SUTAATMADJA JURUSAN AKUNTANSI SEMESTER II SUBANG 2023 KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Analisis SWOT terkait Kedaulatan Pangan Indonesia. Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Analisis SWOT ini. Tentunya tidak akan maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebagai Penulis, kami memahami bahwa Analisis SWOT ini masih memiliki kekurangan baik dalam penyusunan maupun dalam penyampaiannya. Oleh karena itu, dengan rendah hati kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk penyempurnaan Analisis SWOT ini. Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh
Subang, 22 Mei 2023
Penyusun, Kelompok 3 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan yang dihasilkan dari sumber pangan merupakan suatu
kebutuhan yang paling utama bagi manusia. Di awal masa peradaban, manusia melakukan perburuan dan pencarian makanan karna belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai cara bertani. Seiring dengan bertambahnya populasi manusia dengan pesat, kebutuhan pangan harus dapat dipenuhi dengan proses pertanian untuk dapat memenuhi kebutuhan makanan manusia. Awalnya manusia melakukan pertanian hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, namun seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya sendiri, selanjutnya system pertukaran antar individu atau kelompok mulai berkembang. Seiring dengan perkembang social dan pemahaman yang semakin luas mengenai hubungan antara individu dan kelompok, system pertukaran barang berkembang menjadi system perdagangan yang masih berlangsung hingga saat ini. Oleh kasrna itu, perkembangan petanian untuk menghasilkan pangan tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individu atau kelompok, tetapi juga untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin berkembang.
Kedaulatan pangan diartikan dalam sebuah model produksi pertanian
agroekologis, model perdagangan pertanian yang bersifat proteksionis,dan mendorong pasar local menggunakan instrument dari IPC for Food Security. Selain itu, pendekatan terhadap sumber daya genetic dari pertanian yang memiliki sifat komunal, lebih cenderung atipaten, serta wacana lingkungan rasionalisme (green rasionalism) juga menjadi bagian dari kedaulatan pangan. Dalam konteks ini, kedaulatan pangan didefinisikan sebagai hak setiap individu, masyarakat, dan negara untuk mengakses dan mengendalikan sumber daya produktif serta menentukan dan mengendalikan system pangan sendiri secara tepat sesuai dengan kondisi ekologis, social, ekonomi dan karakter budaya asing-masing (IPC, 2006). Oleh karna itu untuk menerapkan konsep dari kedaulatan pangan, diperlukan pengendalian system produksi, distribusi, dan konsumsi pangan.
Dikarenakan factor yang disebutkan diatas, kedaulatan pangan menjadi
suatu persoalan dan menjadi focus paling penting. Dengan membangun sector pertanian dalam mencapai kedaulatan bukanla suatu hal yang sederhana. Ada banyak sekali aspek yang perlu diperhatikan dan diperjuangkan agar tujuan ini dapat terlaksana. Indonesia, adalah salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan juga memiliki sector epertanian yang melimpah, seharusnya mampu mencukupi kebutuhan pangannya dalam negri. Namun dengan kenyataan yang ada Indonesia masih mengimpor banyak produk pangan. Bersumber dari data Badan Pangan Nasional (NFA), pada maret-Mei 2023, pemerintah merencanakan untuk mengimpor eras sebanyak 500.000 ton, jagung 527.241, kedelai 746.956, bawang putih 190.325, gaduing sapi 89.054 ton dan gula konsumsi 448.550 ton. Kegiatan ini dilakukan untuk merealisasikan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) sesuai dengan peraturan Nomor 125 Tahun 2022 tentang CPP, jalan impor menjadi pilihan yang utama untuk diambil. Dengan penelitian ini kita berencana akan menganalisis kedaulatan pangan di Indonesia. Hal ini untuk mempermudah kita dalam mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dipersiapan dalam pengembangan kedaulatan pangan di Indonesia ini. Analisis SWOT juga biasa disebut analisis situasi merupakan sebuah analisis untuk dapat melakukan berbagai identifikasi factor dengan lebih sistematis yang nantinya akan menentukan strategi atau kebijakan apa yang akan dapat diambil. Analisis ini berdasar pada logika yang akan memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity). Namun dilain sisi analisis ini juga dapat meminimalkan kelemahan- kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
1.2 Rumusan Masalah
Dengan pernyataan latar belakang diatas maka dibuat analisis SWOT
yang diharapkan dapat membantu menganalisa kedaulatan pangan di Indonesia, antara lain : 1. Mengidentifikasi kekuatan kedaulatan pangan di Indonesia 2. Mengungkap kelemahan kedaulatan pangan di Indonesia 3. Menganalisa peluang dari kedaulatan pangan di Indonesia 4. Mengidentifikasi ancaman yang mungkin terjadi bagi kedaulatan pangan Indonesia.
