Lapangan: sebelum melakukan penugasan akhir mahasiswa
melaksanakan survey lapangan guna menentukan topik tugas akhir.
2. Menetapkan Topik / Judul Tugas Akhir dan Dosen Pembimbing.
3. Penyusunan Proposal Tugas Akhir.
4. Seminar dan Revisi Proposal Tugas Akhir.
5. Menentukan Metode Tugas Akhir.
6. Pelaporan Tugas Akhir dan,
7. Seminar Hasil.

D. Prosedur Pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan pengkajian ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) untuk mencari
permasalahan yang akan dikaji,
2. Menetapkan judul pengkajian sesuai dengan permasalahan yang ada,
3. Melakukan penyusunan proposal pengkajian dan seminar proposal,
4. Melaksanakan pengkajian dengan kuesioner terhadap sampel yang
ditarik secara keseluruhan.
5. Melalui analisis data hasil pengkajian dengan menggunakan uji
validitas dan reliabilitas.
6. Penyusunan laporan hasil pengkajian yang disertai dengan seminar
hasil pengkajian tersebut.

E. Pengumpulan Data
1. Sumber data
Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan
informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan
fakta (siregar, 2013) Sumber data terbagi atas 2 yaitu:
a) Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneeliti
langsung dari informan, misalnya perorangan atau individu, melalui
teknik kuesioner dengan responden yang ditentukan menggunakan
daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai tujuan pengkajian, dan
pengamatan langsung.
b) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait, buku,
catatan, laporan, jurnal, yang ada kaitannya dengan penelitian ini serta
diperlukan untuk melengkapi data primer dalam penelitian.

2. Teknik Pengambilan Data


Menurut Sugiyono (2016), teknik pengambilan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam pengkajian, karena tujuan utama dari pengkajian
adalah mendapatkan data, tanpa mengetahui teknik pengambilan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. Terdapat dua hal yang menpengaruhi kualitas data hasil penelitian
yaitu, kualitas instrumen dan kualitas pengumpulan data.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengkajian ini
adalah :
a. Observasi, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan langsung dengan objek yang akan diteliti
sehingga diperoleh gambaran yang jelas.
b. Wawancara, teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab
langsung antara pengkaji dengan petani responden yang disertai
dengan pemberian kuesioner sebagai panduan yang telah disiapkan
sebagai alat ukur.
c. Kuesioner yaitu instrumen yang berisi pertanyaan atau pernyataan
yang relevan dengan variabel yang diamati berupa faktor-faktor yang
berhubungan dengan motivasi petani dalam melakukan pemupukan
berimbang.
d. Dokumentasi, teknik pencatatan data yang diperlukan tentang identitas
responden, faktor yang berhubungan, dan data pendukung dengan
mengutip dan mencatat sumber-sumber informasi baik itu dari petani
responden, pustaka, ataupun instansi yang terkait dengan pengkajian.
3. Populasi
Populasi adalah sekumpulan data yang mempunyai karakteristik yang
sama dan menjadi objek inferensi, Statistika inferensi mendasarkan diri pada dua
konsep dasar, populasi sebagai keseluruhan data, baik nyata maupun imajiner, dan
sampel, sebagai bagian dari populasi yang digunakan untuk melakukan inferensi
(pendekatan/penggambaran) terhadap populasi tempatnya berasal.
menurut Sugiyono (2013) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh kelompok tani
yamg memiliki lahan kopi yang luas dan melakukan pemupukan berimbang
tanaman kopi di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan. Berikut tabel 3.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 53 orang yang berada di 2 Desa di
Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan.

Tabel 3. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 53 orang yang berada
di 2 Desa di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan
No Desa Kelompok Tani Jumlah anggota petani
1 Pahae aek sagala Saroha 26
2 Sampean Mekar Sari II 27
Jumlah 53
Sumber:Data Daftar Kelompok tani 2019
4. Sampel
Ukuran sampel merupakan banyaknya sampel yang akan diambil dari
suatu populasi. Pengertian sampel menurut Sugiyono (2012) adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil
dari populasi tersebut harus betul-betul representative (mewakili).
Menurut Arikunto (2012) jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang,
maka jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih
besar dari 100 orang, maka bisa diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah
populasinya. Berdasarkan penelitian ini karena jumlah populasinya tidak lebih
besar dari 100 orang responden, maka penulis mengambil 100% jumlah
populasinya yang berjumlah 53 responden yang berada di 2 desa yang melakukan
pemupukan berimbang tanaman kopi di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli
Selatan.

F. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2014) Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dilakukan untuk mengolah data menjadi informasi, data akan
menjadi mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang
berkaitan dengan kegiatan penelitian. Data yang akan dianalisis merupakan data
hasil pendekatan survei penelitian dari penelitian lapangan dan penelitian
kepustakaan, kemudian dilakukan analisa untuk menarik kesimpulan. Adapun
urutan analisis yang dilakukan yaitu:
a. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara menyebarkan
kuesioner pada populasi yang telah ditentukan.
b. Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian menentukan alat
pengukuran yang digunakan untuk memperoleh data dari elemen-
elemen yang akan diselidiki. Dalam penelitian ini alat pengukuran
yang dimaksud adalah daftar penyusunan pernyataan atau kuesioner.
c. Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner ke kelompok tani yang di
pilih atau yang telah ditetapkan.
d. Ketika data tersebut terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data,
disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan uji statistik. Skala pengukuran merupakan
kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat
ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data kuantitatif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala
likert dengan ketentuan sebagai berikut :
Skala Keterangan Pernyataan Positif
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Kurang Setuju 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1

Mengacu pada ketentuan tersebut, maka jawaban dari setiap responden


dapat dihitung skornya yang kemudian skor tersebut ditabulasikan untuk
menghitung validitas dan reliabilitasnya.
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya
terjadi dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Validitas sebagai salah satu
derajat ketepatan atau keandalan pengukuran instrumen mengenai isi pertanyaan
(Sugiyono, 2012) Teknik uji yang digunakan adalah teknik korelasi melalui
koefisien korelasi Product Moment. Skor ordinal dari setiap item pertanyaan yang
diuji validitasnya dikorelasikan dengan skor ordinal keseluruhan item. Jika
koefisien korelasi tersebut positif, maka item tersebut dinyatakan valid, sedangkan
jika negatif maka item tersebut tidak valid dan akan dikeluarkan dari kuisioner
atau diganti dengan pernyataan perbaikan.
Cara mencari nilai korelasi adalah sebagai berikut:
r =n ¿ ¿
Dimana:
R = koefisien korelasi
N = jumlah sampel
∑X = Jumlah skor item
∑Y = Jumlah total skor jawaban
∑X2 = Jumlah kuadrat skor item
∑Y 2 = Jumlah kuadrat total skor jawaban
∑XY = Jumlah perkalian skor jawaban suatu item dengan total skor
Kriteria pengujian :
r hitung > r table = valid
r hitung < r table = tidak valid
Dalam pengkajian ini, instrumen yang digunakan telah diuji kepada 20
responden diluar sampel dan populasi. Pengujian tersebut dilakukan dengan
bantuan program SPSS for Windows 17. yang bertujuan untuk menguji validitas
instrumen.

