Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH CROP PRODUCTION

“PRODUKSI TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica)”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V

Puput Dwi Utomo 19025010019


Maryam 19025010149
Hanifah Salsabila Shofia 19025010150
Conchita Tinara Efenda Hutahean 19025010177
Akhfad Al Farabi 19025010207

AGROTEKNOLOGI B

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAWA TIMUR
2021
A. Pengertian
Tanaman kopi merupakan tanaman asli Afrika subtropics dan juga
Asia selatan. Kopi sendiri masuk di Indonesia pada tahun 1696-1699 pada
masa VOC. Penanaman pertama dilakukan dalam penelitian VOC yang
kemudian disebarluarkan. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan
perkebunan yang mempunyai konstribusi cukup nyata dalam perekonomian
Indonesia. Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan yang dapat mencapai
usia produktif hingga 20 tahun. Ada 2 jenis varietas utama tanaman kopi yang
banyak dibudidayakan seperti kopi arabika (Coffea arabica) dan kopi robusta
(Coffea robusta). (Wazri, 2019).
Kopi arabika merupakan salah satu dari dua spesies tanaman kopi
yang cukup diminati oleh banyak penggemar kopi. Kopi arabika adalah
spesies kopi yang dominan di Amerika Tengah dan selatan dan sebagian
besar negara Afrika Timur dan kopi arabika dianggap kopi yang memiliki
kualitas yang lebih baik daripada spesies kopi lain.

B. Karakteristik
Kopi Arabika merupakan kopi yang memiliki citarasa dan aroma yang
jauh lebih baik di bandingkan dengan yang lainnya, sedangkan kopi Robusta
memiliki rasa yang lebih pahit. Komponen kimia di dalam kopi adalah kafein,
Kopi Arabika mengandung kafein 1,4-2,4% sedangkan kopi robusta
mengandung kafein 1-2% dari total berat kering, Standar kafein dalam
secangkir kopi seduh 0,9 – 1,6%. Pada kopi Arabika 1,4% sedangkan pada
kopi Robusta 0, 9% dengan demikian kopi Arabika memiliki potensi lebih
unggul dibandingkan kopi Robusta. (Septiningtyas et al., 2018).
Tanaman kopi memiliki akar tungang lurus kebawah pendek dan kuat
yang panjangnya sekitar 45-50 cm. Batang tanaman kopi memiliki 2 tipe
yaitu tumbuh tegak (orthotrop) dan tumbuh mendatar (plagiatrop). Daun kopi
berbentuk bulat telur, bergaris kesamping, bergelombang dan diujung daun
agak meruncing. Daun tumbuh pada ketiak batang, cabang ataupun ranting.
(Panggabean, 2011)

1
Kopi arabika memiliki daun yang lebih kecil dan tipis jika
dibandingkan dengan kopi robusta. Dan untuk warna daun kopi arabika
berwarna hijau gelap. Pada saat muda buah kopi mentah atau belum masak
akan berwarna hijau muda. Setelah itu akan berubah menjadi hijau tua lalu
kuning sesuai dengan pertambahan usia tanaman. Buah kopi yang sudah
matang akan berwarna merah atau merah tua. Ukuran dari buah kopi arabika
sekitar 12-18 mm. Biji kopi arabika memiliki beberapa karakteristik yang
khas dibandingkan biji jenis kopi lainnya, seperti bentuknya yang agak
memanjang, bidang cembungnya tidak terlalu tinggi, lebih bercahaya
dibandingkan dengan jenis lainnya, ujung biji mengkilap, dan celah tengah
dibagian datarnya berlekuk (Anggari, 2018). Kopi arabika dapat tumbuh
optimal diketinggian 1000-2000 mdpl. Dengan kondisi suhu sekitar 15-25 oC.
sedangkan curah hujan yang dibutuhkan oleh tanaman kopi arabika yaitu
kisaran 1250-2500 mm/tahun. (Ferry dkk, 2015)

