SKRIPSI
OLEH :
WIDYA SAPUTRI SIHALOHO
150304136
AGRIBISNIS
SKRIPSI
OLEH :
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian
di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Widya Saputri Sihaloho, lahir di Medan pada
tanggal 15 September 1997 dan sebagai anak bungsu dari empat bersaudara dari
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi
1. Bapak Dr. Ir. Hasman Hasyim, M.Si selaku ketua komisi pembimbing
2. Ibu Sri Fajar Ayu SP, MM, DBA selaku anggota komisi pembimbing yang
3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubi, M.Ec selaku Ketua Program Studi
Tobing, dan Saudara kandung tersayang Roy Verdinan, Lyly Yuniati, Deni
Pranatha, yang telah memberi banyak dukungan moril dan materil, serta
iv
Universitas Sumatera Utara
perhatian, nasehat, doa dan kasih sayang sehingga penulis dapat
Mekar Nauli, Bapak Hendri John Siahaan selaku Informan pada saat
penelitian, Ibu Ir. Hotni Maslita Sinaga selaku Penyuluh Pertanian, Bapak
warga Kelurahan Mekar Nauli yang telah memberikan saya tempat tinggal
Malau, SP, Annisa Dwi Novianti, Lidya Dame Sarah, Titi Marsela, Kenny
v
Universitas Sumatera Utara
9. Terkhusus kepada teman spesial penulis, Kenny yang telah mendukung,
10. Sahabat-sahabat penulis dari masa SMP yaitu Winda Zandroto, Cindy
Sarah , Monica Helena, dari masa SMA yaitu Sindi Fang, Sylvia Luo, Sri
saat ini.
11. Bang Arie, Bang Khoiri Angkatan 2014, yang memberi ilmunya untuk
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak
Penulis
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ...........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan ..............................................................................................5
vii
Universitas Sumatera Utara
3.3 Metode Pengumpulan data ...............................................................................25
3.4 Metode Analisis Data .......................................................................................25
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional....................................................................33
3.5.1 Definisi Operasional ..........................................................................33
3.5.2 Batasan Operasional ..........................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Tabel Hal
1.1 Data Produksi dan Produktivitas Komoditi Utama Kelurahan 2
Mekar Nauli 2018
2.1 Penelitian Terdahulu 16
3.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Dan Kepadatan Penduduk 24
Menurut Kelurahan 2017
3.2 Indikator Penilaian Program Penyuluhan Sistem Tanam Jajar 26
Legowo 4 : 1 Berdasarkan Aspek Context, Input, Process,
dan Product
3.3 Skor Penilaian Program Penyuluhan Sistem Tanam Jajar 27
Legowo
3.4 Evaluasi Pelaksanaan Program Penyuluhan Sistem Tanam 28
Jajar Legowo 4 : 1
3.5 Evaluasi Hasil Program Penyuluhan Sistem Tanam Jajar 31
Legowo 4 : 1
4.1 Pola Usahatani dalam Setahun 35
4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Mekar Nauli 36
4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama 37
4.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 37
4.5 Jumlah Penduduk Menurut Suku 38
4.6 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan 39
4.7 Data Luas Lahan Menurut Penggunaannya 39
4.8 Data Luas Lahan Menurut Air Irigasi 40
4.9 Data Fasilitas Produksi Usahatani 40
4.10 Karakteristik Umum Petani Responden 41
4.11 Kelompok Tani Petani Responden 42
5.1 Perkembangan Jumlah Kelompok Tani yang Mengikuti 43
Program Tajarwo tahun 2014-2018
5.2 Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Tani yang 44
Mengikuti Program Tajarwo tahun 2014-2018
5.3 Penilaian Program Sistem Tajarwo 4 : 1 di Daerah Penelitian 45
Hasil Transformasi Penilaian Program Pada Indikator 46
5.4 Context (Konteks)
Hasil Transformasi Penilaian Program Pada Indikator Input 47
5.5 (Masukan)
Hasil Transformasi Penilaian Program Pada Indikator 48
5.6 Process (Proses)
Hasil Transformasi Penilaian Program Pada Indikator 49
5.7 Product (Produk)
Penilaian Program Sistem Tajarwo 4 : 1 49
5.8 Hasil Penilaian Pelaksanaan Program Sistem Tajarwo 4 : 1 49
5.9 Presentase Ketercapaian Pelaksanaan Program Tajarwo 4: 1 51
5.10 Transformasi Penilaian Hasil Program Penyuluhan Tajarwo 52
5.11 Penilaian Hasil Program Tajarwo 4 : 1 54
ix
Universitas Sumatera Utara
5.12 Hasil Uji Paired Samples t-Test Produksi Sebelum dan 55
5.13 Setelah Program Tajarwo 4 : 1 57
Hasil Uji Paired Samples t-Test Pendapatan Sebelum dan
5.14 Setelah Program Tajarwo 4 : 1 59
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Hal
1 Skema Kerangka Pemikiran Evaluasi 22
Program Penyuluhan Sistem Tanam Jajar
Legowo 4 : 1 Terhadap Produksi dan
Pendapatan
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1 Karakteristik Petani Responden
2 Penilaian Program Tajarwo Berdasarkan Context
3 Penilaian Program Tajarwo Berdasarkan Input
4 Penilaian Program Tajarwo Berdasarkan Process
5 Penilaian Program Tajarwo Berdasarkan Product
6 Evaluasi Pelaksanaan Program Penyuluhan Tajarwo
7 Evaluasi Hasil Program Penyuluhan Tajarwo
