Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan Kuliah Kerja Profesi memberikan kesempatan bagi para

mahasiswa untuk bisa menambah wawasan dan pengalaman serta sikap

bertanggung jawab di dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Sehingga apa yang

dipelajari di bangku perkuliahan dapat diimplementasikan secara langsung

ditempat mahasiswa melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Profesi. Diharapkan

dengan adanya program Kuliah Kerja Profesi ini dapat menciptakan dan

mengembangkan sumber daya manusia yang lebih profesional pada setiap bidang

pekerjaan.

Kuliah Kerja Profesi dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi

mahasiswa Agribisnis Pertanian. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa

selama kerja praktek mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja,

dalam hal ini mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan

dan pemecahanan masalah. Oleh karena itu, dalam kuliah kerja profesi, kegiatan

yang dilakukan oleh mahasiswa adalah mengenali ruang lingkup perusahaan,

mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu, melakukan dan mengerjakan

tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor atau pembimbing lapangan

mengamati perilaku sistem, menyusun laporan dalam bentuk tertulis.

Agroindustri merupakan pengolahan hasil pertanian, dan agroindustri

bagian dari enam subsistem agribisnis yaitu subsistem penyediaan sarana produksi

dan peralatan, usahatani,pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, sarana dan


pembinaan (Soekartawi, 2005) kegiatan agribisnis (agroindustri) yang dimulai

dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lainnya diperlukan

suatu manajemen. Agroindustri sebagai salah satu subsistem dari agribisnis

merupakan kegiatan yang mampu untuk meningkatkan nilai tambah komoditi,

memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta meningkatkan tingkat

pendapatan dan kesejahteraan pengrajin. Industri pengolahan produk pertanian

sangat penting mengingat spesifikasi dari produk pertanian yang mudah rusak dan

memiliki nilai rendah. Adanya industri pengolahan yang memperhatikan

mekanisme pemasaran tentunya akan mampu meningkatkan nilai tambah

dankualitas dari produk pertanian tersebut.

Jenis-jenis usaha industri pengolahan hasil pertanian atau agroindustri di

Kabupaten Pidie Provinsi Aceh salah satunya adalah usaha Bubuk Kopi Laris.

Agroindustri Bubuk Kopi merupakan agroindustri yang mengolah berbagai

macam bahan biji kopi sebagai bahan baku utama menjadi bubuk kopi laris.

Dimana bubuk kopi mempunyai beberapa manfaat yaitu sebagai penambah cita

rasa minuman. Produk ini banyak di cari oleh kalangan bapak atau warung kopi.

Berdasarkan gambaran kondisi pada Agroindustri Bubuk Kopi Laris penulis

perlu untuk melakukan Kuliah Kerja Profesi tentang proses pengolahan Bubuk

Kopi Laris di Gampong Baro Yaman Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie. Proses

yang diamati dari kuliah kerja profesi ini dari proses awal hinggal proses akhir

pengemasan.

1.2. Tujuan Kuliah Kerja Profesi


Tujuan khusus diadakannya Kuliah Kerja Profesi (KKP) adalah Mengetahui

dan mempelajari proses pengelohan Bubuk Kopi Laris Gampong Baro nyaman

Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie.

1.3. Kegunaan Kuliah Kerja Profesi

Kegunaan yang didapat oleh kedua pihak selaku pihak yang berkaitan

langsung dalam Kuliah Kerja Profesi (KKP) dan sebagai mitra antara lain:

a. Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan laporan kuliah kerja

profesi sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Fakultas

Pertanian Universitas Jabal Ghafur, disamping sebagai aplikasi ilmu bagi

penulis.

b. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pihak

pengusaha bumbu masak dan pihak lain yang memerlukan.

c. Dapat menjadi sumber literatur bagi penelitian lebih lanjut.

1.4. Lokasi Dan Ruang Lingkup Kuliah Kerja Profesi

1.4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada usaha Bubuk Kopi Laris Gampong Baro

Yaman Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie Waktu KKP di lakukan mulai 2

Agustus – 2 September 2022.

1.4.2 Ruang Lingkup Kuliah Kerja Profesi

Adapun ruang lingkup dalam Kuliah Kerja Profesi ini di batasi pada

pengolahan Bubuk Kopi Laris.