C. Produksi Tanaman Kopi Arabika


Kopi arabika merupakan kopi dengan cita rasa paling baik. Tanaman
ini memiliki daun dengan warna hijau tua dan berombak-ombak. Kopi
Arabika tidak tahan terhadap hama dan penyakit, serta jenis tanaman kopi ini
banyak terdapat di daerah Amerika Latin, Afrika Tengah dan Timur, India
serta beberapa terdapat di Indonesia. Jenis-jenis kopi yang termasuk dalam
golongan arabika adalah abesinia, pasumah, marago dan congensis. Tanaman
kopi merupakan golongan tanaman C3 yang tidak membutuhkan penyinaran
secara penuh agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Fotosintesis dapat
berjalan dengan baik yaitu apabila cahaya matahari yang diterima tidak lebih
dari 60%. Oleh karenanya agar tanaman kopi dapat tumbuh optimal
dibutuhkan tanaman naungan untuk mengurangi intensitas cahaya langsung
ke tanaman.
Dalam budidaya kopi, terdapat beberapa proses yang penting untuk
diperhatikan serta berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas produksi
tanaman kopi , yaitu :

2
1. Persiapan Lahan
Kondisi lahan menjadi salah satu faktor utama yang berpengaruh
dalam budidaya tanaman tak terkecuali untuk budidaya kopi, maka penting
untuk terlebih dahulu dalam mempersiapkan lahan yang nantinya
digunakan sebagai kegiatan budidaya tanaman kopi. Persiapan lahan
dilakukan dengan pembersihan lahan dari rumput serta tumbuhan liar.
Rumput maupun tumbuhan liar sebaiknya dibabat dan hasil pembabatan
tidak dibakar melainkan ditumpuk dalam satu barisan sesuai dengan
barisan tanaman kopi, hal tersebut dilakukan bertujuan agar memberikan
stok humus pada tanah.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Dalam pembuatan lubang tanam digunakan ukuran panjang, lebar
serta kedalaman sekitar 30 cm x 30 cm x 30 cm agar memberikan
pertumbuhan yang baik bagi perakaran tanaman kopi. Jarak yang
digunakan antar tanaman kopi adalah 2 hingga 3 meter. Untuk kondisi
lahan yang terjal atau memiliki kondisi lahan dengan derajat kemiringan
diatas 100 sebaiknya dibuat teras serta digunakan tanaman naungan atau
pelindung untuk mencegah terjadinya longsor yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada tanaman kopi.Agar lebih optimal, setelah lubang tanam
telah dibuat sebaiknya lubang tanam tersebut dibiarkan beberapa hari dan
kemudian diberikan pupuk kompos, hal tersebut bertujuan agar
meminimalisir adanya penyakit serta unsur berbahaya yang ada pada
tanah.
3. Cara Penanaman
Penanaman tanaman kopi, dapat dilakukan dengan mengaduk
kompos dengan tanah dalam lubang kemudian membuat lubang seukuran
polybag dan masukkan bibit kopi yang akan ditanam secara hati-hati agar
tanah yang berasal dari polybag tidak pecah ataupun hancur dan pastikan
agar leher akar tidak tertanam karena mampu menghambat pertumbuhan
tanaman kopi. Agar pertumbuhan kopi dapat optimal maka sebaiknya
penanaman dilakukan pada awal musim hujan serta dilakukan penambahan
kompos 0,5 kg per pohon setelah tiga bulan penanaman.

3
4. Pemangkasan
Pemangkasan pada tanaman kopi bertujuan untuk mempertahankan
keseimbangan kerangka tanaman yakni dengan cara menghilangkan
cabang-cabang tidak berproduktif. Cabang tersebut meliputi cabang tua
yang telah berbuah 2-3 kali, cabang balik, cabang liar, cabang yang saling
tindih, tunas cacing, serta cabang yang telah terserang hama dan penyakit
tanaman.
a) Pemangkasan Bentuk
Dilakukannya pemangkasan bentuk agar membentuk kerangka pohon
yang diinginkan, dimana percabangan yang ditinggalkan letaknya lebih
teratur, memiliki arah yang menyebar dan juga produktif sehingga
pertumbuhan cabang dapat lebih kuat. Pemangkasan bentuk pada
tanaman kopi dapat dilakukan dua kali yakni pada usia tanaman 8-12
bulan dan pada tanaman berusia 1-2 tahun.
b) Pemangkasan Pemeliharaan
Pada pemangkasan pemeliharaan dapat dilakukan pada tanaman kopi
yang telah berusia 2-3 tahun dimana cabang yang harus dipangkas
adalah percabangan dibawah 40 cm supaya mampu mengurangi
kelembaban di sekitar tanaman, tanaman yang memiliki ketinggian
lebih dari dua meter, tunas air agar tidak menggangu pertumbuhan
tanaman, tunas baru (wiwilan).
c) Pemangkasan Produksi
Pemangkasan produksi dilakukan pada tanaman kopi yang berada
dalam keadaan sudah siap berproduksi tinggi yakni dengan usia
tanaman diatas 3 tahun.
5. Pemupukan
Pemberian pupuk sangat penting untuk pertumbuhan tanaman kopi
karena mampu menambah nutrisi bagi tanaman yang bertujuan untuk
peningkatan hasil produksi, meningkatkan kemampuan tanaman untuk
tahan terhadap serangan hama serta penyakit, memperbaiki kondisi tanah
serta menambah kesuburan tanaman.