8 Biaya Penggunaan Bibit Sebelum Menerapkan Program Sistem
Tajarwo 4 : 1 Per Musim Tanam
9 Biaya Penggunaan Bibit Setelah Menerapkan Program Sistem
Tajarwo 4 : 1 Per Musim Tanam
10 Biaya Penggunaan Pupuk Sebelum Menerapkan Program Tajarwo 4 :
1 Per Musim Tanam
11 Biaya Penggunaan Pupuk Setelah Menerapkan Program Tajarwo 4 : 1
Per Musim Tanam
12 Biaya Pestisida Usahatani Padi Sawah Sebelum Program Tajarwo Per
Musim Tanam
13 Biaya Pestisida Usahatani Padi Sawah Setelah Program Tajarwo Per
Musim Tanam
14 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah Sebelum Program
Tajarwo Per Musim Tanam
15 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah Setelah Program Tajarwo
Per Musim Tanam
16 Biaya Alat dan Mesin Usahatani Padi Sawah
17 Biaya Depresiasi Alat dan Mesin Usahatani Padi Sawah Per Musim
Tanam
18 Biaya-Biaya Lainnya Pada Usahatani Per Musim Tanam Per Petani
19 Biaya-Biaya Lainnya Pada Usahatani Per Musim Tanam Per Hektar
20 Total Biaya Produksi Sebelum Menerapkan Program Tajarwo
21 Total Biaya Produksi Setelah Menerapkan Program Tajarwo
22 Produksi dan Penerimaan Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah
Program Tajarwo Per Musim Tanam
23 Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah Menerapkan
Program Tajarwo Per Musim Tanam
24 Rata-Rata Total Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan
Responden Pada Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam
25 Hasil Output SPSS Uji Paired Samples t-Test Produksi Sebelum dan
Setelah Menerapkan Program Tajarwo 4 : 1
26 Hasil Output SPSS Uji Paired Samples t-Test Pendapatan Sebelum
dan Setelah Menerapkan Program Tajarwo 4 : 1
xii
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
yang sangat penting dan strategis, karena subsektor tanaman pangan merupakan
salah satu subsektor bagi pemenuh pangan bagi rakyat Indonesia. Telah banyak
upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian
produksi padi nasional. Salah satu upaya tersebut yaitu Program Tanam Jajar
Legowo (Tajarwo). Tajarwo berkaitan dengan pola tanam padi di mana pada
beberapa baris tanaman diberi satu baris kosong agar sinar matahari yang masuk
Teknik ini banyak dilaksanakan oleh petani dijawa yang disebut dengan
sistem tanam jajar legowo. Legowo berasal dari bahasa jawa yaitu lego =
lega/luas dan dowo = memanjang jadi artinya sistem tanam jajar dimana antara
barisan tanaman padi terdapat lorong yang kosong yang lebih lebar dan
penyerapan informasi terhadap program ini membuat sebagian besar petani tidak
menerapkannya.
Berikut pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah produksi padi masih
lebih tinggi dibandingkan dengan Sub sektor/ Komoditas lainnya yakni sebesar
11435 Ton, hal ini didukung dengan mayoritas petani adalah petani padi sawah
dan adanya suatu sistem perencanaan yang baik oleh penyuluh melalui program-
Mekar Nauli.
untuk mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari
mengapa atau sebab hal-hal positif maupun negatif yang terjadi (Arianda, 2010).
mendapatkan penyuluhan pertanian tentang Sistem Tanam Padi Jajar Legowo oleh
PPL. Sistem ini mulai diterapkan sejak tahun 2000 sampai saat ini dan rata-rata
penyuluhan khususnya tentang Sistem Tanam Jajar Legowo, serta tanggap dalam
Sistem tanam legowo juga merupakan salah satu komponen PTT pada padi
keuntungan sebagai berikut: Terdapat ruang terbuka yang lebih lebar diantara dua
Manfaat atau kelebihan dari program ini antara lain , menambahnya jumlah
serangan hama tanaman padi, mempermudah dalam perawatan tanaman padi baik
pemakaian pupuk, karena yang dipupuk hanya di bagian dalam baris tanaman.
kerja yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama pada saat melakukan proses
semakin banyaknya populasi tanaman padi, pada umumnya pada lahan yang
Sistem Tanam Jajar Legowo 4 :1. Selama ini penulis melihat bahwa belum ada
yang meneliti tentang evaluasi program jajar legowo 4 : 1, padahal program ini
seharusnya perlu dilakukan evaluasi terus menerus agar tercapai tujuan produksi
penelitian?
berikut :
didaerah penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya
pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. Petani harus diajak belajar
Menurut Marius (2007), Ada tiga metode yang lazim diterapkan dalam
perseorangan, kelompok, dan massal. Tidak ada metode yang selalu efektif untuk
6
Universitas Sumatera Utara
7
banyak hal, baik yang berkaitan langsung dengan kegiatan bertani, pengelolaan
dan alternatif pemecahannya, serta cara mencapai tujuan yang disusun secara
sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh
banyak dengan adanya barisan kosong. Tanaman padi yang berada dipinggir
padi yang berada dibarisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan
kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada
dipinggir akan memperoleh intensitas cahaya yang lebih banyak (efek tanaman
Menurut Suharno (2013) manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam
jajar legowo adalah sebagai berikut : Populasi tanaman meningkat sekitar 20% -
Menghemat pupuk, Meningkatkan mutu dan hasil, serta bisa menghemat air.