Tabel 4 . Hasil Uji Validitas Berdasarkan Analisis Data Primer


pertanyaan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 Y1 Y2 r-tabel Ket
1 .518 0,444 valid
2 .502 0,444 valid
3 .849 0,444 valid
4 .856 0,444 valid
5 .803 0,444 valid
6 .851 0,444 valid
7 .605 0,444 valid
8 .709 0,444 valid
9 .919 0,444 valid
10 .972 0,444 valid
11 .899 0,444 valid
12 .622 0,444 valid
13 .835 0,444 valid
14 .706 0,444 valid
15 . 0,444 valid
862
16 . 0,444 valid
779
17 .618 0,444 valid
18 \ . 0,444 valid
558
19 .490 0,444 valid
20 .510 0,444 valid
21 .805 0,444 valid
22 .764 0,444 Valid
23 .490 0,444 Valid
24 .800 0,444 Valid
25 .800 0,444 Valid
26 .792 0,444 Valid
27 .622 0,444 Valid
28 .835 0,444 Valid
29 .706 0,444 Valid
30 .518 0,444 Valid
31 .502 0,444 Valid
32 .849 0,444 Valid
33 .856 0,444 Valid
34 1.000 0,444 Valid
35 1.000 0,444
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa ada 1 pertanyaan yang tidak
valid dan total 34 item pertanyaan maka yang dapat digunakan sebagai intrumen
pertanyaan karena telah valid.

2. Uji Reliabel
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, reliabilitas menunjukkan
kemantapan/konsistensi hasil pengukuran, suatu alat dikatakan mantap atau
konsisten, apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali alat pengukur itu
menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama (Noor, 2012).
Reliabilitas mengacu pada instrumen yang dianggap dapat dipercaya untuk
digunakan sabagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendesius mengarahkan responden untuk
memilih jawaban-jawaban tertentu. Realibilitas menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama. Untuk menguji reabilitas
instrument digunakan formula Alpha Cronbach.
Dengan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :
2
∑σ
r 11 [ ][
k
k −1
1− 2 b
σ1 ]
Dimana :
r 11 = Reabilitas instrumen
k = Banyak butiran pertanyaan
∑σ 2b = Jumlah butiran pertanyaan item
σ 12 = Varian total
Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05, Kemudian untuk
menentukan reliabilitas dapat dilihat dari nilai Alpha :
a) Jika nilai Alpha > nilai r tabel maka dapat dikatakan reliabel dan
b) Jika nilai Alpha < nila r tabel maka dapat dikatakan tidak reliabel.
Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Berdasarkan Analisis Data Primer

No. Variabel Nilai Crobach’s r tabel Kategori


Alpha
1. Umur .631 0,444 Reliabel
2. Pendidikan Formal .578 0,444 Reliabel
3. Pendidikan Nonformal .884 0,444 Reliabel
4. Pendapatan .551 0,444 Reliabel
5. Luas Lahan .640 0,444 Reliabel
6. Pengalaman .527 0,444 Reliabel
7. Ketersediaan Sarana dan .682 0,444 Reliabel
Prasarana
8. Ketersediaan Modal .551 0,444 Reliabel
9. Motivasi dalam menerapkan .631 0,444 Reliabel
pemupukan berimbang
10 Motivasi ekonomi .687 0,444 Reliabel

Pada Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel dalam


kuesioner Motivasi Petani Dalam Menerapkan Pemupukan Berimbang Untuk
Peningkatan Produksi Pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Di
Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan telah dinyatakan reliabel. Hal ini
dikarenakan nilai Cronbach alphanya lebih dari 0,444.

3. Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis 1

Analisis data yang digunakan pada kajian Motivasi Petani Dalam


Menerapkan Pemupukan Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman
Kopi Arabika (Coffea arabika L.) di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli
Selatan maka digunakan skala likert dengan ketentuan sebagai berikut :

total nilai yang diperoleh


Tingkat Motivasi = x100
nilai maksimum yang di capai

Atau dengan garis kontinum sebagai berikut :

0% 20% 40% 60% 80% 100%


Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Gambar 2. Garis Kontinum

Keterangan : Kriteria Interpretasi Skor (Riduwan dan Sunarto, 2014)

Nilai N = 0% - : Motivasi Petani Dalam Menerapkan Pemupukan


20% Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman
Kopi Arabika (Coffea arabica L.) sangat rendah
Nilai N = 21% - 40% : Motivasi Petani Dalam Menerapkan Pemupukan
Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman
Kopi Arabika (Coffea arabika L.) rendah
Nilai N = 41% - 60% : Motivasi Petani Dalam Menerapkan Pemupukan
Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman
Kopi Arabika (Coffea arabika L.) sedang
Nilai N = 61% - 800% : Motivasi Petani Dalam Menerapkan Pemupukan
Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman
Kopi Arabika (Coffea arabika L.) tinggi
Nilai N = 81% - 100% : Motivasi Petani Dalam Menerapkan Pemupukan
Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman
Kopi Arabika (Coffea arabika L.) sangat tinggi

