Anda di halaman 1dari 26

i

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KOPI


DI DESA SILOSANEN KECAMATAN
SILO KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun oleh
Golongan I/ Kelompok 4

LABORATORIUM EKONOMI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK

Koordinator : Ravi Shankar Talabani


Anggota : 1. Farrel Ezra
2. Devyana Dwi
3. Septa Nurmala
4. Intan Weni Andara
5. Suci Ika Ningtyas
6. Ani Domiah
7. Anis Syafitri

xvi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya penulis laporan penelitian Praktikum Analisis Kelayakan Agribisnis
dengan judul. “Analisis Kelayakan Usahatani Kopi Di Desa Silosanen Kecamatan Silo
Kabupaten Jember” dapat diselesaikan dengan semaksimal mungkin. Laporan praktikum ini
diajukan merupakan salah satu syarat dalam menempuh Mata Praktikum Analisis Kelayakan
Agribisnis.
Penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihal, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian sampai
terselesaikannya karya ilmiah tertulis ini.

xvi
Penulis

DAFTAR ISI

(Daftar Isi akan dibuat kemudian secara otomatis)

xvi
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel Halaman
Luas Areal dan Produksi Kopi Menurut Status
1.1 3
Pengusahaan Tahun 2010-2015
Luas Areal dan Produksi Kopi Robusta Perkebunan
1.2 Rakyat Menurut Kabupaten dan Keadaan Tanaman Tahun 4
2013
Hasil Perhitungan Analisis Finansial Usahatani Kopi
4.1 46
Kecamatan Silosanen Kabupaten Jember
Hasil Analisis Sensitivitas Usahatani Kopi terhadap
4.2 48
kondisi penurunan harga produk sebesar 10 %
4.3 Penilaian Hasil Value Usahatani Kopi 49

xvi
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar Halaman
2.2 Skema Kerangka Pemikiran 31
Saluran Pemasaran Usahatani Kopi di Desa Silosanen
4.1.1 41
Kecamatan Silo Kabupaten Jember
4.1.2 Struktur Kerjasama dan Organisasi Usahatani Kopi 44
4.1.3 Logo Biji Kopi “Solong” 46

xvi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan


Salah satu komoditas tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan
yaitu tanaman kopi. Indonesia menempati peringkat ke-3 dunia setelah Brazil dan
Vietnam dalam produksi kopi di tahun 2013. Tanaman kopi sudah lama
dibudidayakan baik oleh rakyat maupun perkebunan besar. Kopi menjadi begitu
penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama sejak banyaknya
waralaba asal luar negeri yang menjual kopi. Kopi sekarang tidak hanya
dikonsumsi orang-orang desa yang lebih dekat dengan komoditas biji kopi ini,
tetapi juga menjadi konsumsi orang kota. Tanaman kopi di Indonesia ada berbagai
jenis, namun sebagian besar ekspor kopi Indonesia adalah jenis kopi robusta dan
kopi jenis arabika. Kopi arabika Indonesia sudah lama dikenal di pasar
internasional dengan citarasa terbaik di dunia, karena memiliki kekhusuan dalam
iklim mikro, varietas, dan pengolahan, produk kopi arabika Indonesia memiliki
potensi sebagai kopi berkualitas tinggi. Komoditas kopi mempunyai prospek yang
cukup cerah di masa mendatang, hal ini terutama dilihat dari prospek pasar yang
cenderung meningkat sehingga memberikan peluang bagi Indonesia untuk
meningkatkan pangsa pasar ekspor kopi baik jenis spesialti maupun produk
olahan kopi (Kusmiati, 2015).
Berdasarkan pada beberapa latar belakang yang ada, maka peneliti tertarik
untuk mengkaji lebih lanjut mengenai kelayakan usahatani kopi yang dilihat dari
beberapa aspek, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi,
aspek manajemen dan organisasi, dan aspek finansial dan ekonomi. Penelitian ini
dikhususkan pada petani di Kecamatan Silosanen Kabupaten Jember yang
merupakan salah satu sentra produksi dari komoditas kopi di Kabupaten Jember.
Terakhir peneliti ingin mengetahui bagaimana penentuan lokasi usahatani kopi
yang ada di Kecamatan Silosanen.