Dalam prakteknya ada beberapa jenis atau tipe sistem tanam jajar legowo
yang biasa digunakan oleh petani padi, antara lain legowo 2 : 1, legowo 3 : 1,
tipe jajar legowo dimana setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan
kosong. Tipe ini memiliki 2 baris tanaman pinggir dan 2 baris tanaman tengah.
Jarak tanam adalah 20 cm (antar barisan dan jarak antar tanaman pada barisan
Tipe 1 Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo
dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan
pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman
dibanding pola tegel (25x25)cm. Tipe 2 Sistem tanam legowo 4:1 tipe 2
merupakan pola tanam dengan hanya memberikan tambahan tanaman sisipan pada
(25x25)cm. Pola ini cocok diterapkan pada lokasi dengan tingkat kesuburan tanah
yang tinggi. Meskipun penyerapan hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi karena
pertumbuhan.
jajar legowo ditentukan oleh komponen teknologi dan teknik budidaya yang
Varietas unggul merupakan salah satu komponen utama teknologi yang terbukti
adalah benih dengan tingkat kemurnian dan vigor yang tinggi. Benih varietas
unggul berperan tidak hanya sebagai pengantar teknologi tetapi juga menentukan
potensi hasil yang bisa dicapai, kualitas gabah yang akan dihasilkan, dan efisiensi
produksi.
Aplikasi pupuk hayati Agrimeth dilakukan pada pagi hari (sebelum jam 08.00
pagi) atau sore hari (pukul 15.00-17.00) dan tidak terjadi hujan. Pupuk hayati
hanya diaplikasikan sekali, yakni pada saat benih akan disemai dengan cara
c) Persiapan Benih
Benih yang telah tercampur pupuk hayati segera disemai, upayakan tidak ditunda
lebih dari 3 jam, dan tidak terkena paparan sinar matahari agar tidak mematikan
mikroba yang telah melekat pada benih. Sisa pupuk hayati disebarkan di lahan
persemaian.
d) Persemaian
sistem dapog karena bibit ditanam menggunakan alat tanam mesin Indojarwo
selama dua hari kemudian ditiriskan, lalu dicampur dengan pupuk hayati dengan
takaran 500 gram/25 kg benih, atau setara untuk 1 ha lahan. Benih disebar pada
gram/kotak. Kemudian benih disebar merata pada persemaian dapog. Dapog juga
dapat dibuat secara insitu menggunakan plastik lembaran dengan media tanam
yang terdiri atas campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:2.
e) Penyiapan Lahan
Kegiatan utama dari penyiapan lahan adalah pelumpuran tanah hingga kedalaman
perbaikan struktur tanah, dan peningkatan ketersediaan hara bagi tanaman. Pada
tanah yang sudah terolah dengan baik, penanaman bibit lebih mudah dan
f) Aplikasi Biodekomposer
diaplikasikan 4 bungkus (2 kg/Ha) dicampur secara merata dengan 400 liter air
pada tunggul jerami pada petakan sawah, kemudian digelebeg dengan traktor,
tanah dibiarkan dalam kondisi lembab dan tidak tergenang minimal 7 hari.
g) Penanaman
manual dengan bantuan caplak. Kondisi air pada saat tanam macak-macak untuk
menghindari selip roda dan memudahkan pelepasan bibit dari alat tanam.
Pencaplakan dilakukan untuk membuat “tanda” jarak tanam yang seragam dan
teratur. Jarak antar baris dibuat 20 cm, kemudian antar dua barisan dikosongkan
40 cm. Jarak tanam dalam barisan dibuat sama dengan setengah jarak tanam antar
baris (10 cm). Tanam dengan cara manual menggunakan bibit muda (umur 15-18
h) Penyulaman
Apabila terjadi kehilangan rumpun tanaman akibat serangan OPT maupun faktor
tingkat optimal dan harus selesai 2 minggu setelah tanam, atau sebelum
pemupukan dasar.
i) Pengairan
Tata kelola air berhubungan langsung dengan penguapan air tanah dan tanaman,
pembuatan saluran pemasukan dan pembuangan. Tinggi muka air 3-5 cm harus
j) Penyiangan
Pada lahan sawah irigasi, penyiangan gulma dilakukan pada saat tanaman
berumur 21 hari setelah tanam (HST) dan 42 HST, baik secara manual maupun
dengan gasrok, terutama bila kanopi tanaman belum menutup. Penyiangan dengan
gasrok dapat dilakukan pada saat gulma telah berdaun 3-4 helai, kemudian
k) Pemupukan
Pemupukan dilakukan tiga kali yaitu 1/3 pada umur 7-10 HST, 1/3 bagian pada
umur 25-30 HST, dan 1/3 bagian pada umur 40-45 HST. Kecukupan N dikawal
dengan bagan warna daun (BWD) setiap 10 hari hingga menjelang berbunga.
kimia juga dapat diaplikasikan pupuk kandang yang telah matang sempurna
dengan dosis 2 t/Ha atau pupuk organik Petroganik dengan dosis 1 t/Ha, yang
Hama utama tanaman padi adalah wereng batang cokelat, penggerek batang, dan
tikus. Sedangkan penyakit penting adalah blas, hawar daun bakteri, dan tungro.
kimia selektif adalah cara terakhir jika komponen pengendalian lain tidak mampu
mengendalikan HPT.
m) Panen
Panen merupakan kegiatan akhir dari proses produksi padi di lapangan dan faktor
menggunakan alat dan mesin panen. Untuk mengatasi keterbatasan tenaga kerja di
combine harvester.