1.3 Tujuan Penelitian
Dibuatnya analisis SWOT ini bertujuan untuk :
1. Dapat mengidentifikasi kekuatan dari kedaulatan pangan di Indonesia 2. Dapat mengungkapkan kelemahan kelemahan yang dapat di antisipasi bagi kedaulatan di Indonesia 3. Dapat menganalisa peluang apa yang bisa di manfaatkan dari kedaulatan Indonesia 4. Dapat menentukan ancaman apa yang dapat di minimalisir bagi kedaulatan pangan di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian
Dengan penulisan Analisis SWOT ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membaca tulisan ini, terutama bagi : 1. Mahasiswa Diharapkan dengan di Analisis nya Kedaulatan pangan di Indonesia ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang membacanya. Dengan ditulisnya Analisis SWOT ini juga diharapkan dapat membuat mahasiswa sadar akan pentingnya kedaulatan pangan bagi masyarakat dan republik Indonesia ini. 2. Masyarakat sekitar Yang menjadi obej dari Analisis SWOT ini adalah masyarakat itu sendiri, bagaimana mereka mengolah sumber daya pangan yang ada. Diharapkan analisis SWOT ini dapat membantu masyarakat dalam proses pengolahan pangan, yang mana disini diungkapkan mengenai kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threath) dalam sistem pangan BAB II STRENGHT (KEKUATAN)
2.1 Adanya program pemerintah ataupun kebijakan dari pemerintah
terkait kedaulatan pangan Indonesia
Pemerintah berusaha menjalankan beberapa program atau kebijakan
yang nantinya diharapkan dapat memerkuat system pangan di Indonesia, diantaranya : 1. Perlindungan Lahan pertanian Pemerintah Juga tak hanya berpangku tangan dalam memecahkan masalah tentang alih fungsi lahan. Pemerintah terus berkomitmen untuk mendorong dan menjaga sektor pertanian Indonesia, salah satunya melalui perlindungan lahan pertanian terutama lahan sawah. Upaya tersebut dilakukan melalui implementasi Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2019 tentang Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Perpres tersebut bertujuan untuk mempercepat penetapan peta lahan sawah yang dilindungi dalam rangka memenuhi dan menjaga ketersediaan lahan sawah untuk mendukung kebutuhan pangan nasional, mengendalikan alih fungsi lahan sawah yang semakin pesat, memberdayakan petani agar tidak mengalihfungsikan lahan sawah, dan menyediakan data dan informasi lahan sawah untuk bahan penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Upaya menahan laju alih fungsi lahan tidak hanya dilakukan melalui penetapan Lahan Sawah Dilindungi LSD tetapi juga diperlukan dukungan dari Pemerintah Pusat melalui insentif ke Pemerintah Daerah dan masyarakat. 2. Penyaluran cadangan beras pemerintah. Dukungan lain yang mampu meningkatkan kedaulatan pangan di Indonesia adalah adanya kegiatan penyaluran cadangan beras pemerintah untuk bantuan pangan tahun 2023. Kegiatan ini akan dilakukan secara bertahap selama 3 bulan kedepan dari bulan April-Juni, penyediaan beras sudah di lakukan pemerintah dalam pelaksanaan ini di beberapa daerah di Indonesia. Kegiatan ini dilakukan selama masa Ramadhan guna menekan supaya harga pangan tidak naik. Hal ini sesuai dengan apa yang Pak Presiden tuturkan yangmengatakan supaya cadangan beras nasional benar- benar dihitung sesuai kondisi lapangan. Ia menegaskan cadangan beras harus disiapkan dengan baik sehingga tidak menyebabkan terjadinya kenaikan harga di pasar.
