Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK 5

MENGUKUR KADAR AIR BIJI KOPI PADA


PENGOLAHAN KOPI SEMI WASH

Oleh :
AZFAR FAUZI MARPAUNG : 01.04.19.109
JUAN FELIX NAIBAHO : 01.04.19.119
MUHAMMAD REZA IRSYADILLAH : 01.04.19.125
NICO FELIX BARUS : 01.04.19.127
RANZERT MARBUN : 01.04.19.130

Dosen Mata Kuliah :


Mawar Indah Perangin-angin, S. TP, M.Si

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2022
DAFTAR ISI ........................................................................................2

DAFTAR GAMBAR .........................................................................13

A. Gambar.1. .....................................................................................13
B. Gambar.2. .....................................................................................13
C. Gambar.3. .....................................................................................14

DAFTAR TABEL ..............................................................................12

I. PENDAHULUAN ..............................................................................3
A. Latar belakang ...............................................................................3
B. Tujuan ...........................................................................................4
C. Manfaat .........................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................5
III. METODE PELAKSANAAN ...........................................................10
A. Waktu dan tempat .......................................................................10
B. Alat dan bahan ............................................................................10
C. Prosedur kerja .............................................................................10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................11
V. KESIMPULAN..................................................................................16
A. Kesimpulan .................................................................................16
B. Saran ...........................................................................................16
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan
penting sebagai sumber devisa Negara. Kopi juga merupakan sumber penghasilan
bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia. Mutu biji
kopi sangat bergantung pada proses penanganan pasca panen yang tepat. Dengan
penanganan pasca panen yang tepat di setiap prosesnya, mutu kopi bisa
ditingkatkan (Yusdiali, 2008) selainn itu juga Kopi merupakan salah satu
minuman yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena rasa dan
aromanya. Minuman ini di gemari oleh segala umur secara turun temurun. Kondisi
ini sama dengan di luar negeri, di Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat
menyukai minuman ini, sehingga istilah coffe break masih di gunakan hingga saat
ini untuk menandai waktu istirahat maupun jam makan siang.
Mutu dari kopi sangat ditentukan oleh penanganannya selama panen dan pasca
panen. Kopi yang dipetik pada saat tua merupakan kopi dengan mutu tinggi.
Sebaliknya kopi yang belum merah namun sudah dipetik akan mengakibatkan
aroma dan rasa yang kurang karena masa masak buah kopi yang belum matang
sempurna. Pencampuran antara kopi tua dan muda yang sering dilakukan
pedagang akan menyebabkan menurunnya kualitas kopi yang dihasilkan
(Rahayoe et al., 2009). Menurut penelitian Purwanto dkk (2015), untuk
menghasilkan mutu biji kopi yang baik dilakukan dengan cara pengolahan secara
optimal dan akan menghasilkan biji kopi beras yang memenuhi syarat mutu umum
biji kopi. Mutu kopi yang baik dapat dilihat dari kadar air, semakin tinggi kadar
air (diatas 12,5%) akan memudahkan pertumbuhan jamur pada biji selama
penyimpanan dan meyebabkan kerusakan fisik seta citarasa. Jika biji terlalu
kering akan menyebabkan biji kehilangan citarasa atau menjadi lebih rapuh
sehingg biji banyak yang pecah saat pengupasan kulit. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas dari kopi biji Robusta antara lain perendaman
(pengolahan) dan penanganan. Menurut penelitian Setyani dkk (2018),
pengolahan kopi pada tahap perendaman dan penanganan yang tidak konsisten
berpengaruh terhadap rasa seduhan kopi. Tahap perendaman dilakukan untuk
meningkatkan mutu kopi dan memperbaiki citarasa kopi. Kopi Robusta harus
dilakukan dengan pengolahan yang baik untuk meningkatkan mutu biji kopi. Biji
kopi yang diperoleh harus memiliki tingkat kadar air, kecerahan dan citarasa yang
baik, jika ketiga komponen tersebut tidak sesuai dengan standar mutu, maka kopi
yang dihasilkan memiliki nilai yang rendah. Berdasarkan latar belakang diatas,
peneliti ingin mengetahui apakah lama perendaman juga berpengaruh terhadap
karakteristik biji kopi Robusta. Karakteristik yang dimaksud dalam penelitian ini
meliputi kadar air biji kopi Robusta, tingkat kecerahan biji kopi Robusta dan cita
rasa kopi Robusta apakah ketiga komponen tersebut masing-masing memiliki
pengaruh terhadap lama perendaman.