2.3.1 Biaya
Biaya biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu: (a). Biaya tetap (fixed
cost) dan biaya varibel (variable cost). Biaya tetap didefenisikan sebagai biaya
yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh
banyak atau sedikit. Contohnya: pajak, sewa gedung dan penyusutan peralatan.
2.3.2 Penerimaan
tersebut. Penerimaan tunai dalam usahatani merupakan nilai uang yang diterima
dari penjualan produk usahatani tidak mencakup pinjaman uang serta tidak
dengan harga jual (Rahim dan Hastuti, 2007). Secara matematis dirumuskan
sebagai berikut :
Keterangan :
TR = total penerimaan
Py = harga produksi
2.3.3 Pendapatan
Keterangan :
State University. Model evaluasi ini pada awalnya digunakan untuk mengevaluasi
ESEA (the Elementary and Secondary Education Act). Model CIPP berorientasi
mengungkapkan bahwa, “ the CIPP approach is based on the view that the most
adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. Berikut ini akan di bahas
konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekutan dan kelemahan yang
dimilki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan
menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana
dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk
Sarana dan peralatan pendukung, Dana atau anggaran, dan Berbagai prosedur dan
Worthen & Sanders (1981 : 137) dalam Widoyoko (2010) menjelaskan bahwa,
evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan : Evaluasi proses digunakan untuk
atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir,
diantara model evaluasi lainnya, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil
semata tetapi juga mencakup konteks, masukan, proses, dan hasil. Selain
kelebihan tersebut, di satu sisi model evaluasi ini juga memiliki keterbatasan,
antara lain penerapan model ini dalam bidang program pembelajaran dikelas
modifikasi.
Dalam usaha tanam padi yang menjadi tantangan salah satunya yaitu
bagaimana upaya atau cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil
produksi padi yang tinggi. Namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih
terkendala karena masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran
sepenuhnya. Contohnya dalam hal sistem tanam masih banyak petani yang
bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak
tanam yang tepat dan teknik yang benar yakni sistem tanam jajar legowo maka
kelanjutannya. Maka dari itu diperlukan penataan ulang oleh petugas penyuluh
Dalam penelitian ini, peneliti akan menilai keberhasilan dari program sistem
dengan menggunakan model evaluasi CIPP yakni context, input, process, dan
pendapatan petani, apakah ada perubahan sebelum dan setelah mengikuti program
sistem tajarwo tersebut. Kemudian diketahui lah apakah program tersebut berhasil
atau tidak, jika iya maka disarankan untuk terus dilanjutkan, dan jika tidak maka
Usahatani Padi
Sawah
Evaluasi Program
Sistem Tanam Jajar
Legowo 4 : 1
Model CIPP
Produksi Produksi
Evaluasi
Sebelum Setelah
Keberhasilan
Menerapkan Menerapkan
Pendapatan Pendapatan
Sebelum Setelah
Menerapkan Menerapkan
Keterangan:
Menyatakan Hubungan
Dievaluasi Dengan
penyuluh, dan program ini memberi dampak positif atau keuntungan kepada
petani.
BAB III
METODE PENELITIAN
kelurahan yang terluas dan memiliki areal pertanian potensi yang juga terluas
menggunakan legowo 4:1, dengan luas wilayah yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Menurut Cohen (2007) semakin besar sampel dari besarnya populasi yang ada
24
Universitas Sumatera Utara
25
akan semakin baik, tetapi ada jumlah batas minimal yang harus diambil oleh
peneliti yaitu sebanyak 30 sampel. Sebagaimana juga dinyatakan oleh teori Baley,
bahwa penelitian yang menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel paling
peneliti menetapkan jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah
30 sampel, dengan kriteria petani padi yang menerapkan sistem tanam jajar
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yakni data primer dan
kepada petani yang telah mendapat penyuluhan dan telah menerapkan sistem
Sedangkan data sekunder didapat dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas
Pertanian, Kantor Kepala Desa. Serta informasi dari literatur terdahulu yang
indikator penilaian program Sistem Tajarwo, dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.3. Skor Penilaian Program Penyuluhan Sistem Tanam Jajar Legowo
No. Model CIPP Jumlah Parameter Skor Rentang
1 Contexts 4 1-4 4-16
2 Input 4 1-4 4-16
3 Process 4 1-4 4-16
4 Product 4 1-4 4-16
Total 16 16 - 64
panjang kelas daspat dihitung dengan range dibagi jumlah kelas. Range adalah
Keterangan :
legowo oleh penyuluh pertanian terhadap petani padi sawah didaerah penelitian
yang telah disusun secara rinci pada Tabel 3.4 berikut ini.
