Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS SWOT

KEDAULATAN PANGAN REPUBLIK INDONESIA


Dosen Pengampu mata kuliah Kewarganegaran Bpk Ir. Slamet Rachmat, M. Si.

Disusun Oleh Kelompok 3

1. Camila Jiana Z. ;03111220004 6. Septiadi ; 03111220045


2. Faza Shidiq A. ; 03111220057 7. Sulis Setiawati ; 03111220004
3. Kemala Dwi P. ; 03111220003 8. Tedi Apriansyah ; 03111220041
4. Leny Marlina N ; 03111220052 9. Tiara Novia R. ; 03111220034
5. Nadia Anggita ; 03111220050 10. Witri Ramadhani ; 03111220021

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


SUTAATMADJA
JURUSAN AKUNTANSI SEMESTER II
SUBANG 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
Analisis SWOT terkait Kedaulatan Pangan Indonesia.
Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam penyusunan Analisis SWOT ini. Tentunya tidak akan
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai Penulis, kami memahami bahwa Analisis SWOT ini masih
memiliki kekurangan baik dalam penyusunan maupun dalam penyampaiannya.
Oleh karena itu, dengan rendah hati kami mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca untuk penyempurnaan Analisis SWOT ini.
Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh

Subang, 22 Mei 2023

Penyusun, Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan yang dihasilkan dari sumber pangan merupakan suatu


kebutuhan yang paling utama bagi manusia. Di awal masa peradaban,
manusia melakukan perburuan dan pencarian makanan karna belum
memiliki pengetahuan yang memadai mengenai cara bertani. Seiring dengan
bertambahnya populasi manusia dengan pesat, kebutuhan pangan harus
dapat dipenuhi dengan proses pertanian untuk dapat memenuhi kebutuhan
makanan manusia. Awalnya manusia melakukan pertanian hanya untuk
memenuhi kebutuhan pribadinya, namun seiring dengan berkembangnya
pengetahuan dan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya sendiri,
selanjutnya system pertukaran antar individu atau kelompok mulai
berkembang. Seiring dengan perkembang social dan pemahaman yang
semakin luas mengenai hubungan antara individu dan kelompok, system
pertukaran barang berkembang menjadi system perdagangan yang masih
berlangsung hingga saat ini. Oleh kasrna itu, perkembangan petanian untuk
menghasilkan pangan tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
individu atau kelompok, tetapi juga untuk memenuhi permintaan pasar yang
semakin berkembang.

Kedaulatan pangan diartikan dalam sebuah model produksi pertanian


agroekologis, model perdagangan pertanian yang bersifat proteksionis,dan
mendorong pasar local menggunakan instrument dari IPC for Food Security.
Selain itu, pendekatan terhadap sumber daya genetic dari pertanian yang
memiliki sifat komunal, lebih cenderung atipaten, serta wacana lingkungan
rasionalisme (green rasionalism) juga menjadi bagian dari kedaulatan
pangan. Dalam konteks ini, kedaulatan pangan didefinisikan sebagai hak
setiap individu, masyarakat, dan negara untuk mengakses dan
mengendalikan sumber daya produktif serta menentukan dan mengendalikan
system pangan sendiri secara tepat sesuai dengan kondisi ekologis, social,
ekonomi dan karakter budaya asing-masing (IPC, 2006). Oleh karna itu
untuk menerapkan konsep dari kedaulatan pangan, diperlukan pengendalian
system produksi, distribusi, dan konsumsi pangan.

Dikarenakan factor yang disebutkan diatas, kedaulatan pangan menjadi


suatu persoalan dan menjadi focus paling penting. Dengan membangun
sector pertanian dalam mencapai kedaulatan bukanla suatu hal yang
sederhana. Ada banyak sekali aspek yang perlu diperhatikan dan
diperjuangkan agar tujuan ini dapat terlaksana. Indonesia, adalah salah satu
negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan juga memiliki
sector epertanian yang melimpah, seharusnya mampu mencukupi kebutuhan
pangannya dalam negri. Namun dengan kenyataan yang ada Indonesia
masih mengimpor banyak produk pangan. Bersumber dari data Badan
Pangan Nasional (NFA), pada maret-Mei 2023, pemerintah merencanakan
untuk mengimpor eras sebanyak 500.000 ton, jagung 527.241, kedelai
746.956, bawang putih 190.325, gaduing sapi 89.054 ton dan gula konsumsi
448.550 ton. Kegiatan ini dilakukan untuk merealisasikan Cadangan Pangan
Pemerintah (CPP) sesuai dengan peraturan Nomor 125 Tahun 2022 tentang
CPP, jalan impor menjadi pilihan yang utama untuk diambil.
Dengan penelitian ini kita berencana akan menganalisis kedaulatan
pangan di Indonesia. Hal ini untuk mempermudah kita dalam mengetahui
hal-hal apa saja yang perlu dipersiapan dalam pengembangan kedaulatan
pangan di Indonesia ini. Analisis SWOT juga biasa disebut analisis situasi
merupakan sebuah analisis untuk dapat melakukan berbagai identifikasi
factor dengan lebih sistematis yang nantinya akan menentukan strategi atau
kebijakan apa yang akan dapat diambil. Analisis ini berdasar pada logika
yang akan memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity).
Namun dilain sisi analisis ini juga dapat meminimalkan kelemahan-
kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