1.5. Metode Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Data Primer.

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara lansung dengan

pengusaha Bubu Kopi Laris dan para pekerja yang bekerja di usaha Bubuk Kopi

Laris.

2. Data Sekunder

Daya sekunder merupakan data baku pelengkap yang diperoleh dari instansi

pemerintah dan lembaga – lembaga yang terkait dengan penelitian.

1.6. Prosedur Kerja para karyawan

1. Harus hadir jam 07:00

2. Mulai bekerja jam 07:30 pagi

3. Proses pengeringan/ penjemuran dilakukan pagi hari tepat waktu dan

diangkat jam 16.00 atau disesuaikan dengan keadaan cuaca.

4. Pengemasan dilakukan terlebih dulu pada barang yang sudah habis stok nya

di dalam rak penjualan

5. Waktu istirahat jam 10.15-11.00 sekitar 15 menit. Yang bertugas mengiling

boleh istirahat lebih awal.

6. Istrahat siang jam 12.30-13.30 disesuaikan dengan waktu kerja

7. Libur dalam sebulan 2 hari.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kopi

Kopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama di budidayakan.

Selain sebagai sumber penghasilan rakyat, kopi menejadi komoditas andalan

ekspor dan sumber pendapatan devisa negara. Meskipun demikian,komoditas kopi

sering kali mengalami fluktuasi harga sebagai akibat ketidakseimbangan antara

permintaan dan persediaan komoditas kopi di pasar dunia (Rahardjo, 2012).

Perkembangan Kopi di Indonesia Saat ini, sebagian besar tanaman kopi

yang dibudidayakan di Indonesia adalah kopi robusta (90%) dan sisanya kopi

arabika. Penanaman kopi di Indonesia dimulai tahun 1696 dengan menggunakan

jenis kopi arabika. Namun, penanaman jenis kopi ini kurang berhasil. Tahun 1699

pemerintah Hindia Belanda mendatangkan lagi kopi arabika, kemudian

berkembang dengan baik di Pulau Jawa. Kopi arabika yang dikenal sebagai

kopijawa (java coffee) tersebut memiliki kualitas yang sangat baik dan merupakan

komoditas ekspor penting selama lebih dari 100 tahun.

Produksi kopi dalam negeri diperkirakan menurun 10% sepanjang 2016.

Sebagai penghasil kopi robusta terbesar ketiga di dunia, Indonesia hanya mampu

menghasilkan panen 570.000 metrik ton biji pada musim yang dimulai 1 April.

Sementara pada tahun sebelumnya telah mampu menyentuh rekor 636.300 ton.

Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika Belanda membawa kopi

dari Malabar, India, ke Jawa. Mereka membudidayakan tanaman kopi tersebut di

Kedawung, sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia.


Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama

dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Konsumsi kopi dunia

mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi

robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun,

kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut

dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab,

melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012). Tanaman kopi dapat tumbuh

dengan baik apabila faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dioptimalkan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kopi terdiri atas, tanah, curah

hujan, ketinggian tempat, dan pemeliharaan. Untuk dapat tumbuh dengan baik

kopi harus ditanam pada tanah yang subur dan memiliki pH berkisar 5-7. Curah

hujan yang masih dapat ditolerir oleh tanaman kopi adalah 2.000-3.000

mm/tahun. Curah hujan mempengaruhi pembentukan bunga sampai menjadi buah.

Berbeda jenis kopi yang ditanam berbeda pula ketingian tempat yang

dipersyaratkan, kopi Arabika tumbuh pada ketinggian diatas 1000 meter dpl

sedangkan kopi Robusta dapat tumbuh pada ketinggian 800 meter dpl

(Ridwansyah, 2003). Pemanenan kopi dilakukan ketika buah kopi sudah berwarna

merah hingga merah tua.

Kopi mulai menghasilkan buah ketika berumur empat tahun. Proses

pemanenan dilakukan secara manual. Kopi dipetik satu persatu menggunakan

tangan. Kopi kering yang luluh ke tanah dipanen secara terpisah yang disebut

dengan panen lelesan. Pada akhir masa panen, semua buah dipanen sampai habis

yang disebut dengan panen rampasan untuk memutus daur hidup hama
(Panggabean, 2011). Di Indonesia kopi mulai di kenal pada tahun 1696, yang

dibawa oleh VOC. Tanaman kopi di Indonesia mulai diproduksi di pulau Jawa,

dan hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang

oleh VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC

menyebarkannya ke berbagai daerah agar para penduduk menanamnya (Najiyanti

dan Danarti, 2004).