B. Tujuan
Tujuan dilakukannya pelaksanaan praktikum adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses menetapkan kadar air pada biji kopi
robuta dengan metode oven
2. Mahasiswa dapat mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam
menetapkan kadar air pada biji kopi

C. Manfaat
Manfaat pelaksanaan pratikum adalah :
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kadar air pada biji kopi dengan
metode oven
2. Mahasiswa mampu melaksanakan pengukuran kadar air pada bidang
pertanian
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Konsumsi kopi dunia
mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi
robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun,
kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut
dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab,
melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik apabila faktor-faktor yang
mempengaruhinya dapat dioptimalkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kopi terdiri atas, tanah, curah hujan, ketinggian tempat, dan
pemeliharaan. Untuk dapat tumbuh dengan baik kopi harus ditanam pada tanah
yang subur dan memiliki pH berkisar 5-7. Curah hujan yang masih dapat ditolerir
oleh tanaman kopi adalah 2.000-3.000 mm/tahun. Curah hujan mempengaruhi
pembentukan bunga sampai menjadi buah. Berbeda jenis kopi yang ditanam
berbeda pula ketingian tempat yang dipersyaratkan, kopi Arabika tumbuh pada
ketinggian diatas 1000 meter dpl sedangkan kopi Robusta dapat tumbuh pada
ketinggian 800 meter dpl (Ridwansyah, 2003).
Sistematika tanaman kopi robusta menurut Rahardjo, (2012) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionita
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Astridae
Ordo : Rubiaceace
Genus : Coffea
Spesies : Coffea robusta
B. Morfologi Tanaman Kopi
Morfologi tanaman kopi secara garis besar dapat dikelompokan menjadi
beberapa bagian yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji
1. Akar
Tanaman kopi memiliki sistem perakaran tunggang yang tidak rebah, perakaran
tanaman kopi relatif dangkal. Lebih dari 90% dari berat akar terdapat lapisan tanah
0-30 cm (Najiyati dan Danarti, 2012).
2. Batang
Batang tanaman kopi merupakan tumbuhan berkayu, tumbuh tegak ke atas dan
berwarna putih keabu-abuan. Pada batang terdiri dari 2 macam tunas yaitu tunas
seri (tunas reproduksi) yang tumbuh searah dengan tempat asalnya dan tunas
legitim yang hanya dapat tumbuh sekali dengan arah tumbuh membentuk sudut
nyata dengan tempat aslinya (Arief, 2011).
3. Daun
Daun berbentuk menjorong, berwarna hijau dan pangkal ujung meruncing. Bagian
tepi daun bersipah, karena ujung tangakai tumpul. Pertulangan daun menyirip, dan
memiliki satu pertulangan terbentang dari pangkal ujung hingga terusan dari
tangkai daun. Selain itu, daun juga berombak dan tampak mengkilap tergantung
dengan spesiesnya
4. Bunga
Bunga pada tanaman kopi memiliki ukuran relatif kecil, mahkota berwarna putih
dan berbau harum semerbak. Kelopak bunga berwarna hijau. Bunga dewasa,
kelopak dan mahkota akan membuka dan segera mengadakan penyerbukan
sehingga akan terbentuk buah. Pada bunga dewasa akan terjadi penyerbukan
dengan membukanya kelopak dan mahkota yang akan berkembang menjadi buah.
Penyerbukan yang terjadi pada tanaman kopi robusta merupakan jenis
penyerbukan silang (Sudarka, 2009), yaitu proses jatuhnya serbuk sari yang
berasal dari bunga pada tumbuhan lain yang sejenis pada kepala putik. Hal
tersebut terjadi karena kedudukan tangkai putik pada kopi robusta menjulang
tinggi dari posisi benang sari, sehingga kemungkinan benang sari dapat jatuh di
tangkai putik sendiri sangat kecil (Sudarka, 2009).
5. Buah dan Biji
Buah kopi juga memiliki karakteristik yang membedakan dengan biji lainnya. Secara
umum, karakteristik yang menonjol yaitu bijinya yang agak bulat lengkungan bijinya
yang lebih tebal dibandingan kopi arabika dan garis tengah dari

C. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi


Syarat tumbuh kopi robusta antara lain dapat ditanam pada ketinggian 0-1000m
dpl, tetapi ketinggian optimal adalah 400-800 m dpl. Temperatur rata-rata antara
21ºC – 24ºC. Kopi robusta memerlukan masa kering kurang lebih 3 bulan, masa
kering tersebut sangat diperlukan karena kopi robusta melakukan penyerbukan
silang. Curah hujan yang paling baik untuk tanaman kopi adalah daerah yang
mempunyai curah hujan optimal antara 2000 sampai 3000 mm per tahun (Mulyana,
1982:22). Syarat dan Lokasi Tumbuh Tanaman Kopi tanaman kopi dapat tumbuh
dengan baik apabila faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
pemeliharaan tanaman dapat dioptimalkan dengan baik. Berikut ini beberapa
syarat pertumbuhan kopi secara umum
1. Tanah
Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat tumbuh baik pada ketinggian tempat di
atas 700 m di atas permukaan laut (dpl). Kopi arabika baik tumbuh dengan cita
rasa yang bermutu pada ketinggian di atas 1000 m dpl. Namun demikian, lahan
pertanaman kopi yang tersedia di Indonesia sampai saat ini sebagian besar berada
di ketinggian antara 700 sampai 800 m dpl. Rata-rata pH tanah yang dianjurkan
5-7. Jika pH tanah terlalu asam, tambahkan pupuk Ca(PO)2 atau Ca(PO3)2 (kapur
atau dolomit). Sementara itu, untuk menurunkan pH tanah dari basa ke asam,
tambahkan urea. Caranya taburkan kapur atau urea secukupnya sesuai kondisi
tanah, lalu periksa keasaman tanah dengan pH meter. Tambahkan urea jika pH
tanah masih basa atau tambahkan kapur jika terlalu asam.
2. Curah hujan
Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun 1000- 2000
mm, optimal 2000-3000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3- 4
bulan, tetapi pada waktu kemarau harus masih ada hujan. Musim kering
dikehendaki maksimal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa
kering sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak melebihi dua minggu.
Pohon kopi tidak tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim
kemarau, karena angin ini akan mempertinggi penguapan air di permukaan tanah
dan juga dapat mematahkan pohon pelindung. Untuk mengurangi hal-hal tersebut
di tepi- tepi kebun ditanam pohon penahan angin (Najiyati dan Darnati, 1999).
3. Penyinaran Matahari
Kopi memerlukan sinar matahari yang teratur. Umumnya kopi tidak menyukai
penyinaran matahari langsung, penyinaran berlebih dapat mempengaruhi proses
fotosintesis. Penyinaran matahari juga mempengaruhi pembentukan kuncup
bunga. Penyinaran matahari pada pertanaman kopi dapat diatur dengan
penanaman pohon penaung. Pohon penaung tanaman kopi dapat diupayakan
tumbuh di tempat yang teduh, tetapi tetap mendapatkan penyinaran yang cukup
untuk merangsang pebentukan bunga (Suwarto dan Yuke, 2010).

D. Kopi Robusta
Kopi jenis robusta merupakan kopi yang paling akhir dikembangkan oleh
pemerintahan Belanda di Indonesia. Kopi ini lebih tahan terhadap cendawan
Hemileia vastatrix dan memiliki produksi yang tinggi dibandingkan kopi liberika.
Akan tetapi, citarasa yang dimilikinya tidak sebaik dari kopi jenis arabika,
sehingga dalam pasar Internasional kopi jenis ini memiliki indeks harga yang
rendah dibandingkan kopi jenis arabika. Selain itu, kopi ini sangat memerlukan
tiga bulan kering berturut-turut yang kemudian diikuti curah hujan yang cukup.
Masa kering ini diperlukan untuk pembentukan bunga, dan penyerbukan.
Temperatur rata-rata yang diperlukan tanaman kopi robusta berkisar 20° – 24°C
(AAK 1988). Tanaman kopi jenis robusta memiliki adaptasi yang lebih baik
dibandingkan dengan kopi jenis arabika. Areal perkebunan kopi jenis robusta di
Indonesia relatif luas. Pasalnya, kopi jenis robusta dapat tumbuh di ketinggian
yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi perkebunan arabika. Kopi jenis
robusta yang asli sudah hampir hilang. Saat ini, beberapa jenis robusta sudah
bercampur menjadi klon atau hibrida, seperti klon BP 39, BP 42, SA 13, SA 34,
dan SA 56. Kopi robusta digolongkan lebih rendah mutu cita rasanya
dibandingkan dengan citarasa kopi arabika. Hampir seluruh produksi kopi robusta
di seluruh dunia dihasilkan secara kering dan untuk mendapatkan rasa lugas tidak
boleh mengandung rasa-rasa asam dari hasil fermentasi. Kopi robusta memiliki
kelebihan yaitu kekentalan lebih dan warna yang kuat (Siswoputranto, 1993).