1.2 Rumusan Masalah

Dengan pernyataan latar belakang diatas maka dibuat analisis SWOT


yang diharapkan dapat membantu menganalisa kedaulatan pangan di
Indonesia, antara lain :
1. Mengidentifikasi kekuatan kedaulatan pangan di Indonesia
2. Mengungkap kelemahan kedaulatan pangan di Indonesia
3. Menganalisa peluang dari kedaulatan pangan di Indonesia
4. Mengidentifikasi ancaman yang mungkin terjadi bagi kedaulatan
pangan Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Dibuatnya analisis SWOT ini bertujuan untuk :


1. Dapat mengidentifikasi kekuatan dari kedaulatan pangan di Indonesia
2. Dapat mengungkapkan kelemahan kelemahan yang dapat di antisipasi
bagi kedaulatan di Indonesia
3. Dapat menganalisa peluang apa yang bisa di manfaatkan dari
kedaulatan Indonesia
4. Dapat menentukan ancaman apa yang dapat di minimalisir bagi
kedaulatan pangan di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian

Dengan penulisan Analisis SWOT ini diharapkan dapat bermanfaat


bagi semua pihak yang membaca tulisan ini, terutama bagi :
1. Mahasiswa
Diharapkan dengan di Analisis nya Kedaulatan pangan di Indonesia ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang
membacanya. Dengan ditulisnya Analisis SWOT ini juga diharapkan
dapat membuat mahasiswa sadar akan pentingnya kedaulatan pangan bagi
masyarakat dan republik Indonesia ini.
2. Masyarakat sekitar
Yang menjadi obej dari Analisis SWOT ini adalah masyarakat itu
sendiri, bagaimana mereka mengolah sumber daya pangan yang ada.
Diharapkan analisis SWOT ini dapat membantu masyarakat dalam proses
pengolahan pangan, yang mana disini diungkapkan mengenai kekuatan
(strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman
(threath) dalam sistem pangan
BAB II STRENGHT (KEKUATAN)

2.1 Adanya program pemerintah ataupun kebijakan dari pemerintah


terkait kedaulatan pangan Indonesia

Pemerintah berusaha menjalankan beberapa program atau kebijakan


yang nantinya diharapkan dapat memerkuat system pangan di Indonesia,
diantaranya :
1. Perlindungan Lahan pertanian
Pemerintah Juga tak hanya berpangku tangan dalam memecahkan
masalah tentang alih fungsi lahan. Pemerintah terus berkomitmen untuk
mendorong dan menjaga sektor pertanian Indonesia, salah satunya melalui
perlindungan lahan pertanian terutama lahan sawah. Upaya tersebut
dilakukan melalui implementasi Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2019
tentang Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Perpres tersebut bertujuan untuk
mempercepat penetapan peta lahan sawah yang dilindungi dalam rangka
memenuhi dan menjaga ketersediaan lahan sawah untuk mendukung
kebutuhan pangan nasional, mengendalikan alih fungsi lahan sawah yang
semakin pesat, memberdayakan petani agar tidak mengalihfungsikan lahan
sawah, dan menyediakan data dan informasi lahan sawah untuk bahan
penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Upaya menahan laju alih
fungsi lahan tidak hanya dilakukan melalui penetapan Lahan Sawah
Dilindungi LSD tetapi juga diperlukan dukungan dari Pemerintah Pusat
melalui insentif ke Pemerintah Daerah dan masyarakat.
2. Penyaluran cadangan beras pemerintah.
Dukungan lain yang mampu meningkatkan kedaulatan pangan di
Indonesia adalah adanya kegiatan penyaluran cadangan beras pemerintah
untuk bantuan pangan tahun 2023. Kegiatan ini akan dilakukan secara
bertahap selama 3 bulan kedepan dari bulan April-Juni, penyediaan beras
sudah di lakukan pemerintah dalam pelaksanaan ini di beberapa daerah di
Indonesia. Kegiatan ini dilakukan selama masa Ramadhan guna menekan
supaya harga pangan tidak naik. Hal ini sesuai dengan apa yang Pak
Presiden tuturkan yangmengatakan supaya cadangan beras nasional benar-
benar dihitung sesuai kondisi lapangan. Ia menegaskan cadangan beras
harus disiapkan dengan baik sehingga tidak menyebabkan terjadinya
kenaikan harga di pasar.