Sistematika tanaman kopi robusta menurut Rahardjo, (2012) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionita

Divisi : Magnoliophyta

Sub kelas : Astridae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rubiaceace

Genus : Coffea

Divisi : Coffea robusta

Coffea robusta Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena

rasanya yang lebih pahit, dan mengandung kafein dalam kadar yang lebih banyak.

Hampir seluruh produksi kopi robusta diseluruh dunia dihasilkan secara kering

dan untuk 6 mendapatkan rasa lugas tidak boleh mengandung rasa-rasa asam dari

hasil fermentasi. Kopi robusta memiliki kelebihan yaitu kekentalan lebih baik dan

menghasilkan warna yang kuat (Siswoputranto, 1992). Pohon kopi spesies lainya

yang cukup banyak diproduksi sebagai produk kopi adalah Coffea canephora yang
sering dikenal sebagai kopi robusta. Kandungan kafein dalam kopi memiliki efek

positif dan efek negatif pada tubuh. Kafein kopi bermanfaat dalam stimulasi otak

dan sistem syaraf serta mempertinggi denyut jantung, karena itu setelah meminum

kopi akan terasa sensasi kesegaran psikis. Kandungan kafein yang tinggi dapat

menyebabkan jantung berdebar, pusing, dan tekanan darah meningkat serta

menyebabkan susah tidur. Menurut Winarno (1992), kafein dapat meningkatkan

sekresi asam lambung, memperbanyak produksi urine, memperlebar pembuluh

darah, dan meningkatkan kerja otot. Kopi bubuk murni mengandung 100 mg

kafein. Kadar kafein yang mulai membahayakan kesehatan bila konsumsinya

1000 mg/hari atau konsumsi kopi lebih dari 5 cangkir per hari. Bentuk murni

kafein dijumpai sebagai kristal berbentuk tepung putih atau berbentuk seperti

benang sutera yang panjang dan kusut. Bentuk kristal benang itu berkelompok

akan terlihat seperti bulu domba. Kristal kafein mengikat satu molekul air, dapat

larut dalam air mendidih. Kafein mencair pada suhu 235-237°C dan akan

menyublim pada suhu 176°C di dalam ruangan terbuka. Kafein mengeluarkan bau

yang wangi, mempunyai rasa yang sangat pahit dan mengembang di dalam air

(Randi, 2006). Kafein sangat penting dalam aspek psikologis peminum kopi dan

merupakan faktor penting pemberi rasa pahit.

2.1.1 Manfaat Kopi

Berikut ini adalah beberapa manfaat tersebut yang perlu anda ketahui :

1.Meningkatkan daya ingat

Hal ini disampaikan oleh para peneliti, disebutkan mereka yang meminum

kopi tanpa gula setiap harinya memiliki memori yang lebih baik.
2.Mencerdaskan

Kopi bebas gula bisa memblokir neurotransmitter yang disebut "adenosine".

Ketika kafein adenosine ini, pengaktifan saraf otak akan meningkat sehingga

membantu melepaskan neurotransmiter yang bermanfaat. Pada intinya, kafein

meningkatkan fungsi otak.

3.Mengandung antioksidan yang bermanfaat

Kopi diketahui sebagai salah satu sumber antioksidan terbesar. Antioksidan

ini disebut sebagai quinines. Mereka dapat membantu seseorang dalam menangani

bebagai masalah kesehatan. Antioksidan lain yang ada di kopi adalah

hydrocinnamic acid dan polyphenols. Mereka bisa melawan radikal bebas yang

ada di dalam tubuh.

4.Mengandung vitamin dan mineral

Vitamin yang terkandung dalam kopi hitam misalnya B2, B3, dan B5. Ada

juga mangan, potasium, dan magnesium. Semuanya penting untuk memfungsikan

organ tubuh secara optimal. Misalnya vitamin B2 dalam memproduksi energi,

nutrisi seperti potasium dan magnesium juga berperan untuk mengontrol tekanan

darah.

