Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Oriza Sativa L.)


DI KECAMATAN BAJAWA KABUPATEN NGADA

OLEH :
ALOYSIUS WAWO
NIM : A0012020005

SEKOLAH TINGGI PERTANIAN FLORES BAJAWA


2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal
ini yang berjudul “ Analisis Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah di Kecamatan
Bajawa Kabupaten Ngada”.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih banak
kekurangan, maka dari itu penulis sangat berharap kritik serta sarannya agar
penulis bisa berkembang dan bisa menjadi lebih baik lagi dalam menuntut ilmu
kedepannya.

Bajawa , 17 januari 2023

Aloysius Wawo

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................3
2.1 Padi (Oryza Sativa L.)..................................................................3
2.2 Budidaya Tanaman Padi Sawah...................................................3
2.3 Usaha Tani...................................................................................9
2.4 Penerimaan Usaha Tani.............................................................14
2.5 Pengertian Pendapatan...............................................................15
2.6 Analisis R/C...............................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN............................................................18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................18
3.2 Metode Pengambilan Sampel......................................................18
3.3 Metode Pengambilan Data..........................................................18
3.4 Pengamatan dan Konsep Pengukuran.........................................19
3.5 Metode Analisis Data..................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan pertanian pada dasarnya merupakan salah satu sistem
pembangunan yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung keberhasilan
pembangunan nasional. Pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk
menumbuhkembangkan usaha pertanian di pedesaan yang akan memacu aktivitas
ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pertanian juga bertujuan untuk
menumbuhkan industri hulu, hilir dan penunjang dalam meningkatkan daya saing
dan nilai tambah suatu produk pertanian dengan memanfaatkan sumberdaya
pertanian secara optimal melalui pemanfaatan teknologi yang tepat sehingga
kapasitas sumberdaya pertanian dapat dilestarikan dan ditingkatka, serta
membangun kelembagaan pertanian yang kokoh dan mandiri serta meningkatkan
kontribusi sektor pertanian dalam pemasukan devisa (http://www.deptan.go.id).
Sasaran, dan kebijakan pembangunan pertanian perlu dilanjutkan dengan
usaha-usaha antara lain diversifikasi, intensifikasi, ekstentifikasi dan rehabilitasi
pertanian yang harus dilakukan secara terpadu. Guna pencapaian peningkatan
produksi dan swasembada pangan ditandai dengan pengelolaan sumberdaya yang
tersedia secara efisien dan efektif dengan tetap memperhatikan daya dukung
lingkungan.
Padi sawah dipilih oleh petani sebagai salah satu komoditas yang
diusahakan karena peranannya sebagai salah satu makanan pokok di Indonesia
yang penting dan mengandung nilai gizi dan energi yang cukup bagi tubuh
manusia,dapat menciptakan lapangan pekerjaan serta dapat meningkatkan
pendapatan petani. Indonesia adalah negara terbesar ketiga yang memproduksi
beras terbanyak di dunia, Indonesia masih tetap perlu mengimpor beras hampir
setiap tahun (walau biasanya hanya untuk menjaga tingkat cadangan beras).
Situasi ini disebabkan karena para petani masih menggunakan teknik-teknik
pertanian yang tidak optimal ditambah dengan konsumsi per kapita beras yang

1
besar (FAO (food and agriculture organization) yang dipublikasikan pada Juli
2015.
Petani di Kabupaten Ngada melakukan kegiatan ushatani padi sawah pada
awal musim hujan atau musim kemarau. Luas areal persawahan di Kabupaten
Ngada 14.066 hektar (BPS Kabupaten Ngada 2017). Kecamatan Bajawa
merupakan salah satu daerah produksi padi sawah, dengan luas lahan sebesar 57,5
hektar dan terdapat 60 kepala keluarga petani.
Berdasarkan uraian di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian
mengenai “ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH” di
Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa besar produksi petani padi sawah di Kecamatan Bajawa Kabupaten
Ngada
2. Berapa pendapatan petani padi sawah di Kecamatan Bajawa Kabupaten
Ngada
3. Berapa keuntungan relatif petani padi sawah di Kecamatan Bajawa
Kabupaten Ngada
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui produksi padi sawah di Kecamatan Bajawa Kabupaten
Ngada
2. Untuk mengetahui besar pendapatan petani padi sawah di Kecamatan
Bajawa Kabupaten Ngada
3. Untuk mengetahui keuntungan relatif petani padi sawah di Kecamatan
Bajawa Kabupaten Ngada
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah dalam upaya
meningkatkan produksi pengembangan tanaman padi sawah
2. Bahan informasi bagi petani di Kecamatan Bajawa dalam rangka
peningkatan produksi sekaligus dapat digunakan dalam pertimbangan
untuk menentukan harga maupun jumlah kebutuhan bahan baku padi
sawah

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padi (Oryza sativa L.)


