Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NUR OCTA VIANY LAIYAN

NIM : 141610034
KELAS : B PAGI
MAKUL : GEOGRAFI PERTANIAN
DOSEN : GALUH BAYUARDI S,sos, M,si

ANALISIS AKTIVITAS TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN BENGKAYANG

A. Tanaman Jagung
Jagung merupakan komoditas unggulan kedua setelah padi. Hingga akhir tahun
2013 luas tanam dan luas panen jagung mencapai 30.149 hektar dengan produksi sekitar
123.517 ton. Produktivitas jagung di Kabupaten Bengkayang tahun 2013 adalah 40,97 kuintal
per hektar; lebih rendah dari produktivitas rata-rata nasional yang mencapai 44,00 kuintal per
hektar. Dengan harga rata-rata jagung pipilan kering Rp 3.000 per kilogram maka dari usaha
jagung ini dapat dihasilkan nilai produksi sebesar Rp 370.551 milyar. Jagung diusahakan di
lahan sawah setelah padi dengan pola tanam padi-jagung atau padi-padi-jagung dan di lahan
kering pada saat musim hujan. Wilayah sentra produksi jagung adalah di wilayah Utara
Kabupaten Bengkayang yaitu Kecamatan Tujuh Belas (7.549 hektar), Sanggau Ledo (6.533
hektar), dan Seluas (5.555 hektar). Di wilayah Tengah, jagung diusahakan di Kecamatan
Sungai Betung tetapi dengan luasan hanya sekitar 2.763 hektar. Apabila dibandingkan dengan
tahun 2010, luas panen jagung di Kecamatan Tujuh Belas dan Sanggau Ledo mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya konversi sebagian lahan jagung menjadi lahan
kebun kelapa sawit rakyat swadaya.
Subsistem hulu komoditas jagung, Ketersediaan sarana produksi terutama
ketersediaan benih dan pupuk masih dirasakan menjadi kendala dalam meningkatkan
produktivitas jagung. Varietas jagung yang diusahakan oleh sebagian masyarakat adalah
varietas lokal bersari bebas; hanya sebagian kecil yang menggunakan varietas hibrida.
Umumnya varietas hibrida yang digunakan adalah Pioner dan NK. Benih varietas jagung
bersari bebas diperoleh dari seleksi tanaman sebelumnya dan telah beberapa generasi. Untuk
bisa menggunakan varietas jagung komposit unggul nasional, benihnya tidak selalu tersedia.
Program penangkaran benih jagung komposit nasional tersebut telah dilakukan tetapi masih
dalam luas areal yang terbatas sehingga baru dapat memasok sekitar 10% dari kebutuhan benih
di wilayah sentra produksi. Benih jagung hibrida juga telah diintroduksi oleh berbagai
perusahaan produsen benih, namun hanya sebagian kecil masyarakat yang mengadopsi
penggunaan benih hibrida karena harga benih dinilai mahal, mencapai Rp 100.000 per
kilogram. Sementara benih jagung komposit dari pertanaman sebelumnya atau hasil
penangkaran bisa dibeli dengan harga Rp 10.000 per kilogram. Dengan benih jagung komposit
dari pertanaman sebelumnya rata-rata hanya dicapai produktivitas jagung 35 kuintal/hektar,
sementara dengan benih jagung hibrida bisa mencapai rata-rata 55 kuintal/hektar. Pupuk
bersubsidi dengan pola distribusi tertutup berdasarkan RDKK juga tidak selalu tersedia dalam
jumlah yang mencukupi dan tidak selalu tersedia setiap waktu.
Subsistem usaha tani komoditas jagung, Persiapan lahan untuk jagung dilakukan
dengan tenaga traktor dan/atau bajak dengan sapi. Pada akhir persiapan lahan sekaligus dibuat
alur untuk barisan dan lubang tanam. Hasilnya jarak antar barisan tanaman seringkali lebih
sempit dari yang biasa dierekomendasikan 80 – 100 cm; ada yang hanya 50 cm bahkan kurang.
Hal ini menyebabkan populasi jagung lebih banyak dari yang optimal antara 55.000 – 66.000
tanaman per hektar. Akibatnya jagung tanaman jagung tumbuh tinggi (etiolasi) dan
menghasilkan tongkol berukuran kecil bahkan ada tanaman yang tidak menghasilkan tongkol
sehingga produktivitas menjadi rendah. Pemeliharaan tanaman seperti pengendalian gulma,
pemupukkan, dan pengendalian hama penyakit dilaksanakan secara beragam antar petani.