5.Membersihkan perut

Minum kopi tanpa gula dapat menghilangkan bakteri dan toksin dari dalam

perut. Bakteri dan toksin ini akan dikeluarkan lewat urin ketika seseorang buang

air kecil. Kopi hitam juga membantu menghentikan pertumbuhan parasit jahat

yang bisa menimbulkan masalah kesehatan perut.


6.Membantu menurunkan berat badan

Kopi hitam bisa meningkatkan metabolisme tubuh, sehingga baik untuk

dikonsumsi sebelum atau setelah berolahraga. Kopi yang disajikan dengan carar

ini juga bisa membantu membakar lemak sehingga membantu menurunkan berat

badan.

7.Menjaga organ hati

Kopi hitam dapat membantu menurunkan risiko tekena cirrosis hingga 80

persen.Cirrosis merupakan istilah untuk menyebut kerusakan hati kronis.

8.Meminimalisir risiko penyakit jantung

Seperti disebutkan sebelumnya, kopi hitam dapat meningkatkan

metabolisme seseorang. Hal ini dapat mencegah terjadinya penumpukan lemak

dan kolesterol yang menyebabkan arteri tersumbat.

9.Mengurangi risiko diabetes

Fakta ini ditunjukkan dalam sebuah studi dari Harvard, bahwa peminum

kopi memiliki peluang 11 persen lebih renddah dari mengalami diabetes tipe 2. Itu

berlaku bagi orang yang mengonsumsi kopi hitam lebih dari 1 cangkir dalam

seharinya.

2.2 Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk yang dianggap dapat bekerja

dan sanggup bekerja dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa

jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau ikut

berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Dikatakan dapat dan sanggup bekerja yaitu

penduduk dalam usia kerja biasanya usia 15 tahun keatas (berusia 15-64 tahun).
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam

maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dalam dunia usaha Pertanian terdapat beberapa faktor produksi. Salah

satunya Faktor Tenaga Kerja. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam

produktivitas pertanian. Pada awalnya, penggunaan tenaga kerja dalam

pengolahan lahan pertanian masih dilakukan oleh orang perorangan (keluarga

inti), namun pada perkembangan selanjutnya pemilik lahan pertanian akan

menerima bantuan dari tetangga dikarenakan tebaga kerja yang berasal dari

keluarga tidak cukup untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja

sedangkan lahan yang harus dikerjakan luas. Dengan imbalannya pada saat

tetangga membutuhkan bantuan untuk lahan miliknya, mereka akan saling

membantu.

Pada masa kini, pertanian yang luas merupakan permasalahan yang sangat

komplek yakni menyangkut 4 faktor produksi pertanian. Dalam hal faktor tenaga

kerja petani modern sudah menyewa tenaga kerja dengan imbalan upah. Dengan

adanya mekanisasi dalam bidang pertanian, kebutuhan akan tenaga kerja manusia

maupun hewan semakin rendah. Walau demikian, yang meningkat adalah

kebutuhan akan tenaga kerja manusia yang berpotensi tinggi dan punya

keterampilan dalam mengoperasikan alat-alat tersebut.

2.3 Manajemen Tenaga Kerja

Proses manajemen suatu organiasasi umumnya memiliki prinsip yang sama

yaitu efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan (Siradjuddin, 2016).
Menurut Lubis dan Widanarko (2012) terdapat empat fungsi manajemen yang

sering disebut POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling).

1. Fungsi Perencanaan (Planning) yaitu proses yang menyangkut upaya dalam

mengantisipasi kemungkinan di masa yang akan terjadi dan mampu

merancang keputusan-keputusan yang mendasar dalam penentuan strategi

yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing) yaitu proses menempatkan dan

mengatur tugas-tugas pokok setiap lini organisasi yang efektif, efisien, dan

produktif. Kegiatan pengembangan struktur organisasi, pendelegasian

wewenang dan tangguing jawab serta penciptaan iklim kerja merupakan

cakupan fungsi pengorganisasian.

3. Fungsi Pengarahan (Actuating) yaitu proses menggerakkan dan

mengarahkan seluruh aspek manajemen yang meliputi kepiawaian dalam

memobilisasi SDM secara optimum, termasuk kemampuan teknis dalam

mengoperasionalkan unsurunsur manajemen.