b. Uji Hipotesis 2
Untuk mengetahui hubungan motivasi petani dalam Menerapkan
Pemupukan Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman Kopi Arabika
(Coffea arabika L.) di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan digunakan
SPSS Version 17 for windows dengan menggunakan rumus korelasi Rank
Spearman.
Menurut Seigel (2011) Rank Spearman digunakan untuk mengukur tingkat
atau eratnya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat,dapat diketahui dengan rumus korelasi Rank Spearman sebagai berikut :
N
6 ∑ di2
i=1
rs=1− 2
N −N
Dimana :
r2 = Nilai Korelasi Rank spearman
di = jumlah sampel
N = selisih Jumlah pasangan Rank spearman
Menurut Riduwan (2014), Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang
berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna hubungan variabel X dengan Y,
maka hasil korelas Rank spearman diuji dengan uji signifikansi dengan rumus :
N−2
t=r 2
√ 1−(rs)2
Sedangkan kriteria pengambilan keputusan adalah :
 Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak, Hal ini berarti faktor umur,
pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan, pengalaman, luas
lahan, ketersediaan sarana dan prasarana, ketersediaan modal, dengan
motivasi petani berhubungan signifikan dalam menerapkan pemupukan
berimbang pada tanaman kopi arabika (Coffea arabika L.)
 Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima, Hal ini berarti faktor umur,
pendidikan formal, pendidikan nonformal, pendapatan, pengalaman, luas
lahan, ketersediaan sarana dan prasarana, ketersediaan modal, dengan
motivasi petani tidak berhubungan signifikan dalam menerapkan
pemupukan berimbang pada tanaman kopi arabika (Coffea arabika L.)
IV. DESKRIPSI WILAYAH PENGKAJIAN

A. KEADAAN UMUM
1. Deskripsi Umum Wilayah
Kecamatan Sipirok salah satu kecamatan terdekat dengan ibu kota
Kabupaten daerah Tapanuli Selatan dengan jarak ± 10 Km / Jarak tempuh 15
menit. Luas wilayah kecamatan sipirok 55.56.5 Ha Dengan jumlah penduduk
pada tahun 2017 35.529 jiwa terdiri dari laki laki 16,419 perempuan 19,110 jiwa
dan penduduk tersebut mata pencariannya pada umumnya bergerak di bidang
pertanian yang tersebar di 34 desa dan 6 kelurahan.
Secara geografis Kecamatan Sipirok berbatasan dengan
- Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Utara
- Sebelah Selatan : Kecamatan Angkola Timur
- Sebelah Timur : Kecamatan Arse Dan Padang Bolak Julu
- Sebelah Barat : Kecamatan Marancar
a. Ketinggian tempat dari permukaan laut yang terletak diantara ketinggian
650 / 1250 dpl.
Keadaan Topografi berpasiasi dari :
- Datar : 11812,6 ha : 20%
- Landai : 14765,6 ha : 25%
- Berbukit : 20672,5 ha : 35%
- Bergunung : 11812,5 ha : 20%
b. Karakteristik tanah dan iklim
- Latosol
- Andosol
- Podsolid merah kuning (PMK)
Tingkat keasaman tanah PH 4,5-7
2. Potensi luas lahan

Tabel 6. Luas Lahan Menurut Ekosistem Luas Lahan Pertanian Di Kecamatan Sipirok
URAIAN
Lahan Sawah Lahan Kering Kawasan Hutan Perikanan
NO DESA 1/2 P.Penge Kolam
Irigasi Tadah Tegal/ Ladang/ Perkebuna Hutan Hutan Kolam
Tehni Sederhana ngembal Hutan Rakyat Air
Tehnis Hujan Kebun Huma n Rakyat Negara Produksi Tetap
s aan Deras
1 Tolang - 20 5 - 50 3 20 2.292 96 1890 5 5 -
2 Janji Mauli - 10 5 - 40 2.5 10 2.293 93 1400 3 5 -
3 Kilang Papan - 30 - - 3 2 3 60 64 1000 3 1 -
4 Sialaman - 30 5 - 8 3 5 96 125.5 1256 2 1 -
5 Saba Batang Miha - 60 40 0.5 15 4 1 200 323 200 15 1 -
6 Batang Tura - 60 30 15 40 8 12 500 130 300 25 2 -
7 Batang Tura Julu - 44 20 0.5 20 5 1 323 327 427 5 1 -
8 Barnang Koling - 30 30 10 30 7 15 450 200 350 23 3 -
9 Dolok Sordang - 30 30 12 20 6 17 650 200 230 14 2 -
10 Situmba - 45 4 1 40 20 2 200 80 1100 10 2 -
11 Situmba Julu - 55 4 1 40 30 3 300 120 - 10 3 -
12 Sialagundi - 25 20 60 125 - 105 - 120 400 10 0.5 -
13 Kel. Parau Sorat - 44 20 10 60 - 60 - 410 900 30 1.5 -
14 Sarogodung - 74 50 28 84 - 34 43 84 547 380 1 -
15 Kel. Baringin - 47 20 13 70 - 40 56 70 740 595 2 -
Paran Dolok
16 Mardomu - 40 20 - 23 23 9 250 144 300 250 2 -
17 Simaninggir - 20 10 - 20 10 3 - 30 - - - -
18 Padang Bujur - 30 21 - 29 18 13 242 140 315 242 2 -
19 Paran Padang - 40 20 - 40 12 2 - 40 - - 1 -
20 Kel. Pasar Sipirok - 60 375 0.5 12 15 - - 20 - - - -
21 Sibadoar - 45 5 - 23 5 1 2 30 2 6 0.5 -
22 Kel. Hutasuhut - 50 - 13 23 6.5 - - 30.75 - - 1 1
23 Kel. Sipirok Godang - 30 - 112.5 28 8 - - 445 12 12 1 1.5
24 Bagas Lombang - 40 - 8 13 4 - - 28.75 - - - 0.5
25 Pangurabaan - 40 - 18 20 5.5 - - 23.75 - - 0.5 0.5
26 Ramba Sihasur - 14 10 - 0.5 0.5 4 177 68 9000 - 1.5 0.5
27 Sampean - 71 12 - 1 1 10 163 416 663 - 3 1
28 Pahae Aek Sagala - 105 - 12 14 5 6 150 120 250 15 4 1
29 Paran Julu - 115 - - 16 4 4 125 142 270 17 4 0.5
30 Marsada - 91 - - 16 4 12 300 163 - 40 5 1
31 Bulu Mario - 58 - - 12 7 4 270 258 550 175 6 1
32 Ddolok Sordang Julu - - - 22 40 10 2 - 40 243 - 2 -
33 Batu Satail - 12 - - 8 3 3 125 46 150 75 2 0.5
34 Luat Lombang - 28 - - 18 9 4 175 152 350 125 0.5 1
35 Aek Batang Paya - 54 - - 12 6 6 185 84 275 115 1 1
36 Kel. Bunga Bondar - 96 35 - 320 76 1 - - 245.7 - 10 -
37 Hasang Marsada - 35 - - 180 22 - - - 125 - 2 -
38 Pangaribuan - - - 26 30 15 2 207 30 13 - 2 -
39 Pargarutan - - - 25 30 12 2 87 30 - - 2 -
40 Panaungan - - - 22 35 13 2 92 30 - - 2 -
Jumlah - 1678 791 419 1608.5 385 418 5432.585 4953.75 23503.7 2202 86 11
3. Luas Wilayah
Luas wilayah Kecamatan Sipirok yang terdiri dari 34 Desa 6 Kelurahan dapat
dilihat pada tabel 7 berikut :