Berdasarkan literatur Grist dalam Suger (2001), padi dalam sistematika
tumbuhan diklasifikasikan kedalam:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Oryza Linn
Species : Oryza sativa L.

Tanaman padi sawah memiliki tinggi 1 sampai dengan 1,5 m. Pada


bungannya ada dua helai sekam mahkota. Akar-akar tanaman padi masuk kedalam
tanah sedalam lapisan tanah yang dikerjakan, umumnya tidak lebih dari 25 cm.
Diatas batang padi berisi empelur yang lunak dan putih warnanya, daun padi
terdiri pelepah yang membalut batang dan helai daun. Jumlah cabang rata-rata 15-
20. Buah beras sebenarnya adalah putih lembaga buah yang erat terbalut oleh kulit
ari, kulit ari ini terdiri dari kulit biji dan dinding buah( Soemartono,1982).

2.2 Budidaya Tanaman Padi Sawah


2.2.1 Syarat Tumbuh
. Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau
lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun
sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. 
   Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m
dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang
kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan

3
diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada
tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7. 

2.2.2 Penyiapan Lahan


Kegiatan utama dari penyiapan lahan adalah pelumpuran tanah hingga
kedalaman lumpur minimal 25 cm, pembersihan lahan dari gulma, pengaturan
pengairan, perbaikan struktur tanah, dan peningkatan ketersediaan hara bagi
tanaman. Pada tanah yang sudah terolah dengan baik, penanaman bibit lebih
mudah dan pertumbuhannya menjadi optimal.
Lima tahapan penyiapan lahan dengan cara basah
adalah:
1. Lahan sawah digenangi setinggi 2-5 cm di atas permukaan selama 2-3 hari
sebelum tanah dibajak,
2. Pembajakan tanah pertama sedalam 15-20 cm menggunakan traktor bajak
singkal, kemudian tanah diinkubasi selama 3-4 hari,
3. Perbaikan pematang yang dibuat lebar untuk mencegah terjadinya
rembesan air dan pupuk;sudut petakan dan sekitar pematang dicangkul
sedalam 20 cm; lahan digenangi selama 2-3 hari dengan kedalaman air 2-5
cm,
4. Pembajakan tanah ke dua bertujuan untuk pelumpuran tanah, pembenaman
gulma dan aplikasi biodekomposer, dan
5. Perataan tanah menggunakan garu atau papan yang ditarik tangan, sisa
gulma dibuang, tanah dibiarkan dalam kondisi lembab dan tidak
tergenang.

2.2.3 Penggunaan Benih


1. Benih padi yang telah direndam dan diperam selama 24 jam, kemudian
ditiriskan (kondisi lembab) kemudian dicampur dengan pupuk hayati.
2. Pencampuran benih dengan pupuk hayati dilakukan di tempat yang
teduh.

4
3. Benih padi yang telah dicampur pupuk hayati segera disemai,
upayakan tidak ditunda lebih dari 3 jam dan tidak terkena paparan
sinar matahari agar tidak mematikan mikroba yang telah melekat
4. pada permukaan benih.
5. Sisa pupuk hayati yang tidak melekat pada benih padi disebarkan di
persemaian.
6. Benih yang telah terselimuti pupuk hayati disebar di persemaian pada
kondisi tidak hujan

2.2.4 Penanaman
Cara tanam padi sawah menggunakan teknik cara tanam legowo 4:1 yaitu
cara tanam yang memiliki 4 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong,
dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam 2 kali jarak tanam pada
barisan tengah. Dengan demikian jarak tanam pada tipe legowo 4:1 adalah 20 cm
(antar barisan dan pada barisan tengah) x 10 cm (baris pinggir) x 40 cm (barisan
kosong).
Sistem penanaman yang diberikan oleh penyuluh di Desa Kolam yaitu
dilakukan dengan tiga kali musim tanam dalam satu tahun dengan istilah JaMeSep
(Januari, Mei, September):
1. Musim tanam pertama, penanaman dilakukan pada bulan Januari
sampai bulan April.
2. Musim tanam kedua, penanaman dilakukan pada bulan Mei sampai
dengan Agustus.
3. Musim tanam ketiga, penanaman dilakukan pada bulan September
sampai dengan
Desember.