Pengendalian gulma umumnya dilakukan menggunakan herbisida selektif pada tanaman umur
3 minggu setelah tanam (MST). Namun demikian, ada juga petani yang terbatas
permodalannya tidak melaksanakan pengendalian gulma. Pemupukkan yang dilakukan
umumnya hanya menggunakan Urea dan SP-36 dengan dosis masing-masing sekitar 300 kg
dan 200 kg per hektar. Hama dan penyakit dikendalikan dengan insektisida dan fungisida.
Hama seperti penggerek batang, ulat tongkol dan penykit bulai sering ditemukan di lapangan.
Panen jagung dilakukan jika kelobot tongkol sudah kering. Tongkol kelobot dibuka dan
dibiarkan sementara waktu di (3-5 hari) di lapangan agar tongkol jagung tanpa kelobot lebih
kering. Selanjutnya dilakukan pemetikan tongkol tanpa kelobot, pengumpulan dan
pengangkutan oleh petani sendiri atau oleh sekelompok tenaga pemanen dari pedagang
pengumpul desa. Tongkol yang telah terkumpul dalam wadah karung diangkut ke tempat
pengolahan. Pengolahan yang dilakukan adalah penjemuran sampai kadar air siap pipi (sekitar
17%), pemipilan dengan mesin pemipil, pembersihan dan pengeringan. Pengeringan dilakukan
dengan penjemuran alami di atas lantai jemur dan atau dengan box dryer sampai kadar air
dibawah 14%. Setelah kering biji jagung dimasukkan ke dalam karung untuk disimpan
sementara atau dijual ke pedagang pengumpul desa. Selanjutnya oleh pedagang pengumpul
desa dipasarkan ke pabrik pakan ternak yang ada Singkawang dan Pontianak. Harga jual jagung
dalam bentuk tongkol basah adalah Rp 2.000 per kg, sedangkan jika petani menjual dalam
bentuk jagung pipilan adalah Rp 2.200 per kg.
Subsistem hilir komoditas jagung, Proses pengolahan jagung pipilan kering
menjadi produk pangan dan/atau pakan jadi belum ada di wilayah Kabupaten Bengkayang.
Para petani pada umumnya menjual dalam bentuk basah, hal ini dipengaruhi oleh lamanya
proses pengeringan serta rendahnya perbedaan harga tongkol jagung basah dengan jagung
pipilan, sehingga tidak memberikan motivasi bagi petani untuk melakukan kegiatan pasca
panen jagung. Dengan demikian nilai tambah produk biji jagung lebih banyak dinikmati oleh
kabpuaten lain. Potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan nilai tambah biji jagung
adalah adanya permintaan akan pakan untuk ternak (sapi, unggas, babi, dan ikan) yang
sebagian bahan bakunya adalah biji jagung. Permasalahan ditemukan pada salah satu atau
kombinasi dari sub sistem hulu, budidaya (on farm), off farm dan/atau penunjang.
Aktivitas tanaman jagung di sanggau ledo bengkayang, Sentra pengembangan
jagung Sanggau Ledo Kabupaten Bengkayang terletak pada 00 33"00" Lintang Utara sampai
1030’00" Lintang Utara dan 108039’00" Bujur Timur sampai 110010’00" Bujur Timur. Luas
Kecamatan Sanggau Ledo 613,50 Km2 (11,37%) dari total luas Kabupaten Bengkayang
5.396,30 Km2. Sebagian besar wilayah Kecamatan Sanggau Ledo merupakan daerah berlereng
2-14% sekitar 35,6% . Jarak kecamatan Sanggau Ledo ke ibukota Kabupaten sekitar 60 km2.
