I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis quineesis Jack) adalah komoditas perkebunan yang
cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang
cukup cerah. Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit merupakan salah satu
kegiatan yang perioritaskan di Provinsi Kalimantan Barat. Karena usaha
perkebunan menyangkut hajat hidup sebagian besar masyarakat pedesaan dan
merupakan salah satu tiang penyangga perekonomian daerah.
Sesuai dengan potensi sumber daya alam, kondisi pertanian dan
perekonomian daerah maka pembangunan daerah masih bertumpu pada
pengolahan hutan dan perkebunan. Berdasarkan potensi dan kondisi tersebut
serta pertimbangan peluang dan tantangan yang ada maka, Tri Program
Utama Pembangunan Daerah adalah peningkatan produksi dengan menitik
beratkan pada usaha peningkatan produksi perkebunan.
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit (CPOcrude palm oil) dan inti kelapa sawit (KPO-Kernel Palm Oil) merupakan salah
satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa
non-migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit
dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah
Indonesia untuk terus memacu peningkatan akan harga CPO di dunia.
Di Kalimantan Barat, potensi pengembangan kelapa sawit sangat
menjanjikan terlebih lahan yang tersedia cukup luas untuk potensi produksi
yang tinggi dan menaikkan taraf hidup masyarakat sekitar.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertanian adalah BGA
Group. Perusahaan ini bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit Elaeis
guineensis. Selain bergerak di bidang perkebunannya, perusahaan ini juga
bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit.
Magang kerja merupakan kegiatan praktek akademik bagi mahasiswa
sehingga diharapkan mahasiswa memperoleh pengalaman praktek mandiri
yang nantinya akan berguna untuk pengembangan profesinya. Kegiatan
magang merupakan sarana latihan kerja bagi mahasiswa dalam meningkatkan
pemahaman,
penghayatan,
dan
keterampilan
di
bidang
keilmuan
mahasiswa dalam ilmu pengetahuan serta upaya untuk membentuk sikap dan
keterampilan profesional dalam bekerja.
Kegiatan magang berati melaksankan apa yang menjadi fungsi, tugas,
kewajiban, dan pekerjaan pokok dari institusi tempat magang. Mahasiswa
yang menjadi peserta magang diharapkan dapat membantu memecahkan
masalah yang mungkin sedang dihadapi oleh institusi magang tersebut.
Kegiatan magang kerja akan sangat relevan jika dilaksanakan di lembaga
yang
sesuai
dengan
program
studi
yang
diambil,
karena
untuk
prosedur
3. Sistem dan tenaga kerja panen
4. Losses berondolan pada saat panen
Adanya losses akibat pemotongan gagang panjang
Buah yang tidak terkutip disekitar ketiak pelepah, piringan dan dipasar
pikul
5. Buah matang tidak terpanen
6. Lemahnya pengawasan yang dilakukan mandor terhadap para tenaga
pemanen
D. Metode Pendekatan
Pelaksanaan magang ini melibatkan mahasiswa untuk melakukan seluruh
kegiatan yang menyangkut aspek teknik dilapangan. Beberapa metode yang
digunakan dalam pelaksanaan magang diantaranya :
1. Metode Observasi
Sebelum terjun kelapangan, mahasiswa magang berkesempatan untuk
mempelajari terlebuih dahulu teori tentang teknis lapangan sebelum
langsung mengamati dam mempraktekkan bagaimana cara kerja praktek
teknis di lapangan.
2. Metode Praktek
Para mahasiswa magang langsung mempraktekkan di lapangan apa yang
sedang dilaksanakan diperkebunan tersebut dengan diarahkan oleh Asisten
Divisi atau Mandor yang mendampingi.
3. Metode Diskusi
Selama pelaksanaan praktek magang mahasiswa melakukan diskusi baik
dengan rekan rekan sesama kelompok magang maupun dengan asisten,
mandor maupun dengan para pekerja dikebun kelapa sawit selama
pelaksanaan kegiatan magang berlangsung.
4. Metode Studi Pustaka
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang
bersumber pada referensi yang di dapat di kantor PT Gunajaya Karya
Gemilang dan buku buku yang menunjang kegiatan magang lainnya.
5. Metode Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengambil foto foto kegiatan secara
langsung di lokasi sebagai lampiran untuk mempelajari jenis jenis
kegiatan yang telah dilakukan pada saat magang.
yakni PT. Windu Nabatindo Lestari, PT. Hati Prima Agro, dan PT. Surya
Barokah pada tahun 2001.
Percepatan tanam yang spektakuler dimulai sejak tahun 2004 dengan
pencapaian luasan tanam 7718 ha, tahun 2005 dengan pencapaian luasan 12040
ha dan tahun 2006 dengan pencapaian luasan tanam12731 ha. Total luasan
kebun kelapa sawit hingga akhir 2006 yaitu 45.595 ha. BGA mengalami
pertumbuhan yang signifikan hingga mencapai areal tanam lebih dari 90.000
hektar pada akhir tahun 2009. Areal perkebunan BGA juga tersebar di
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Riau. Wilayah perkebunan milik
BGA terbagi atas 9 wilayah sebagai berikut : Wilayah I, II, III, IV di
Kalimantan Tengah, Wilayah V, VI, VII, VIII di Kalimantan Barat dan Wilayah
IX di Riau. Saat ini BGA Group beroperasi di tiga Provinsi yaitu Kalimantan
Tengah, Kalimantan Barat dan Riau.