2.2.5 Pemupukan Tanaman


Pemupukan yaitu pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk
memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil
yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam tanah. Untuk setiap ton gabah
yang dihasilkan, tanaman padi membutuhkan hara N sekitar 17,5 kg, P sebanyak 3

5
kg clan K sebanyak 17 kg. Dengan demikian jika kita ingin memperoleh hasil
gabah tinggi, sudah barang tentu diperlukan pupuk yang lebih banyak. Namun
demikian tingkat hasil yang ditetapkan juga memperhatikan daya dukung
lingkungan setempat dengan melihat produktivitas padi pada tahun-tahun
sebelumnya. Agar efektif dan efisien, penggunaan pupuk disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman
dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi
menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Nilai pembacaan BWD digunakan
untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih
tepat sesuai

2.2.6 Penyiangan
Pengendalian gulma menjadi sangat penting pada periode awal sampai 30
hari setelah tanam. Pada periode tersebut, gulma harus dikendalikan secara
manual, gasrok, maupun herbisida. Gulma yang sering dijumpai di lahan sawah
antara lain adalah Echinochloa crus-galli (Jajagoan), Cyperus difformis, C. iria,
Ageratum conyzoides L. (wedusan), Mimosa pudica (putri malu), Cynodon
dactylon (rumput grinting). Pada lahan sawah irigasi, penyiangan gulma dilakukan
pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam (HST) dan 42 HST, baik secara
manual maupun dengan gasrok, terutama bila kanopi tanaman belum menutup.
Penyiangan dengan gasrok dapat dilakukan pada saat gulma telah berdaun 3-4
helai, kemudian digenangi selama 1 hari agar akar gulma mati.

2.2.7 Pengendalian Hama dan Penyakit


1. Hama Putih (nymphula depunclatis)
Larfa memotong daun menadi potongan pendek dan menggulungya
sehingga membentuk kotak-kotak tubuler dan memakan daun dari kotak-kotak
tersebut. Daun yang terserang berwarna putih dan pada serangan berat kelihatan
tanaman menadi gundul.
Pengendalian :
 Pengaturan air yang baik dan penggunaan bibit unggul, melepaskan musuh
alami, menggunakan tabung daun.

6
 Dengan cara kimiawi karena ini sangat peka terhadap insektisida dan
mudah dikendalikan dengan menggunakan BVR atau petrona.

2. Wereng batang coklat (nilparvata lugens stain)


Tanaman yang terserang nampak seperti terbakar.
Pengendalian :
 Kultur etnis, pergiliran tanaman, tidak menanam padi lebih dari 2 kali
setahun
 Penggunaan pupuk berimbang
 Penggunaan varietas tahan wereng
 Menggunakan insektisida sesuai anuran setelah populasinya di atas
ambang ekonomi.
3. Wereng batang punggung putih (sogatella furcifera)
Merusak dengan cara menghisap cairan batang padi dan menularkan virus.
Tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti
terbakar dan tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.
Pengendalian :
 Bertanam padi secara serempak menggunakan varietas tahan wereng
seperti IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo, Ciherang, Gilirang.
 Melepaskan musuh alami seperti laba-laba dan kumbang lebah
 Penyemprotan insektisida sesuai anjuran
4. Penyakit bercak daun coklat (helmmintosporium oryzal)
Menyerang pelepa daun yang baru tumbuh dan bibit yang baru
berkecambah. Biji bercak-bercak coklat berisi, pada dewasa busuk dan kering
pada biji kecambah, terjadi pembusukan dan kecambahnya mati.
Pengendalian :
 Merendam biji di air hangat
 Pemupukan berimbang
 Penggunaan varietas tanaman padi tahan penyakit
5. Penyakit blast (pyricalaria orizal)
Menyerang daun dan buku pada malai dan ujung tangkai daun sehingga
pangkal mulai membusuk dan butiran padi menjadi kosong.