Luas Kecamatan Sanggau Ledo sekitar 61.350 ha yang meliputi 9 Desa dan 30 Dusun. Kondisi
infrastruktur kawasan Sanggau Ledo masih memerlukan perhatian dan perbaikan. Hal ini
tercermin dari kondisi jalan sebagaian besar rusak berat dengan rincian sebagai berikut .: Jalan
aspal kondisi baik 3,5 km, sedang 13 km, rusak 24,9 km, rusak berat 90,45 km. Wilayah
Sanggau Ledo memiliki jenis tanah Latosol (Inceptisols) seluas 36.810 hektar (60%) dan
Podsolik Merah Kuning (PMK/Utisols) seluas 24.540 ha (40 %), dengan bahan induk tanah
berasal dari basa vulkanik. Sekitar 60% (36.810 hektar) wilayah Kecamatan Sanggau Ledo
bertopografi datar/landai, 20% (12.710 hektar) berbukit, dan 20% (12.710 hektar)
bergelombang, dengan ketinggian tempat 10120 meter dari permukaan laut. Berdasarkan data
curah hujan dan hari hujan selama 10 tahun (1994-2004) tipe iklim di Kecamatan Sanggau
Ledo termasuk termasuk B1 (Oldeman) , yaitu jumlah bulan basah (BB) 9-10 bulan , jumlah
bulan kering (BK) 2-3 bulan, Suhu rata-rata 27 0C, dengan kelembaban 70-80%, Distribusi
curah hujan rata-rata per bulan 300, 9 mm dan 3.610, 4 mm/ tahun. Distribusi curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Februari 2001 yaitu 528 mm dengan jumlah hari hujan 22 dan curah
hujan terendah pada bulan Februari 1993 yaitu 24 mm dengan hari hujan 4. Namun secara
keseluruhan selama 10 tahun (19942004) distribusi curah hujan tertinggi adalah pada bulan
Desember yang rata-rata mencapai 4.693 mm/ tahun,dengan hari hujan selama 156 hari.
Ketinggian tempat :10-120 m dpl (Widiastuti et, al, 2002). Dengan keadaan karakteristik
wilayah seperti di atas, menggambarkan kondisi Sanggau Ledo cocok untuk dikembangkan
sebagai salah satu sentra tananan pangan, khususnya tanaman jagung. Menurut Warisno
(1998) suhu atau temperatur ideal bagi tanaman jagung hibrida adalah antara 23-27 0 C,
sedangkan curah hujan yang dikehendaki adalah 250 – 2.000 mm/tahun, dan yang paling
penting adalah distribusinya pada setiap tahap pertumbuhan tanaman. Jumlah penduduk
sampai akhir tahun 2004 sebesar 20.782 jiwa dengan rincian jenis kelamin : laki-laki sebesar
10.776 jiwa dan perempuan sebesar 10.006 jiwa. Dari hasil sensus penduduk 2003 penduduk
yang berumur dari 10 tahun sebesar : 14.865 jiwa, dengan rincian yang bekerja sebesar : 8.925
jiwa, sedangkan yang mencari pekerjaan sebesar 5.940 jiwa. Kepadatan penduduk kecamatan
Sanggau Ledo per km2 sebesar 34. Jumlah rumahtangga 4.490 rumahtangga dengan jumlah
penduduk 20.782 maka rata-rata anggota rumah tangga 5 orang.
Pada kawasan Sanggau Ledo sebagian besar diusahakan tanaman jagung.
Potensi lahan untuk usahatani jagung sebesar 21.619 ha dengan lahan yang telah diusahakan
(lahan fungsional ) sebesar 6.300 ha. Sebagian besar petani telah menggunakan benih hibrida
C7 yang selama ini dikenal berproduksi tinggi dan tahan serangan hama dan penyakit, serta
tahan rebah. Benih jagung umumnya berasal dari kios sarana produksi dan pedagang saprodi
setempat. Mahalnya harga benih hibrida ditingkat petani (Rp 35.000/kg) membuat petani
mengurangi jumlah benih yang ditanam per hektar. Hasil panen jagung ditingkat petani 4- 5,5
ton/ ha, berdasarkan analisis finansiall usahatani jagung pada kawasan Sanggau Ledo seluas
61.350 ha, diperoleh bahwa pendapatan dari sektor pertanian sebenarnya masih mampu
menyaingi sektor non pertanian. Setelah kawasan sanggau ledo terdapat lagi daerah yang dekat
pada perbatasan indonesia malaysia yang masih merupakan daerah kecamatan sanggau ledo
desa bange telah ikut berkontribusi dalam mensuplai tanaman jagung yang lebih luas dan lebih
banyak lagi dari segi tanam dan segi produksi yang di hasilkan ( Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Bengkayang ), petani yang terdapat didaerah tersebut umumnya belum
merasakan keuntungan yang memadai untuk suatu ruang lingkup usaha sehingga keadaan
tersebut menjadikannya sorotan dan perhatian dari semua pihak untuk membantu khususnya
dinas pertanian yang ada di bengkayang. P ermasalahan yang terjadi dan memengaruhi faktor
di desa tersebut ialah :
1. Luas usaha jagung masih relatif kecil rata-rata o,50-0,75 hektar, luas lahan yang digarap
dan di tanami jagung tentunya akan berpengaruh terhadap jumlah populasi tanaman
jagung sehingga produksi menjadi kecil. Untuk ukuran suatu usaha yang memadai luas
lahan optimalnya lebih dari 2 (dua) hektar.