Salah satu Perusahaan dari BGA Group yang ada di Kalimantan Barat
yaitu PT. Gunajaya Karya Gemilang (GKG) dan merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit serta pabrik pengolahan kelapa
sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel. Perusahaa ini berdiri pada
tahun 2007, yang terletak di Desa Kendawangan Kecamatan Kendawangan
Kiri Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Perusahaan memiliki luas
perkebunan 17.000 ha. Selain itu, perusahaan ini jga memiliki pabrik
pengolahan kelapa sawit sendiri yang bernama Kendawangan Mill (KNDM)
dan berdirinya pabrik tersebut pada tanggal 2 Januari 2011 dengan luas pabrik
12 ha.
2. Letak dan Luas Wilayah
Secara geografis KNDE berada diantara 22129 22715 LS dan
1101017 - 1101240 BT yang terletak di Desa Kendawangan Kecamatan
Kendawangan Kiri Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Total luasan untuk
Kendawangan Estate berkisar 1.706 hektar dan luas areal tanam 1.257 hektar
mampu menghasilkan produksi sebesar 20.236 ton/tahun. Adapun batas
Kendawangan Estate antara lain :
1 ) Sebelah utara berbatasan dengan PT. HKI
2 ) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Banjar Sari
3 ) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cempedak
4 ) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kendawangan
a. Jarak Tempuh
PT. GKG dapat ditempuh melalui akses transportasi darat, jarak tempuh
dari Pontianak sekitar 17 jam dan dari Desa Kendawangan Ke PT. GKG sekitar
30 menit.
b. Iklim dan Topografi
Menurut catatan Stasiun Meteorologi Rahadi Osman Ketapang pada
tahun 2016 Temperatur rata-rata berkisar antara 23.3C - 32.7C dengan
kelembaban udara rata - rata antara 55 % - 98 % tiap bulan, sedang rata - rata
tekanan udara di PT. Gunajaya Karya Gemilang berkisar antara 1009.3 mm Hg
- 1013.6 mm Hg.
Dilihat dari jenis tanahnya secara garis benar dominan tanahnya adalah
tanah Aluvial,inseptisol, Podsolik Merah Kuning (PMK) dan tanah Organosol.
Sedangkan secara geografis wilayah dekat dengan garis Katulistiwa maka
temperatur udara tergolong tinggi. Tofografi Kecamatan Kendawangan
umumnya datar dan hanya dibagian barat lautnya yang berbukit serta
bergelombang ringan dengan ketinggian antara 0 sampai dengan 191 mdpl.
Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang terjadi karena endapan lumpur
biasanya yang terbawa karena aliran sungai. Tanah ini biasanya ditemukan
dibagian hilir karena dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya bewarna coklat
hingga kelabu.
Inseptol terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf dengan warna
agak kecoklatan dan kehitaman serta campuran yang agak keabu-abuan. Ciriciri tanah ini adalah adanya horizon kambik dimana horizon ini kurang dari
25% dari horizon selanjutnya jadi sangatlah unik. Tanah ini cocok untuk
perkebunan seperti perkebunan kelapa sawit.Serta untuk berbagai lahan
perkebunan lainnya seperti karet.
Ketebalan dari tanah ini sangat minim hanya 0.5 mm saja dan memiliki
diferensiasi horizon yang jelas, kandungan organic di dalam tanah organosol
lebih dari 30% dengan tekstur lempung dan 20% untuk tanah yang berpasir.
Kandungan unsur hara rendah dan memiliki tingkat kelembapan rendah (PH
0,4) saja.
Tanah ini bewarna merah hingga kuning dan kandungan organic serta
mineralnya akan sangat mudah mengalami pencucian oleh air hujan. Oleh
karena itu untuk menyuburkan tanah ini harus ditanami tumbuhan yang
memberikan zat organic untuk kesuburan tanah serta pupuk baik hayati
maupun hewani.
c. Keadaan Penduduk
Penduduk yang tinggal di wilayah PT. GKG Kecamatan Kendawangan
Kabupaten Ketapang merupakan penduduk asli suku Melayu, Dayak, Madura,
Jawa dan sebagian penduduknya merupakan pendatang dari NTT (Flores). Rata
rata penduduk setempat bekerja sebagai karyawan PT. GKG.
d. Sarana dan Prasarana
Fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh PT. Gunajaya Karya Gemilang
(GKG), yaitu kantor kebun, kantor divisi, poliklinik, tempat penitipan anak
(TPA), kantor block manuring system (BMS), rumah Intenal Training Mandor
(ITM), gudang, dan alat-alat kebun, tempat ibadah seperti mesjid dan gereja,
perumahan dan beberapa fasilitas olahraga seperti lapangan bola, bulutangkis
dan voli. Fasilitas yang disediakan bertujuan meningkatkan kinerja karyawan
dan staf kebun agar lebih produktif dengan output kerja yang tinggi dan
mampu memenuhi standar yang diharapkan kebun. Perumahan induk atau
emplasmen utama terletak di sekitar kantor kebun yang dihuni oleh para staf
kebun dan para supir truk. Perumahan karyawan harian tetap, karyawan harian
lepas dan para supervisi kebun (mandor, mantri tanam, dan kerani buah)
terletak di divisi masing-masing. Semua perumahan telah dilengkapi oleh
listrik dan air dan juga disediakan bus sekolah untuk antar jemput semua putraputri karyawan PT. Gunajaya Karya Gemilang (GKG).
B. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur Organisasi Divisi III KNDE
Nohan Nugroho
Estate Manager KNDE
Muller Sitorus
Assistant Divisi III
Amir
Mandor I Panen
Yuli
Kerani Divisi III
Rusli
Mandor I Rawat
Effendi A
Mandor
Panen 1
Yanto
Mandor
Panen 2
Natalius
Kerani Panen 1
H. Barus
Kerani Panen 2
Sani
Krani
Traksi
Josna
Mandor
Rawat 1
Effendi B
Mandor
Rawat 2
10
yaitu:
Memberikan keuntungan bagi pemegang saham (shareholder).
Benifit dan kualitas yang lebih baik bagi karyawan dan pemangku
kepentingan (stakeholders).
Memberikan sumbangan bagi bangsa dan negara.
2. Misi Perusahan untuk mencapai visi tersebut BGA memiliki misi yang
11
B.
12
sampel.
Kegiatan Dilapangan
Selama menjalani kegiatan magang di KNDE berstatus sebagai
pendamping mandor panen, penulis melakukan kegiatan yang meliputi :
1. Pengendalian Gulma secara Kimiawi
merupakan salah satu cara pengendalian gulma dengan menggunakan
bahan kimia (herbisida). Tujuannya dalah untuk mempermudah kegiatan
pemupukan, pemanenan, memudahkan pengontrolan dan sanitasi terhadap
hama dan penyakit. Pengendalian gulma secara kimiawi di KNDE menerapkan
sisitem kerja BGA Spraying System (BSS). BSS merupakan program
penyemprotan yang dilakukan secara terintegerasi dan terorganisasi dari awal
hingga akhir kegiatan penyemprotan. Tujuan dibentuknya sistem BSS adalah
untuk meningkatkan output pekerja semprot, baik dari segi luasan (hancak
semprot) maupun dari kualitas hasil semprotan.
Standard Operational Procedure (SOP) pada BSS meliputi : 1)
Pembuatan rencana kerja, 2) Persiapan tim BGA Spraying System, 3)
Persiapan alat, 4) Persiapan kerja terkait dengan pengisian air ke tangki dan
pencampuran bahan herbisida, 5) Teknis kerja yaitu tahapan pelaksanaan
aplikasi herbisida ke lapang, 6) Perawatan dan pengumpulan alat, 7) Cek mutu
semprot oleh mandor chemist, 8) Pertanggung jawaban oleh supervisi.
Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan di Blok G36. Seorang
mandor chemist membawahi 16 pekerja yang terdiri dari 1 orang pekerja lelaki
sebagai operator, pembuat larutan herbisida, pelangsir herbisida sekaligus
sebagai penghasil herbisida pada knapsack pekerja dan 15 orang pekerja
perempuan yang bertugas mengaplikasi herbisida kelahan yang menjadi target
semprot. Standar yang digunakan adalah sesuai dengan 7 jam kerja. Seorang
pekerja dapat menye;esaikan 11 12 kep herbisida dalam kondisi standar.
Output yang dihasilkan untuk penyemprotan piringan dan pasar pikul sebesar 3
13
F x 10000
V xa
Keterangan :
L = Kebutuhan larutan dalam 1 ha (l/ha), dengan mengetahui
kebutuhan larutan per ha maka dapat diketahui
konsentrasi bahan dalam larutan.
F = Flow rate yaitu jumlah larutan yang keluar melalui nozzle
setiap satu menit dengan tekanan tertentu, biasanya 1 bar
(l/menit).
V = Kecepatan berjalan (m/menit), merupakan kecepatan ratarata penyemprot berjalan dengan membawa alat semprot.
14
15
2.
Pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan pemberian unsur hara kepada tanaman.
16
17
18
sekaligus sebagai
19
Sangat mentah
Mentah
Kurang matang
Matang I
Matang ll
4
5
Lewat matang I
Lewat matang ll
yang busuk
Sumber : Pusat Penelitian Marihat (1982)
Kriteria kematangan buah yang ada di KNDE pada Tabel 2.
Tabel.2. Kriteria Matang Panen
Jenis Buah
Batas
Jumlah Berondolan
Unripe
0 - 4 brondolan lepas/ janjang
Under ripe
5- 9 brondolan lepas/ janjang
Ripe
10 75 %brondolan lepas/ janjang
Over ripe
>75 % - 95% brondolan lepas /janjang
Empty bunch
>95 % brondolan lepas/ janjang
Long Stalk
Panjang tangkai >2 cm
Old Bunch (buah restan)
Lebih dari 48 jam
Sumber : PT. Gunajaya Karya Gemilang
Toleransi
0%
8%
85 %
7%
0%
0%
0%
f. Pelaksanaan Panen
Pelaksanaan panen di KNDE dibagi kedalam dua kemandoran.