Adapun di tahun 2023 National Food Agency (NFA) sedang berusaha
menyediakan stock CBP dengan cara melakukan peningkatan serapan bulog. Pada tahun ini bulog mencapai stock CBP selama satu tahun sebanyak 2,4 juta ton, dengan stock akhir tahun sebanyak 1,2 juta ton. Hal itu mampu meningkatkan penyerapan 2023 dibanding tahun sebelumnya. 3. Program petani sawit milenial Pemerintah Kalimantan Selatan memulai sebuah program Petani Sawit Milenial, adalah sebuah inisiatif yang didukung oleh pemerintah Indonesia untuk mendorong generasi muda terlibat dalam upaya peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani, serta mengembangkan generasi petani yang lebih inovatif dan berwawasan lingkungan. Terdapat 46 pabrik kellapa sawit dengan produksi CPO mencapai 1.145.590 ton pertahun serta industry hilir berupa 3 pabrik minyak goreng dengan kapasitas produksi 5.750 ton perhari dan 2 pabrik biodiesel dengan kapasitas produksi 2.500 ton perhari. 4. Program diversifikasi pangan lokal Dengan adanya program pemerintah diharapkan ketersediaan pangan dan stabilitas harga yang menjadi persoalan kritikal yang harus dikelola dengan baik. Menurut Wapres Program diversifikasi pangan lokal harus dilakukan secara masif. Karena masyarakat Indonesia saat ini masih bergantung terhadap pangan seperti beras untuk sumber utama makanan pokok. Menteri pertanian menargetkan bahwa konsumsi dari beras turun menjadi 85 kg perkapita per-tahun dari sekitar 92 kg perkapita pada 2020. Indonesia saat ini berusaha mewujudkan swasembada beras tanpa melakukan impor, ketahanan pangan juga sangat di perlukan untuk mendorong kembali program diversifikasi pangan ini dapat didukung dengan riset, melalui pengembangan hulu hilir pangan lokal. Pengembangan hulu hilir ditujukan juga untuk mengendalikan inflasi, melalui program tersebut diharapkan akan memperkuat dan memperluas penerapan digitalisasi produksi dengan cara end-to-end. Oleh karena itu, regulasi dan insentif pemerintah juga perlu dimanfaatkan untuk menarik investor atau swasta dalam program ini, serta dapat menciptakan produksi pangan lokal yang lebih baik.
2.2 Pengaturan pangan diatur oleh undang-undang
Bersumber dari Undang-undang Nomor tahun 1996 tentang pangan,
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama. Pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Dindonesia sendiri pemenuhan kebutuhan dari pangan bagi seluruh rakyat merupakan sebuah kewajiban moral, sosialmaupun hukum, termasuk hak asasi setiap rakyat Indonesia. Undang- Undang tersebut mengamanatkan, kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.
2.3 Memiliki kegiatan ekspor yang memumpuni
Indonesia menjadi salah satu titik terang di tengah kesuraman dunia
sektor pertanian. Nilai ekspor pertanian Januari-Desember 2022 adalah 640,56 triliun rupiah atau naik 3,93 persen. Sub sektor perkebunan terus menjadi penyumbang terbesar ekspor di sektor perkebunan dengan kontribusi 622,37 triliun rupiah. Kontribusi kelapa sawit rakyat telah mencapai 16,38 juta hektar, dimana sekitar 6,9 juta hektar merupakan milik Pekebun sawit rakyat. Pemerintah melakukan upaya perbaikan dari sektor hulu perkebunan kelapa sawit rakyat dengan cara penggantian tanaman tua atau tidak produktif melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). United States Department of Agriculture (USDA) memproyeksikan produksi beras global mencapai 503,27 juta metrik ton (MT) pada musim 2022/2023, turun 11,78 juta MT (2,29%) dari musim 2021/2022. Pada musim ini Tiongkok menjadi negara penghasil beras terbesar, yaitu 147 juta MT. Wilayah penghasil beras utama Tiongkok adalah Hunan (13%), Jiangxi (10%), Juangsu (9%), Anhui (8%), dan Hubei (8%). Adapun Indonesia menjadi produsen beras terbesar keempat di dunia, sekaligus nomor satu di Asia Tenggara dengan estimasi produksi 34,6 juta MT pad musim 2022/2023. Produksi beras Indonesia paling banyak berasal dari Jawa Barat (17%), Jawa Timur (17%), Jawa Tengah (14%), Sulawesi Selatan (6%), dan Sumatra Utara (5%) Di bawah Indonesia ada Vietnam dengan perkiraan produksi beras 27,23 juta MT, Thailand 20,1 juta MT, Myanmar 12,5 juta MT, Filipina 12,41 juta MT, Jepang 7,45 juta MT, serta Brasil 7,23 juta MT.