7
Pengendalian :
 Membakar sisa jerami, menggenangi sawah dengan menanam varietas
unggul
 Mengggunakan hama bahan kimia untuk pemberantasan

2.2.8 Panen dan Pascapanen


Panen merupakan kegiatan akhir dari proses produksi padi di lapangan dan
faktor penentu mutu beras, baik kualitas maupun kuantitas.
1. Penentuan umur panen
Panen dilakukan pada saat tanaman matangfisiologis yang dapat diamati
secara visual pada hamparan sawah, yaitu 90-95% bulir telah menguning
atau kadar air gabah berkisar 22-27%. Padi yang dipanen pada kondisi
tersebut menghasilkan gabah berkualitas baik dan rendemen giling yang
tinggi.
2. Panen
Panen dilakukan menggunakan alat dan mesin panen. Untuk mengatasi
keterbatasan tenaga kerja di pedesaan, telah dikembangkan mesin
pemanen seperti stripper, reaper, dan combine harvester. Combine
harvester merupakan alat pemanen produk Balitbangtan yang didesain
khusus untuk kondisi sawah di Indonesia. Kapasitas kerja mesin ini 5 jam
per hektar dan ground pressure 0,13 kg/cm2, dioperasikan oleh 1 orang
operator dan 2 asisten operator, sehingga mampu menggantikan tenaga
kerja panen sekitar 50 HOK/ha (BB Mektan, 2013). Combine harvester
menggabungkan kegiatan pemotongan, pengangkutan, perontokan,
pembersihan, sortasi, dan pengantongan gabah menjadi satu rangkaian
yang terkontrol. Penggunaan combine harvester menekan kehilangan hasil
gabah kurang dari 2%, sementara kehilangan hasil jika dipanen secara
manual rata-rata 10% (BB Padi, 2014).
3. Pengangkutan
Gabah perlu dikemas untuk menghindari tercecernya gabah selama
pengangkutan. Pengangkutan gabah umumnya menggunakan truk, bak
terbuka, gerobak dorong, sepeda motor atau sepeda.

8
4. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan di bawah sinar matahari langsung atau
dengan mesin pengering. Penjemuran sebaiknya beralas terpal dengan
tebal lapisan gabah 5-7 cm dan dilakukan pembalikan setiap 2 jam sekali.
Penjemuran dihentikan setelah kadar air gabah mencapai 14% (Gabah
Kering Giling/GKG). Suhu pengeringan benih jika menggunakan dryer
tidak melebihi 40-45oC, sedangkan untuk gabah konsumsi tidak melebihi
50-55oC.
5. Pengemasan
Gabah dikemas dalam karung atau kantung plastik yang berfungsi sebagai
wadah, melindungi gabah dari kontaminasi, dan mempermudah
pengangkutan.
6. Penyimpanan
Penyimpanan dengan teknik yang benar dapat memperpanjang umur
simpan gabah/benih serta mencegah kerusakan beras. Proses respirasi yang
masih berlangsung pada gabah dapat menyebabkan kerusakan seperti
tumbuh jamur sehingga mutu gabah turun. Ruang penyimpanan sebaiknya
bebas dari hama dan penyakit. Fumigasi dan pemasangan kawat berperan
penting untuk menghindari kerusakan gabah dari serangan tikus, burung
dan kutu. Ruang penyimpanan perlu memiliki ventilasi yang cukup agar
tidak lembab. Gabah atau benih yang telah dikemas dalam kantung atau
karung disusun dan ditempatkan diatas palet kayu.

2.3 Usahatani
Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana sesorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Dikatakan efisien bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya
yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efesien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran yang melebihi
masukan. Efisien usaha tani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis

9
dan harga serta ekonomis. Ketiga macam efisiensi ini penting untuk diketahui dan
diraih oleh petani bila ia menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Dalam usaha tani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani
sendiri yang teratas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani.
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input dan
faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida)
dengan efektif, efesien, dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi
sehingga pendapatan usahataninya meningkat.
Usahatani yang ada di Negara berkembang khususnya Indonesia terdapat
dua corak dalam pengelolaannya yaitu usahatani yang bersifat subsisten adalah
dengan merubah melalui usahatani untuk mencari laba atau profit yang sebesar-
besarnya. Tingkat kesenjangan petani sangat ditentukan pada hasil panen yang
diperoleh. Banyaknya hasil panen tercermin pada besarnya pendapatan yang
diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi
keluarga terpenuhi, dengan demikian tingkat kebutuhan konsumsi keluarga
terpenuhi.
Dalam menjalankan usahatani, kesehatan dan pendidikan merupakan faktor
yang sangat berpengaruh, karena manusia tidak mungkin menjalankan
usahataninya dengan keadaan sakit, bahkan di saat sakit dan usahatani tidak
berjalan baik dapat mengakibatkan turunnya pendapatan masyarakat, karena uang
yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan pendidikan dibagi
lagi dengan biaya perobatan.
Sedangkan pendidikan yang dimaksud disini adalah, pengetahuan yang
minim terhadapa masalah pertanian, dan menyebabkan hasil tani tidak
memuaskan.
Sedangkan batasan petani kecil adalah :
1. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras
per kapita per tahun.
2. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 hektar lahan
sawah di jawa atau 0,5 hektar di luar jawa. Bila petani tersebut juga
mempunyai lahan tegal, maka luasnya 0,5 hektar di jawa dan 1,0 hektar di
luar jawa.