Setiap kemandoran terdiri atas 16 orang pemanen. Sistem panen yang
diberlakukan
menggunakan
sistem
KKP
(Kelompok
Kecil
20
21
22
IV. PEMBAHASAN
Pemanenan merupakan kegiatan pemotongan tandan buah segar dari
pohon hingga diangkut ke pabrik. Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan
yang sangat penting karna merupakan sumber pendapatan perusahaan melalui
penjualan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Kendawangan
Estate (KNDE) menerapkan target produksi yang harus dicapai masing
masing divisi.
Selama penulis melakukan kegiatan magang di PT. Gunajaya Karya
Gemilang banyak ditemukan permasalahan terkait kegiatan pemanenan. Hal ini
23
: 260 pokok
: 232 buah
BJR
: 8,5 kg
SPH
: 143/ ha
: 1973 pokok
Basis / HK
: 1100 kg
Basis Transport
: 6000 kg
AKP (%)
232
260
x 100
= 89,23 %
Perkiraan produksi
24
Perkiraan Produksi
Basis / HK
= 14.925/ 1100
= 14 hk
Janjang/ HK
= Basis / BJR
= 1.100 / 8,51
= 130 jjg/ hk
Pokok
Taksasi
Jumlah
H 41
sampel
266
TBS
67
(%)
25,18
sampel
266
TBS
73
(%)
27,44
H 40
263
63
24,00
263
68
25,85
H 37
268
103
38,43
268
121
45,14
H 36
260
232
89,23
260
294
113,07
H 35
262
78
29,77
262
87
33,20
H 34
264
118
44,69
264
136
51,51
G 36
276
144
52,17
276
149
53,98
G 35
Total
280
2139
152
957
54,28
280
2139
177
1105
63,21
Akp
44,71
Rata-rata
Sumber : Hasil pengamatan (September, 2016)
Pokok
Realisasi
Jumlah
Akp
51,65
25
tersebut tidak terhitung pada saat taksasi dilakukan. Perbedaan antara taksasi
dan realisasi paling tinggi ada pada blok H 36 dan blok G35.
Dari hasil pengamatan diatas, perhitungan taksasi panen kelapa sawit
tidak selalu tepat dengan realisasinya. Hal ini dapat di pengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pengambilan sampel minimal 10 % dari populasi per blok,
taksasi yang dilakukan pagi hari menyebabkan adanya buah yang baru
memberondol pada sore hari setelah taksasi dilakukan sehingga buah tersebut
tidak terhitung. Taksasi panen memang tidak selamanya sesuai dengan hasil
realisasi, namun demikian diharapkan hasil taksai tidak berbeda jauh dengan
hasil yang didapat. Perbedaan antara taksasi dan realisasi berkisar 6,94 % dan
hal ini masih cukup normal sehingga perkiraan produksi tidak terlalu jauh
dngan realisasi. menurut Hasibuan dan Malya (2009) taksasi produksi
digunakan untuk meramalkan produksi kebun, kebutuhan tenaga kerja panen
dan kebutuhan transportasi pengangkut tandan buah segar (TBS). Jika dalam
pelaksanaan taksasi data yang diambil tidak tepat, maka akan berpengaruh
terhadap penentuan kebutuhan tenaga pemanen dan transportasi yang
digunakan. Untuk itu pengambilan sampel taksasi dilakukan sore hari dan
dengan mengambil sampel minimal 10 % dari populasi per blok.
Hal - hal yang sangat dibutuhkan dalam taksasi adalah informasi Berat
Janjang Rata rata (BJR), jumlah pokok setiap hektar, jumlah pokok sampel,
jumlah pokok yang masak dan basis borong/HK untuk menentukan kebutuhan
tenaga kerja panen (Pahan 2008).
Dalam melaksanakan taksasi, hendaknya mandor harus memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan seperti informasi berat janjang rata-rata (BJR),
pokok sampel minimal 10% dari populasi per blok, jumlah populasi per blok,
dan jumlah tandan masak siap panen. Selain itu taksasi sebaiknya dilakukan
pada sore hari agar tandan yang baru memberondol dapat terhitung. Jika semua
syarat- syarat terpenuhi diharapkan hasil dari taksasi tidak berbeda jauh dari
realisasi sehingga perhitungan kebutuhan tenaga pemanen dan transportasi
pengangkutan TBS dapat dihitung secara tepat.