4. Fungsi Pengawasan (Controlling) yaitu proses memastikan dalam

pengadaan Kualitas, Kuantitas, Waktu, dan Biaya (KKWB) terhadap

pekerjaan yang sedang berlangsung maupun pekerjaan yang telah selesai

dikerjakan.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karateristik Wilayah

Bubuk kopi laris terletak dipinggir jalan Gelanggang hewan Gampong Baro

Yaman. Tempat usahanya yang terletak di Gampong Baro Yaman Kecamatan

Mutiara. Usaha bubuk kopi di gampong Baro Yaman merupakan pabrik utama

penghasil bubuk kopi laris. Berdasarkan letak geografis usaha bubuk kopi laris di

Gampong Baro Yaman memiliki perbatasan:

 Sebelah utara : Mutiara Timur

 Sebelah selatan : Berbatasan Sentosa dan Mesjid yaman

 Sebelah barat : Yaman barat

 Sebelah timur : Mutiara timur

3.2 Sejarah Usaha Bubuk Kopi Laris

Usaha bubuk kopi laris berdiri sejak pada tahun 1993. Usaha ini dimiliki

oleh bapak Alwi Amin , yang merupakan warga Gampong Baro Yaman. Bapak

Awil Amin mencoba membuka usaha bubuk kopi laris bersama dengan keluarga

yang juga sebagai penerus pemilik usahanya tersebut. Usaha bubuk kopi laris

bergerak dibidang produksi dan pengelohan bubuk kopi. Pada usaha bubuk kopi

terdapat 7 orang tenaga kerja yang ditempatkan pada beberapa bagian proses

produksi.

Ada beberapa usaha bubuk kopi lainnya di Kabupaten Pidie yang menjadi

pesaing dari usaha bubuk kopi laris. Namun hal tersebut tidak menjadi kendala

bisnis bagi pemilik dikarenakan produk bubuk kopi laris berbeda dengan produk
bubuk kopi lainnya dari aspek pengolahan hingga pemasaran. Pengolahan bahan

baku bubuk kopi laris sangat diperhatikan kebersihannya dari proses penyortiran,

pencucian, penjemuran, penggilangan, pengemasan hingga ke pemasaran. Proses

pengolahan bubuk kopi laris yang higenis mengakibatkan bubuk kopi ini banyak

diminati oleh konsumen khususnya Bapak-bapak dan warung kopi.

3.3 Manajemen Tenaga Kerja Bubuk Kopi Laris

Manajemen Tenaga Kerja bertujuan untuk meningkatkan produktivitas

produksi. Para tenaga kerja dituntut untuk mampu dan mengembangkan usaha

Bubuk Kopi Laris dengan baik dan benar sesuai dengan aturan kerja yang sudah

ditentukan oleh atasan atau pemilik usaha Bubuk Kopi Laris ini mempekerjakan 7

orang tenaga kerja yang setiap hari nya bekerja di kebun Jambu Kristal dengan

bagian kerja yang berbeda. Pekerja di Usaha Bubuk Kopi Laris berdomisili di

gampong Baro Yaman. Beberapa orang pekerja bertempat tinggal Baro Yaman.

1.Karakteristik Jenis Kelamin Tenaga Kerja

Jenis kelamin merupakan hal yang berpengaruh dalam produktitivitas usaha

bubuk kopi. Namun pada usaha Bubuk Kopi Laris, pemilik tidak mengutamakan

jenis kelamin sebagai persyaratan untuk menjadi tenaga kerja. Bubuk Kopi Laris

menempatkan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin sesuai dengan tingkat

kerumitan bidang kerja. Seperti penempatan tenaga kerja laki-laki yang

dikhususkan pada pengolahan dan perempuan yang ditempatkan pada bagian

penyortiran kopi.Usaha bubuk kopi laris memiliki 7 tenaga kerja :


Laki-Laki Perempuan

1.Husaini 1.Nuraini
2.Muhammad iqbal 2.Miftahul Jannah
3.Dimas
4.Zulfahmi
5.Syoufa Rizky

2.Karateristik usia tenaga kerja

Aspek usia mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja. Berdasarkan

hasil kegiatan yang diperoleh, distribusi, usia, di Usaha Bubuk Kopi Laris. Tenaga

kerja di Usaha Bubuk Kopi Laris menurut umur berkisar antara 25 hingga 50

tahun.