xix
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana aspek pasar, teknis dan teknologi, serta manajemen dan
organisasi usahatani kopi di Kecamatan Silosanen Kabupaten Jember?
2) Bagaimana aspek finansial dan ekonomi usahatani kopi di Kecamatan
Silosanen Kabupaten Jember?
3) Bagaimana penentuan lokasi usahatani kopi di Kecamatan Silosanen
Kabupaten Jember?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
1) Untuk mengetahui aspek pasar, teknis dan teknologi, serta manajemen dan
organisasi usahatani kopi di Kecamatan Silosanen Kabupaten Jember.
2) Untuk mengetahui aspek finansial dan ekonomi usahatani kopi di
Kecamatan Silosanen Kabupaten Jember.
3) Untuk mengetahui penentuan lokasi usahatani kopi di Kecamatan
Silosanen Kabupaten Jember.
2. Manfaat
1) Bagi petani, dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan untuk
meningkatkan usahatani kopinya.
2) Bagi pemerintah, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil
kebijakan dan pengembangan usahatani kopi.
3) Bagi mahasiswa, dapat menjadi bahan referensi atau pengetahuan untuk
penelitian selanjutnya khususnya dalam usahatani kopi

xix
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian terdahulu
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hosanna Sri Arta (2010) yang
berjudul “Analisis Usahatani Kopi di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten
Karo”, menyatakan kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting
dalam perekonomian nasional. Peranan sektor perkebunan kopi terbukti dalam
penyediaan lapangan kerja dan penyedia devisa negara melalui ekspor.
Perkembangan kopi Indonesia di dominasi oleh perkebunan rakyat dengan total
areal 1,06 juta ha atau 94,14%, sedangkan areal perkebunan besar negara dan
perkebunan besar swasta masing-masing memiliki luas 39,3 ribu ha (3,48%) dan
26,8 ribu ha (2,38%). Kelayakan usahatani kopi di Kecamatan Simpang Empat
Kabupaten Karo ditentukan berdasarkan nilai keuntungan dari hasil analisis B/C.
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa usaha tani kopi di Kecamatan
Simpang Empat Kabupaten Karo secara finansial layak untuk dilanjutkan sebab
berdasarkan kriteria investasi nilai NPV>0 yaitu sebesar 8.386.247,8, nilai IRR>i
(15%) yaitu sebesar 16,95% sedangkan nilai Net B/C>1 yaitu sebesar 30,80. Rata-
rata penerimaan adalah sebesar Rp 13.062.700 atau Rp 18.850.597,22 per hektar.
Biaya produksi total adalah sebesar Rp 3.194.223,89 per hektar. Pendapatan yang
diterima petani sebesar Rp 11.536.269,54 atau Rp 15,642.088,95 per hektar.

2. Komoditas Kopi
Tanaman kopi merupakan kelompok tumbuhan berbentuk pohon dalam
marga Coffea. Genus tersebut memiliki 100 spesies tanaman tetapi hanya 3 jenis
yang memiliki nilai ekonomis bagi manusia sehingga banyak dibudidayakan oleh
masyarakat, yaitu Robusta, Arabica dan Liberica. Morfologi tanaman kopi terdiri
dari batang, daun, buah, bunga dan akar. Seluruh bagian-bagian tanaman kopi
bekerja berdasarkan fungsi dan manfaatnya masing-masing.

xix
3. Usahatani Kopi
Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari
Indonesia. Beberapa jenis kopi yang sudah dikenal di Indonesia antara lain kopi
robusta, kopi arabica, dan kopi spesial Indonesia. Kopi spesial Indonesia yang
sudah di ekspor ke luar negeri adalah kopi lintong, kopi gayo, kopi toraja, kopi
sulawesi, kopi luwak, dan lain sebagainya. Konsumsi kopi dunia mencapai 70%
berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari kopi robusta. Kopi arabika
merupakan salah satu jenis kopi yang memiliki kualitas cita rasa tinggi dan kadar
kafein lebih rendah dibandingkan kopi robusta sehingga harganya lebih mahal
(Nursamsiyah dkk., 2014).
Pengolahan pasca panen merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan mutu kopi. Terdapat dua cara yang umum digunakan yaitu
pengolahan basah dan pengolahan kering. Biaya produksi pengolahan dengan
proses basah lebih mahal dibandingkan proses kering. Pengolahan basah
umumnya digunakan untuk mengolah biji kopi arabika. Proses pengolahan basah
terdiri dari sortasi buah kopi, pengupasan kulit buah yang berwarna merah,
fermentasi, pencucian, pengeringan, pengupasan kulit tanduk dari kulit ari, sortasi
biji kopi dan pengemasan serta penyimpanan. Proses pengolahan kering umumnya
sama dengan pengolahan basah, akan tetapi pada pengolahan basah tidak melalui
proses pencucian dan fermentasi. Buah kopi langsung dikeringkan setelah buah
kopi mengalami sortasi (Yahmadi, 2007).