2. Kriteria Matang Panen
Kriteria matang panen yang diterapkan di divisi 3 KNDE yaitu apabila
terdapat lima brondolan atau lebih yang jatuh di piringan, maka tandan harus
26
TBS
Sampe
l
Under
Rip
Over
rip
-ripe
-ripe
Empty
bunch
80
68
61
50
193
23
156
222
13
184
12
108
93
115
17
94
172
12
144
11
154
12
117
14
1105
22
99
906
56
22
Total
Un-
Under
ripe
-ripe
2,5
0
0,0
0
2,0
7
4,0
5
3,7
0
0,8
6
0,0
0
1,2
9
1,8
Rata rata
7,50
13,11
11,91
5,85
7,40
14,78
6,97
7,79
9,41
Ripe
85,0
0
81,9
6
80,8
2
82,8
8
86,1
1
81,7
3
83,7
2
75,9
7
82,2
7
Over
-ripe
Empty
bunch
5,00
0,00
4,91
0,00
3,62
1,55
5,40
1,80
1,85
0,92
2,60
0,00
6,39
2,90
9,09
5,84
4,85
1,62
27
dipanen adalah pada saat kandungan minyak maksimal dalam daging buah dan
kandungan asam lemak bebas yang serendah mungkin.
Kriteria matang panen di Divisi 3 mengikuti Minimum Ripeness
Standard
brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu
sekurang kurangnya terdapat lima brondolan atau lebih di piringan sebelum
panen dan dua brondolan per kg setelah buah berada di TPH.
Pada saat menjadi pendamping krani panen, penulis melakukan
pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 3. Dari hasil pengamatan kualitas
potong buah di Divisi 3, total buah unripe yang dipanen adalah 1,80 %, buah
under ripe 9,41 %, buah ripe 82,27 %, over ripe 4,85 %, dan buah empty bunch
1,62 %. Pemanenan buah unripe merupakan salah satu sumber losses. Namun
untuk buah unripe yang terlanjur di panen, buah tersebut haruslah dicincang.
Persentase pemanenan buah unripe diatas standar, hal ini terjadi karena
sebagian pemanen kurang memahami instruksi mandor mengenai buah yang
boleh dipanen dan terkadang untuk memenuhi basis/ target, pemanen
melakukan pemanenan buah unripe. Oleh karena itu, perlu diberikan peraturan
dan denda yang jelas bagi pemanen supaya tidak terjadi pemanenan buah
mentah yang merugikan perusahaan.
Kualitas TBS hasil panen yang baik yaitu pada fraksi 2 dan 3 (buah ripe).
Persentase buah ripe yang masih dibawah standar perusahaan yang berkisar 85
% dipengaruhi karena adanya buah unripe, overripe dan empty bunch yang
terpanen. Sedangkan persentase buah empty bunch sendiri berkisar 1,62 %
dimana adanya buah empty bunch ini disebabkan karena adanya buah yang
tertinggal atau tidak terpanen pada rotasi sebelumnya. Buah empty bunch ini
juga dapat merugikan perusahaan karena buah yang kelewat matang dengan
kandungan ALB yang tinggi dapat mempengaruhi kualitas minyak yang
dihasilkan.
Dari data pengamatan yang dapat dilihat pada tabel 2. penyebab tidak
tercapainya standard ripeness 85% dikarenakan terjadinya pemanenan yang
tidak sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang di tetapkan oleh
perusahaan dimana berondolan yang lepas alami harus lebih dari lima
berondolan per tandan dan dua buah per kilogram untk di TPH. Sedangkan
28
pada kenyataannya TBS yang dipanen ada yang dibawah lima berondolan per
tandan. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain yaitu :
Adanya TBS yang siap dipanen berdekatan dengan buah yang siap matang
menyebabkan pemanen akan bingung dalam memilih buah yang akan
dipanen. Lihat Gambar 7.
Pemanenan dibawah lima berondolan alami hanya untuk memenuhi basis
atau target dari si pemanen
Adanya pemberondolan paksa terhadap buah yang siap matang.
Pemanenan dibawah lima berondolan alami bertujuan agar pada rotasi
selanjutnya buah tidak terlalu melimpah dan berondolan tidak terlalu
banyak.
Rendahnya pengawasan yang dilakukan oleh mandor panen terhadap
pemanen.
Rotasi panen terlambat (umur rotasi > 9 hari) akan menyebabkan buah
cenderung over-ripe bahkan bisa menjadi empty bunch (janjang kosong),
apabila ini terjadi maka akan mengakibatkan jumlah brondolan meningkat
sehingga akan memperlambat penyelesaian hanca bahkan basis borongnya
sulit tercapai (output kg/hk rendah dan biaya panen meningkat), peluang
losses yakni janjang tinggal di tanaman dan brondolan tidak dikutip sangat
tinggi, kualitas minyak rendah (FFA > 3 %)
Rotasi panen terlalu cepat (umur rotasi < 7 hari) akan mengakibatkan
pemanen cenderung memotong buah under-ripe (agak mentah) dan unripe
(mentah) untuk memenuhi basis kerja, akibat meningkatnya buah underripe (agak mentah) dan unripe (mentah) dapat menurukan % Oil
Extraction
Rate
(OER),
meningkatnya
biaya
pengolahan
karena
29
= 764,31 ha
Kemampuan pemanen
= 3 ha
Seksi panen
= 6/7
30
= 45 pemanen perhari
Berdasarkan perhitungan di atas, tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan
adalah 45 orang. Akan tetapi jumlah tenaga pemanen yang ada di Divisi 3 saat
bulan september adalah 41 orang. Hal ini menunjukkan tenaga panen efektif
untuk setiap harinya belum terpenuhi. Selain itu, adanya karyawan yang cuti
atau sakit membuat tenaga pemanen berkurang. Untuk mengatasi hal tersebut,
mandor mengambil kebijakan dengan memerintahkan pemanen yang sudah
tuntas hancanya agar membantu pemanen lain yang belum tuntas. Keputusan
ini berjalan efektif karena pemanen termotivasi dengan adanya premi lebih
basis borong.