2.4 Konsumen Domestik yang besar
Diketahui bahwa Penduduk Indonesia berjumlah 273,52 juta jiwa,
yang tentu saja ketersiadaan terhadap pangan harus terpenuhi. Jika kita memilik jumlah penduduk yang sumber mata pencaharian utamanya ada pada sector pertanian. Kali ini salah satu kekuatan Indonesia yang lain adalah Jumlah Konsumen domestic yang sangat besar yang tentunya akan menjadi pasar dalam negeri yang sangat potensial dalam memasarkan hasil tani. Hal ini tentu saja menguntungkan bagi para petani dengan bertambahnya permintaan terhadap pangan Indonesia. BAB III WEAKNESSES (KELEMAHAN)
3.1 Minimnya Pelatihan Petani dalam penggunaan Teknologi Modern.
Menurut Bima Yudistira, Teknologi Pertanian Indonesia masih tertinggal diera digitalisasi ini. Sebab, kesadaran dari teknologi di kalangan petani masih sangat rendah. Rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya pelatihan penggunaan teknologi modern merupakan factor utama sector pertanian yang rata rata masih bersifat tradisional. Hal ini tentunya menjadi salah satu kelemahan bagi para petani di Indonesia mengingat zaman sekarang serba digital dan modern ini akan membuat pangan Indonesia tertinggal dari negara lain.
3.2 Jumlah penduduk yang sangat besar
Jumlah penduduk Indonesia pada Tahun 2045 diperkirakan mencapai
318,96 juta jiwa. Jumlah yang sangat besar ini tentu harus didukung oleh kecukupan pangan pokok, yaitu pangan yang diperuntukkan sebagai makanan utama sehari-hari sesuai dengan potensi sumber daya dan kearifan lokal. Oleh karena itu, harus diupayakan ketersediaan pangan pokok pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu, dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Ancaman krisis pangan membayang-bayangi dunia pada tahun 2050. Badan pangan dunia, FAO, memperkirakan akan terjadi kelangkaan pangan dunia pada tahun 2050 disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dunia yang diprediksi akan menembus angka 9 miliar jiwa. Begitu pula dengan kondisi di dalam negeri, angka pertumbuhan penduduk yang menembus angka 200 juta menimbulkan masalah tersendiri dalam pemenuhan kebutuhan pangan, jika tidak ada upaya yang baik dan optimal maka bukan tidak mungkin wabah krisis pangan bisa juga terjadi di Indonesia. Upaya- upaya pemenuhan kebutuhan pangan sudah dilakukan oleh pemerintah maupun individu. Dimulai dengan usaha revolusi hijau, digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan produksi pangan di Indonesia, terutama produksi beras. Kemudian dilanjutkan dengan revolusi biru dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia dalam hal pangan terutama kebutuhan protein yang berasal dari hayati laut jenis hewan maupun protista. Selain kedua usaha di atas, upaya terus dilakukan, Pencarian bibit unggul yang merupakan salah satu upaya meningkatkan produksi pertanian, dengan teknologi rekayasa genetika. 3.3 Keterbatasan modal usaha dibidang pangan Modal merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting keberadaannya dalam usaha tani. Keterbatasan modal masih menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh rumah tangga petani dan kebutuhan modal usahatani akan semakin meningkat seiring meningkatnya harga input seperti benih, pupuk, obat-obatan dan upah tenaga kerja. Sumber permodalan usahatani dapat berasal dari dalam (modal sendiri) dan dari luar (pinjaman/kredit). Kredit sebagai modal usaha mencerminkanbahwa secara tidak langsung kredit terpaut dalam kegiatan produksi dimana kreditberperan dalam pengadaan faktor-faktor produksi (Asih 2008).Beberapa hasil penelitian yaitu Atieno (2001); Syukur,dkk (2003); Mohamed (2003); Bakhtiari (2006), menunjukkan bahwa di negara berkembang terdapat dua jenis pasar kredit atau pasar pembiayaan yaitu pasar pembiayaan formal dan pasar pembiayaan informal. Bagi rumah tangga petani, kedua pasar ini merupakan sumber pembiayaan untuk memenuhi kekurangan modal usaha tani maupun untuk kebutuhan konsumsi. Jadi, kredit memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangga petani (Rosmiati, 2012). Menurut Mosher (1987), kredit merupakan salah satu faktor pelancar pembangunan pertanian. Untuk meningkatkan hasil produksi, petani membutuhkan modal yang besar supaya dapat menggunakan teknologi usahatani secara optimal. Namun adopsi teknologi tersebut pada umumnya relatif mahal dan petani kecil tidak mampu untuk membiayai teknologi tersebut, akibatnya pemanfaatan teknologi sangat rendah. Oleh sebab itu, dengan pemberian kredit pedesaan diharapkan akan mempercepat produksi pertanian dan produktivitasnya dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani (Sjah dan Zubair, 2008). Menurut Sanim (1998), upaya pemberian bantuan modal oleh pemerintah dengan meningkatkan penggunaan faktor produksi memang tepat untuk meningkatkan pendapatan petani.