d. Aspek Pasar dan Pemasaran


Menurut Lovelock (2010) dalam Pasaribu (2013), pemasaran merupakan
proses aliran barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen dan di
dalam pemasaran terdapat bauran pemasaran yang dikenal dengan 4p. Bauran
pemasaran 4p terdiri dari product (produk), price (harga), place (distribusi atau
tempat), dan promotion (promosi), akan tetapi dalam bidang jasa bauran
pemasaran 4p berkembang menjadi 8p yaitu product (produk), place and time
(tempat dan waktu), process (proses), people (orang), promotion and education

xix
(promosi dan edukasi), physic (bukti fisik), productivity and quality (produktivitas
dan kualitas), dan price and other cost(harga dan biaya jasa lainnya).
Menurut Salamah (2014), Indonesia memiliki faktor-faktor keunggulan
kompetitif yang dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk dapat bersaing di
dalam pasar ekspor kopi di Amerika. Letak Indonesia yang berada di kawasan
beriklim tropis menjadikan negara Indonesia kaya akan sumberdaya alamsehingga
menjadi modal utama untuk terus menggali potensinya dalam bidang pertanian
terutama dalam pengembangan komoditas kopi.

e. Aspek Manajemen dan Organisasi


Menurut Mulalo et al. (2010) dalam Mayrowani (2013), upaya
peningkatan mutu biji kopi rakyat sudah saatnya untuk diarahkan melalui
pendekatan agribisnis. Kelompok tani diharapkan membentuk organisasi yang
dilengkapi dengan perangkat-perangkat manajemen proses produksi kopi yang
terdiri dari empat subsistem pokok yang saling terkait. Keempat subsistem
tersebut adalah subsistem penggandaan sarana produksi, subsistem produksi
bahan bauku, subsistem pengolahan dan subsistem pemasaran Aspek Manajemen
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari beberapa aspek kajian dalam
sebuah laporan studi kelayakan bisnis.Organisasi adalah suatu wadah yang
memungkinkan sekelompok orang dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak
dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Organisasi merupakan suatu
unit terkoordinasi yang terdiri dari dua orang atau lebih dan berfungsi mencapai
suatu sasaran tertentu atau serangkaian sasaran.

f. Aspek Finansial

Menurut Arifin (2007), aspek finansial mempunyai peran strategis sebagai


dasar pengambilan keputusan (decision), di samping aspek lainnya dalam suatu
studi kelayakan proyek. Studi kelayakan proyek di bidang keuangan bertujuan
untuk melakukan serangkaian analisa dalam perhitungan-perhitungan
(forecasting) secara tepat dan akurat dari suatu investasi modal dengan
membandingkan aliran biaya (cost) dengan kemanfaatan (benefit) menggunakan

xvi
berbagai criteria penilaian investasi. Kompleks suatu proyek yang direncanakan
akan menjadi semakin rumit proses perhitungan kelayakan proyek, sehingga
memerlukan alat bantu pengambilan keputusan yang dapat berfikir dan
memutuskan seperti halnya manusia. Aspek finansial meliputi anggaran rutin dan
pembangunan dari suatu instansi pemerintahan. Aspek finansial dapat digunakan
sebagai aliran darah dalam tubuh manusia, maka aspek tersebut merupakan aspek
penting yang perlu diperhatikan dalam pengukuran kinerja. Kepuasaan pelanggan,
dimana dalam globalisasi perdagangan, peran dan posisi pelanggan sangat krusial
dalam penentuan strategi perusahaan. Hal ini juga terjadi pada instansi
pemerintah. Semakin banyaknya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang
berkualitas, maka instansi pemerintah dituntut untuk secara terus-menerus
memberikan pelayanan yang berkualitas prima. Pengukuran kinerja perlu didesain
sedemikian rupa sehingga pimpinan dapat menerima informasi yang relevan
mengenai tingkat kepuasaan pelanggan.
Tujuan analisis kelayakan finansial adalah untuk mengetahui usaha layak
dijalankan atau tidak. Analisis tersebut merupakan bagian dari usaha. Dalam
perencanaan usaha maka pengumpulan kebutuhan mutlak dalam kelayakan
finansial. Kesalahan dalam penentuan asumsi teknologi produksi, ketersediaan
bahan baku dan fluktuasi harganya, sensitivitas biaya operasional, perkiraan
tenaga kerja dapat menyebabkan ketidaktepatan analisis sehingga apanila rencana
tersebut direalisasikan berpotensi merugi (Kusuma dan Mayasti, 2014).