Adapun di tahun 2023 National Food Agency (NFA) sedang berusaha


menyediakan stock CBP dengan cara melakukan peningkatan serapan bulog.
Pada tahun ini bulog mencapai stock CBP selama satu tahun sebanyak 2,4
juta ton, dengan stock akhir tahun sebanyak 1,2 juta ton. Hal itu mampu
meningkatkan penyerapan 2023 dibanding tahun sebelumnya.
3. Program petani sawit milenial
Pemerintah Kalimantan Selatan memulai sebuah program Petani Sawit
Milenial, adalah sebuah inisiatif yang didukung oleh pemerintah Indonesia
untuk mendorong generasi muda terlibat dalam upaya peningkatan
produktivitas dan kesejahteraan petani. Tujuan dari program ini adalah
meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani, serta mengembangkan
generasi petani yang lebih inovatif dan berwawasan lingkungan. Terdapat 46
pabrik kellapa sawit dengan produksi CPO mencapai 1.145.590 ton pertahun
serta industry hilir berupa 3 pabrik minyak goreng dengan kapasitas
produksi 5.750 ton perhari dan 2 pabrik biodiesel dengan kapasitas produksi
2.500 ton perhari.
4. Program diversifikasi pangan lokal
Dengan adanya program pemerintah diharapkan ketersediaan pangan
dan stabilitas harga yang menjadi persoalan kritikal yang harus dikelola
dengan baik. Menurut Wapres Program diversifikasi pangan lokal harus
dilakukan secara masif. Karena masyarakat Indonesia saat ini masih
bergantung terhadap pangan seperti beras untuk sumber utama makanan
pokok. Menteri pertanian menargetkan bahwa konsumsi dari beras turun
menjadi 85 kg perkapita per-tahun dari sekitar 92 kg perkapita pada 2020.
Indonesia saat ini berusaha mewujudkan swasembada beras tanpa
melakukan impor, ketahanan pangan juga sangat di perlukan untuk
mendorong kembali program diversifikasi pangan ini dapat didukung
dengan riset, melalui pengembangan hulu hilir pangan lokal.
Pengembangan hulu hilir ditujukan juga untuk mengendalikan inflasi,
melalui program tersebut diharapkan akan memperkuat dan memperluas
penerapan digitalisasi produksi dengan cara end-to-end. Oleh karena itu,
regulasi dan insentif pemerintah juga perlu dimanfaatkan untuk menarik
investor atau swasta dalam program ini, serta dapat menciptakan produksi
pangan lokal yang lebih baik.

2.2 Pengaturan pangan diatur oleh undang-undang

Bersumber dari Undang-undang Nomor tahun 1996 tentang pangan,


Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama.
Pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Dindonesia
sendiri pemenuhan kebutuhan dari pangan bagi seluruh rakyat merupakan
sebuah kewajiban moral, sosialmaupun hukum, termasuk hak asasi setiap
rakyat Indonesia. Undang- Undang tersebut mengamanatkan, kedaulatan
pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan
kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang
memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang
sesuai dengan potensi sumber daya lokal.

2.3 Memiliki kegiatan ekspor yang memumpuni

Indonesia menjadi salah satu titik terang di tengah kesuraman dunia


sektor pertanian. Nilai ekspor pertanian Januari-Desember 2022 adalah
640,56 triliun rupiah atau naik 3,93 persen. Sub sektor perkebunan terus
menjadi penyumbang terbesar ekspor di sektor perkebunan dengan
kontribusi 622,37 triliun rupiah. Kontribusi kelapa sawit rakyat telah
mencapai 16,38 juta hektar, dimana sekitar 6,9 juta hektar merupakan milik
Pekebun sawit rakyat. Pemerintah melakukan upaya perbaikan dari sektor
hulu perkebunan kelapa sawit rakyat dengan cara penggantian tanaman tua
atau tidak produktif melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
United States Department of Agriculture (USDA) memproyeksikan
produksi beras global mencapai 503,27 juta metrik ton (MT) pada musim
2022/2023, turun 11,78 juta MT (2,29%) dari musim 2021/2022. Pada
musim ini Tiongkok menjadi negara penghasil beras terbesar, yaitu 147 juta
MT. Wilayah penghasil beras utama Tiongkok adalah Hunan (13%), Jiangxi
(10%), Juangsu (9%), Anhui (8%), dan Hubei (8%). Adapun Indonesia
menjadi produsen beras terbesar keempat di dunia, sekaligus nomor satu di
Asia Tenggara dengan estimasi produksi 34,6 juta MT pad musim
2022/2023. Produksi beras Indonesia paling banyak berasal dari Jawa Barat
(17%), Jawa Timur (17%), Jawa Tengah (14%), Sulawesi Selatan (6%), dan
Sumatra Utara (5%) Di bawah Indonesia ada Vietnam dengan perkiraan
produksi beras 27,23 juta MT, Thailand 20,1 juta MT, Myanmar 12,5 juta
MT, Filipina 12,41 juta MT, Jepang 7,45 juta MT, serta Brasil 7,23 juta MT.