Sistem panen yang berlaku di Divisi 3 adalah menggunakan BHS by Non
DOL (BGA Harvesting System by Non Division on Labour), yaitu terdiri hanya
pemanen (cutter) sekaligus sebagai pengutip berondolan dan membawa hasil
panen langsung ke TPH. BHS by DOL 2, kegiatan pemanenan terdiri atas dua
orang pekerja, yaitu satu orang sebagai potong buah dan mengangkut hasil
panen ke TPH dan satu orang lagi sebagai pengutip berondolan. BHS by DOL
3, kegiatan pemanenan terdiri atas tiga orang pekerja. Satu orang sebagai
pemotong buah dan pelepah sekaligus menyusunnya di gawangan mati dengan
bentuk U-Shape, satu orang sebagai pengangkut buah hasil panen ke TPH, dan
satu orang sebagai pengutip berondolan.
Standar Operasional Prosedur Pemanen di Divisi 3 adalah pertama
memotong pelepah yang menyangga tandan, kemudian pelepah tersebut
disusun di gawangan mati. Pemotongan pelepah yang menyangga tandan
dilakukan rapat ke pokok. Hal tersebut bertujuan agar tidak ada buah yang
tersangkut pada ketiak pelepah di kemudian hari. Pelepah yang telah terpotong
disusun di gawangan mati membentuk huruf I atau huruf U (U shape
frond stacking). Setelah pelepah penyangga dipotong, tandan kemudian
dipanen dengan menggunakan dodos.
31
berpikir.
Distribusi buah cukup teratur karena umumnya dimulai pada seksi
yang sama.
Menurut Fauzi dkk (2012) dikenal 2 sistem ancak panen yaitu sistem
ancak giring dan sistem ancak tetap.
a. Sistem hanca giring
Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen
pindah ke ancak berikutnya yang telah ditetapkan oleh mandor begitu
seterusnya. Sistem ini memudahkan pengawasan pekerjaan para pemanen dan
hasil panen lebih cepat sampai ke TPH dan pabrik. Namun, ada kecendrungan
pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah
32
33
Salah satu sumber losses berondolan yaitu pada saat pemotongan gagang
panjang yang dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Losses Brondolan Akibat Pemotongan Gagang
Panjang di Divisi 3 Kendawangan Estate
Losses Brondolan
Jumlah TBS
(buah)
(tandan)
32
80
26
61
37
193
58
222
43
108
21
115
23
172
19
154
24
259
1105
Karyawan
Jumlah TPH
Total
Rata rata
32,37
Persentase Berondolan
(buah)
Tinggal (%)
Karyawa
n
Piringa
Poko
26
B
C
D
Pasa
Piringa
Poko
Pasar
Pikul
3,92
13,5
72
Pikul
4
102
25,49
70,58
37
14
59
62,71
23,73
67
43
33
22
11
18
111
83
59,29
51,80
29,20
26,50
i
(%)
Total
Kontaminas
6
11,50
21,6
10
5
10
15
34
8
14,8
38
77
20
135
28,14
57,03
15
78
12
105
14,28
74,28
1
11,42
52
56
117
44,44
47,86
7,69
10
79
23
105
75,23
21,90
15
45,17
43,83
2,85
10,9
Rata- rata
10
10
10,62
kurang
bersih
bahkan
sampai
tidak
terkutip
sama
sekali. Brondol yang tidak terkutip ini akan tumbuh menjadi kentosan,
disamping menambah biaya untuk membasminya juga akan tenaga
persaingan hara dan air bagi tanaman induk. Untuk mengatasi hal ini
adalah dengan selalu menjaga piringan selalu bersih dengan cara
melakukan pembersihan piringan sesuai rotasi dan perlakuan khusus
pada areal yang pertumbuhan gulma pesat, seperti pada areal rendahan.
Jumlah tenaga brondol kurang, jika tenaga brondol kurang akan
mengakibatkan brondol pengkutipan terlambat karena pemanen akan
lebih jauh didepan pembrondol (ancak giring) atau ada ancak panen
tidak ada pembrondolnya (ancak tetap), sehingga brondolan akan
35
waktu
yang
lama
dalam
proses
muat
buah
sawit. Menjaga TPH selalu bersih adalah solusi mengatasi hal ini.
Pemuat brondol kurang disiplin, kebanyakan pemuat buah kurang
malas mengutib bersih brondol di TPH dengan alasan waktu
dibutuhkan terlalu lama apalagi kalau buah yang diangkut adalah buah
restan. Solusi mengatasi hal ini adalah dengan memberikan pengertian
berharganya brondol dan memberlakukan denda secara konsisten jika
Pokok sudah tinggi, dimana saat penen brondol yang jatuh terpental
36
pokok.