3.4 Keuntungan yang sedikit atau lemahnya pembagian laba
kerap kita temukan bisnis yang mampu meraih keuntungan besar di
awal berjalan, namun kemudian terpaksa gulung tikar karena ketidakmampuan bersaing di pasaran. Bagi majoopreneurs yang ingin mendahulukan pertumbuhan bisnis, maka kamu harus memastikan untuk memiliki modal yang cukup besar agar bisa menanggung biaya operasional agar tetap berjalan sampai bisa meraih keuntungan yang stabil. Jika sebuah perusahaan memperoleh keuntungan yang tinggi, artinya produk atau jasa yang dihasilkan mendapatkan permintaan yang sangat tinggi dari konsumen. Sebaiknya, jika sebuah usaha belum menghasilkan keuntungan atau malah merugi, artinya produk atau jasa yang dihasilkan belum menarik perhatian dari konsumen. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal, misalnya produk atau jasa berkualitas rendah atau metode produksinya tidak efisien sehingga belum bisa memenuhi kebutuhan konsumen dalam jumlah banyak.Jumlah laba atau keuntungan merupakan sinyal atau pertanda bagi perusahaan untuk realokasi sumber daya yang dimiliki.
3.5 Kurangnya sarana prasarana
Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha Kurangnya informasi yang
berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan,telekomunikasi merupakan faktor penting yang mendukung usaha.Dari hasil survei menunjukkan bahwa hanya sekitar 25% dari total sampel yang mengatakan bahwa kualitas sarana dan prasarana sangat baik, sedangkan 62,5% mengatakan cukup baik. Sedangkan 8% pengusaha mengatakan sarana dan prasarana kurang baik. Ini menunjukkan bahwa sarana baru merupakan fakor yang mampu mendukung iklim usaha dalam arti minimalis, belum mampu menjadi daya dukung yang optimal.Adapun fasilitas fisik yang sangat diperlukan oleh sebagian besar pegusaha adalah lahan usaha dan bangunan usaha untuk meningkatkan kegiatan usaha mereka. BAB IV OPPORTUNITY
4.1 Kondisi geografis Indonesia
Secara Geografis wilayah di Republik Indonesia adalah negara kepulauan
yang mana berbasis pada sector pengembangan ekstratif seperti pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Seperti yang kita tau Indonesia terbentang dari sabang sampai merauke dengan puluhan ribu pulau dan luas daratan sekitas 1.922.570 km persegi memiliki sebuah potensi dalam pengembangan lahan nantinya, dan masih banyak wilayah yang belum tereksplorasi dengan baik yang bias dijadikan potensi sumber kedaulatan pangan. Potensi dari sumber daya alam yang beragam dan letak geografis Indonesia di jalur katulistiwa membuat Indonesia memiliki keamanan dari dampak global climate change, dan ini merupakan sebuah opportunity yang harus dimanfaatkan dengan baik kedepannya
4.2 Pemanfaatan Teknologi bagi Pangan Indonesia
Pengembangan pangan dengan menggunakan teknologi Tradisional
menjadi teknologi modern tentunya akan sangatuntuk diterima. Tetapi pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu masyarakat dalam penggunaan teknologi modern, yang tentunya hal ini dapat meningkatkan produksi pangan Indonesia. Pertanian presisi atau Precision Agriculture adalah sebuah teknologi pertanian modern yang mengaplikasikan teknologi informasi untuk membantu petani dalam memahami keadaan lahan dan tanaman petani secara detail dan akurat. Pertanian Presisi memungkinkan petani untuk melakukan tindakan yang lebih tepat sasaran dalam pengelolaan lahan dan tanaman mereka, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian. Hal ini pun turut disampaikan oleh Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo belum lama ini (15/03/23) mengajak para pengembang ekosistem bisnis rintisan berbasis teknologi (start-up) dan petani milenial untuk ikut terjun membantu memajukan pertanian Indonesia yang presisi. Hal ini mengingat tantangan krisis dunia yakni pangan, ekonomi dan keuangan ke depanya yang sangat serius dan nyata dihadapi suatu negara khususnya Indonesia, dimana salah satu sektor yang mampu bertahan dan bahkan menyelamatkan perekonomian suatu negara adalah pertanian.