E. Kadar air
Kadar air suatu bahan pertanian sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban
relatif udara lingkungan penyimpanan. Hal tersebut merupakan satu faktor yang
menentukan sampai seberapa jauh suatu bahan dapat dikeringkan pada kondisi
lingkungan tertentu dan dapat digunakan sebagai tolok ukur kemampuan
berkembangnya mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau
pembusukan bahan pada saat penyimpanan (Widyotomo, Atmawinata, dan
Purwadaria, 2011). Penetapan kadar air merupakan salah satu cara untuk
mengetahui kondisi penanganan dan penyimpanan yang lebih baik. Suatu bahan
pangan dengan kadar air yang relatif tinggi akan cenderung mengalami kerusakan
yang lebih cepat jika dibandingkan dengan bahan pangan yang memiliki kadar air
lebih rendah Kadir et al., (1982) dalam (Widyotomo et al., 2011).
Senyawa kimia dalam kopi dapat berubah menjadi komponen pembentuk
karakter sensori kopi dengan adanya air. Air merupakan molukel sederhana,
namun sangat esensial dalam terjadinya reaksi kimia. Menurut Husnisa (2019)
mengatakan salah satu reaksi yang mendasar adalah reaksi hidrolisis dengan
pecahnya molekul air yang berfungsi untuk proses depolimerisasi Husnisa (2019).
III . METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat


Praktikum mengenai pengukuran kadar air biji kopi dilakukan di polbangtan
Medan pada tanggal

B. Alat dan Bahan


1. Alat
➢ Pisau
➢ Nampan
➢ Telenan
➢ Oven
➢ Cawan
➢ Porselin
➢ Timbangan digital
➢ Desikator
➢ Gagang penjepit.
2. . Bahan
➢ Kopi Arabika / Robusta

C. Prosedur Kerja
1. Cawan Porselin dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1050c selama
kurang lebih 10 menit.
2. Cawan porselin diambil dari oven dengan gagang penjepit, dan
dimasukkan ke dalam desikator selama + 15 menit.
3. Cawan ditimbang dan dicatat beratnya (Ms), kemudian masing-masing
bahan (sesuai kelompok) dimasukkan ke dalam cawan sebanyak 2 gram
dan timbang beratnya (Ms1).
4. Cawan yang berisi bahan dimasukkan kedalam oven dengan suhu 1050c
selama 5 jam.
5. Cawan dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke dalam desikator + 15
menit.
6. Cawan ditimbang dan dicatat (Ms2).
7. Hitung Kadar air = (Ms1-Ms2/Ms1-ms) x 100%

Atau kadar air = berat bahan awal-berat bahan kering x100%


Berat bahan awal
Sampel : Ms1-Ms
Bahan kering (%) = 100 - Kadar air
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar air sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang
memerlukan pengukuran kadar air adalah bidang pertanian. Kandungan air
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya tahan suatu produk,
semakin rendah kadar air dari produk akan memperpanjang daya simpan suatu
bahan, sebaliknya jika bahan yang dikeringkan tidak terlalu kering daya simpan
akan semakin rendah. Kadar air biji kopi Arabika sebelum penyangraian adalah
13%.
Beberapa manfaat pengukuran kadar air yang sangat umum kita rasakan
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Menghindari pembusukan selama penyimpanan maupun pengiriman yang
disebabkan oleh jamur dan bakteri yang hidup pada lingkungan yang
lembab.
2. Meningkatkan kualitas dan daya tahan, dengan kadar air yang sesuai,
sehingga dapat disimpan lebih lama tanpa mengalami peburunan kualitas

A. Uji Kadar Air


Tabel 1. Hasil data praktikum

Sample Ms Ms1 Ms2 Kadar Air


1. 2gram 48,3117gram 48,0719gram 0,4963

Kadar air = ( Ms1-Ms2/Ms1-Ms ) x 100%


Atau kadar air = berat bahan awal-berat bahan kering x 100%
Berat bahan awal
Kadar air = 48,3117 – 48,0719 x 100%
= 0,2398 x 100%
= 23,98
Kadar air = 23,98/48,3117
= 0,4963
Dari hasil pengamatan praktikum diatas dapat disimpulkan setelah
melakukan uji kadar air berat pada Ms2 lebih rendah dibanding berat
Ms1. Hal ini terjadi karna pada Ms1 dimana kopi masih pada posisi
grean been sedangkan Ms2 dimana kopi sudah selesai di oven selama
5 jam.

Gambar.1.Ms2
Gambar.1. menunjukkan berat kopi setelah selesai di oven selama
5jam.