2.4 Konsumen Domestik yang besar

Diketahui bahwa Penduduk Indonesia berjumlah 273,52 juta jiwa,


yang tentu saja ketersiadaan terhadap pangan harus terpenuhi. Jika kita
memilik jumlah penduduk yang sumber mata pencaharian utamanya ada
pada sector pertanian. Kali ini salah satu kekuatan Indonesia yang lain
adalah Jumlah Konsumen domestic yang sangat besar yang tentunya akan
menjadi pasar dalam negeri yang sangat potensial dalam memasarkan hasil
tani. Hal ini tentu saja menguntungkan bagi para petani dengan
bertambahnya permintaan terhadap pangan Indonesia.
BAB III WEAKNESSES (KELEMAHAN)

3.1 Minimnya Pelatihan Petani dalam penggunaan Teknologi Modern.


Menurut Bima Yudistira, Teknologi Pertanian Indonesia masih
tertinggal diera digitalisasi ini. Sebab, kesadaran dari teknologi di kalangan
petani masih sangat rendah. Rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya
pelatihan penggunaan teknologi modern merupakan factor utama sector
pertanian yang rata rata masih bersifat tradisional. Hal ini tentunya menjadi
salah satu kelemahan bagi para petani di Indonesia mengingat zaman
sekarang serba digital dan modern ini akan membuat pangan Indonesia
tertinggal dari negara lain.

3.2 Jumlah penduduk yang sangat besar

Jumlah penduduk Indonesia pada Tahun 2045 diperkirakan mencapai


318,96 juta jiwa. Jumlah yang sangat besar ini tentu harus didukung oleh
kecukupan pangan pokok, yaitu pangan yang diperuntukkan sebagai
makanan utama sehari-hari sesuai dengan potensi sumber daya dan kearifan
lokal. Oleh karena itu, harus diupayakan ketersediaan pangan pokok pada
tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu,
dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.
Ancaman krisis pangan membayang-bayangi dunia pada tahun 2050.
Badan pangan dunia, FAO, memperkirakan akan terjadi kelangkaan pangan
dunia pada tahun 2050 disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dunia
yang diprediksi akan menembus angka 9 miliar jiwa. Begitu pula dengan
kondisi di dalam negeri, angka pertumbuhan penduduk yang menembus
angka 200 juta menimbulkan masalah tersendiri dalam pemenuhan
kebutuhan pangan, jika tidak ada upaya yang baik dan optimal maka bukan
tidak mungkin wabah krisis pangan bisa juga terjadi di Indonesia. Upaya-
upaya pemenuhan kebutuhan pangan sudah dilakukan oleh pemerintah
maupun individu. Dimulai dengan usaha revolusi hijau, digunakan sebagai
salah satu cara untuk meningkatkan produksi pangan di Indonesia, terutama
produksi beras. Kemudian dilanjutkan dengan revolusi biru dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia dalam hal pangan terutama kebutuhan protein
yang berasal dari hayati laut jenis hewan maupun protista. Selain kedua
usaha di atas, upaya terus dilakukan, Pencarian bibit unggul yang
merupakan salah satu upaya meningkatkan produksi pertanian, dengan
teknologi rekayasa genetika.
3.3 Keterbatasan modal usaha dibidang pangan
Modal merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting
keberadaannya dalam usaha tani. Keterbatasan modal masih menjadi
permasalahan yang sering dihadapi oleh rumah tangga petani dan kebutuhan
modal usahatani akan semakin meningkat seiring meningkatnya harga input
seperti benih, pupuk, obat-obatan dan upah tenaga kerja. Sumber
permodalan usahatani dapat berasal dari dalam (modal sendiri) dan dari luar
(pinjaman/kredit). Kredit sebagai modal usaha mencerminkanbahwa secara
tidak langsung kredit terpaut dalam kegiatan produksi dimana
kreditberperan dalam pengadaan faktor-faktor produksi (Asih
2008).Beberapa hasil penelitian yaitu Atieno (2001); Syukur,dkk (2003);
Mohamed (2003); Bakhtiari (2006), menunjukkan bahwa di negara
berkembang terdapat dua jenis pasar kredit atau pasar pembiayaan yaitu
pasar pembiayaan formal dan pasar pembiayaan informal. Bagi rumah
tangga petani, kedua pasar ini merupakan sumber pembiayaan untuk
memenuhi kekurangan modal usaha tani maupun untuk kebutuhan
konsumsi. Jadi, kredit memiliki peran yang penting dalam meningkatkan
kesejahteraan rumah tangga petani (Rosmiati, 2012).
Menurut Mosher (1987), kredit merupakan salah satu faktor pelancar
pembangunan pertanian. Untuk meningkatkan hasil produksi, petani
membutuhkan modal yang besar supaya dapat menggunakan teknologi
usahatani secara optimal. Namun adopsi teknologi tersebut pada umumnya
relatif mahal dan petani kecil tidak mampu untuk membiayai teknologi
tersebut, akibatnya pemanfaatan teknologi sangat rendah. Oleh sebab itu,
dengan pemberian kredit pedesaan diharapkan akan mempercepat produksi
pertanian dan produktivitasnya dan pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan petani (Sjah dan Zubair, 2008). Menurut Sanim (1998), upaya
pemberian bantuan modal oleh pemerintah dengan meningkatkan
penggunaan faktor produksi memang tepat untuk meningkatkan pendapatan
petani.