g. Aspek Ekonomi
Menurut Zaputra (2015), pemberdayaan ekonomi masyarakat petani agar
lebih mendekatkan pada keberhasilantidak dapat dilakukan secara parsial, namun
perlu dilakukan secara komporensif, terpadu dankeberlanjutan. Keterlibatan
semua unsur dan komponen dibangun secara simultan, dalam hal ini dituntut
komitmen dan keterlibatan Aparat Desa atau Pemerintah Daerah untukterlibat
langsung dan terus-menerus dalam proses pendampingan dan pembinaan agar
paramasyarakat petani kopi termotivasi untuk bangkit dan berperan aktif dalam
mambangun dan membantu peningkatan perekonomian keluarganya.

xvi
h. Aspek Penentuan Lokasi
Menurut Setyoko (2013), pemilihan lokasi usaha sangat menentukan
kelangsungan perusahaan dimasa yang akan datang. Lokasi menentukan prestasi,
merupakan ungkapan yang cukup tepat untuk segala jenis kegiatan, demikian pula
untuk kegiatan bisnis di sektor barang maupun jasa. Pemilihan lokasi usaha
membutuhkan pertimbangan yang cukup matang dan hati-hati. Lokasi sangat
mempengaruhi resiko dan keuntungan perusahaan secara keseluruhan. Pemilihan
lokasi usaha memerlukan strategi yang tepat agar usaha berjalan sesuai harapan.
Teori lokasi menurut Von Thunen, mengemukakan bahwa semakin dekat
letak lokasi usaha terhadap lokasi pasar atau pusat kota maka semakin tinggi pula
sewa tanah dan semakin berkurang biaya transport. Berdasarkan hal ini,
menyusun suatu hipotesis kawasan kosentrik dari beberapa tata guna tanah
berdasarkan pada tingkat biaya transport, harga relative produksi dan faktor-faktor
tertentu. Vhon Thunen juga mengembangkan teori Ricardo menjadi lebih spesifik,
yaitu mengembangkan hubungan antara perbedaan lokasi pada tata ruang (spatial
location) dan pola penggunaan lahan.

xix
B. Kerangka Pemikiran
Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor yang cukup menggembirakan
karena memiliki nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasar dunia. Kopi
merupakan salah satu hasil perkebunan Indonesia yang memberikan banyak
pemasukan khususnya di sektor perekonomian. Kopi berperan sebagai sumber
pendapatan petani kopi, sumber devisa maupun penyedia lapangan kerja melalui
kegiatan budidaya, pengolahan, pemasaran dan perdagangan (ekspor impor).
Usahatani kopi rakyat memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan
perekonomian yang tinggi karena memiliki pangsa pasar yang cukup besar dalam
skala regional, nasional, maupun internasional. Usahatani kopi rakyat memiliki
permasalahan yaitu skala usaha masih bersifat tradisional dan belum profesional
sehingga belum memperhatikan perincian biaya yang dikeluarkan. Salah satu
usahatani kopi rakyat yang ada di Kebupaten Jember berada di Desa Silosanen
Kecamatan Silo Kabuoaten Jember. Perlu dilakukan analisis kelayakan usaha tani
di desa tersebut untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani.

xix
Indonesia

Pertanian

Sub Sektor Perkebunan

Komoditas Tanaman Kopi

Tanaman Kopi di Desa Silosanen Kecamatan Silo Kabupaten Jember

Aspek Pasar, Aspek Analisis Kelayakan Analisis Penentuan


Teknis dan Teknologi, Finansial Lokasi
Aspek Manajemen dan
Organisasi
Analisis Kriteria Metode Penilaian
Investasi : Hasil Value :
Indikator : 1. NPV 1. Lahan
1. Aspek Pasar 2. Net B/C 2. Bibit
2. Aspek Teknis dan 3. Gross B/C 3. Tenaga Kerja
Teknologi 4. IRR 4. Pasar
3. Aspek Manajemen 5. PR
dan Organisasi 6. PP