Tabel 7 . Luas wilayah Kecamatan Sipirok berdasarkan Desa dan Kelurahan


No Desa / Kelurahan Luas (Ha)
1 Tolang 4400
2 Janji Mauli 3972
3 Kilang Papan 1301
4 Sialaman 1681
5 Saba Batang Miha 867
6 Batang Tura 1130
7 Batang Tura Julu 1181
8 Barnang Koling 1155
9 Dolok Sordang 1218
10 Situmba 1512
11 Situmba Julu 1014
12 Sialagundi 873
13 Kel. Parau Sorat 1817
14 Sarogodung 1915
15 Kel. Baringin 1996
16 Paran Dolok Mardomu 1068
17 Simaninggir 120
18 Padang Bujur 1059
19 Paran Padang 162
20 Kel. Pasar Sipirok 490
21 Sibadoar 128
22 Kel. Hutasuhut 216
23 Kel. Sipirok Godang 657
24 Bagas Lombang 892
25 Pangurabaan 116.5
26 Ramba Sihasur 9284
27 Sampean 1349
28 Pahae Aek Sagala 6972
29 Paran Julu 705
30 Marsada 639
31 Bulu Mario 1348
32 Dolok Sordang Julu 346
33 Batu Satail 432
34 Luat Lombang 870
35 Aek Batang Paya 786
36 Kel. Bunga Bondar 791
37 Hasang Marsada 677
38 Pangaribuan 122
39 Pargarutan 195
40 Panaungan 200
JUMLAH 55656.5
4. Kependudukan

Dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut :


Jumlah Jiwa Status Pekerjaan
JLH JLH
No Desa / Kel
LK PR KK KKT Petani Buruh Pedagan
Pengrajin
PNS
Dll
Tani g / TNI
1 Tolang 146 130 71 68 46 - 5 - 2 -
2 Janji Mauli 84 80 43 41 41 - 4 - 4 -
3 Kilang Papan 214 236 117 97 97 4 7 - 9 -
4 Sialaman 218 221 110 98 98 2 2 - 11 -
5 Saba Batang Miha 337 320 182 178 178 - 6 - 2 -
6 Batang Tura 285 282 116 108 216 - 3 2 4 -
7 Batang Tura Julu 105 98 45 43 43 - 2 1 3 -
8 Barnang Koling 112 121 49 49 98 - 4 1 5 -
9 Dolok Sordang 263 275 116 110 220 - 3 1 5 -
10 Situmba 365 366 206 160 320 - 3 - 18 -
11 Situmba Julu 421 491 242 167 334 - 5 - 17 -
12 Sialagundi 728 625 169 1485 1485 - 7 2 9 -
13 Kel. Parau Sorat 1245 860 286 1973 1973 - 12 5 35
14 Sarogodung 301 319 146 120 362 - 35 - 15 -
15 Kel. Baringin 652 530 299 167 211 - 41 20 30 -
Paran Dolok
16 Mardomu 349 372 163 138 138 - 12 2 11 -
17 Simaninggir 268 284 132 85 170 - 10 9 17 -
18 Padang Bujur 420 439 208 195 195 - 7 5 1 -
19 Paran Padang 470 485 227 123 246 - 12 20 15 -
20 Kel. Pasar Sipirok 1847 1908 569 383 232 - 389 8 80 23
21 Sibadoar 625 648 139 118 120 - 8 4 1
22 Kel. Hutasuhut 728 643 292 269 269 - 6 5 8 4
Kel. Sipirok
23 Godang 489 621 584 428 988 - 25 20 28 30
24 Bagas Lombang 340 318 145 135 135 - 8 10 9 8
25 Pangurabaan 475 317 198 134 134 - 34 35 22 23
26 Ramba Sihasur 121 122 54 53 174 - 1 - 2 -
27 Sampean 441 551 228 221 513 - 2 - 5 -
28 Pahae Aek Sagala 528 559 278 278 278 - 13 55 10 -
29 Paran Julu 579 577 294 294 294 - 17 35 6 -
30 Marsada 452 433 326 329 638 - 17 32 19 -
31 Bulu Mario 482 505 327 320 640 - 15 21 7 -
Ddolok Sordang
32 Julu 438 443 179 151 302 - 3 - 4 -
33 Batu Satail 157 158 95 95 190 - 5 5 3 -
34 Luat Lombang 487 507 314 308 616 - 16 6 6 -
35 Aek Batang Paya 278 272 179 172 344 9 5 4 -
36 Kel. Bunga Bondar 611 647 331 311 622 - 12 7 15 -
37 Hasang Marsada 150 164 71 52 104 - 5 2 8 -
38 Pangaribuan 310 318 145 134 268 - 3 - 3 -
39 Pargarutan 189 193 86 69 138 - 3 - 2 -
40 Panaungan 115 125 40 40 80 - 2 - 3 -
1656
Jumlah 16825 3 7801 9699 13550 3 773 314 461 89
5. Data Curah Hujan Dan Hari Hujan
Berdasarkan banyaknya curah hujan di kecamatan sipirok zone ikl;im menurut oldeman
maka memiliki tipe iklim C 3 dengan jumlah bulan basah 5-6 bulan (oktober - maret) dan
jumlah bulan kering 3-5 bulan (april – September).
Menurut pengamatan melalui stasiun penagkar curah hujan BPP Simago mago Kecamatan
Sipirok rata rata curah hujan 180 perbulan dengan hari hujan 13 hari perbulan