3.Pendidikan

Aspek pendidikan di nilai berdasarkan tahun sukses pendidikan formal yang

telah diselesaikan oleh tenaga kerja di usaha bubuk kopi laris. Sebagian besar

tenaga kerja mencapai tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama ( SMP) dan

Sekolah Menengah Atas (SMA). Usaha Bubuk Kopi Laris memiliki tenaga kerja

yang rata-rata berpendidikan rendah karena pemilik tidak menetapkan standar

pendidikan mininum yang tinggi dalam penerimaan tenaga kerja khusus lapang.

4.Upah dan Intensif

Aspek upah jumlah upah yang diterima dan dan insentif pada laporan

kegitan ini berdasarkan yang diperoleh tenaga kerja apabila dapat menjalanka jam

lembur jika permintaan pasar dalam jumlah yang banyak. Upah diberikan sesuai

bidang pekerjaan masing-masing. Tenaga kerja yang sudah senior bagian

pengolahan bubuk kopi menerima upah sebesar Rp. 150.000/hari. Sedangkan

yang masih junior menerima upah Rp. 130.000/hari. Bagian penyortiran kopi atau

pembersihan dari ampas-ampas sebelum pengolahan menjadi bubuk kopi

menerima upah Rp. 60.000/hari..


5.Jam Kerja Tenaga kerja

Waktu kerja merupakan bagian dari usaha menerapkan kedisiplinan demi

mendapatkan hasil yang maksumal. Setiap perusahaan atau setiap tempat kerja

memiliki aturan jam kerja yang masing-masing berbeda, seperti aturan waktu

kerja di Bubuk Kopi Laris ini di mulai dari pukul 07.00 WIB s/d 12.00 WIB. Lalu

masuk kerja kembali pada pukul 14.00 WIB s/d 17.00 WIB.

3.4 Proses Pengolahan Kopi Proses

a.Proses penyangraian

Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini

merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam biji

kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak

senyawa organik calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi. Waktu sangrai

ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai atau sering disebut derajat sangrai.

Makin lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai mendekati cokelat tua

kehitaman (Mulato, 2002). Roasting merupakan proses penyangraian biji kopi

yang tergantung pada waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi

yang signifikan. Terjadi kehilangan berat kering terutama gas dan produk 12

pirolisis volatil lainnya. Kebanyakan produk pirolisis ini sangat menentukan

citarasa kopi. Kehilangan berat kering terkait erat dengan suhu penyangraian.

Berdasarkan suhu penyangraian yang digunakan kopi sangrai dibedakan atas 3

golongan yaitu ligh roast suhu yang digunakan 193 °C sampai 199 °C, medium

roast suhu yang digunakan 204 °C dan dark roast suhu yang digunakan 213 °C

sampai 221 °C. Light roast menghilangkan 3-5% kadar air, medium roast
menghilangkan 5-8% dan dark roast menghilangkan 8-14% kadar air (Varnam

and Sutherland, 1994). Penyangrai bisa berupa oven yang beroperasi secara batch

atau continous. Pemanasan dilakukan pada tekanan atmosfer dengan media udara

panas atau gas pembakaran. Pemanasan dapat juga dilakukan dengan melakukan

kontak dengan permukaan yang dipanaskan, dan pada beberapa desain pemanas,

hal ini merupakan faktor penentu pada pemanasan. Desain paling umum yang

dapat disesuaikan baik untuk penyangraian secara batch maupun continous yaitu

berupa drum horizontal yang dapat berputar. Umumnya, biji kopi dicurahkan

sealiran dengan udara panas melalui drum ini, kecuali pada beberapa roaster

dimana dimungkinkan terjadi aliran silang dengan udara panas. Udara yang

digunakan langsung dipanaskan menggunakan gas atau bahan bakar, dan pada

desain baru digunakan sistem udara daur ulang yang dapat menurunkan polusi di

atmosfer serta menekan biaya operasional (Ciptadi dan Nasution, 1985).