Diangkut binatang, kebanyakan binatang yang sering mengangkut
brondol ke bawah pelepah adalah Tikus karena kebiasaan tikus dalam
mencari makan akan membawa makanannya disekitar sarangnya
sebagai cadangan makanan. Rumpukan pelapah merupakan tempat
tinggal tikus yang paling sering ditemukan, dimana dia membuat
lubang tempat tinggal yang aman dari musuh alaminya. Pemasangan
rodentisida jika serangan sudah ambang kritis dan pengembangbiakan
burung hantu sebagai musuh alami tikus merupakan solusi mengatasi
hal diatas.
f. Jalan
Brondol yang tertinggal dijalan biasanya akan terlindas oleh kendaraan,
hal ini sering terjadi :
terlalu tinggi.
Bak truk tidak tertutup penuh, kondisi yang demikian akan membuat
butir brondol mudah jatuh saat dalam perjalanan.
Losses berondolan yang paling tinggi yaitu berondolan yang jatuh
disekitar piringan dan pokok kelapa sawit berkisar 45,17 % dan 43,83 %.
37
A
B
C
D
E
F
G
H
Total TBS
Buah Matang
% Buah Matang
Terpanen
Tidak di Panen
Tidak di Panen
Total
Rata rata
Sumber : Hasil Pengamatan (September, 2016).
.............(%)...........
0,00
0,00
0,51
0,00
2,78
0,00
0,58
0,00
0,48
38
mengambil 8 orang karyawan pada 4 seksi panen, dimana setiap seksi ada 2
block yang diambil sebagai sampel dan dari setiap seksi diambil sebanyak dua
karyawan.
Pada Tabel 7. dapat dilihat bahwa persentase buah matang tidak dipanen
masih diatas standar yang ditetapkan oleh Kendawangan Estate yaitu 0,48 %.
Standar buah matang tidak dipanen di Kendawangan Estate adalah 0 %. Buah
matang tidak dipanen disebabkan oleh kelalaian pemanen, pemanen kadang
kurang teliti dalam melihat buah matang dipokok. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah keadaan pokok dan keadaan areal yang kurang terawat,
sehingga pemanen enggan memanen dipokok tersebut. Pada pokok yang
tunasannya tidak baik, brondolan buah biasanya tersangkut dipelepah sehingga
pemanen akan kesulitan dalam menentukan kematangan buah tersebut.
Untuk buah matang yang tidak terpanen biasanya di lakukan pemanenan
oleh mandor panen keesokan harinya dan diangkut menggunakan sepeda motor
untuk dibawa ke TPH dimana panen keesokan harinya dilakukan.
6. Pengawasan Panen
Pengawasan panen di Kendawangan Estate terdiri atas pengawasan
harian dan bulanan. Pengawasan harian dilakukan oleh kerani panen, mandor
panen, mandor 1, asisten divisi, dan estate manager. Pengawasan bulanan
dilakukan oleh staf organisasi quality ceck (OQC) dari kantor general manager
(GM) yang didampingi oleh mandor, mandor 1 dan asisten kebun.
Sistem pengawasan panen merupakan salah satu faktor penting yang
dapat menekan kehilangan hasil produksi dalam pemanenan. Menurut Lubis
(1992) panen yang baik adalah :
Tidak ada buah mentah
Tidak ada buah matang yang tinggal di piringan tanaman
Tidak ada buah yang tertinggal di pasar panen
Tandan dan brondolan harus bersih
Janjang kosong tidak ada yang dibawa ke pabrik
Gagang tandan dipotong mepet berbentuk V
Pelepah cabang dipotong tiga dan diletakkan di gawangan mati dan
ditelungkupkan
Potong cabang daun mepet ke batang berupa tapak kuda membuat
39
Organisasi Quality Ceck (OQC), Asisten Divisi, Mandor 1, Mandor Panen dan
Kerani Panen. Pemeriksaan ini bertujuan sebagai kontrol terhadap mutu panen
(FFB Quality) dari setiap kebun pemasok Tandan Buah Segar ke PKS, sebagai
dasar pemotongan atas pembayaran terhadap pihak luar yang mengirim TBS ke
PKS. Objek pemeriksaan meliputi mutu buah di PKS/grading, mutu buah di
lapang, mutu hanca/losses lapangan
Peranan pengawas atau mandor panen sangatlah vital. Hal ini di
karenakan mandor dalam pekerjaan selalu bersentuhan langsung dengan
karyawan. Di lapangan, pengawasan secara langsung harus didasarkan pada
sebuah hubungan professional. Yaitu menempatkan mandor dengan posisi
mengawasi, mengontrol, mengarahkan proses kerja dan menempatkan
karyawan adalah orang yang melakukan pekerjaan. Pengawasan yang lemah
dapat mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak teratur sehingga berimbas pada
kualitas para pemanen dalam melakukan pemanenan. Ada kalanya karena
kedekatannya maka profesional ini sering mulai luntur. Sehingga banyak
terjadi penyimpangan kualitas kerja, tanpa adanya teguran yang dilakukan oleh
mandor terhadap karyawannya.