Pertanian berada diantara 7-28 dimana panjang kelas dapat dihitung dengan range
dibagi jumlah kelas. Range adalah jarak/selisih antara data terbesar dan terkecil
Keterangan :
Skor >22,75 – 28 = Sangat Berhasil
Skor >17,5 – 22,75 = Berhasil
Skor >12,25 – 17,5= Cukup Berhasil
Skor 7 – 12,25 = Tidak Berhasil
Tabel 3.5. Evaluasi Hasil Program Penyuluhan Sistem Tanam Jajar Legowo
No. Komponen Parameter Skor
1. Peningkatan Pengetahuan 1. Sangat terjadi 4
peningkatan
pengetahuan. 3
2. Terjadi peningkatan
pengetahuan. 2
3. Pengetahuan tetap 1
4. Pengetahuan menurun.
Maka dapat dilihat dan diketahui hasil dari pelaksanaan program Sitem
tanam jajar legowo melalui penilaian jumlah skor yang berada pada 5 – 20,
dimana panjang kelas dapat dihitung dengan range dibagi jumlah kelas. Range
adalah jarak/selisih antara data terbesar dan terkecil (Subagyo, 1992 :10).
Keterangan :
Skor >16,25 – 20 = Sangat Berhasil
Skor >12,5 – <16,25 = Berhasil
Skor >8,75 – <12,5 = Cukup Berhasil
Skor 5 – <8,75 = Tidak Berhasil
dan pendapatan petani sebelum dan setelah menerapkan program sistem tanam
jajar legowo ini, dilakukan analisis menggunakan metode analisis Uji Beda Rata-
rata sampel berpasangan (Paired sample t-test) secara terpisah untuk produksi dan
pendapatan. Metode ini biasanya digunakan untuk menguji perbedaan antara dua
pengamatan. Uji beda rata-rata sampel berpasangan dilakukan pada subjek yang
berpasangan atau serupa dan subjek yang diuji pada situasi sebelum dan setelah
Kriteria Uji :
H0 diterima jika nilai signifikansi > 0,05 (tidak ada perbedaan produksi/
H1 diterima jika nilai signifikansi < 0,05 (ada perbedaan produksi/ pendapatan
5. Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil pencapaian
6. Produksi adalah jumlah padi sawah yang dihasilkan suatu lahan petanian dalam
satuan ton.
dengan seluruh biaya yang dikeluarkan yang dinyatakan dalam satuan rupiah
(Rp).
3. Sampel Penelitian adalah Petani padi sawah yang menerapkan sistem jajar
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Kelurahan Mekar Nauli merupakan salah satu kelurahan sangat luas dan
Pematang Siantar dengan luas areal 282,48 Ha, dan hampir 90% penduduknya
mempunyai letak topografi datar berada pada ketinggian 300 m dpl. Dengan curah
hujan rata – rata 2000 mm/tahun, kelembaban 60 – 75, suhu udara ± 25,600 C
serta jenis tanah Hitam Kecoklatan. Dengan batas - batas administrasi sebagai
berikut :
Di kelurahan ini juga terdapat 2 pola usahatani yakni dilahan sawah dan
dilahan kering dan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
35
Universitas Sumatera Utara
36
Untuk padi sawah sendiri terdapat 3 (tiga) kali musim tanam dalam setahun yakni
musim tanam I terjadi pada bulan Desember – Maret, kemudian musim tanam II
terjadi pada bulan April – Juli, dan untuk musim tanam III terjadi pada bulan
Agustus – Oktober, dengan luas tanam per musim tanam adalah 120 Ha.
Marihat memiliki dua musim, yakni musim hujan yang terdapat pada sekitar bulan
Oktober – Maret serta musim kemarau pada sekitar bulan April – September pada
setiap tahunnya.
4.2 Penduduk
kelamin laki-laki yakni sebanyak 1000 jiwa dan 800 jiwa berjenis kelamin
yakni sebanyak 1400 jiwa, hal ini didukung pada adanya beberapa Gereja yang
terdapat di kelurahan ini. Untuk lebih ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.3.
beragama Islam yakni sebanyak 350 Jiwa. Dan yang paling sedikit adalah jumlah
penduduk yang beragama Katolik hanya sebanyak 50 Jiwa. Dan tidak ada yang
tingkat SLTP dan SMA, berikut data jumlah penduduk menurut tingkat
pendidikan.