b.Pendinginan Biji Kopi

Proses pendinginan biji kopi yang telah disangrai sangat perlu dilakukan. Ini

untuk mencengah agar tidak terjadi pemanasan lanjutan yang dapat mengubah warna,

flavor, volume atau tingkat kematangan biji yang diinginkan. Beberapa cara dapat

dilakukan antara lain pemberian kipas, ataupun dengan menaruhnya kebidang datar

(Pangabean, 2012). Setelah proses sangrai selesai, biji kopi harus segera didinginkan di

dalam bak pendingin. Pendinginan yang kurang cepat dapat menyebabkan proses

penyangraian berlanjut dan biji kopi menjadi gosong (over roasted). Selama pendinginan

biji kopi diaduk secara manual agar proses pendinginan lebih cepat dan merata. Selain

itu, proses ini juga berfungsi untuk memisahkan sisa kulit ari yang terlepas dari biji kopi

saat proses sangrai (Mulato, 2002). c. Penghalusan Biji Kopi Biji kopi sangrai dihaluskan
dengan mesin penghalus sampai diperoleh butiran kopi bubuk dengan ukuran tertentu.

Butiran kopi bubuk mempunyai luas permukaan yang relatif besar dibandingkan jika

dalam keadaan utuh. Dengan demikian, senyawa pembentuk citarasa dan senyawa

penyegar mudah larut dalam air seduhan (Mulato, 2002). 16 Salah satu perubahan

kimiawi biji kopi selama penyangraian dapat dimonitor dengan perubahan nilai pH. Biji

kopi secara alami mengandung berbagai jenis senyawa volatil seperti aldehida, furfural,

keton, alkohol, ester, asam format, dan asam asetat yang mempunyai sifat mudah

menguap. Makin lama dan makin tinggi suhu penyangraian, jumlah ion H+ bebas

di dalam seduhan makin berkurang secara signifikan. Biji kopi secara alami

mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk cita rasa dan aroma khas

kopi antara lain asam amino dan gula. Selama penyangraian beberapa senyawa

gula akan terkaramelisasi menimbulkan aroma khas. Senyawa yang menyebabkan

rasa sepat atau rasa asam seperti tanin dan asam asetat akan hilang dan sebagian

lainnya akan bereaksi dengan asam amino membentuk senyawa melancidin yang

memberikan warna cokelat (Mulato, 2002).

c. Penghalusan Biji Kopi

Biji kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai diperoleh

butiran kopi bubuk dengan ukuran tertentu. Butiran kopi bubuk mempunyai luas

permukaan yang relatif besar dibandingkan jika dalam keadaan utuh. Dengan

demikian, senyawa pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah larut dalam

air seduhan (Mulato, 2002). 16 Salah satu perubahan kimiawi biji kopi selama

penyangraian dapat dimonitor dengan perubahan nilai pH. Biji kopi secara alami

mengandung berbagai jenis senyawa volatil seperti aldehida, furfural, keton,

alkohol, ester, asam format, dan asam asetat yang mempunyai sifat mudah
menguap. Makin lama dan makin tinggi suhu penyangraian, jumlah ion H+ bebas

di dalam seduhan makin berkurang secara signifikan. Biji kopi secara alami

mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk cita rasa dan aroma khas

kopi antara lain asam amino dan gula. Selama penyangraian beberapa senyawa

gula akan terkaramelisasi menimbulkan aroma khas. Senyawa yang menyebabkan

rasa sepat atau rasa asam seperti tanin dan asam asetat akan hilang dan sebagian

lainnya akan bereaksi dengan asam amino membentuk senyawa melancidin yang

memberikan warna cokelat (Mulato, 2002)


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan melalui Kuliah Kerja Profesi

tentang manajemen tenaga kerja pada Usaha bubuk kopi laris di Kecamatan

Mutiara Kabupaten Pidie maka dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen

tenaga kerja Usaha Bubuk Kopi Laris menyelesaikan beberapa proses pengolahan

yaitu :

1.Penjemuran

2.Pendinginan

3.Penyortiran

4.Penggilingan

5.Penimbangan

6.pengemasan

Adapun tenaga kerja di Usaha Bubuk Kopi Laris berjumlah 7 orang, 5 diantaranya

Laki-laki dan 2 Perempuan.Tenaga kerja di Usaha Bubuk Kopi Laris memiliki

bagian masing-masing dalam pengolahan bubuk kopi.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil laporan kuliah kerja profersi saran yang dapat diberikan,

untuk usaha bubuk kopi laris harus memperbanyak variasi kopi sehingga bisa

membuat orang tertarik akan usaha bubuk kopi laris ,dan membuat logo usaha

sendiri agar lebih dikenal luas khususnya para pecinta kopi.

Anda mungkin juga menyukai