4
Pemupukan dalam budidaya tanaman kopi dapat menggunakan
pupuk organik maupun anorganik, keduanya memiliki tujuan yang sama
yakni memenuhi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Waktu
yang tepat untuk dilakuannya pemupukan adalah pada awal musim hujan
dan pada akhir musim hujan agar pupuk mudah diserap oleh akar tanaman
dan dilakukan setelah selesainya kegiatan pemangkasan serta dibersihkan
dari rumput dan tumbuhan liar. Dalam pemberian pupuk organik dapat
menggunakan pupuk kompos, pupuk kandang maupun pupuk organik cair
(POC).

D. Fase Pertumbuhan Tanaman Kopi


1. Fase Vegetative
Perbanyakan tanaman kopi yang diperbanyak secara generatif
memerlukan waktu cukup lama untuk berkecambah. Untuk terbentuk
stadium serdadu (hipokotil tegak lurus) butuh waktu 4-6 minggu, lalu
untuk mencapai stadium kepelan (membukanya kotiledon) dibutuhkan
waktu 8-12 minggu (Suhendra et al, 2020).
Tanaman kopi pada fase vegetatif memerlukan intensitas cahaya
sekitar 34%. Berdasarkan Soebari dalam Ansori (2014), intensitas naungan
dapat mempengaruhi sifat vegetatif yaitu tinggi tanaman, jumlah buku
cabang primer, jumlah cabang primer, diameter batang, diameter tajuk dan
jarak antar cabang. kopi arabika memiliki penampakan keseluruhan
menyerupai kerucut. Hal ini dikarenakan sifat perkembangan vegetatif
kopi arabika yang cenderung mengarah ke atas atau bersifat monopodial,
sehingga penampakan keseluruhan kopi arabika membentuk bangun
kerucut.
2. Fase Generatif
Fase generatif umumnya dimulai setelah usia tanaman kopi
mencapai 12 bulan. Fase generatif dapat dibedakan perkembangan bunga,
buah dan biji kopi. Berdasarkan Rahardjo (2017), fase generatif tanaman
kopi dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembentukan Bunga Kopi (primordia kopi)

5
Tanaman kopi membentuk bunga dari mata tunas yang berada di
ketiak daun pada cabang yang mengarah mendatar. Cabang kopi
arabika biasanya terdapat 3 - 5 mata tunas. Pembentukan primirdia
bunga kopi dipengaruhi oleh lama penyinaran. Intensitas cahaya yang
terlalu rendah akan menghambat pembentukan promordia bunga dan
cahaya yang terlalu banyak akan menyebabkan tanaman mengalami
gejala kelebatan buah. Panjang hari yang sesuai yaitu berkisar 13-14
jam. Pembentukan primordia bunga kopi arabika pada panjang hari 8
jam memerlukan waktu 2,5 bulan sedangkan pada panjnag hari 12 jam
memerlukan waktu 3 bulan. Berdasarkan Flores (2021), tanaman kopi
menginginkan periode agak kering sepanjang 3 bulan untuk
pembentukan primordia bunga.
b. Pembungaan
Proses pembungaan dan pembuahan merupakan perubahan fase
vegetative menjadi fase reproduktif. Pada waktu pembungaan fase
vegetative bagian terminal atau lateral akan mengalami berbagai proses
perubahan fisiologi dan histology serta berubah bentuk secara langsung
menajdi reproduktif (Permanasari dan Wicaksono, 2018).
Perkembangan primordia bunga akan berhenti setelah 2-3 bulan yang
disebut dengan stadium lilin atau dormansi. Dormansi tersebut dapat
dipatahkan sehigga bunga akan tumbuh kembali dan mekar setelah
adanya rangsangan air atau hujan. Menurut Hita (2021), kopi arabika
membutuhkan curah hujan minimal 3 – 4 mm untuk mematahkan
masa dormansi (stadium lilin) sehingga terjadi rangsangan pada
bunga kopi arabika dan kemudian bunga kopi mekar.  Faktor-faktor
yang mempengaruhi pembungaan antara lain:
- Hujan atau Pengairan
Bunga akan mekar setelah mendapat hujan sekitar 7-10 hari. Apabila
pada stadium lilin tanaman mengalami kekeringan maka kuncup-
kuncup bunga akan kering sebelum mekar sehingga tidak terjadi
pembuahan. Pada keadaan kering, pemekaran bunga dapat