4.3 Pola Konsumsi Masyarakat Indonesia
Setelah Pandemi Covid-19 dan Isu Resesi 2023 merebak menyebabkan pola konsumsi masyarakat terhadap makanan berubah. Masyarakat sekarang lebih cenderung mendahulukan pengeluaran konsumsi daripada pengeluaran yang lainnya. Hal ini tentunya dapat menjadi pelung dengan mengenalkan produk- produk olahan pangan yang menarik kepada masyarakat. Terlebih tren inflasi yang masih terjadi, walaupun sudah mengalami penurunan tetap saja konsumen masih memiliki kekhawatiran terkait inflasi. Menurut Radhika Inflasi yang terjadi seperti naiknya BBM dan bahan poko rumah tangga membuat penambahan pengeluaran konsumen sebesar 10%. Hal inilah yang membuat masyarakat mengubah pola konsumsinya, selain hal itu Konsumen juga cenderung lebih memilih produk yang lebih murah harganya.
4.4 Sumber dari mata pencaharian penduduk
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk bekerja di
Indonesia (usia 15 tahun ke atas) mencapai 135,3 juta jiwa pada Agustus 2022. Jumlah tersebut berkurang 315,18 ribu jiwa dibanding Februari 2022. Pada Agustus 2022 sektor pertanian masih menjadi lapangan pekerjaan terbesar, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan, penyediaan akomodasi, dan konstruksi. Adapun sektor pengadaan listrik dan gas menyerap tenaga kerja paling sedikit, seperti terlihat pada tabel.
No Nama Nilai / jiwa
1 Pertanian 38.703.996 2 Perdagangan Besar 26.193.890 3 Industri Pengolahan 19.172.397 4 Penyediaan Akomodasi 9.607.709 5 Konstruksi 8.481.349 6 Jasa Pendidikan 6.512.249 7 Jasa Lainnya 6.033.962 8 Transportasi & Gudang 5.805.308 9 Administrasi Pemerintahan 4.875.999 10 Jasa Perusahaan 2.237.712 11 Jasa Kesehatan & Sosial 2.234.153 No Nama Nilai / jiwa 12 Keuangan & Asuransi 1.626.460 13 Pertambangan 1.530.157 14 Informasi & Komunikasi 1.009.091 15 Pengadaan Air 511.150 16 Real Estat 450.007 17 Listrik dan Gas 311.124
Dengan jumlah penduduk yang memiliki sumber mata pencaharian di
sector pertanian, menegaskan bahwa lapangan pekerjaan untuk sector pertanian masih menjadi unggulan dikalangan masyarakat Indonesia. Dengan jumlah 38 Juta jiwa yang bekerja pada bidang pertanian, perdagangan besar 26 juta jiwa dan industry pengolahan 19 juta lebih. Hal ini tentunya menjadi sebuah peluang agar lapangan pekerjaan disektor pertanian dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin semaksimal mungkin. Ini dapat terjadi jika penduduk Indonesia sendiri dapat bekerjasama dalam melaksanakan kedaulatan pangan yang akan menguntukan bagi masyarakat Indonesia.