10
3. Petani yang memiliki modal dan memiliki tabungan yang terbatas
4. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamik.
Jumlah petani kecil di dunia tidak diketahui secara pasti, hal ini diduga
bahwa kira-kira setengah dari penduduk dunia bergantung kepada pertanian
subsisten dan kira-kira 40% dari tanah pertanian digarap oleh petani kecil.
Selanjutnya 60% dari semua petani adalah petani kecil yang menghasilkan kira-
kira 40% dari seluruh produksi. Kemudian, 20% dari lahan tanaman di dunia
berbentuk usaha tani yang luasnya kurang dari 5 hektar. Usaha tani kecil yang
jumlahnya kira-kira 130 juta ini menyediakan kehidupan langsung kepada ribuan
juta penduduk. Karena banyaknya sumber pertanian yang bisa diolah, dengan
keadaan Indonesia yang memiliki tanah yang subur, seperti sayur-sayuran, buah-
buahan, makananan pokok, bumbu dapur, dan bahan-bahan pelengkap kehidupan.
Dari segi ekonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil ialah
terbatasnya sumber daya dasar tempat ia berusaha. Pada umumnya, mereka hanya
menguasai sebidang lahan kecil. Kadang-kadang disertai dengan ketidakpastian
dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam
beberapa petak. Mereka mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan
kesehatan yang sangat rendah. Mereka sering terjerat oleh hutang dan tidak
terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi.
Bersamaan dengan itu, mereka menghadapi pasar dan harga yang tidak
stabil, mereka tidak cukup menerima dukungan penyuluhan. Pengaruh mereka
kecil dalam pengawasan dan penyelenggaraan lembaga desa, mereka juga kalah
bersaing melawan anggota masyarakat yang lebih berkuasa dalam menggunakan
pelayanan pemerintahan. Akibatnya, kelangsungan hidup mereka sering
bergantung kepada orang lain dan pengaruh iklim yang jelek atau harga yang
rendah dapat membawa bencana kepada petani dan keluarganya.
Artinya ekonomi masyarakat kecil yang selama ini tergusur atau tertekan.
Perlu benar-benar digarap jika selama ini pembangunan yang dilakukan
cenderung berformalisasi karena segala sesuatunya telah ditetapkan dan diatur
dari atas, maka dalam pembangunan yang memihak masyarakat menuntut semua
perencanaan keputusan dan pelaksanaan dilakukan masyarakat sendiri. Peranan
agrobisnis atau bidang pertanian dalam dunia ekonomi sangat penting karena

11
mereka adalah ujung tombak program ekonomi dan salah satu faktor yang
menentukan berhasil tidaknya kegiatan perekonomian suatu bangsa. Oleh sebab
itu msalah kualitas pertanian selalu memperoleh perhatian dalam pembicaraan
karena menyangkut kualitas perekonomian. Salah satu metode pembelajaran
sebagai alternatif utama adalah model cooperative learning (model pembelajaran
gotong royong). Model ini didasari oleh falsafah Homo Homini Socius, yang
menekankan manusia adalah makhluk sosial. Ini mengandung arti kerjasama
merupakan kebutuhan sangat penting, jika kita kaitkan dalam hal ini, maka
ekonomi dan pertanian sangat penting, saling berkaitan.

2.3.1 Faktor-Faktor Produksi dalam Usahatani


Menurut Hermanto dalam Suratiyah (2008 : 37), menambahkan bahwa ada
lima unsur pokok dalamusaha tani yang sering disebut sebagai faktor-faktor
produksi, yaitu sebagai berikut:
1. Tanah Usahatani
Tanah usaha tani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah.Tanah
tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli,menyewa,
bagi hasil, pemberian negara, warisan atau wakaf. Penggunaan tanah dapat
diusahakan secara monokultur maupun polikultur atau tumpangsari.
2. Tenaga Kerja
Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-
anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat
kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga ini dapat
berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan).
3. Modal
Modal dalam usaha tani digunakan untuk membeli sarana produksi
sertapengeluaran selama kegiatan usaha tani berlangsung. Sumber modal
diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, pelepas
uang/famili/tetangga), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa.
4. Pengelolaan atau Manajemen Usahatani
Pengelolaan usaha tani adalah kemampuan petani untuk menentukan,
mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya

12
dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana
yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap prinsip teknik dan ekonomis
perlu dilakukan untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil. Prinsip teknis
tersebut meliputi :
 perilaku cabang usaha yang diputuskan
 perkembangan teknologi
 tingkat teknologi yang dikuasai dan
 cara budidaya dan alternatif
5. Produksi
Produksi adalah hasil produksi fisik, yang diperoleh petani dari hasil
usahatani, dalam satu musim tanam dan diukur dalam Kg per hektar
permusim(khusus untuk jenis tanaman yang diusahakan). Produksi tersebut
jugadapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam
penciptaan komoditas berupa kegiatan usaha tani maupun usaha lainnya.

2.3.2 Biaya Usahatani


Menurut Suratiyah (2008) Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan
untuk memperoleh hasil. Menurut kerangka waktunya, biaya dapat dibedakan
menjadi biaya jangka pendek, dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek
terdiri dari biaya tetap, dan biaya variabel, sedangkan dalam jangka panjang
semua biaya dianggap/diperhitungkan sebagai biaya variabel. Biaya usahatani
akan dipengaruhi oleh jumlah pemakaian input, harga dari input, tenaga kerja,
upah tenaga kerja, dan intensitas pengelolaan usahatani.
Menurut Raharja dalam Suratiyah (2008), biaya – biayatersebut dapat
didefinisikan sebagai berikut :
1. Biaya Tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami
perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan
dalam batas tertentu. Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada
besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan. Yang termasuk biaya
tetap, seperti gaji yang dibayar tetap, sewa tanah, pajak tanah, alat dan
mesin, bangunan ataupun bunga uang serta biaya tetap lainnya.

13
2. Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-rubah sesuai
dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya, biaya variabel
berubah menurut tinggi rendahnya output yang dihasilkan, atau tergantung
kepada skala produksi yang dilakukan. Yang termasuk biaya variabel
dalam usahatani seperti baiaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan, serta
termasuk ongkos tenaga kerja yang dibayar berdasarkan perhitungan
volume produksi.
3. Biaya Total
Biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan, yaitu merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya
variabel (Gasperz,1999).

2.4 Penerimaan Usahatani


Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang dperoleh
dengan harga jual yang dirumuskan sebagai berikut :
TR : Y. Py
TR : Total Revenue (Total Penerimaan)
Y : Yield (Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani)
Py : Price Yould (Harga Produksi) (Soerkatwi,2001)
Menurut Shinta (2005), penerimaan usahatani adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan usahatani dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor
usahatani. Penerimaan bersih usahatani adalah merupakan selisih antara
penerimaan kotor usahatani dengan penerimaan total usahatani. Pengeluaran total
usahatani adalah nilai semua masukan yang habis terpakai dalam proses produksi,
tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani. Sedangkan penerimaan kotor
usahatani adalah nilai total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik
yang dijual maupun tidak dijual.
Menurut Soekartawi (1996) menyatakan bahwa berhasil di dalam suatu
kegiatan usahatani tergantung pada pengelolaannya karena walaupun ketiga faktor
yang lain tersedia, tetapi tidak adanya manajemen yang baik, maka penggunaan
dari faktor-faktor produksi yang lain tidak akan memperoleh hasil yang optimal.

14
Bagi seorang petani, analisa pendapatan merupakan ukuran keberhasilan
dari suatu usahatani yang dikelola dan pendapatan ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan bahkan dapat dijadikan sebagai modal untuk
memperluas usahataninya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Patong dalam
suratiyah (2008) bahwa bentuk jumlah pendapatan mempunyai fungsi yang sama
yaitu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memberikan kepuasan kepada petani
agar dapat melanjutkan usahanya.
Besarnya pendapatan petani dan usahatani dapat menggambarkan kemajuan
ekonomi usahatani dan besarnya tingkat pendapatan ini juga digunakan untuk
membandingkan keberhasilan petani yang satu dengan petani yang lainnya.
Soeharjo dan Patong dalam Suratiyah (2008) menyatakan bahwa analisis
pendapatan usahatani memerlukan dua hitungan pokok, yaitu keadaan penerimaan
dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.
Penerimaan usahatani berwujud tiga hal, yaitu:
1. Hasil penjualan tanaman, ternak, dan hasil ternak
2. Produksi yang dikonsumsikan keluarga
3. Kenaikan nilai industri