merasakan duduk dibangku sekolah dasar, namun sebanyak 200 orang penduduk
tamat hanya sampai tingkat SD. Selain itu sebanyak 70 orang tamat akademik,
memiliki adat istiadat batak toba yang sangat kental. Hal ini didukung pada
banyaknya sopo atau tempat menerima tamu serta tempat mengadakan pertemuan/
pesta adat. Berikut data jumlah penduduk menurut suku telah disajikan dalam
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa banyak ragam suku yang
terdapat di Mekar Nauli, seperti suku Jawa sebanyak 433 orang, disusul dengan
Batak Karo sebanyak 23 orang, Batak Pak- pak sebanyak 32 orang, Nias sebanyak
Rata – rata penduduk di Kelurahan Mekar Nauli bekerja sebagai petani dan
buruh tani dengan jumlah penduduknya sebanyak 840 orang petani dan 400 orang
Berdasarkan Tabel 4.6 tersebut dapat dilihat bahwa pekerjaan di kelurahan ini
tidak hanya petani dan buruh tani.Selain itu penduduk juga bekerja sebagai Buruh
Kelurahan mekar nauli memiliki 6 kelompok tani yang terdiri atas : Serasi,
Pada Tabel 4.7 dapat dilihat rata- rata memiliki luas lahan sawah sebesar 24 Ha,
dan rata- rata pekarangan seluas 1,34 Ha. Kecuali kelompok tani kesuma, hanya
dengan luas lahan sawah beririgasi sebanyak 120 Ha yang bersumber dari sungai
Bah Bolon, yang ada di Kota Pematang Siantar. Untuk lebih ringkas dapat dilihat
Nauli s/d akhir tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa rata-rata umur petani adalah 46.2
dimana umur tersebut tergolong usia produktif. Dengan range antara umur 24 - 64
tahun. Jumlah tanggungan petani rata-rata 2.8, dengan range 1 - 6 orang termasuk
kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga petani harus bijak dalam mencari
22.9 tahun. Dapat diasumsikan bahwa rata - rata petani reponden didaerah
Luas lahan petani responden rata-rata adalah seluas 0.65 dengan range
berada pada angka 0.4 – 1 Ha, merupakan angka yang tergolong normal pada saat
Dalam penelitian ini responden diambil dari tiga kelompok tani, yang
merupakan kelompok tani yang paling aktif diantaranya Satahi, Dos Roha dan
responden pada kelompok tani Satahi adalah yang paling banyak diambil yakni
dan yang terakhir pada kelompok tani Serasi sebanyak 8 orang petani responden.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
dari perkembangan jumlah kelompok tani yang mengikuti program dan jumlah
anggota kelompok tani yang menerapkan sistem tanam jajar legowo 4 : 1 selama
5 tahun terakhir.
sebesar 25% dan jumlahnya tetap sampai tahun 2018. Dengan rata-rata persentase
bahwa ada kendala pada beberapa masyarakat yang tidak ingin masuk kedalam
kelompok tani, dengan alasan tidak ingin mengikuti perkumpulan, memberi iuran,
lebih mudah meminjam modal dan pinjaman yang diperoleh lebih banyak.
43
Universitas Sumatera Utara
44
program sistem Tajarwo didaerah penelitian selama 5 tahun terakhir dapat dilihat
Tolok ukur akan hasil suatu program dapat diketahui melalui evaluasi.
suatu program, padahal keduanya mempunyai arti yang berbeda namun saling
sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif). Evaluasi program Tajarwo sebagai
diambil keputusan atas objek yang dievaluasi. Standar objektif tersebut disajikan
dalam sebuah indikator kinerja yang dibangun berdasarkan model evaluasi CIPP.
(konteks) program tanam jajar legowo 4 : 1 didaerah penelitian yang dapat dilihat
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada indikator Context (konteks)
dengan baik, dimana responden menjawab A sebanyak 8,5 dengan persen rataan
28.3%, sebanyak 21 menjawab B dengan persen rataan 70%, hanya 0,5 yang
menjawab C dengan persen rataan 1.7%, serta tidak ada yang menjawab D
tanam jajar legowo 4 : 1 di daerah penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 5.5
berikut ini.
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat Input (masukan) yang terdiri atas,
keterlibatan petani, komunikasi petani dan penyuluh, pelatihan oleh penyuluh dan
yang menjawab D.
oleh penyuluh berjalan dengan cukup baik dimana persen penilaian petani
sebanyak 53.3%, C sebanyak 1.7%, serta tidak ada yang menjawab D. Keempat
Berdasarkan Tabel 5.8 tersebut dapat diketahui bahwa setiap indikator nilai
yang diharapkan adalah berada pada range 4 - 16, dan 50,2 adalah nilai yang
yang berarti pada indikator ini penyusunan program sistem tanam jajar legowo 4 :
1 dikatakan sangat berhasil atau berjalan sangat baik karena program dibuat
petani, serta tersedianya sarana dan prasarana oleh pemerintah kepada petani.
persentase ketercapaian adalah 78.1% yang berarti pada indikator ini penyusunan
program sistem tanam jajar legowo 4 : 1 dikatakan berhasil, dan berjalan dengan
baik. Dalam hal ini petani cukup terlibat dalam perencanaan penyuluhan
penyuluh melakukan penyuluhan dan pelatihan tidak terlalu sering, yakni 1-2 kali
dalam satu bulan, serta petani siap menerapkan sistem tanam jajar legowo 4 : 1.
program berhasil dan berjalan dengan baik. Dimana program terlaksana dengan
baik, frekuensi penyuluhan oleh PPL adalah 1-2 bulan satu kali, sementara
frekuensi pelaksanaannya adalah 1-2 kali sebulan, penyuluh bekerja dengan baik,
serta dapat memenuhi keinginan yang sesuai dengan kebutuhan petani pada
petani untuk berdiskusi seputar keluhan petani tentang usahataninya atau sekedar
persentase ketercapaian 82.5% adalah angka yang menunjukkan bahwa hasil dari
menerima anjuran yang telah diberikan oleh penyuluh serta menilai persentase
Pada Tabel 5.9 diketahui bahwa rata-rata petani yang mematuhi seluruh
anjuran dari penyuluh adalah sebanyak 62,4% dari populasi sampel atau 18,7
petani sampel memahami cara menerapkan sistem tajarwo 4 : 1 dengan baik, serta
petani ada yang hanya mematuhi beberapa anjuran, yakni sebanyak 34,3% atau
10,3. Tidak hanya itu terdapat pula 1 orang petani yang hanya menggunakan 1
anjuran penyuluhan atau sebanyak 3,3%, dan tidak ada petani yang tidak
mengikuti anjuran.
sistem tanam jajar legowo 4 : 1 sudah dilakukan dengan sangat baik, karena skor
yang diperoleh adalah 25,1 yang berarti Sangat Berhasil berada pada range
Petani sangat berhasil dalam memahami dan terampil dalam aspek metode
tajarwo dengan persentase ketercapaian rata-rata 84% hal ini dipengaruhi oleh
Dalam hal pengolahan tanah, petani juga sangat terampil dalam menerapkan
merupakan angka yang sangat tinggi juga didukung dari rata-rata lama nya bertani
berpengalaman.