Analisis Kelayakan dan Penentuan Lokasi Usahatani Kopi di


Desa Silosanen Kecamatan Silo Kabupaten Jember

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran

xix
III. METODOLOGI KEGIATAN
A. Metode Penentuan Lokasi
Lokasi usahatani tanaman kopi bertempat di Kecamatan Silo Kabupaten
Jember. Penentuan lokasi usahatani dilakukan secara sengaja (purposive).
Purposive adalah suatu teknik penentuan lokasi berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan dan tujuan tertentu yang dipandang sesuai dengan tujuan kegiatan
(Krisdiyanto dkk., 2015). Penentuan lokasi atas dasar pertimbangan bahwa lokasi
kegiatan usahatani yang dipilih sudah sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kopi
dan sangat cocok serta mempunyai potensi untuk membudidayakan tanaman kopi
serta sumber energi (air irigasi) untuk kegiatan budidaya sudah tersedia dan
lancar. Pertimbangan lainnya yaitu lokasi pasar dari lahan cukup dekat, sehingga
dalam memasarkan produk relatif cepat sampai ke tangan konsumen.

B. Metode Pengumpulan Data


Menurut Winata (2012), data yang diperoleh dalam melakukan kegiatan
ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1) Data primer adalah data yang dikumpulkan dan memerlukan pengkajian
khusus yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan ini menggunakan
wawancara. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
tanya jawab secara langsung yang dilakukan penulis dengan pihak terkait.
Wawancara dilakukan dengan petani kopi mengenai hasil produksi tanaman
kopi, biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi baik biaya tetap maupun
biaya variabel, dan harga penjualan hasil produksi.
2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka. Metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari data dari buku, artikel dan
jurnal penelitian. Data yang diperoleh mengenai kegiatan budidaya tanaman
kopi, hasil produksi tanaman kopi, dan biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan
produksi.

xix
C. Metode Analisis Data
Pada permasalahan pertama dengan rumusan masalah mengenai aspek
pasar, teknis dan teknologi, serta manajemen dan organisasi mengenai usahatani
kopi dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah
metode analisis dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada kemudian
diklarifikasi, dianalisis, selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat memberikan
gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti. Analisis deskriptif
digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Metode
deskriptif akan menggambarkan keadaan usahatani kopi mengenai aspek pasar,
teknis dan teknologi serta manajemen dan organisasi (Habibie, 2013)

D. Definisi Operasional
Definisi operasional dan konsep pengukuran variabel dalam penelitian ini
adalah:
1) Kopi adalah salah satu tanaman perkebunan tahunan yang mempunyai banyak
jenis, yaitu kopi arabika, kopi robusta, kopi liberika dan lain-lain. Kopi
merupakan salah satu dari delapan komoditas utama perkebunan di Indonesia
yang memiliki luas areal yang cukup besar serta menjadi komoditas unggulan
untuk dieksporkan ke luar negeri.
2) Usahatani kopi adalah suatu kegiatan mengusahakan dan mengkoordinir
faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi tersebut diantaranya lahan,
modal dan tenaga kerja. Pemakaian faktor porduksi akan memberikan hasil
produksi kopi yang maksimal.
3) Produksi kopi adalah hasil yang diperoleh dari usahatani kopi dan diukur
dalam satuan kilogram (kg).
4) Biaya total (TC) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk usaha produksi
yang meliputi fix cost (biaya tetap) dan variabel cost (biaya variabel). Biaya
total diukur dalam satuan rupiah.

xix
5) Pendapatan adalah total penerimaan bersih setelah dikurangi dengan biaya
produksi (biaya yang dibayarkan). Biaya produksi terdiri dari fix cost (biaya
tetap) dan variabel cost (biaya variabel).
6) Analisis kelayakan adalah suatu pengkajian yang memusatkan pada aspek
keuangan dari investasi, yaitu apakah biaya investasi yang dikeluarkan untuk
kegiatan usahatani kopi layak untuk dilakukan. Analisis kelayakan dapat
diukur dengan menggunakan kriteria investasi.
7) Investasi adalah jumlah nilai uang yang digunakan untuk mebelanjakan suatu
proyek. Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang
dengan harapan untuk dapat menghasilkan arus dana masa datang dengan
jumlah yang lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi awal
(initial investement).
8) Kriteria investasi adalah metode analisis untuk menentukan apakah investasi
dalam kegiatan usahatani kopi layak untuk dilakukan. Diukur dengan
menggunakan Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost (Net B/C), Gross
Benefit Cost(Gross B/C), Internal Rate of Return (IRR), Profitability (PR) dan
Payback Periode (PP)