Tabel 9. Data Curah Hujan (mm) dan Hari hujan (Hari) di Kec. Sipirok Selama 5
Tahun terakhir.
No Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Ch Hh Ch Hh Ch Hh ch hh Ch hh Ch Hh
1. Januari 59 11 1199 15 276 21 399 14 94 11 443 18
2. Februari 338 16 260 20 16 4 7 16 158 12 168 17
3 Maret 171 12 172 54 159 13 21 21 243 15 291 18
4. April 187 14 169 11 390 22 15 19 151 17 164 19
5. Mei 113 7 129 11 179 16 112 11 275 17 205 9
6. Juni 75 9 89 11 51 6 34 4 66 7 56 5
7. Juli 156 11 49 6 42 7 47 8 100 5 30,5 9
8. Agustus 65 4 198 9 322 12 225 14 32 4 110,7 14
9. September 72 9 154 10 66 9 77 12 35 5 250,5 15
10. Oktober 281 19 186 17 163 19 104 10 105 9 67,7 6
11. November 357 22 266 18 162 18 371 19 229 15 359,5 26
12. Desember 270 18 330 15 266 17 195 18 428 18 233,6 18
Jumlah 2144 152 3201 197 209 164 160 166 1916 135 1327 174
2 7
Rata –rata 178.6 12.6 226.7 16.4 174. 13.6 133. 13.8 159.6 11.2 110.5 14.5
3 9

curah hujan kecamatan sipirok tahun 2017


500
450
400
350
300
250
Series 1
443
200
359.5
150 291
250.5 233.6
100 205
168 164
50 110.7
56 67.7
30.5
0
et

ril

ei
i

ri

ni

li

r
r

r
s
ar

be
be

be

be
Ju
ua

tu
M

Ju
ar

Ap
nu

em

m
to
us
M
br

ve

se
Ja

Ok
Ag
Fe

pt

De
No
Se

Gambar 3. curah hujan


6. Perilaku
Upaya perubahan pola dan perilaku dalam tatacara metode serta aplikasi anjuran
teknologi kerap kali menghadapi kendala kurang terapsesiasi karena factor pemahaman
petani terhadap tujuan manfaat, dan dampak dari penerapan anjuran teknologi yang
direkomendasikan .
Penyerapan dan penerapan teknologi budidaya.
Di wilayah BPP Sipirok dilihat dari cara cepat lambatnya penyerapan teknologi yang
dilaksanakan dilapangan tergantung dari perilaku sikap SDM dan petani pelaku pelaku
utama dan pelaku usaha dan status pendidikannya . kebutuhan pelaku utama dan pelaku
usaha adalah saran dan prasarana tegnologi kursus tani untuk dapat melaksanakan usaha
taninya

7. Keadaan Prilaku
a. Keadaan kemampuan kualitas SDM petani
Berdasarkan aspek kualitas SDM menjadi salah satu fakta yang mempunyai peran
besar dalam upaya membantu pencapaian keberhasilan pembangunan pertanian.
Dalam hal ini kaitan yang sangat penting yaitu upaya penambahan pola dan prilaku dalam
tata cara metode aplikasi anjuran teknologi kerap kali menjadi kendala kurang terapsesiasi
karena factor pemahaman petani terhadap tujuan , manfaat dan dampak dari penerapan
anjuran teknologi yang direkomendasikan .
Beberapa factor lemahnya kwalitas SDM.
1. Kurangnya basis informasi yang dimiliki petani sehingga memberikan pengaruh
terhadap kemampuan untuk mengambil keputusan yang berkrenaan dengan usaha
tani.
2. Salah satu sumber pengetahuan dalam aplikasi pelaksanaan usaha tani sejauh
inihanya berdasarkan pengalaman
3. Penerapan teknologi yang dilaksanakan petani tergantung dari status pendidikan
dan prilaku sikap dan keterampilan (PSK)
b. Keadaan kualitas kelompok tani
Pengelolaan lembaga kelompok tani yang menjadi bahan perbaikan :
1. Kelengkapan administrasi kelompok tani propel kelompok tani AD/ART
2. Pembagian kerja dan tugas dalam stuktur organisasi kelompok
3. Pemberdayaan kelompok tani melalui kegiatan produktif dalam rangka
menciptakan kemampuan dan kemandirian kelompok tani
4. Pembinaan kelompok tani melalui kegiatan pemberian bantuan dan subsidi
5. Kegiatan pemberdayaan kelompok tani melalui kegiatan perlombaan dan ajang
kompetensi
6. Pelaksanaan kegiatan pelatihan, sekolah lapang, kursus tani, study banding ke
daerah yang lebih maju
c. Kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha
Saat ini beberapa aspek yang menjadi faktor perhatian untuk mendapat penanganan
adalah ;
1. Aspek ketersediaan saprodi pada saat petani menggunakannya/membutuhkannya
2. Sarana pelayanan pengairan (irigasi) yang belum memadai
3. Aspek pembiayaan yang harus ditingkatkan dengan daya jangkauan terhadap akses
pembelian infut produksi alat mesin pertanian, pemberian pupuk yang kurang
seimbang dikarenakan ketidak mampuan untuk mengadakan jenis pupuk yang
dianjurkan
d. Penunjang
Lembaga instansi pemerintah maupun swasta yang tidak kalah pentingnya dalam
mendukung dan melayani kebutuhan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha di
kecamatan sipirok Terdiri atas :
1. Lembaga pendukung : - Kios saprodi 9 unit
2. BANK : - 5 unit
3. BPP : - 1 unit
4. Rumah potong hewan : - 1 unit
5. Pasar : - 1 unit
6. Gilingan Padi : - 14 unit
8. Ketenagaan / Penyuluh
Penyuluh Pertanian yang ada di BPP Simago mago kecamatan sipirok berjumlah orang
yang tersebar di WKPP terdiri dari.