Pembuatan baris tanam merupakan fokus dari sistem tanam jajar legowo 4 :
1 dimana petani di daerah penelitian sudah mahir atau sangat berhasil dalam
baris tanam dilakukan dengan menggunakan caplak, untuk alat indojarwo sendiri
tidak digunakan setiap musim tanam, dikarenakan jumlah yang terbatas adalah 1
buah saja.
Petani menggunakan bibit varietas unggul serta melakukan anjuran cara menanam
Dalam hal pemupukan, petani juga sudah sangat terampil dalam melakukan
takaran atau dosis yang tepat dengan persentase ketercapaian yang didapat adalah
ketercapaian yang diperoleh adalah 88,25% yang berarti program sangat berhasil,
adalah 100% atau sangat berhasil, menunjukkan petani sudah melakukan anjuran
penyuluh dengan optimal yakni, pemanenan dilakukan pada 100-115 hari setetlah
penanaman, ketika butir gabah menguning mencapai 80% - 85% dan tangkainya
setiap perubahan yang dihasilkan dari penerapan program dalam Tabel 5. 11.
yakni sebesar 53,3% atau sebanyak 16 petani sampel menjawab bahwa mereka
produktivitas. Ada juga petani yang merasa sangat terjadi peningkatan yakni
sebanyak 27,3% atau 8,2 petani yang merasa program ini benar-benar memberi
sebanyak 19,4% atau 5,8 petani merasa pengetahuan mereka tetap dan merasa
sistem tanam jajar legowo 4 : 1 adalah Berhasil dengan jumlah skor yang
diharapkan adalah 20 dan yang diperoleh adalah 15.4 dan berada pada range
diperoleh adalah 3.2 dengan persentase ketercapaian 80% yang berarti hasil
: 1 ini memberi ruang pada tanaman untuk menerima sinar matahari secara merata
yakni penyusunan, pelaksanaan dan hasil Program Sistem Tanam Padi jajar
tanam jajar legowo 4: 1. Petani melaksanakan anjuran penyuluh, dan program ini
Tabel 5.13 Hasil Uji Paired Samples t-Test Produksi Sebelum dan Setelah
Program Tajarwo 4 : 1
Berdasarkan Tabel 5.13 dapat dilihat hasil dari Uji Paired Samples Test
menunjukkan bahwa nilai Signifikansi t sebesar 0,000 dimana nilai tersebut <0,05
maka H1 diterima, artinya terdapat perbedaan produksi sebelum dan setelah petani
Kemudian, untuk nilai t hitung hasil yang didapat adalah sebesar 8,634 nilai
ini lebih besar dari t tabel pada df 29 adalah 2,045 atau t hitung > t tabel. Maka H1
diterima artinya terdapat perbedaan produksi yang signifikan sebelum dan setelah
penelitian.
Program Sistem Tanam Jajar Legowo memberi dampak yang positif, salah
satunya peningkatan produksi petani padi sawah di daerah penelitian dimana rata-
rata produksi petani sebelum menerapkan program ini adalah sebesar 3706 kg,
kemudian mengalami kenaikan rata- rata produksi sebesar 475 kg, sehingga
setelah menerapkan program rata- rata produksi adalah sebesar 4181 kg dengan
Hal tersebut dipengaruhi oleh sistem tanam jajar legowo 4 : 1 yang sejatinya
yang berpengalaman sehingga sudah telaten dalam berusahatani, selain itu petani
menggunakan bibit varietas unggul, penggunaan pupuk dan pestisida yang bagus
produksi sebelum dan setelah program sistem tanam jajar legowo 4 : 1 di daerah
penelitian.
sebesar 0,00. Nilai ini lebih kecil dari 0,05. Sehingga nilai /P-value < 0,05, maka
H1 diterima. Kemudian nilai t hitung diperoleh sebesar 17,47. Nilai ini lebih besar
dari t tabel pada df 29 adalah 1,66 sehingga jika t hitung > t tabel, maka H1
diterima Artinya ada perbedaan nyata antara hasil panen yang diperoleh petani
sebelum dan sesudah menerapkan sistem tanam jajar legowo. Hasil ini diperoleh
Tabel 5.14 Hasil Uji Paired Samples t-Test Pendapatan Sebelum dan Setelah
Program Tajarwo 4 : 1
Paired Samples Test
Paired Diffrences
Mean Std. Std. Error t df Sig. (2-
Deviation Mean tailed)
Pair 1 Pendapatan 2190226,66667 1387947,87364 253403,45301 8,643 29 ,000
setelah –
Pendapatan
sebelum
Sumber:Lampiran 26 (diolah), 2019
Berdasarkan Tabel 5.14 dapat dilihat hasil dari Uji Paired Samples Test
menunjukkan bahwa nilai Signifikansi t sebesar 0,000 dimana nilai tersebut <0,05
Confidence Interval 95%. Kemudian, untuk nilai t hitung hasil yang didapat
adalah sebesar 8,643 nilai ini lebih besar dari t tabel pada df 29 adalah 2,045 atau t
hitung > t tabel. Maka H1 diterima artinya terdapat perbedaan pendapatan yang
signifikan sebelum dan setelah petani menerapkan Program Sistem Tanam Jajar
menerapkan program sistem tanam jajar legowo 4 : 1, hal ini dipengaruhi oleh
program. Sebelum menerapkan program rata- rata total pendapatan yang diterima
dengan rata- rata produksi sebesar 4181 kg per musim tanam. Dengan demikian
perbedaan total pendapatan pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo dengan
sistem tanam non jajar legowo. Meningkatnya rata-rata pendapatan per hektar
terhadap rata-rata nilai produksi pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
adalah berhasil.