2. Penggunaan sarasa produksi yang belum tepat menyangkut jumlah dan kualitas barang
akan berpengaruh terhadap produksi jagun. Pemakaian benih pupuk dan pestisida
masih kurang bila di tinjau dari jumlah waktu dan donasi yang di saranka. Akibat dari
daya beli petani yang masih rendah maka pemakai sarana produksi tersebut masih
belum optima,
3. Dalam penggunaan tenaga kerja manusia tersebut menggambarkan faktor tenaga kerja
dalam keluarga lebih dominan dilakukan selain itu tenaga kerja perempuanmyang lebih
banyak dipakai. Hal tersebut menggambarkan faktor tenaga kerja dalam usaha tani
jagung i desa bange belum efektif dan efesien.
Dari rangkaian permasalahan tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu luas
lahan petaani masih kecil modal usaha masih rendah khususnya untuk pengadaan benih
pupuk dan pestisda serta penggunaan tenaga kerja masih belum memadai kecil.
Kemudian terdapat contoh-contoh peran pemerintah dalam hal kemajuan tanaman
jagung. Contohnya :
Komoditas jagung mempunyai peran yang sangat strategis, baik dalam
sistem ketahanan pangan maupun perannya sebagai penggerak roda ekonomi nasional.
Selain perannya sebagai pangan bagi sebagian masyarakat Indonesia, jagung juga
menjadi bahan baku pakan baik ternak maupun perikanan. Untuk mendiseminasikan
hasil pengkajian, BPTP kalimantan Barat melakukan temu lapang panen jagung hibrida
pada hari Kamis tanggal 8 Februari 2018. Lokasi kegiatan demplot perbanyakan benih
jagung hibrida Desa Bange Kecamatan Sanggau Ledo dengan luasan 4 ha dengan ketua
Kelompok Tani Sathia Tani. Acara temu lapang panen jagung hibrida dihadiri Kepala
Dinas Pangan, Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkayang, Komandan Lanud
Hari Hadi Sumantri HAD) Bapak Letnan Kolonel Penerbang Erick Rofik Nurdin,
Kepala BPTP Kalimantan Barat, Bapak Camat Kecamatan Sanggau Ledo, Koramil
Sanggau Ledo, Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Sanggau Ledo, Pengawas
Benih Kabupaten Bengkayang serta petani anggota Kelompok Tani Sathia Tani dan
Sempurna. Dalam sambutannya Kepala BPTP Kalimantan Barat yang diwakili Dr.
Gontom Citoro Kifli mengucapkan terima kasih kepada Komandan Lanud Haryadi
Sumantri yang telah menyediakan lahan untuk kegiatan ini, dan untuk kegiatan yang
datang dalam penanaman jagung menerapkan pola tanam dengan mempertimbangkan
kondisi iklim agar produksi jagung mencapai optimal. Komandan Lanud HAD dalam
kata sambutannya mengatakan upaya peningkatan areal pertanian Lanud HAD secara
bersama sama dari pemerintah daerah dan masyarakat. Tujuannya untuk membangun
SDM kelompok tani yang dibekali ilmu yang baik oleh tim peneliti dan Pengembangan
Pertanian (Litbang), pemerintah Kabupaten Bengkayang dalam mengembangkan benih
jagung unggul jagung hibrida. Kegiatan ini tidak berhenti sampai disini, kedepan petani
dan Lanud HAD bisa menjalin kerja sama dibidang pertanian untuk mewujudkan
Kabupaten Bengkayang menjadi sentral jagung yang berkualitas. Hasil panen jagung
hibrida, produksi ubinan 6.6 ton/ha dengan kadar air (KA) 14 – 27 % diprediksi
mencapai 2 ton/ha diharapkan dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan benih jagung
petani di Kabupaten Bengkayang pada tahun 2018 sebanyak 182 ton.