Tabel 10. Ketenagaan / Penyuluh


No Nama PNS THL Out Swadaya Admin WKPP
-TB sorsing
1 Junna Siregar, Sp √ WKBPP
2 Sumihar, Sp √ Barnang Koling
3 Eddi Siregar, Sp √ Aek Sagala
4 Rahdian Pakpahan, √ Baringin
Amd
5 Irsan Winandar Hrp, √ Sipirok Godang,
Amd Wkpp utasuhut
6 Beda Hari Siregar, Sp √ Parau Sorat
7 Tiain Siagian √ Batang Miha
8 Zubri Dermawansyah √ Marsada
Hrp
9 Rafika H Siregar √ Bunga Bondar
10 Rosmini Sihombing √ Padang Bujur
11 Halimatusyadiah √ Pasar Sipirok
12 Duma Sari Pasaribu, √ Kilang Papan
Amd
13 Hkoirulkamal Hrp, √ Simaninggir,
S.Pt. Wkpp Hasahatan
14 Mardiah Siregar,Sp √ Situmba
15 Alimin Nasir Harahap √ Admin
16 Hotmarito Harahap √ Paran Padang
Jumlah 6 5 3 1 1
9. Potensi Lahan Pertanian Tanaman Perkebunan

Tabel 11. Potensi Lahan Perkebunan


LUAS LAHAN PERKEBUNAN (Ha)
No Desa/Kel Kulit Kopi Kopi Kaka Cengk
Karet Aren Pinang Kemiri
Manis Arabika Robusta o eh
1 Tolang - 25 29 1 3 0.5 - 0.5 0.5
2 Janji Mauli - -20 12 1 10 2 - 1 0.5
3 Kilang Papan 2.5 28 20 5 1.5 3 2 3 -
4 Sialaman 3 10 100 3 1 5 1.5 1.5 -
5 Saba Batang Miha 4 10 40 10 7 10 - 3 0.25
6 Batang Tura 3 80 35 5 23 19 3 2 0.25
7 Batang Tura Julu 1 40 17 3 3 30 2 0.25
8 Barnang Koling 2 59 5 2 5 15 2 4 0.25
9 Dolok Sordang 2 30 11 4 2 16 2 2 -
10 Situmba - 2.5 96.5 5 3 9 - 2 -
11 Situmba Julu - 3 20 3 6 5.5 - 4 -
12 Sialagundi 0.5 30 15 10 3 12 - 3 1
13 Kel. Parau Sorat 5 40 35 15 4.5 18 - 3 1.5
14 Sarogodung - 4.5 25 - 2 3 - 4.1 -
15 Kel. Baringin - 8 56 3 1 24.5 - 4.7 -
16 Paran Dolok
Mardomu 0.25 4 20 - 3 0.5 - 0.5 -
17 Simaninggir 0.5 3 27 3 3 2 - 1 -
18 Padang Bujur 0.25 2 5 - 3 0.5 - 1.5 -
19 Paran Padang 0.5 8 35 3 5 5 - 3 -
20 Kel. Pasar Sipirok - 1 25 5 4 4 2 1 2
21 Sibadoar - 6 30 4 5 2 1.5 0.75 1
22 Kel. Hutasuhut - 1 15 4 5 2 1.5 1.25 2
Kel. Sipirok
23 Godang - 1 30 5 4 4 2 1.5 3
24 Bagas Lombang - 1 17 4 3 2.25 0.75 1 0.5
25 Pangurabaan - 1 13 3 3 1.5 1.25 1 1
26 Ramba Sihasur - 2 24 1 0.5 6 3 0.5 0.5
27 Sampean - 3.5 78 4 4.5 12 6 2.5 2
28 Pahae Aek Sagala - 7 80 - 14 7 - 4 -
29 Paran Julu - 9 51 - 17 12 - 4 -
30 Marsada 4 6 23 1 11 20 - 3 -
31 Bulu Mario 6 15 37 6 6 13 - 2 -
Ddolok Sordang
32 Julu 2 - 50 10 5 8 - 1 -
33 Batu Satail 2 5 13 3 5 14 - 0 -
34 Luat Lombang 4 17 11 3 26 17 - 3 -
35 Aek Batang Paya - 13 16 4 18 16 - 3 -
36 Kel. Bunga Bondar 4 15 41 - 5 20 - 3 -
37 Hasang Marsada 1.5 9 18 - 4 5 - 2 -
38 Pangaribuan 2 20 12 12 12 5 - 3 -
39 Pargarutan 2 45 3 15 40 3 - 3 -
40 Panaungan 3 30 8 18 47 3 - 2 -
357.2
Jumlah 55 574.5 1198.5 178 328 5 28.5 88.3 16.5
B. Keadaan Umum Responden
Keadaan umum responden merupakan kondisi responden yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini. Keadaan umum responden terbagi atas klasifikasi responden menurut
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, luas lahan, pendapatan dan pengalaman, yang
akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Umur
Berdasarkan hasil rekapan kuesioner dari responden maka dapat digambarkan
karakteristik responden menurut umur di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan
dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 12 . Klasifikasi Responden Menurut Umur Di Kecamatan Sipirok Kabupaten


Tepanuli Selatan berdasarkan Analisis Data Primer
No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 20 – 29 1 2,5
2. 30 – 39 16 30,5
3. 40 – 49 17 40,5
4. 50 – 59 11 20,5
5. 60 > 8 6,0
Jumlah 53 100

Pada Tabel diatas terlihat bahwa klasifikasi responden menurut umur menunjukkan
bahwa pada umumnya responden berada pada umur 40 – 49 yaitu berjumlah 17 responden
dengan persentase 40,5% hal tersebut menunjukkan bahwa responden berada pada usia
yang produktif untuk melakukan pekerjaan.

b. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari responden maka dapat digambarkan
karakteristik jenis kelamin di Kecamatan Bandar Masilam seperti yang terlihat pada tabel
berikut.