Gambar.2.
Gambar.2. menunjukkan berat kopi yang ada di dalam wadah
Gambar.3.
Gambar.3. menjukkan berat cawan yang belum diisi dengan kopi.
Untuk mendapatkan jumlah Ms1 = gambar 3 + gambar 2

Kadar air ideal untuk penyimpanan kopi Arabika adalah 12 %, sedangkan


Robusta 13 %. Kadar air lebih dari 16 % menyebabkan tumbuhnya jamur,
sedangkan kurang dari 9 % menyebabkan kerusakan warna dan citarasa. Kopi
Arabika lebih mudah menyerap air daripada kopi Robusta.
Air dalam buah-buahan dan bahan pangan pada umumnya terdapat dalam
tiga bentuk yaitu ; air bebas (free water) yang terdapat di permukaan dan
mudah diuapkan; air terikat (bound water) secara fisik, yaitu air yang terikat
menurut sistem kapiler atau air absorbs karena tenaga penyerapan; dan air
terikat secara kimia, misalnya air Kristal dan air terikat dalam sistim dispersi
dengan komponen kimia lain seperti protein, karbohidrat dan lain-lain.
Kadar air suatu bahan pangan dapat dinyatakan dalam 2 cara, yaitu dry basis
dan wet basis. Kadar air secara dry basis adalah perbandingan antara berat air
di dalam bahan pangan tersebut dengan berat bahan keringnya. Berat bahan
kering adalah berat bahan basah setelah dikurangi dengan berat airnya. Kadar
air wet basis adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan pangan
tersebut dengan berat bahan basah.
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energy panas. Biasanya kandungan air bahan
tersebut dikurangi sampai batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi
didalamnya.
Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang terkandung
dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu
1050c selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah
dipanaskan adalah kadar air.

➢ kadar air adalah sejumlah air yang terkandung di dalam suatu benda,
seperti tanah, bebatuan, bahan pertanian, dan sebagainya. Kadar air
digunakan secara luas dalam bidang ilmiah dan teknik dan diekspresikan
dalam rasio, dari 0 hingga nilai jenuh air di mana semua pori terisi air.
➢ Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pengelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan. Penyimpanan
berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam
fungsi sebelumnya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya
serendah-rendahnya.
Kadar air benih pada saat penyimpanan sangat mempengaruhi kualitas
benih. Menurut Harrington (1972) setiap penurunan kadar air benih sebesar 1%
akan menggandakan periode dimana benih mampu disimpan tanpa resiko
kehilangan daya berkecambahnya. Ketika kelembaban udara
tempat penyimpanan benih sangat tinggi dimana kadar airnya lebih tinggi dari
pada kadar air benih, maka benih akan menyerap kadar air dari udara
sehingga kadar air benih juga meningkat.
V.KESIMPULAN

A. Kesimpulan
➢ Kopi yang sudah di oven akan lebih wangi dan akan lebih ringan dari
pada kopi grean been. Kopi di oven dalam waktu 5jam, setelah itu
ditimbang untuk mengetahui berat kopi dan melakukan penjumlahan
berapa kadar air pada kopi tersebut.
➢ Mengukur kadar air pada biji kopi adalah tahap yang hampir sama
dengan pengukuran kadar air pada komoditi perkebunan lain seperti
kakao, tebu, karet dll.

B. Saran
Praktikum ini sangat bagus karna kita bisa mengetahui berapa kadar air
pada tanaman kopi maupun komoditi perkebunan lainnya. Dan praktek
adalah salah satu perkuliahan yang disukai banyak mahasiswa
dibandingkan teori karna sudah melihat langsung dan dipraktekkan sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Raida, et al. "Pengaruh suhu dan lama penyangraian terhadap sifat
fisik-kimia kopi arabika dan kopi robusta." Prosiding Seminar Nasional
Inovasi Teknologi Untuk Masyarakat. Vol. 53. No. 9. 2019.
Enggar, Riandana. Pengaruh Lama Penyangaian Terhadap Rendemen, Kadar
Air, Dan Warna Biji Kopi Robusta (Coffea Canephora Var. Robusta).
Diss. Politeknik Negeri Jember, 2020.
Justice, Oren L dan Bass, Louis N. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan
Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Santoso, Dwi, Djunaedi Muhidong, and Mursalim Mursalim. "Model matematis
pengeringan lapisan tipis biji kopi arabika (Coffeae arabica) dan biji kopi
robusta (Coffeae cannephora)." Jurnal Teknologi Pertanian
Andalas 22.1 (2018)
Sary, Ratna. "Kaji eksperimental pengeringan biji kopi dengan menggunakan
sistem konveksi paksa." Jurnal Polimesin 14.2 (2016)

Anda mungkin juga menyukai