xix
IV. PEMBAHASAN
A. Aspek Pasar, Teknis dan Teknologi, serta Manajemen dan Organisasi
Usahatani Kopi di Desa Silo Kecamatan Silo Kabupaten Jember

a. Aspek Pasar dan Pemasaran


Perencanaan usaha diperlukan untuk melakukan pendugaan sementara
mengenai kelayakan usaha yang akan dilakukannya. Ketika suatu usaha telah
berjalan sesuai rencana hingga akhirnya akan menghasilkan suatu produk, langkah
yang harus dilakukan produsen sebelum barangnya diproduksi, terlebih dahulu
pemilik usaha melakukan riset pasar. Tujuannya adalah untuk melihat kondisi
permintaan yang ada sekarang ini terhadap produk yang akan diproduksi, apakah
mendapat tanggapan atau tidak dari calon konsumennya, baik kualitas maupun
harga.
Hasil usaha tani kopi diolah oleh pihak UD argopuro menjadi produk dan
dipasarkan ke pertokoan dan konsumen. Harga yang ditawarkan oleh produsen
sebesar Rp. 27.000/kg. Segmentasi pasar yang ada di Desa Silo Kecamatan Silo
menggunakan pemerataan atau tidak ada kriteria, namun hanya dinilai dari
kebersihan karena dapat mempengaruhi harga. Pengusaha tani telah memiliki
pelanggan tetap yaitu UD Argopuro. Strategi yang digunakan dalam menjalankan
pemasaran usahatani dengan cara kerja sama antar pengusaha dengan petani
ataupun konsumen. Lokasi yang digunakan dalam usahatani tersebut strategis
karena dari hasil panennya sudah menjalin mitra dengan UD Argopuro dan saling
menguntungkan. Pesaing dari pemasaran usahatani kopi terdapat banyak pesaing,
yaitu dari sesama petani, meskipun banyak pesaing pengusaha tani kopi tidak ada
gangguan karena telah bermitra dengan UD Argopuro dan tidak mempengaruhi
harga.
b. Aspek Teknis
Aspek teknis adalah aspek yang membahas mengenai teknologi yang
digunakan dalam suatu usaha. Tujuan aspek teknis adalah untuk meyakini apakah
secara teknis dan pilihan teknologi rencana bisnis dapat dilaksanakan secara layak
atau tidak layak, baik pada saat pembangunan proyek atau operasional secara

xix
rutin. Layak tidaknya suatu proses produksi dapat juga dilihat dari sarana produksi
yang

xvi
dimiliki. Sarana produksi merupakan alat atau bahan yang membantu proses
berlangsungnya produksi. Sarana produksi dalam suatu usahatani sangat penting
dimiliki karena dengan adanya sarana produksi maka akan membuat suatu
usahatani lancar dalam proses pengerjaannya.
Usaha tani kopi yang terdapat di Desa Silo Kecamatan Silo Kabupaten
Jember memiliki beberapa sarana produksi, seperti alat-alat dan bahan yang
diperlukan dalam proses produksi kopi. Sarana produksi alat modern yakni berupa
traktor, sedangkan alat yang masih dikategorikan tradisional yaitu cangkul, sabit,
alat pemotong kopi. Sarana produksi yang digunakan tidak hanya alat-alat saja,
melainkan bahan-bahan baku untuk melakukan usahatani kopi di Desa Silo
Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Sarana produksi berupa bahan yakni pupuk,
bibit, air dan obat-obatan. Bahan baku tersebut didapatkan dari toko-toko
pertanian yang dibeli dengan menggunakan modal sendiri, terkadang bahan baku
tersebut mendapat bantuan dari pihak kelompok tani yang diikuti Pemilik Usaha.

c. Aspek Manajemen dan Organisasi


Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting
dianalisis untuk kelayakan suatu usaha. Walaupun suatu usaha telah dinyatakan
layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan adanya manajemen dan
organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan dalam
manajemen serta organisasinya. Usahatani kopi di Desa Silosanen yang dimiliki
oleh Pemilik Usaha melakukan mitra kerjasama dalam pengiriman hasil produksi,
mitra tersebut khususnya pada UD Argopuro. Pemilik Usaha juga mendapatkan
bantuan dari pihak kelompok tani yang diikutinya untuk membantu dalam
memasarkan hasil produksinya.
Upah yang diberikan kepada tenaga kerja penanaman sebesar Rp. 30.000
sekali tanam, jumlah tenaga kerja yang bekerja sebagai tenaga kerja penanaman
sebanyak 10 orang. Tenaga kerja waktu pemeliharaan dibayar dengan upah
sebesar Rp. 30.000 dengan jumlah tenaga kerja 20 orang. Jumlah tenaga kerja
pemanenan sebanyak 15 orang dengan upah sebesar Rp. 30.000.