Sementara itu perwakilan Dinas Pertanian mengucapkan terima kasih
kepada Komandan LANUD yang telah mendukung sepenuhnya kegiatan demplot
perbanyakan benih jagung hibrida. Kegiatan perbanyakan benih jagung hibrida ini baru
pertama kali dilakukan oleh petani daerah ini yang tidak hanya membangun ekonomi
petani saja akan tetapi mengembangkan SDM dengan mendapat ilmu tentang cara
perbanyakan benih jagung hibrida dengan pengembangan skala lebih luas. Terima
kasih juga kepada BPTP Kalimantan Barat yang telah memperbanyak benih jagung
hibrida Bima 19 URI dengan cara melatih dan mentransfer ilmu dalam memperbanyak
benih jagung hibrida. Fokus petani yang telah eksis untuk memperbanyak benih jagung
yang cukup menjanjikan dengan harga yang cukup tinggi yaitu Rp. 35000/kg dibanding
harga jagung pipilan Rp. 3500/ kg. Penangkar benih jagung yang telah dibentuk
diketuai oleh Yalman (Ketua) poktan Sethia Tani. Wawancara dan dialog yang dipandu
oleh staf Peneliti BPTP Kalbar Ir. Azri, Msi tentang permasalahan yang dihadapi oleh
petani mengenai pemasaran hasil benih jagung, pengawas benih Bapak Ibrahim, SP
merespon akan melakukan pengujian benih jagung di laboratorium bila memenuhi
syarat akan menghubungi pihak terkait. Menurut pengawas benih Kabupaten
Bengkayang Ibrahim, SP, benih jagung harus memenuhi persyaratan dengan uji
laboraorium, apabila lolos uji laboratorium maka akan dilakukan penjajakan kepada
pihak swasta seperti PT. Sang Hyang Sri, PT. Pertani. TNI AU. Komandan Lanud
Harry Hadisoemantri (HAD) Letkol Pnb Erick Rofiq Nurdin, Dinas Pertanian, Pangan
dan Perikanan (DPPP) Kab. Bengkayang I Gede Megantara beserta kelompok Tani
Sanggauledo, panen benih Jagung NK212 di wilayah Lanud Harry Hadisoemantri oleh
kelompok Tani Da’ Ageta di kebun bapak Salman jalan kampung baru Kec. Sanggau
Ledo Kab. Bengkayang, Kamis (5/4/18).
Sambutan Komandan Lanud HAD Letkol Pnb Erick Rofiq Nurdin, saya
sangat antusias dengan kegiatan ini untuk menambah ilmu tentang cara menanam
jagung yang benar sehingga pertumbuhan tanaman maksimal sampai panen nanti, jelas
Letkol Pnb Erick. Lebih lanjut, bisa diadakan evaluasi setiap kali panen jagung supaya
di kemudian hari bisa menjadi maksimal. Semoga kedepannya kelompok tani yang ada
di wilayah Lanud HAD kecamatan Sanggauledo semakin sukses dan maju, harapnya.
Ketua DP Bengkayang di wakili bapak kasa menyampaikan, produksi jagung ini kalau
di luar daerah ada yang sampai 10 ton sekali panen. Jadi di wilayah kita perlu ada
teknologi yang harus di ciptakan supaya kita bisa bersaing dalam penanaman kebun
jagung di luar Kalbar. Dengan cara mengikuti pembelajaran dan pendampingan untuk
menanam jagung, supaya kedepannya kita bisa melakukan panen jagung secara
maksimal. Kabupaten Bengkayang sebagai penghasil jagung terbesar di Propinsi
Kalimantan Barat dengan luas pertanaman 23.213 ha dari 37.771 ha di seluruh propinsi,
menjadikan komiditi jagung sebagai tulang punggung perekonomian di Kalbar.
Akhirakhir ini terjadi wabah penyakit bulai pada jagung yang telah meresahkan
masyarakat Kabupaten Bengkayang terutama petani, industri pakan, peternak, bahkan
pemerintah daerah setempat, kaitannya dengan pendapatan daerah. Usaha pengendalian
penyakit bulai yang dilakukan tidak berhasil, bahkan Pemda Kalbar telah memohon
bantuan Peneliti Balitsereal untuk datang, guna mengadakan pengamatan dan
memberikan rekomendasi cara mengatasinya. Hasil pengamatan di Kecamatan
Sanggau Ledo dan Tujuh Belas menunjukkan serangan bulai berkisar antara 26-100%.