Menurut Mangoensoekarjo,dkk (2005)Tujuan perusahaan dengan adanya
pengawasan yang baik, maka perusahaan mengharapkan :
1. Kualitas pekerjaan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) akan
terjaga dan terkontrol
2. Produktivitas karyawan akan meningkat
3. Cost (biaya) pekerjaan sesuai standar anggaran yang ditentukan.
4. Hubungan yang baik antara karyawan dengan manajemen perusahaan,
terjamin dengan harmonis.
Hal tersebut diatas bisa tercipta jika mandor melakukan aktivitas dalam
kesehariannya sebagai berikut :
1. Melaksanakan lingkaran pagi
2. Lingkaran pagi dilakukan antara mandor dengan kepala divisi, kepala
afdeling dengan tujuan untuk menerima arahan dari pimpinan tentang
pekerjaan yang dilakukan hari ini. Setelah itu dilanjutkan lingkaran pagi
dengan karyawan. Lingkaran bisa dilakukan di kantor afdeling atau di
dekat blok yang akan dikerjakan hari ini. Lingkaran ini dimaksudkan untuk
40
41
hari. Hal ini karena mandor merupakan elemen atau perangkat perusahaan
yang setiap hari bersentuhan dengan karyawan dan bertemu setiap hari.
Keteladanan dapat dilihat dari perilaku, ucapan dan aktifitasnya. Sebagai
contoh ketika mandor lambat saat apel pagi. Artinya seorang mandor sudah
memberikan contoh yang tidak baik.
Manajemen yang baik dalam pelaksanaan panen dapat secara efektif
meminimalkan kehilangan hasil. Pengelolaan panen yang perlu di perhatikan
dalam meminimalkan kehilangan hasil produksi, antara lain penentuan kriteria
panen, rotasi panen, penentuan tenaga kerja panen, sistem dan teknik panen,
serta sistem pengawasan panen. Penyebab kehilangan produksi diantaranya
pemanenan terhadap buah mentah, buah masak tinggal di tanaman, buah
dipanen tidak dibawa ke TPH, brondolan tidak di kutip, buah atau berondolan
dicuri dan memalsukan administrasi.
V. PENUTUP
42
A. Kesimpulan
Panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena
merupakan sumber pendapatan perusahaan, oleh karena itu perlu adanya
pengelolaan yang baik dalam pelaksanaannya. Pemaksimalan produksi dapat
dicapai
dengan
menekan
kehilangan
produksi
atau
losses
sampai
43
BGA Group. 2007. Pedoman Teknis Agronomis Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.). BGA Group Plantations. Jakarta. 154 hal.
Fauzi, Y, E.W. Yustina, S. Iman, dan H. Rudi. 2008. Kelapa Sawit: Budi Daya
Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar
Swadaya. Jakarta. 168 hal.
Hasibuan, Malya Aris Maya. 2009. Manajemen Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq). Di kebun Mentawak, PT Jambi Agro Wijaya,
Bakrie Sumatera Plantation, Sorolangun, Jambi.
Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Edisi 2.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Medan. 362 hal.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa
Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.
Sastrosayono, S. 2003. Budi Daya Kelapa Sawit. PTAgromedia Pustaka. Jakarta.
66 Hal.
Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.
44
45
HARI / TANGGAL
KEGIATAN
Senin / 01-08-2016
Selasa / 02-08-2016
Rabu / 03-08-2016
Kamis / 04-08-2016
Jumat / 05-08-2016
Sabtu / 06-08-2016
Senin / 08-08-2016
Selasa / 09-08-2016
Rabu / 10-08-2016
Kamis / 11-08-2016
Jumat / 12-08-2016
Sabtu / 13-08-2016
Senin / 15-08-2016
Selasa / 16-08-2016
Kamis / 18-08-2016
Jumat / 19-08-2016
Sabtu / 20-08-2016
Senin / 22-08-2016
Selasa / 23-08-2016
Rabu / 24-08-2016
Kamis / 25-08-2016
Jumat / 26-08-2016
Sabtu / 27-08-2016
Senin / 29-08-2016
Selasa / 30-08-2016
Rabu / 31-08-2016
Kamis / 01-09-2016
Jumat / 02-09-2016
Sabtu / 03-09-2016
Senin / 05-09-2016
Selasa / 06-09-2016
Rabu / 07-09-2016
Kamis / 08-09-2016
Jumat / 09-09-2016
Sabtu / 10-09-2016
Rabu / 14-09-2016
Kamis / 15-09-2016
Jumat / 16-09-2016
Sabtu / 17-09-2016
Senin / 19-09-2016
Selasa / 20-09-2016
Rabu / 21-09-2016
Kamis / 22-09-2016
Jumat / 23-09-2016
Sabtu / 24-09-2016
Senin / 26-09-2016
46
Selasa / 27-09-2016
Rabu / 28-09-2016
Kamis / 29-09-2016
Jumat / 30-09-2016
47
48
49
50
51
52
Gambar 9. Proses muat TBS ke dump truk bersama krani mandor panen
53
Gambar 11. Buah abnormal : 1. Buah busuk, 2. buah batu ( Hard Bunch ),
3. Buah landak, 4. Buah banci.
54