3.4 Keuntungan yang sedikit atau lemahnya pembagian laba

kerap kita temukan bisnis yang mampu meraih keuntungan besar di


awal berjalan, namun kemudian terpaksa gulung tikar karena
ketidakmampuan bersaing di pasaran. Bagi majoopreneurs yang ingin
mendahulukan pertumbuhan bisnis, maka kamu harus memastikan untuk
memiliki modal yang cukup besar agar bisa menanggung biaya operasional
agar tetap berjalan sampai bisa meraih keuntungan yang stabil. Jika sebuah
perusahaan memperoleh keuntungan yang tinggi, artinya produk atau jasa
yang dihasilkan mendapatkan permintaan yang sangat tinggi dari konsumen.
Sebaiknya, jika sebuah usaha belum menghasilkan keuntungan atau malah
merugi, artinya produk atau jasa yang dihasilkan belum menarik perhatian
dari konsumen. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal, misalnya produk
atau jasa berkualitas rendah atau metode produksinya tidak efisien sehingga
belum bisa memenuhi kebutuhan konsumen dalam jumlah banyak.Jumlah
laba atau keuntungan merupakan sinyal atau pertanda bagi perusahaan untuk
realokasi sumber daya yang dimiliki.

3.5 Kurangnya sarana prasarana

Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha Kurangnya informasi yang


berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat
berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang
diharapkan,telekomunikasi merupakan faktor penting yang mendukung
usaha.Dari hasil survei menunjukkan bahwa hanya sekitar 25% dari total
sampel yang mengatakan bahwa kualitas sarana dan prasarana sangat baik,
sedangkan 62,5% mengatakan cukup baik. Sedangkan 8% pengusaha
mengatakan sarana dan prasarana kurang baik. Ini menunjukkan bahwa
sarana baru merupakan fakor yang mampu mendukung iklim usaha dalam
arti minimalis, belum mampu menjadi daya dukung yang optimal.Adapun
fasilitas fisik yang sangat diperlukan oleh sebagian besar pegusaha adalah
lahan usaha dan bangunan usaha untuk meningkatkan kegiatan usaha
mereka.
BAB IV OPPORTUNITY

4.1 Kondisi geografis Indonesia

Secara Geografis wilayah di Republik Indonesia adalah negara kepulauan


yang mana berbasis pada sector pengembangan ekstratif seperti pertanian,
perkebunan, perikanan dan peternakan. Seperti yang kita tau Indonesia terbentang
dari sabang sampai merauke dengan puluhan ribu pulau dan luas daratan sekitas
1.922.570 km persegi memiliki sebuah potensi dalam pengembangan lahan
nantinya, dan masih banyak wilayah yang belum tereksplorasi dengan baik yang
bias dijadikan potensi sumber kedaulatan pangan. Potensi dari sumber daya alam
yang beragam dan letak geografis Indonesia di jalur katulistiwa membuat Indonesia
memiliki keamanan dari dampak global climate change, dan ini merupakan sebuah
opportunity yang harus dimanfaatkan dengan baik kedepannya