xix
B. Aspek Finansial dan Aspek Ekonomi Usahatani Kopi di Desa Silo
Kecamatan Silo Kabupaten Jember

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Analisis Finansial Usahatani Kopi Kecamatan


Silosanen Kabupaten Jember
Hasil Kriteria
No Teknik Analisis Rekomendasi
Perhitungan Analisis
Diusahakan
1. NPV 77742851 > 0 , layak
Dilanjutkan
Diusahakan
2. NET B/C 1,35 > 1, layak
Dilanjutkan
Diusahakan
3. GROSS B/C 1,31 > 1, layak
Dilanjutkan
Diusahakan
4. IRR 14 > 15 %, layak
Dilanjutkan
Diusahakan
5. PR 1,4 > 1, layak
Dilanjutkan
Diusahakan
6. PP 6 tahun 2 hari Layak
Dilanjutkan

a. Kriteria Net Presnt Value (NPV)


Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka didapatkan nilai
NPV sebesar 77742851. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai NPV > 0
sehingga dapat dikatakan usahatani kopi layak untuk dijalankan. Nilai NPV
77742851 menunjukkan keuntungan bersih yang diterima dari usahatani kopi
sebesar Rp 77.742.851 dengan discount factor 9%.
b. Kriteria Net B/C
Berdasarkan analisis Net B/C yang telah dilakukan, maka dapat diketahui
bahwa usahatani kopi menghasilkan nilai Net B/C sebesar 1,35. Nilai Net B/C > 1
sehingga dapat dikatakan usahatani kopi layak untuk dijalankan. Interpretasi nilai
Net B/C sebesar 1,35 memiliki arti bahwa setiap pengeluaran satu rupiah akan
menghasilkan benefit sebesar 1,35 kali lipat dari biaya yang digunakan.
c. Kriteria Gross B/C
Berdasarkan perhitungan Gross B/C menghasilkan nilai sebesar 1,31. Nilai
Gross B/C > 1 menunjukkan bahwa usahatani kopi layak dilakukan. Setiap
pengeluaran biaya Rp 1 akan menghasilkan benefit sebesar 1,31.

xix
d. Kriteria IRR
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai IRR sebesar 14%. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa nilai IRR > discount factor atau IRR > 9% sehingga
usahatani kopi layak untuk dilanjutkan. Usatani kopi layak dilanjutkan karena
kemampuan kegiatan usahatani kopi dalam mengembalikan modal investasi lebih
besar daripada modal yang disimpan di bank pada tingkat bunga yang berlaku.
e. Kriteria PR
Profitability Ratio (PR) adalah perbandingan antara Net Present Value di
luar investasi dengan Present Value Investasi. Profitability Ratio (PR)
menunjukkan perbandingan antara penerimaan (benefit) dengan biaya modal (K)
yang digunakan. Rasio ini dipakai sebagai perhitungan rentabilitas dari suatu
investasi. Nilainya akan mendekati hasil perhitungan Net B/C rasio. Berdasarkan
dari perhitungan usahatani kopi diperoleh nilai PR sebesar 1,40 sehingga lebih
dari 1, maka usahatani kopi layak untuk diusahakan (feasible).
f. Kriteria PP
Payback period (PP) merupakan jangka waktu kembalinya investasi yang
telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang
telah direncanakan. Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa
kembali. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode
payback maksimum yang diisyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka
pembanding. Berdasarkan hasil dari perhitungan PP pada usahatani kopi lamanya
usahatani tersebut kembali yaitu 6 tahun 2 hari.
g. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja
sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan, dengan melakukan analisis
sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut
dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya. Alasan dilakukannya analisis
sensitivitas adalah untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan cost
overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan-baku,
produksi.