6
dirangsang dengan irigasi curah (sprinkle irigation) sehingga
kekeringan dan kematian bunga dapat dihindarkan.
- Temperatur
Mekarnya bunga kopi juga dipengaruhi oleh adanya perubahan dari
temperatur tinggi ke temperatur rendah. Bunga-bunga kopi tersebut
akan mekar kira-kira 13 hari kemudian. Apabila temperatur tetap
tinggi, hanya beberapa bunga yang dapat mekar, atau sama sekali
tidak dapat mekar dan tumbuh.
- Zat Penumbuh
Zat penumbuh atau hormon juga bisa dianfaatkan untuk mematahkan
fase dormasi. Zat penumbuh yang digunakan yaitu digunakan pasta
Lanolin (yang mengandung 1% Gibberellic Acid) dan dalam waktu
10 hari bunga akan mekar.
c. Penyerbukan dan Pembuahan
Penyerbukan bunga kopi adalah sampainya serbuk sari dari
kepala sari ke kepala putik. Kopi arabika umumnya melalukan
penyerbukan sendiri (self pollinated). Angin akan berperan utama
dalam peroses penyerbukan. Peroses penyerbukan dan pembuahan akan
berhasil apabila terdapat cuaca yang baik selama sehari semalam. Pada
kopi arabika gangguan hujan umumnya tidak berakibat fatal karena
penyerbukan dilakukan dengan cara self pollinated. proses pensarian
bunga kopi umumnya baru mulai setelah mendapat cukup angin yaitu
menjelang pukul 8 pagi. hujan yang terjadi pada pagi hari dapat menjadi
pengahlang penyerbukan. serbuk sari yang yang berada di kepala purih
akan berkecambah atau tumbuh membentuk tabung yang menembus
tangkai putik, sehingga serbuk sari masuk ke dalam kantong bakal buah
dan terjadi proses pembuahan.
d. Perkembangan Buah
Perkembangan buah kopi diawali setelah bunga kopi mekar dan
terjadi pembuahan sel jantan dan sel telur membentuk gamet pada bakal
biji dalam bakal buah. pertumbuhan dan perkembangan buah kopi
arabika terlihat jelas mulai 6-8 minggu setelah mekarnya bunga.

7
selanjutnya pertumbuhan dan perkembangan buah kopi mencapai fase
kepala jarum. fase kepala jarum kemudian berkembang menjadi tahap
pembentukan biji, tahap akumulasi bahan kering dan tahap pemasakan
buah.

Pertumbuhan buah kopi dapat dipengaruhi oleh faktor curah


hujan. sampai batas tertentu biji kopi akan semakin besar jika iklim
semakin kering. namun lebih dari batas tersebut biji kopo akan menjadi
kecil karena kurang air. kekurangan cahaya akan mempengaruhi hasil
fotosintesis sehingga pertumbuhan biji kopi juga akan terhambat.