4.2 Pemanfaatan Teknologi bagi Pangan Indonesia

Pengembangan pangan dengan menggunakan teknologi Tradisional


menjadi teknologi modern tentunya akan sangatuntuk diterima. Tetapi
pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu masyarakat
dalam penggunaan teknologi modern, yang tentunya hal ini dapat
meningkatkan produksi pangan Indonesia. Pertanian presisi atau Precision
Agriculture adalah sebuah teknologi pertanian modern yang
mengaplikasikan teknologi informasi untuk membantu petani dalam
memahami keadaan lahan dan tanaman petani secara detail dan akurat.
Pertanian Presisi memungkinkan petani untuk melakukan tindakan yang
lebih tepat sasaran dalam pengelolaan lahan dan tanaman mereka, sehingga
dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian. Hal ini pun turut
disampaikan oleh Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo belum
lama ini (15/03/23) mengajak para pengembang ekosistem bisnis rintisan
berbasis teknologi (start-up) dan petani milenial untuk ikut terjun membantu
memajukan pertanian Indonesia yang presisi. Hal ini mengingat tantangan
krisis dunia yakni pangan, ekonomi dan keuangan ke depanya yang sangat
serius dan nyata dihadapi suatu negara khususnya Indonesia, dimana salah
satu sektor yang mampu bertahan dan bahkan menyelamatkan
perekonomian suatu negara adalah pertanian.

4.3 Pola Konsumsi Masyarakat Indonesia


Setelah Pandemi Covid-19 dan Isu Resesi 2023 merebak menyebabkan pola
konsumsi masyarakat terhadap makanan berubah. Masyarakat sekarang lebih
cenderung mendahulukan pengeluaran konsumsi daripada pengeluaran yang
lainnya. Hal ini tentunya dapat menjadi pelung dengan mengenalkan produk-
produk olahan pangan yang menarik kepada masyarakat. Terlebih tren inflasi yang
masih terjadi, walaupun sudah mengalami penurunan tetap saja konsumen masih
memiliki kekhawatiran terkait inflasi. Menurut Radhika Inflasi yang terjadi seperti
naiknya BBM dan bahan poko rumah tangga membuat penambahan pengeluaran
konsumen sebesar 10%. Hal inilah yang membuat masyarakat mengubah pola
konsumsinya, selain hal itu Konsumen juga cenderung lebih memilih produk yang
lebih murah harganya.

4.4 Sumber dari mata pencaharian penduduk

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk bekerja di


Indonesia (usia 15 tahun ke atas) mencapai 135,3 juta jiwa pada Agustus
2022. Jumlah tersebut berkurang 315,18 ribu jiwa dibanding Februari 2022.
Pada Agustus 2022 sektor pertanian masih menjadi lapangan pekerjaan
terbesar, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan,
penyediaan akomodasi, dan konstruksi. Adapun sektor pengadaan listrik dan
gas menyerap tenaga kerja paling sedikit, seperti terlihat pada tabel.

No Nama Nilai / jiwa


1 Pertanian 38.703.996
2 Perdagangan Besar 26.193.890
3 Industri Pengolahan 19.172.397
4 Penyediaan Akomodasi 9.607.709
5 Konstruksi 8.481.349
6 Jasa Pendidikan 6.512.249
7 Jasa Lainnya 6.033.962
8 Transportasi & Gudang 5.805.308
9 Administrasi Pemerintahan 4.875.999
10 Jasa Perusahaan 2.237.712
11 Jasa Kesehatan & Sosial 2.234.153
No Nama Nilai / jiwa
12 Keuangan & Asuransi 1.626.460
13 Pertambangan 1.530.157
14 Informasi & Komunikasi 1.009.091
15 Pengadaan Air 511.150
16 Real Estat 450.007
17 Listrik dan Gas 311.124

Dengan jumlah penduduk yang memiliki sumber mata pencaharian di


sector pertanian, menegaskan bahwa lapangan pekerjaan untuk sector
pertanian masih menjadi unggulan dikalangan masyarakat Indonesia.
Dengan jumlah 38 Juta jiwa yang bekerja pada bidang pertanian,
perdagangan besar 26 juta jiwa dan industry pengolahan 19 juta lebih. Hal
ini tentunya menjadi sebuah peluang agar lapangan pekerjaan disektor
pertanian dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin semaksimal mungkin.
Ini dapat terjadi jika penduduk Indonesia sendiri dapat bekerjasama dalam
melaksanakan kedaulatan pangan yang akan menguntukan bagi masyarakat
Indonesia.