xix
C. Analisis Penentuan Lokasi Usaha

Penentuan lokasi merupakan kegiatan yang penting mengingat apabila


terjadi kesalahan dengan menganalisis akan berakibat meningkatnyabiaya yang
akan dikeluarkan nantinya. Penentuan lokasi usahatani kopi dilakukan
menggunakan metode penilaian hasil value. Metode penilaian hasil value dengan
memepertimbangkan beberapa faktor antara lain pasar, bahan baku, transportasi,
tenaga kerja, dan lainnya. Ushatani kopi akan dilaksanakan dengan lokasi yang
diinginkan adalah di Desa Silosanen, Desa Garahan, dan Desa Mulyorejo.

xix
V. KESIMPULAN
1) Target pemasaran yang dilakukan oleh pemilik usahatani kopi yaitu ditargetkan
pada konsumen langsung dengan menjual langsung hasil usahatani kopi tanpa
mengolahnya terlebih dahulu. Target lainnya yaitu kepada petani bibit, dijual
dari pihak pemilik, hingga hasil produksi kopi dipasarkan kepada pihak petani
bibit untuk dilakukan pengolahan serta pemrosesan budidaya kopi kembali.
Saluran pemasaran yang digunakan yaitu petani kopi pada UD Argopuro,
Petani bibit kopi dan konsumen.
2) Aspek finansial menunjukkan bahwa NPV sebesar Rp 77.742.851 (NPV>0),
Net B/C sebesar 1,35 (Net B/C>1), Gross B/C sebesar 1,31 (Gross B/C>1),
IRR sebesar 14% (IRR>9%), PP selama 6 tahun 2 hari, dan PR sebesar 1,4
(PR>1) yang berarti usahatani kopi layak untuk diusahakan. Analisis
sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan harga jual usahatani kopi hingga
10% tidak menunjukkan perilaku sensitif dan masih layak diusahatakan
sedangkan pada penurunan harga jual hingga sebesar 15% menunjukkan
perilaku sensitif dan menunjukan bahwa usahatani kopi tidak layak dilanjutkan
karena terdapat salah satu kriteria investasi yang tidak layak yaitu PR<1.
3) Penilaian penentuan lokasi menggunakan metode hasil value dipilih dalam
mendirikan usahatani kopi adalah desa silosanen karena nilai hasil value yang
diperoleh tertinggi yaitu 87.

xix
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Johar. 2007. Aplikasi Excel dalam studi kelayakan bisnis. Jakarta : PT.Elex
Media Kompitundo.

Arta, Hosanna Sri. 2009. Analisis Usahatani Kopi di Kecamatan Simpang Empat
Kabupaten Karo. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Habibie, Nabila. 2013. Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha Pada PT


Adira Finance Cabang Manado. EMBA, 1(3): 494-502.
Krisdiyanto, R., Eny L., dan Joko S. 2015. Analisis Kelayakan Usahatani Kopi
Organik di Komunitas Ngawi Organik Center (KNOC) Kabupaten Ngawi.
Pertanian, 1 (3) : 1-12.
Kusmiati, Ati. 2015. Kajian Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika Dan
Prospek Pengembangannya Di Ketinggian Sedang. Penelitian Dosen
Pemula, Universitas Jember.
Mayrowani, Hanny. 2013. Kebijakan Penyediaan Teknologi Pascapanen Kopi dan
Masalah Pengembangannya. Agroekonomi, 31(1): 31-49.

Nursamsiyah, Devi Yulistia. 2014. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani


Tanaman Sela Kopi Arabika dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan
Keluarga di Desa Karangpring Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember.
Berkala Ilmiah Pertanian, 1(1): 1-6.

Pasaribu, Nami Fitricia. 2013. Strategi Bauran Pemasaran di Agrowisata Buana


Ametha Sari. Binus Business Review, 4(2): 791-797.

Salamah, Aiti Kurnia Laraswati Muna Zaitul 2014. Peluang, Hambatan dan
Kebijakan Ekspor Kopi di Indonesia ke Pasar Amerika Serikat. Jurnal Ilmu
Hubungan Internasional, 3(1): 169-180.

Setyoko. 2013. Pemilihan Lokasi Pabrik. RBITH. 9(1): 48 – 51.

Winata, N. A. 2012. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Lovebird. Skripsi.


Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Yahmadi, Mudrig. 2007. Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya
dan Pengolahan Kopi di Indonesia. Surabaya : Bina Ilmu Offset.

Zaputra, Aris., Ismayani dan Romano. 2015. Strategi Pengembangan Kluster


Perkebunan Kopi dan Tebu Untuk Pengembangan Ekonomi Kabupaten
Aceh Tengah. Agrisep, 16(2): 39-47.

xix

Anda mungkin juga menyukai