E. Masalah Dan Solusi Pada Budidaya Kopi Arabika


1. Bahan Tanam Tidak Unggul
Petani belum menggunakan bahan tanam unggul yang sesuai
dengan agroekosistem tempat tumbuh serta yang tahan terhadap hama
penyakit. Umumnya petani masih menggunakan bahan tanam dari biji
berasal dari pohon yang memiliki buah lebat atau bahkan dari benih
sapuan. Padahal penggunaan bahan tanam sangatlah penting dalam
budidaya tanaman kopi. Bibit tanaman kopi Arabika yang bermutu
meberikan peranan yang sangat besar terhadap produksi. Bahan tanam
yang memiliki kualitas yang baik dapat mengurangi serngan terhadap
hama hama penyakit yang berdampak pada perbaikan mutu produksi biji
kopi (Arwana et al., 2010). Upaya peningkatan produktivitas kopi arabika
dapat dilakukan dengan perbaikan bahan tanam dengan metode
sambungan pada tanaman kopi yang telah ada maupun penanaman baru

8
dengan bahan tanaman asal stek. Contoh bahan tanam atau klon unggul
kopi arabika adalah AB3, USDA762, S 795, dan BO 402.

Gambar 1. Pemilihan Varietas Kopi Sesuai Kondisi Lingkungan (Puslitkoka).


2. Umur Tanaman
Umur tanaman kopi akan mempengaruhi produktivitas dari
tanaman kopi itu sendiri, karena setelah mencapai produksi optimum
(sudah tua) maka akan menyebabkan terjadinya penurunan produksi yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Direktorat
Jendral Perkebunan, 2013) bahwa ditinjau dari tingkat produktivitas dan
mutu kopi di Indonesia, hasil belum seperti yang diharapkan akibat
rendahnya produktivitas kopi yang antara lain disebabkan sebagian besar
tanaman kopi yang sudah tua. Untuk mengatasi hal ini pemangkasan
adalah solusi yang baik dan cepat, nantinya setelah pemangkasan
dilakukan tunas-tunas baru akan muncul dan kembali produktif lagi.
3. Cekaman Lingkungan
Variabilitas dan perubahan iklim secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi sistem produksi pertanian khususnya tanaman
kopi. Perubahan pola hujan yang terlalu tinggi mengakibatkan
ketidakteraturan pembungaan, tidak sempurnanya pematangan buah dan
sering terjadi gugur buah (Jaramillo et al., 2009). Salah satu langkah
adaptasi terhadap variabilitas iklim ini adalah dengan menyusun kalender
budidaya yaitu menyusun budidaya kopi yang didasarkan pada kondisi
iklim. Prakiraan iklim memiliki potensi yang sangat besar untuk bisa
membantu pengambilan keputusan dalam kegiatan usahatani (Frisvold dan
Murugesan 2013; Klemm dan Mcpherson, 2017). Pengembangan kalender
budidaya dinataranya didukung oleh ketersediaan teknologi informasi

9
akurasi prakiraan iklim. Selain itu berbagai teknologi telah diaplikasikan
dalam upaya mengatasi dampak perubahan iklim pada perkebunan kopi,
seperti pola agroforestri (pola tanam dengan tanaman penaung),
penggunaan klon adapatif, dan teknologi konservasi tanah (Yuliasmara,
2016).
4. Serangan Hama dan Penyakit
Peningkatam kejadian iklim ekstrim sebagai salah satu dampak
perubahan iklim akan meningkatkan perkembangan hama dan penyakit
tanaman perkebunan dengan tingkat lehilangan produksi global 10%
terutama di negara tropis (Agrios, 2005). Menurut Magina et al. (2011),
ledakan hama dan penyakit tanaman disebabkan oleh peningkatan suhu
udara. Hama utama menyerang tanaman kopi adalah penggerek buah (H.
hampei) (Jaramillo et al, 2011). Selain itu peningkatan suhu diatas
normal (2°C) meningkatkan kemampuan jamur untuk berkembang biak.
Pengendalian hama penggerek buah PBKo yang efektif dapat dilakukan
dengan menerapkan sistem PHT (Pengendalian Hama Terpadu) seperti
sanitasi kebun dengan memangkas semua cabang dan ranting yang sudah
tua.

F. Kesimpulan
Tanaman kopi merupakan tanaman asli Afrika subtropics dan juga
Asia selatan. Kopi sendiri masuk di Indonesia pada tahun 1696-1699 pada
masa VOC. Kopi arabika merupakan salah satu dari dua spesies tanaman kopi
yang cukup diminati oleh banyak penggemar kopi. Kopi arabika dianggap kopi
yang memiliki kualitas yang lebih baik daripada spesies kopi lain. Tahapan
dalam melakukan budidaya tanaman kopi arabika adalah Persiapan Lahan,
Pembuatan Lubang Tanam, Penanaman, Pemangkasan, dan Pemupukan. Selain
itu, dalam budidaya kopi arabika juga ditemukan beberapa masalah diantaranya
Bahan Tanam Tidak Unggul, Umur Tanaman yang tidak sesuai, Cekaman
Lingkungan, dan Serangan Hama dan Penyakit.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology, 5th ed. London, UK: Elsevier.
Anggari, R. 2018. Identifikasi Morfologi Kopi Lanang Dan Kopi Biasa Robusta
Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Anshori, M. F. (2014). Analisis Keragaman Morfologi Koleksi Tanaman Kopi
Arabika dan Robusta Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
Sukabumi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Arwana I.K., N.G.A.G.E. Martiningsih, I.M. Budiasa, dan I.G. Sukarna. 2010.
Peningkatan kualitas dan kuantitas kopi arabika Kintamani dalam upaya
meningkatkan komoditas ekspor sektor perkebunan. Fakultas Pertanian,
Universitas Mahasaraswati Denpasar. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah
Vol. 1 No. 1, 2010. Hal 63-70.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan
Indonesia: Kopi 2013-2015. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Ferry, Y.,Supriadi, H dan Meynarti, S. D. I. 2015. Teknologi Budidaya Tanaman
Kopi Aplikasi pada Perkebunan Rakyat. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Flores, A. K. (2021). BAB 4 Agroekosistem Kopi Flores. TANAMAN
PERKEBUNAN PROSPEKTIF INDONESIA, 53.
HITA, M. A. Sistem Informasi Geografis Perkebunan Kopi Arabika (Coffea
arabica) di Lereng Kawasan Dataran Tinggi Hyang Argopuro, Kec.
Maesan Kab. Bondowoso Berbasis WebGIS (Doctoral dissertation,
Fakultas Teknologi Pertanian).
Jaramillo, J., A. Chabi-Olaye, C. Kamonjo, A.Jaramillo, F. E., Vega, H.-M.
Poehling, and C. Borgemeister. 2009. Thermal tolerance of the coffee
berry borer hypothenemus hampei: predictions of climate change impact
on a tropical insect pest. PLoS One, 4(8): e6487.
Klemm T, Mcpherson RA. 2017. The development of seasonal climate
forecasting for agricultural producers. Agric. For. Meteorol. 232: 384-399.
Magina, F., R. Makundi, A. Maerere, G. Maro, and J. Teri. 2011. Temporal
variations in the abundance of three important insect pests of coffe in

11
kilimanjaro region, tanzania. In Proceedings, 23rd International Scientific
Colloquium on Coffee. Association Scientifique Internationale du Caffe
(ASIC), Bali, Indonesia, 1118.pages 1114.
Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta Selatan : PT. Agro Media
Pustaka hlm 124-1132.
Permanasari, Nila dan Wicaksono, Kurniawan. 2018. Aplikasi Pyraclostrobin
pada Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora). Seminar Nasional UNS:
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Rahardjo, P. (2017). Berkebun Kopi. Penebar Swadaya.
Suhendra, D., Efendi, S., & Anwar, A. Efek Perubahan Kondisi Fisik Benih Kopi
Terhadap Konsentrasi Hormon Giberellin (GA3) dan Perendaman Suhu
Air yang Berbeda Effects of Changes in the Physical Condition of Coffee
Seeds with Concentration of Gibberellin Hormone (GA3) and Different
Water Temperatures. Jurnal Penelitian Agronomi, 22(2), 109-113.
Septiningtyas, D, dan Hafandi, I.D. 2018. KandunganKafein Pada Kopi dan
Pengaruh Pada Tubuh. Universitas Airlangga. Surabaya, Jawa Timur.
Wazri Hadiatul. 2019. Budidaya Kopi. Dinas Pertanian Kabupaten Lombok
Timur. https://distan.lomboktimurkab.go.id/baca-berita-164-budidaya-
kopi.html Di akses pada 14 November.
Yuliasmara, F. 2016. Strategi Mitigasi Perkebunan Kopi Menghadapi Perubahan
Iklim. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 7.28(3): 1.

12

Anda mungkin juga menyukai