Tabel 13. Klasifikasi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Kecamatan Sipirok


Berdasarkan Analisis Data Primer
No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Laki-laki 49 95,1
2. Perempuan 4 4,9
Jumlah 53 100

Pada Tabel 14, terlihat bahwa responden umumnya berjenis kelamin laki- laki yang
berjumlah 49 orang atau sekitar 95,1% dan responden yang berjenis kelamin perempuan
berjumlah 4 orang atau sekitar 4,9%, hal ini menunjukkan bahwa umumnya laki-laki
mendominasi pekerjaan sebagai petani kopi di Kecamatan Sipirok.
c. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil rekapan kuesioner dari responden maka dapat digambarkan
karakteristik responden menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Sipirok dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 14. Klasifikasi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Di Kecamatan


Sipirok Berdasarkan Analisis Data Primer Tahun 2019
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. SD/Sederajat 8 2
2. SMP/Sederajat 21 46,5
3. SMA/Sederajat 24 51,5
4. Sarjana - 0
Jumlah 53 100

Pada Tabel diatas terlihat bahwa klasifikasi responden menurut tingkat pendidikan
di Kecamatan Sipirok, umumnya responden berpendidikan SMA dengan persentase 61,5 %
hal ini akan mempengaruhi cara pandang, sikap maupun cara berpikir seseorang dalam
mengerjakan sesuatu.

d. Luas Lahan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari responden maka dapat digambarkan


karakteristik luas lahan di Kecamatan Bandar Masilam seperti yang terlihat pada tabel
berikut.

Tabel 15. Klasifikasi Responden Menurut Luas Lahan Di Kecamatan Sipirok


Berdasarkan Analisis Data Primer
No. Luas Lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. >2 5 2,0
2. 1,5 – 2 22 60,0
3. 1- 1,5 21 34,0
4. 0,5 – 1 5 2,0
5 < 0,5 - 0
Jumlah 53 100

Pada Tabel diatas terlihat bahwa klasifikasi responden menurut luas lahan di
Kecamatan Sipirok, umumnya responden memiliki luas lahan dengan persentase 60,0%
dengan luas lahan 1,5 – 2 Ha.

e. Pendapatan

Pendapatan dalam pengkajian ini merupakan besarnya pendapatan responden dari


usahatani kakao per bulan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari responden maka dapat
digambarkan tingkat pendapatan responden di Kecamatan Bandar Masilam seperti yang
terlihat pada tabel 17 berikut.

Tabel 16. Klasifikasi Responden Menurut Pendapatan Di Sipirok Berdasarkan


Analisis Data Primer
No. Pendapatan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. > Rp. 4 juta - 0
2. 3 – 4 juta 7 8,8
3. 2 – 3 juta 27 60,8
4. 1 – 2 juta 19 30.4
5 < 1 juta - 0
Jumlah 53 100

Pada Tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendapatan paling
dominan yaitu Rp 2 – Rp 3 juta sebanyak 27 orang dengan persentase 60,8 %, dan
responden yang memiliki pendapatan Rp 1 – 2 juta sebanyak 19 orang dengan persantase
30,4 %.

f. Pengalaman
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari responden maka dapat digambarkan
karakteristik pengalaman di Kecamatan Bandar Masilam seperti yang terlihat pada tabel
berikut.

Tabel 17. Klasifikasi Responden Menurut Pengalaman Di Kecamatan Sipirok


Berdasarkan Analisis Data Primer
No. Pengalaman Jumlah (orang) Persentase (%)
1. >30 tahun 4 7
2. 24-30 tahun 18 20,5
3. 16-23 tahun 20 60,5
4 8-15 tahun 8 10,5
5 0 – 7 tahun 3 1,5
Jumlah 53 100

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pengalaman paling
dominan yaitu 16 tahun sampai dengan 23 tahun sebanyak 20 orang dengan persentase
60,5 % dan responden yang memiliki pengalaman 0 tahun sampai dengan 7 tahun yaitu
sebanyak 3 orang dengan persentase 1,5 %.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat Motivasi Petani Di Kecamatan Sipirok


Tingkat Motivasi petani bertujuan untuk mengukur seberapa besar Motivasi Petani
Dalam Menerapkan Pemupukan Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman
Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan, dan
yang diukur dalam pengkajian ini ialah tingkat motivasi ekonomi. Motivasi ekonomi yaitu
kondisi yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Motivasi
ekonomi dapat diukur dengan empat pernyataan yaitu keinginan untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga, keinginan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi,
keinginan untuk membeli barang-barang mewah, keinginan untuk memiliki dan
meningkatkan tabungan, dengan 5 alternatif jawaban yang tersedia yaitu sangat setuju,
setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
1. Motivasi dalam pemupukan
Untuk mengetahui tingkat motivasi ekonomi Dalam Menerapkan Pemupukan
Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.)
Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan digunakan skala likert dengan
penghitungan sebagai berikut (Riduwan, 2012). Analisis tingkat motivasi petani dalam
Menerapkan Pemupukan Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman Kopi
Arabika (Coffea arabica L.) di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan disajikan
pada tabel berikut

Tabel 19. Motivasi Pemupukan berimbang


Motivasi ekonomi Kriteria Jumlah Nilai Skor Presentase
(orang) total (%)
Dengan melakukan pemupukan
berimbang saya ingin memperoleh tinggi 10 4 40 15,09
pendapatan yang lebih tinggi.
Dengan melakukan pemupukan
berimbang tanaman kopi saya akan tinggi 14 4 56 21,13
menerima banyak keuntungan
Dengan tidak melakukan pemupukan Sangat
berimbang saya mengalami kerugian tinggi 14 5 70 26,42
karena hasil produksi yang rendah
Dengan melakukan pemupukan Sangat
berimbang saya tidak melanggar tinggi 15 5 75 28,30
norma yang berlaku
Jumlah 53
total skor 241
Skor ideal 265
Tingkat presentasi 90,94
Jumlah skor yang diperoleh sebesar 241 dan skor ideal sebesar 265. Berdasarkan
data yang diperoleh dari 53 responden maka tingkat motivasi petani Dalam Menerapkan
Pemupukan Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea
arabica L.) Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan pada kategori sangat tinggi
yaitu 15 orang (28,30%) dan kategori tinggi yakni 14 orang (26,42%), yang menjawab
dalam kategori tinggi sebanyak 10 orang dengan presentasi (15,09%).

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

90,94

2. Motivasi ekonomi
Untuk mengetahui tingkat motivasi ekonomi Dalam Menerapkan Pemupukan
Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.)
Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan digunakan skala likert dengan
penghitungan sebagai berikut (Riduwan, 2012).
Tabel . motivasi ekonomi
Motivasi ekonomi Kriteria Jumlah Nilai Skor Presentase
(orang) total (%)
Saya melakukan pemupukan Sangat 25 5 125 47,17
berimbang agar produksi tinggi
bertambah dan untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga.
Keinginan untuk memperoleh Tinggi 18 4 72 27,17
pendapatan yang lebih tinggi
karena produksi bertambah
Saya melakukan pemupukan sedang 10 3 30 11,32
berimbang agar memiliki dan
meningkatkan tabungan karena
produksi bertambah
Jumlah 53
total skor 227
Skor ideal 265
Tingkat presentasi 85,66

Jumlah skor yang diperoleh sebesar 227 dan skor ideal sebesar 265. Berdasarkan
data yang diperoleh dari 53 responden maka tingkat motivasi petani Dalam Menerapkan
Pemupukan Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea
arabica L.) Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli.