2.5 Pengertian Pendapatan


Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang baik berupa uang kontan
atau naturan. Pendapatan atau disebut juga dari seseorang warga masyarakat
adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada
sektor produksi dan pada produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut
untuk digunakan sebagai input proses dengan harga yang berlaku di pasar
produksi. Pendapatan perusahaan berasal dari penjualan. Sementara itu, nilai
penjualan ditentukan oleh jumlah unit terjual dan harga jual, atau lebih sederhana
dikatakan pendapatan fungsi (Noor, 2007).
Menurut Shinta (2005) pendapatan dalam pengertian ilmu ekonomi adalah
hasil berupa uang atau material lainnya, yang dicapai dari penggunaan kekayaan
atau jasa-jasa manusia bebas, pendapatan sebagai jumlah penghasilan yang
diperoleh dari jasa-jasa produksi yang diserahkan pada suatu jumlah uang yang

15
diterima oleh masyarakat rumah tangga, yang boleh dibelanjakan oleh penerima
untuk barang dan jasa sesuai dengan keinginannya.
Karlina (2010),dalam konteks akutansi menjelaskan, kata “Income”
diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan, penghasilan
meliputi baik pendapatan maupun keuntungan (gain). Selain itu juga, pendapatan
adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang terkenal dengan
sebutan berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dan sewa. Definisi
tersebut memberi pengertian yang berbeda dimana income memberikan
pengertian pendapatan yang lebih luas, income meliputi pendapatan yang berasal
dari kegiatan operasi normal perusahaan maupun yang berasal dari luar operasi
normal. Sedangkan revenue merupakan penghasilan dari penjualan produk,
barang dagangan, jasa dan perolehan dari setiap transaksi yang terjadi.
Soerkatwi (1995) mengatakan bahwa pendapatan usahtani adalah selisih
antara penerimaan dan semua biaya .Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Pd = TP – TB
Keterangan :
Pd = Pendapatan usahatani
TP = Total Penerimaan
TB = Total Biaya

2.6 Analisis R/C


R/C Ratio Return Cost Ratio sebagai perbandingan antara penerimaan dan
biaya.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
a = R/C
R = Py.Y
C = FC+VC, sehingga

a = (Py.Y)
(FC+VC)
Dimana :
a = Keuntungan Relatif

16
R = Revenue (Penerimaan)
C = Cost (Biaya)
Py = Price yould (Harga output)
Y = Yield (Output)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)
R/C (Retur Cost Ratio) merupakan kualisis lambang penerimaan dan biaya
yang juga identik dengan analisis cabang usahatani. Analisis R/C ratio biasanya
dipakai untuk melihat keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usatani
berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini yang menkjadi titik
perhatian adalah unsur biaya yang merupakan unsur modal (Tjakrawirlaksana dan
Soeriatmadjo,1998)
R/C tidak mempunyai satuan tetapi batas besaran R/C rasio yang terkecil
dan masih dapat dianggap menguntungkan adalah 1,dengan demikian kriteria
yang dipakai oleh Tjakrawirlaksana dan Soeriatmadjo,1998 adalah :
R/C<1 = Kegiatan usahatani tersebut tidak menguntungkan bagi petani
R/C=1 = Kegiatan usahatani tersebut tidak menguntungkan dan tidak
merugikan bagi petani
R/C>1 = Kegiatan usahatani tersebut dapat menguntungkan petani

17
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada
pada bulan Maret 2023

3.2 Metode Pengambilan Sampel


Untuk melakukan pengambilan data sampel yang terdiri atas :
1. Penentuan Kecamatan Sampel
Kecamatan Bajawa ditetapkan secara purposive sampling sebagai lokasi
penelitian dengan pertimbangan :
 Sudah ada kemajuan dalam usaha pengembangan tanaman padi sawah
walaupun belum menjunjukan adanya peningkatan produksi yang
signifikan.
 Petani tidak pernah melakukan pencatatan usahataninya sehingga tidak
mengetahui untung atau rugi usahatani mereka
2. Penentuan Responden Petani
Penentuan responden petani dilakukan secara acak (Random Sampling).
Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Issac
dan Michael untuk tingkat kesalahan, 1%, 5%, dan 10%.