6.2 Saran
selanjutnya.
61
Universitas Sumatera Utara
62
legowo 4 : 1 dan 2 : 1.
DAFTAR PUSTAKA
63
Universitas Sumatera Utara
64
Keterangan :
1 : Perencanaan program Tajarwo 4 : 1 disusun berdasarkan kebutuhan petani.
2 : Perencanaan program Tajarwo 4 : 1 untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
3 : Perencanaan program Tajarwo 4 : 1 untuk meningkatkan produksi dan pendapatan.
4 : Tersedianya sarana dan prasarana pendukung yang sesuai dengan kebutuhan petani.
Keterangan :
1 : Petani terlibat dalam perencanaan penyuluhan pertanian sistem Tajarwo 4 : 1.
2 : Komunikasi antara kelompok tani dan penyuluh.
3 : Penyuluhan dan pelatihan oleh PPL kepada petani.
4 : Kesiapan petani dalam menerapkan sistem Tajarwo 4 : 1.
Keterangan :
1 : Terlaksananya program penyuluhan sistem Tajarwo 4 : 1.
2 : Frekuensi penyuluhan sistem Tajarwo 4 : 1.
3 : Frekuensi pelaksanaan pengawasan oleh penyuluh.
4 : Penyuluh dapat memenuhi keinginan yang sesuai dengan kebutuhan petani.
Keterangan :
1 : Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengolah usahataninya.
2 : Peningkatan penerapan teknologi Tajarwo 4 : 1.
3 : Peningkatan produksi setelah menerapkan sistem Tajarwo 4 : 1.
4 : Peningkatan kerjasama dalam berusahatani.
Keterangan :
1 : Pemahaman dan Keterampilan aspek metode tajarwo.
2 : Pengolahan Tanah
3 : Pembuatan Baris Tanam
4 : Penanaman
5 : Pemupukan
6 : Pengendalian Hama dan Penyakit
7 : Panen
Keterangan :
1 : Peningkatan pengetahuan.
2 : Peningkatan keterampilan.
3 : Peningkatan produksi.
4 : Peningkatan pendapatan.
5 : Peningkatan produktivitas.
Luas
PBB Iuran P3A Biaya Lain- Total Biaya
No Lahan
(Rp) (Rp) Lain (Rp) Lainnya (Rp)
(Ha)
1 0,7 421.429 114.286 607.142 1.142.857
2 0,92 326.087 108.696 652.174 1.086.957
3 0,48 125.000 83.333 208.334 416.667
4 1 220.000 100.000 880.000 1.200.000
5 0,64 187.500 78.125 753.000 1.015.625
6 0,68 272.059 88.235 375.000 735.294
7 0,4 200.000 100.000 1.100.000 1.400.000
8 0,48 218.750 83.333 531.250 833.333
9 0,64 187.500 93.750 500.000 781.250
10 0,64 171.875 93.750 828.125 1.093.750
11 0,64 140.625 78.125 406.250 625.000
12 0,6 166.667 100.000 650.000 916.667
13 0,68 117.647 102.941 661.765 882.353
14 0,8 187.500 100.000 587.500 875.000
15 0,64 195.313 93.750 335.937 625.000
16 1 280.000 100.000 1.120.000 1.500.000
17 0,48 250.000 83.333 291.667 625.000
18 0,68 308.824 73.529 132.353 514.706
19 0,4 237.500 100.000 162.500 500.000
20 0,92 277.174 108.696 701.087 1.086.957
21 0,4 200.000 100.000 75.000 375.000
22 0,6 216.667 83.333 366.667 666.667
23 0,88 295.455 90.909 409.091 795.455
24 0,6 133.333 83.333 283.334 500.000
25 0,68 191.176 88.235 235.295 514.706
26 0,4 200.000 100.000 75.000 375.000
27 0,72 187.500 83.333 423.611 694.444
28 0,4 75.000 100.000 200.000 375.000
29 0,6 175.000 83.333 241.667 500.000
30 0,8 118.750 87.500 356.250 562.500
Total 6.334.331 2.858.858 14.021.999 23.215.188
Rata-Rata 211.144 95.295 467.400 773.839
No. Jenis Biaya Sebelum Program Sebelum Program Setelah Program Setelah Program/
/Petani(Rp) /Hektar(Rp) /Petani(Rp) Hektar(Rp)
1 Biaya Tetap
2 Biaya Variabel