4.5 Berkembangnya berbagai bentuk pasar.
Berkembangnya macam macam bentuk pasar di Indonesia selain pasar tradisional, pasar swalayan, dan pasar modern dan yang lainnya dapat membuka berbagi jaringan pemasaran produk-produk pertanian local dan juga dapat menghindari monopoli produsen-produsen tertentu. Sistem ini dapat juga meningkatkan kompetisi antar petani dan kualitas bahan pangan. BAB V THREATH (ANCAMAN )
5.1 Fluktuasi Curah Hujan
Curah Hujan di Indonesia banyak dipengaruhi oleh beberapa factor,
global, regional maupun local. Fkator gobal yang saat ini tengah diperbincangkan adalah sedang terjadinya El Nino dibeberapa negara, ancaman dari El Nino ini tentunya dapat berdampak serius pada pangan di Indonesia. El Nino ini dapat menurunkan curah hujan yang akan turun di beberapa kawasan di Indonesia dan hal itu akan menimbulkan kekeringan. Adapun akibat dari adanya kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan dan juga mengancam pertanian, produktifitas yang berkurang, bahkan yang lebih pah gagal panen. Selain kekeringan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan akibat kekeringan ini juga perlu diwaspadai, pemerintah memprediksi kekeringan mencapai 560 sanmpai 870 ribu hectare lahan di Indonesia. Faktor Regional yang terjadi adalah Suhu permukaan laut perairan Indonesia yang memanas. Saat ini kondisi perairan dunia sedang tidak baik baik saja suhu permukaan laut dunia mencapai 21,1 derajat celcius yang merupakan rekor tertinggi dalam sejarah. DiIndonesia sendiri, suhu dari lautan rata-rata 29,5 derajat celcius. Hal ini tentunya akan menandai datannya El Nino yang berkepanjangan, pemanasan lautan ini dikatakan akan menjadi penanda bagi fenomena ekstrem yang mana perubahan iklim menjadi pengaruhnya. Sementara itu factor local yang mengancam kedaulatan pangan Indonesia adalah adanya bencana seperti banjir, yang juga dipengaruhi oleh curah hujan yang ekstrem. Hal ini tentunya dapat berdampak buruk bagi pangan Indonesia, karna pertumbuhan tanaman pangan menjadi tidak sempurna dan menyebabkan gagal panen.
5.2 Inflasi pada hari-hari besar
Harga bahan pangan pokok bersifat fluktuatif. Tak jarang kita
menemui harga-harga pangan yang sering naik turun ketika hari-hari besar keagamaan. Hal yang mempengaruhi naik turunnya harga tersebut diakibatkan adanya kelangkaan dari persediaan pangan dan besarnya permintaan, hal ini akan mempengaruhi para pelaku pasar. Fluktuasi harga ini tentunya dapat menurunkan daya beli masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Di periode Januari 2022 – Januari 2023, peningkatan harga terbesar terjadi pada komoditas kedelai impor dengan peningkatan sebesar 22,95%. Kenaikan harga selanjutnya terjadi pada komoditas beras medium II sebesar 8,62% dan jagug sebesar 3,15%. Kenaikan harga pangan bias saja dipengaruhi oleh jumlah dari banyaknya permintaan atau bias juga dipengaruhi oleh pihak pihaktertentu. Adanya perang Rusia dan Ukraina juga memberikan dampak yang sangat besar bagi pangan Indonesia., diketahui keduanya merupakan sumber utama barang impor. Ukraina memasok lebih kurang 24% dari total impor gandum Indonesia ditahun 2020. Sementara pupuk impor berasal dari Rusia menyumbang sekitar 15% dari total pupuk Indonesia. Terganggunya harga pupuk dunia akan menaikan harga pupuk itu sendiri, tingginya harga pupuk ini dapat meningkatkan harga dari beberapa komoditas tanaman pangan. Dengan naiknya harga ini maka daya beli masyarakat akan bekurang dan dapat menimbulkan kerugian bagi para pedagang dan petani.
5.3 Serangan Hama Pada Tanaman Pangan
OPT atau Organisme penganggu tumbuhan adalah factor local yang
mengancam pangan di Indonesia. Acaman OPT terus terjadi setiap tahunnya, seperti pada tahun 2005. Dimana ancaman OPT berhasil memporak porandakan 10.644 ha tanaman padi di kabupaten Cirebon. Seluas 419 ha telah dinyatakan puso atau gagal panen, ini disebabkan oleh Serangan Wereng Coklat. Serangan lain yang terjadi adalah di sentra produksi padi Kabupaten Indramayu. 8.000 ha tanaman padi terancam terganggu produksinya akibat serangan hama wereng ini. Adapun perkembangan hama dipengaruhi oleh factor-faktor iklim secara langsung ataupun tidak langsung. Temperatur, kelembapan udara relative dan fotoperiodesitas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, lama hidup, serata kemampuan diapause serangga (Wiyono, 2007). Faktanya adalah bahwa El Nino yang sedang terjadi di Indonesia dapat mendorong perkembangan hama dan serangga pengganggu tanaman, seperti wereng coklat di Jawa Barat dan Jawa Tengah, belalang di Lampung dan Penyakit Tungro di Jawa Tengah, NTB, dan Sulawesi Selatan. Terjadinya hujan dimusim kemarau dan waktu tanam yang tidak serempak serta kondisi cuaca yang fluktuasi juga menjadi pemicu berkembang nya OTP. Seringkali petani mengatasi OTP ini dengan cara pemakaian pestisida kimia. Pestisida sendiri adalah zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu tanaman.