Tabel 3.1. Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu


dengan Taraf kesalahan, 1, 5, dan 10 %
Siginifikasi Siginifikasi
N 1% 5% 10% N 1% 5% 10%
45 42 40 39 400 250 186 162
50 47 44 42 420 257 191 165
55 51 48 46 440 265 195 168
60 55 51 49 460 272 198 171
65 59 55 53 480 279 202 173
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Sugiyono,2009)

18
Sesuai tabel tersebut maka jumlah responden petani contoh Kecamatan
Bajawa sebanyak 60 KK dengan tingkat kesalahan 5% dapat diketahui total
responden petani contoh sebanyak 51 KK (Sugiyono,2009).

3.3 Metode Pengambilan Data


Data yang akan dikumpulkan oleh peneliti terdiri atas data primer dan data
sekunder. Ddata primer merupakan data yang diperoleh dari para responden yang
berpedoman pada kuesioner.Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
instansi terkait dan sumber-sumber yang relevan dengan penelitian ini (Soekartwi,
2002).

3.4 Pengamatan dan Konsep Pengukuran


Variabel yang perlu diamati dan diukur antara lain :
1. Identitas responden meliputi :
 Umur responden yang diukur dalam tahun
 Pendidikan responden
 Jumlah tanggungan keluarga
2. Tenaga kerja, merupakan tenaga kerja yang dipakai untuk kegiatan
usahatani padi sawah yaitu tenaga kerja laki-laki dan perempuan baik di
dalam maupun luar keluarga.
3. Pendapatan Usahatani Padi sawah
Adalah keseluruhan penerimaan yang diterima oleh petani setelah
dikurangi semua biaya baik yang tetap maupun yang tidak tetap (Rp).
4. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi sawah di
Kecamatan Bajawa baik tanaman padi sawah yang berproduksi maupun
yang tidak berproduksi.
 Pajak
 Sewa traktor
5. Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan pada waktu proses
produksi.
 Olah tanah
 Penanaman

19
 Pemupukan
 Penyiangan
 Panen
 Prosesi hasil
3.5 Metode Analisi Data
1. Untuk menghitung produksi dan penerimaan usahatani padi sawah
dilakukan dengan rumus :
TR : Y. Py
Dimana :
TR = Penerimaan
Y = Produksi
P.y = Harga
2. Untuk menghitung pendapatan usahatani padi sawah maka dianalisis
dengan petunjuk analisa usahatani (Soekartawi,2002).
Pd = TR-TC
Dimana :
Pd : Pendapatan
TR (Total Revenue) : Total Penerimaan
TC (Total Cost) : Total Biaya
3. Untuk mengetahui tingkat keuntungan relatif dari usahtani padi sawah
melalui analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) dengan
rumus :
Juml a h Penerimaan
R/C Ratio = 
Jumla h Pengeluaran
R/C<1 = Kegiatan usahatani tersebut tidak menguntungkan bagi petani
R/C=1 = Kegiatan usahatani tersebut tidak menguntungkan dan tidak
merugikan bagi petani
R/C>1 = Kegiatan usahatani tersebut dapat menguntungkan petani

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1984, Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija, dan Sayur-


sayuran. Depertemen Pertanian Pengendalian Bimas: Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngada. 2017

Endro, S.2009, Hasil Penelitian Terdahulu tentang pendapatan usahatani


Tanaman Padi. http://www.agrimart.com Diakses pada tanggal 13
Januari 2013 Pukul 15.00 WIB.

Issac dan Michael, dalam Sugiyono. 2009. Metode Penelitinan Kualitatif


Kuantitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Karlina, A. 2010. Penerapan PSAK Nomor 23 Dalam Pengakuan dan


Pengukuran Pendapatan Pada PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I
Medan. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Raharja dan Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Shinta, A., 2005. Ilmu Usahatani. Diktat Kuliah Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Soeharjo dan Patong, 1978, Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Penerbit


Depertemen Ilmu-Ilmu Sosial dan Ekonomi, Fakultas Pertanian Bogor.

Soekartawi, dkk. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan


Petani Kecil. UI. Press. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI. Press. Jakarta

Soekartawi. 2002. Teori Ekonomi Produksi dengan pokok bahasan analisis


fungsi Cobb-Douglas, Cetakan ke 3, Rajawali Pers, Jakarta.

Tjakartawralaksana dan Soeriatmadja. 1998. Usahatani. Depertemen Pendidikan


dan Kebudayaan. Dikdasmunjur. Jakarta.

21
22

Anda mungkin juga menyukai