4.5 Berkembangnya berbagai bentuk pasar.


Berkembangnya macam macam bentuk pasar di Indonesia selain pasar
tradisional, pasar swalayan, dan pasar modern dan yang lainnya dapat
membuka berbagi jaringan pemasaran produk-produk pertanian local dan
juga dapat menghindari monopoli produsen-produsen tertentu. Sistem ini
dapat juga meningkatkan kompetisi antar petani dan kualitas bahan pangan.
BAB V THREATH (ANCAMAN )

5.1 Fluktuasi Curah Hujan

Curah Hujan di Indonesia banyak dipengaruhi oleh beberapa factor,


global, regional maupun local. Fkator gobal yang saat ini tengah
diperbincangkan adalah sedang terjadinya El Nino dibeberapa negara,
ancaman dari El Nino ini tentunya dapat berdampak serius pada pangan di
Indonesia. El Nino ini dapat menurunkan curah hujan yang akan turun di
beberapa kawasan di Indonesia dan hal itu akan menimbulkan kekeringan.
Adapun akibat dari adanya kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan
dan juga mengancam pertanian, produktifitas yang berkurang, bahkan yang
lebih pah gagal panen. Selain kekeringan potensi terjadinya kebakaran hutan
dan lahan akibat kekeringan ini juga perlu diwaspadai, pemerintah
memprediksi kekeringan mencapai 560 sanmpai 870 ribu hectare lahan di
Indonesia.
Faktor Regional yang terjadi adalah Suhu permukaan laut perairan
Indonesia yang memanas. Saat ini kondisi perairan dunia sedang tidak baik
baik saja suhu permukaan laut dunia mencapai 21,1 derajat celcius yang
merupakan rekor tertinggi dalam sejarah. DiIndonesia sendiri, suhu dari
lautan rata-rata 29,5 derajat celcius. Hal ini tentunya akan menandai
datannya El Nino yang berkepanjangan, pemanasan lautan ini dikatakan
akan menjadi penanda bagi fenomena ekstrem yang mana perubahan iklim
menjadi pengaruhnya. Sementara itu factor local yang mengancam
kedaulatan pangan Indonesia adalah adanya bencana seperti banjir, yang
juga dipengaruhi oleh curah hujan yang ekstrem. Hal ini tentunya dapat
berdampak buruk bagi pangan Indonesia, karna pertumbuhan tanaman
pangan menjadi tidak sempurna dan menyebabkan gagal panen.

5.2 Inflasi pada hari-hari besar

Harga bahan pangan pokok bersifat fluktuatif. Tak jarang kita


menemui harga-harga pangan yang sering naik turun ketika hari-hari besar
keagamaan. Hal yang mempengaruhi naik turunnya harga tersebut
diakibatkan adanya kelangkaan dari persediaan pangan dan besarnya
permintaan, hal ini akan mempengaruhi para pelaku pasar. Fluktuasi harga
ini tentunya dapat menurunkan daya beli masyarakat, terutama bagi mereka
yang berpenghasilan rendah. Di periode Januari 2022 – Januari 2023,
peningkatan harga terbesar terjadi pada komoditas kedelai impor dengan
peningkatan sebesar 22,95%. Kenaikan harga selanjutnya terjadi pada
komoditas beras medium II sebesar 8,62% dan jagug sebesar 3,15%.
Kenaikan harga pangan bias saja dipengaruhi oleh jumlah dari banyaknya
permintaan atau bias juga dipengaruhi oleh pihak pihaktertentu.
Adanya perang Rusia dan Ukraina juga memberikan dampak yang
sangat besar bagi pangan Indonesia., diketahui keduanya merupakan sumber
utama barang impor. Ukraina memasok lebih kurang 24% dari total impor
gandum Indonesia ditahun 2020. Sementara pupuk impor berasal dari Rusia
menyumbang sekitar 15% dari total pupuk Indonesia. Terganggunya harga
pupuk dunia akan menaikan harga pupuk itu sendiri, tingginya harga pupuk
ini dapat meningkatkan harga dari beberapa komoditas tanaman pangan.
Dengan naiknya harga ini maka daya beli masyarakat akan bekurang dan
dapat menimbulkan kerugian bagi para pedagang dan petani.

5.3 Serangan Hama Pada Tanaman Pangan

OPT atau Organisme penganggu tumbuhan adalah factor local yang


mengancam pangan di Indonesia. Acaman OPT terus terjadi setiap
tahunnya, seperti pada tahun 2005. Dimana ancaman OPT berhasil
memporak porandakan 10.644 ha tanaman padi di kabupaten Cirebon.
Seluas 419 ha telah dinyatakan puso atau gagal panen, ini disebabkan oleh
Serangan Wereng Coklat. Serangan lain yang terjadi adalah di sentra
produksi padi Kabupaten Indramayu. 8.000 ha tanaman padi terancam
terganggu produksinya akibat serangan hama wereng ini.
Adapun perkembangan hama dipengaruhi oleh factor-faktor iklim
secara langsung ataupun tidak langsung. Temperatur, kelembapan udara
relative dan fotoperiodesitas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup,
lama hidup, serata kemampuan diapause serangga (Wiyono, 2007). Faktanya
adalah bahwa El Nino yang sedang terjadi di Indonesia dapat mendorong
perkembangan hama dan serangga pengganggu tanaman, seperti wereng
coklat di Jawa Barat dan Jawa Tengah, belalang di Lampung dan Penyakit
Tungro di Jawa Tengah, NTB, dan Sulawesi Selatan. Terjadinya hujan
dimusim kemarau dan waktu tanam yang tidak serempak serta kondisi cuaca
yang fluktuasi juga menjadi pemicu berkembang nya OTP. Seringkali petani
mengatasi OTP ini dengan cara pemakaian pestisida kimia. Pestisida sendiri
adalah zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme
pengganggu tanaman.