5.4 Alih Fungsi Lahan
Indonesia yang dikenal dengan tanah yang subur, bakal terancam menjadi salah satu negara pengimpor bahan pangan dunia jika lahan pertaniannya secara perlahan namun pasti terus berkurang dan beralih fungsi. Dengan menyusutnya lahan pertanian ini membuat pengaruh yang besar terhadap penyediaan pangan untuk rakyat Indonesia. Diketahui bahwa pada tahun 2020 – 2022 terjadi alih fungsi lahan sawah seluas 100.000 – 150.000 hektar, dan tentunya ini mengancam program swasembada pangan dan beras yang sedang dilakukan oleh pemerintah. Tentunya adanya alih fungsi lahan ini menjadi maslah dan ancaman yang besar untuk keberlangsungan pangan Indonesia, karna memilik dampak yang permanen. Alih fungsi lahan ini setelah di konversi ke pengguaan lain yang non pertanian sangat kecil peluangnya untuk berubah lagi menjadi sawah, ini tentunya perlu diwaspadai.
5.5 Minimnya Regenerasi Petani
Dalam mewujudkan kedaulatan pangan, pemuda adalah salah satu asset
penting yang bias menjadi motor penggerak dimana kepemimpinan bangsa ini digantungkan. Regenerasi adalah sebuah keharusan agar berlangsungnya kedaulatan pangan yang lebih baik. Nyatanya minim regenerasi dari para petani tua ke petani muda. Generasi muda kita lebih memilik meninggalkan pedesaan/pertanian untuk bekerja pada sector lain. Sektor pertanian kurang sekali diminati untuk generasi muda Indonesia. Kondisi seperti ini jika terus kita biarkan dapat mengakibatkan krisis pangan. Dikarenakan terus berkurangnya generasi penerus pertanian, dan generasi lama yang mulai menghilang. Jika terjadi krisis pangan akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia.
5.6 Degradasi Kesuburan Tanah
Degradasi kesuburan tanah adalah salah satu ancaman dari factor alam dimana manusia yang menyebabkannya. Degradasi kesuburan tanah ini adalah ketika menurunnya produktivitas sawah di Indonesia, hal ini dicirikan oleh menurunnya kandungan bahan organic tanah. Hasil dari beberapa penelitian menyebutkan nbahwa tingkat kesuburan tanah Indonesia semakin menurun, yaitu lebih dari 65% dari 5 juta ha lahan sawah irigasi memiliki kandungan bahan organic 2%, sedangkan dalam kondisi yang subur lahan sawah harus dsedikitnya memiliki bahan organic minimal 3% (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Penyebab hal ini terjadi adalah dari kebiasaan petani yang sebagian besar hanya menggunakan pupuk organic atau pupuk kimia sintesis secara terus menerus. Serta kebiasaan petani membakar jerami agar sawahnya lebih cepat diolah juga merupakan salah satu pemicu dari turunnya tingkat kesuburan lahan sawah. BAB VI SAJIAN ANALISIS SWOT
Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
1. Adanya program atau kebijakan 1. Minimnya Pelatihan Petani dalam pemerintah penggunaan Teknologi Modern. 2. Pengaturan pangan diatur oleh 2. Jumlah penduduk yang sangat undang-undang. besar 3. Memiliki kegiatan ekspor yang 3. Keterbatasan modal usaha dibidang memumpuni pangan 4. Konsumen Domestik yang besar. 4. Keuntungan yang sedikit atau lemahnya pembagian laba 5. Kurangnya sarana prasarana
Opportunity (Peluang) Treath (Ancaman)
1. Kondisi geografis Indonesia 1. Fluktuasi Curah Hujan 2. Pemanfaatan Teknologi bagi 2. Inflasi pada hari-hari besar Pangan Indonesia
3. Pola Konsumsi Masyarakat 3. Serangan Hama Pada Tanaman
Indonesia Pangan 4. Sumber dari mata pencaharian 4. Alih Fungsi Lahan penduduk 5. Berkembangnya berbagai bentuk 5. Minimnya Regenerasi Petani pasar. 6. Degradasi Kesuburan Tanah DAFTAR PUSTAKA