Identifikasi bentuk konidia cendawan bulai adalah bulat yang menunjukkan spesies
Peronosclerospora maydis penyebab penyakit bulai. Penyebab terjadinya wabah
penyakit bulai pada jagung di Kalbar karena beberapa hal sebagai berikut; menanam
varietas jagung rentan bulai, pertanaman jagung berkesinambungan, fungisida saromil
tidak efektif, tidak ada tindakan eradikasi tanaman terinfeksi, diduga adanya resistensi
cendawan terhadap fungisida dan virulensi cendawan terhadap tanaman jagung.
Rekomendasi untuk pengendalian penyakit bulai pada jagung di Kalbar adalah;
menanam varietas tahan bulai, penanaman serempak, adanya periode bebas
tanaman jagung, eradikasi tanaman jagung terserang bulai, aplikasi fungisida apabila
cara lain tidak bisa dilakukan. Penyakit bulai di Kalimantan Barat dilaporkan telah
merebak pada waktu lalu, namun kemudian dapat ditekan dengan penggantian varietas
jagung hibrida baru yaitu C-7 yang diberi perlakuan benih dengan fungisida berbahan
aktif metalaksil. Terjadinya peningkatan serangan penyakit bulai saat ini telah benar-
benar meresahkan bukan hanya petani jagung tapi juga para petugas pertanian terkait
dan pemerintah daerah
setempat. Hal ini terjadi karena berbagai tindakan untuk mengatasinya
seperti yang telah dilakukan pada waktu lalu tidak mampu mengatasinya. Perlakuan
benih dengan fungisida yang diberikan oleh pengusaha benih ternyata tidak mampu
menekan penyakit bulai, sehingga petani melakukan berbagai perlakuan tambahan
seperti memberi perlakuan fungisida saromil tepung, ridomil gold cair, tepung batere,
bahkan ada informasi yang memberi perlakuan dengan minyak tanah. Namun demikian
tingkat infeksi penyakit bulai pada jagung di Kecamatan Sanggau Ledo dan Kecamatan
Tujuh Belas masih tinggi.
PENYEBAB TERJADINYA WABAH PENYAKIT BULAI
Hasil identifikasi faktor penyebab terjadinya ledakan penyakit bulai di Kabupaten
Bengkayang diduga banyak hal yang saling terkait meliputi : 1. Penanaman varietas
jagung rentan bulai 2. Penanaman jagung yang berkesinambungan ,3. Fungisida dengan
bahan aktif metalaksil yang diberikan secara perlakuan benih efektifitasnya rendah.,
4.Tindakan eradikasi tanaman jagung terserang bulai tidak dilakukan 5.Terjadinya
resistensi cendawan terhadap fungisida dengan metalaksil, 6. Terjadinya virulensi
cendawan terhadap tanaman jagung.
Ada beberapa tindakan pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung
di Kabupaten Bengkayang yang dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Penggunaan varietas jagung yang tahan, hal ini dapat dilakukan dengan menskrining
varietas-varietas jagung yang ada baik komposit maupun hibrida (Wakman dan
Kontong, 2000)
2 . Mengubah waktu tanam jagung yang tidak serempak dengan penanaman serempak
dalam areal yang luas (Wakman, 2000)
3. Perlu adanya periode bebas tanaman jagung untuk memutus siklus inokulum
(Wakman, 2002)
4. Eradikasi tanaman jagung terserang bulai untuk mengurangi populasi sumber
inokulum agar tidak cepat menyebar.
5. Pengujian efektivitas fungisida berbahan aktif metalaksil (saromil) dan mefenoksan
(ridomil gold) terhadap penyakit bulai di Bengkayang, untuk mengetahui jenis
fungisida yang paling efektif
DAFTAR PUSTAKA

Krisnamurthi, B. 2001. Agribisnis, Yayasan Pengembangan Sinar Tani.


Kusnadi, N, Ratna W, Dwi R dan Tintin S. 2013. Dasar-Dasar Agribisnis. Universitas
Terbuka.

BPS Kab. Bengkayang. 2004. Kabupaten Bengkayang Angka Tahun 2010. BPS
Kabupaten Bengkayang. Bengkayang

Anda mungkin juga menyukai