0% 20% 40% 60% 80% 100%


Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

85,66

B. Tingkat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi


1. Faktor internal
a. Umur
Karakteristik berdasarkan umur petani yang berada di Kecaatan Sipirok Kabupaten
Tapanuli Selatan. Disajikan pada tabel berikut :
Tabel 20. Umur petani responden
No Umur kriteria Jumlah (orang) Presentase (%)
1 < 31 Sangat produktif 4 11
2 31-40 Produktif 18 41,25
3 41-50 Sedang 15 25,25
4 51-60 Tidak produktif 8 11,25
5 >60 Sangat tidak produktif 8 11,25
Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas tingkat umur petani 20 tahun sampai > 60 tahun. Petani
responden yang berada di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan lebih dari
59,75% didominasi oleh umur antara 31 tahun sampai dengan 40 tahun sebanyak 41,25%,
umur 41 tahun sampai dengan 50 tahunsebanyak 25,25 dan rata-rata responden masih
dalam umur produktif. Dalam penelitian ini rata-rata responden berada pada masa
produktif dalammengelola usaha tanimya. Petani yang berada pada kisaran umur 1-64
tahun termasuk yang masih produktif untuk mengelola usahataninya (saleh,2010).

Tabel 21. Tingkat umur petani dalam melakukan pemupukan berimbang tanaman
kopi
N Umur kriteria Nilai Jumlah Total Presentase(%)
o (orang) skor
1 < 31 Sangat produktif 5 4 20 7,55
2 31-40 Produktif 4 18 72 27,17
3 41-50 Sedang 3 15 45 16,98
4 51-60 Tidak produktif 2 8 16 6,03
5 >60 Sangat tidak produktif 1 8 8 3,02
Jumlah 53
Skor yang diperoleh 161
Skor ideal 265
Presentasi tingkat umur (%) 60,75
Sumber : Hasil analisis data primer(2020)
Berdasarkan tabel diatas, jumlah skor yang doperoleh sebesar 161 sedangkan skor
ideal sebesar 265. Berdasarkan data yang diperoleh dari 53 responden maka tingkat umur
responden Dalam Menerapkan Pemupukan Berimbang Untuk Peningkatan Produksi Pada
Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli
Selatan terletak pada karegori tinggi karena berada pada nilai 60,75. Dapat dilihat pada
garis kontinum sebagai berikut :

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

60,75

Gambar 5. Garis Kontinum Persentase Tingkat Umur Responden.

b. Pendidikan Formal
Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan formal petani responden di Kecamatan
Sirapit Kabupaten Langkat disajikan pada tabel 22.
Tabel 22. Tingkat pendidikan responden
No Tingkat pendidikan kategori Jumlah (orang) Presentasi(%)
1 Diploma /Strata Sangat tinggi - -
2 SMA/Sederajat Tinggi 24 55,5
3 SMP/Sederajat Sedang 21 30,45
4 SD/Sederajat Rendah 8 14,05
5 Tidak Sekolah Sangat rendah - -
Jumlah 53 100

Berdasarkan Tabel 22, tingkat pendidikan formal responden di Kecamatan Sipirok


tergolong beragam, Dimana responden yang memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar
berjumlah 8 orang (14,05%) tergolong rendah, tingkat pendidikan SMP 21 orang (30,45%)
tergolong sedang, tingkat SMA 24 orang (55,5%) tergolong tinggi.

Tabel 23. Tingkat Pendidikan Formal Responden


N Tingkat kategori Nilai Jumlah Total Presentase(%)
o pendidikan (orang) skor
1 Diploma /Strata Sangat tinggi 5 - -
2 SMA/Sederajat Tinggi 4 24 96
3 SMP/Sederajat Sedang 3 21 63
4 SD/Sederajat Rendah 2 8 16
5 Tidak Sekolah Sangat rendah 1 - =
Jumlah 53
Skor yang diperoleh
Skor ideal 265
Presentasi tingkat umur (%)

VI. Hubungan faktor internal dengan pemupukan


Kajian ini dilakukan untuk melihat hubungan faktor internal dengan pemupukan
berimbang tanaman kopi. Hasil analisis hubungan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 20. Analisis hubungan faktor internal dengan motivasi dalam pemupukan.
X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y
Spearm X1 Correlation Coefficient 1.000 -.178 .188 -.467** -.446** .267 .086
an's rho Sig. (2-tailed) . .202 .177 .000 .001 .053 .540
N 53 53 53 53 53 53 53
** ** *
X2 Correlation Coefficient -.178 1.000 -.622 .402 .291 -.261 -.454**
Sig. (2-tailed) .202 . .000 .003 .034 .059 .001
N 53 53 53 53 53 53 53
** **
X3 Correlation Coefficient .188 -.622 1.000 -.521 -.239 .112 .530**
Sig. (2-tailed) .177 .000 . .000 .085 .425 .000
N 53 53 53 53 53 53 53
** ** ** ** *
X4 Correlation Coefficient -.467 .402 -.521 1.000 .662 -.282 -.418**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .000 . .000 .041 .002
N 53 53 53 53 53 53 53
** * ** *
X5 Correlation Coefficient -.446 .291 -.239 .662 1.000 -.320 -.076
Sig. (2-tailed) .001 .034 .085 .000 . .020 .587
N 53 53 53 53 53 53 53
* *
X6 Correlation Coefficient .267 -.261 .112 -.282 -.320 1.000 .111
Sig. (2-tailed) .053 .059 .425 .041 .020 . .428
N 53 53 53 53 53 53 53
** ** **
Y Correlation Coefficient .086 -.454 .530 -.418 -.076 .111 1.000
Sig. (2-tailed) .540 .001 .000 .002 .587 .428 .
N 53 53 53 53 53 53 53
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

2.

Anda mungkin juga menyukai