5.4 Alih Fungsi Lahan


Indonesia yang dikenal dengan tanah yang subur, bakal terancam
menjadi salah satu negara pengimpor bahan pangan dunia jika lahan
pertaniannya secara perlahan namun pasti terus berkurang dan beralih
fungsi. Dengan menyusutnya lahan pertanian ini membuat pengaruh yang
besar terhadap penyediaan pangan untuk rakyat Indonesia. Diketahui bahwa
pada tahun 2020 – 2022 terjadi alih fungsi lahan sawah seluas 100.000 –
150.000 hektar, dan tentunya ini mengancam program swasembada pangan
dan beras yang sedang dilakukan oleh pemerintah. Tentunya adanya alih
fungsi lahan ini menjadi maslah dan ancaman yang besar untuk
keberlangsungan pangan Indonesia, karna memilik dampak yang permanen.
Alih fungsi lahan ini setelah di konversi ke pengguaan lain yang non
pertanian sangat kecil peluangnya untuk berubah lagi menjadi sawah, ini
tentunya perlu diwaspadai.

5.5 Minimnya Regenerasi Petani

Dalam mewujudkan kedaulatan pangan, pemuda adalah salah satu asset


penting yang bias menjadi motor penggerak dimana kepemimpinan bangsa
ini digantungkan. Regenerasi adalah sebuah keharusan agar berlangsungnya
kedaulatan pangan yang lebih baik. Nyatanya minim regenerasi dari para
petani tua ke petani muda. Generasi muda kita lebih memilik meninggalkan
pedesaan/pertanian untuk bekerja pada sector lain. Sektor pertanian kurang
sekali diminati untuk generasi muda Indonesia. Kondisi seperti ini jika terus
kita biarkan dapat mengakibatkan krisis pangan. Dikarenakan terus
berkurangnya generasi penerus pertanian, dan generasi lama yang mulai
menghilang. Jika terjadi krisis pangan akan menjadi ancaman bagi
keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia.

5.6 Degradasi Kesuburan Tanah


Degradasi kesuburan tanah adalah salah satu ancaman dari factor alam dimana
manusia yang menyebabkannya. Degradasi kesuburan tanah ini adalah ketika
menurunnya produktivitas sawah di Indonesia, hal ini dicirikan oleh menurunnya
kandungan bahan organic tanah. Hasil dari beberapa penelitian menyebutkan
nbahwa tingkat kesuburan tanah Indonesia semakin menurun, yaitu lebih dari 65%
dari 5 juta ha lahan sawah irigasi memiliki kandungan bahan organic 2%,
sedangkan dalam kondisi yang subur lahan sawah harus dsedikitnya memiliki
bahan organic minimal 3% (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Penyebab hal
ini terjadi adalah dari kebiasaan petani yang sebagian besar hanya menggunakan
pupuk organic atau pupuk kimia sintesis secara terus menerus. Serta kebiasaan
petani membakar jerami agar sawahnya lebih cepat diolah juga merupakan salah
satu pemicu dari turunnya tingkat kesuburan lahan sawah.
BAB VI SAJIAN ANALISIS SWOT

Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)


1. Adanya program atau kebijakan 1. Minimnya Pelatihan Petani dalam
pemerintah penggunaan Teknologi Modern.
2. Pengaturan pangan diatur oleh 2. Jumlah penduduk yang sangat
undang-undang. besar
3. Memiliki kegiatan ekspor yang 3. Keterbatasan modal usaha dibidang
memumpuni pangan
4. Konsumen Domestik yang besar. 4. Keuntungan yang sedikit atau
lemahnya pembagian laba
5. Kurangnya sarana prasarana

Opportunity (Peluang) Treath (Ancaman)


1. Kondisi geografis Indonesia 1. Fluktuasi Curah Hujan
2. Pemanfaatan Teknologi bagi
2. Inflasi pada hari-hari besar
Pangan Indonesia

3. Pola Konsumsi Masyarakat 3. Serangan Hama Pada Tanaman


Indonesia Pangan
4. Sumber dari mata pencaharian 4. Alih Fungsi Lahan
penduduk
5. Berkembangnya berbagai bentuk 5. Minimnya Regenerasi Petani
pasar.
6. Degradasi Kesuburan Tanah
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai