Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

”KEBIJAKAN PANGAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN ”

Diajukan untuk Menyelesaikan Tugas Kelompok

Diusulkan oleh:

MUHAMMAD SYAHWANDA (B1022211007)

FIKRI DYKA ACHFARIZA (B1022211006)

ERIKA (B1022211014)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan, kesehatan, dan keberanian serta
pengetahuan. Sholawat serta salam tidak terlewatkan kepada nabi besar
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan terang di dalam kegelapan
zaman serta syafaatnya dihari nanti, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kebijakan Pangan dan Pembangunan Pertanian”. Pada
pembuatan makalah ini, kami membaca dari berbagai sumber referensi dan
mendapat pengarahan dari berbagai pihak.

Kemudian, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada


Dosen Mata Kuliah Perekonomian Indonesia Akuntansi karena telah memberikan
tugas pembuatan sebuah makalah dengan tujuan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang bagaimana kebijakan pangan dan pembangunan pertanian di
Indonesia.
Kami berharap agar makalah ini dapat diterima dan menambah
pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya karya tulis yang lebih baik
lagi.

Pontianak, 3 September 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................II
DAFTAR ISI..................................................................................................................III
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pangan ......................................................................................................4
2.2 Pengertian Kebijakan Pangan .....................................................................................4
2.3 Konsep Ketahanan Pangan..........................................................................................5
2.4 Kebijakan Pangan di Indonesia...................................................................................6
2.4 Kebijakan Pembangunan Pertanian di Thailand..........................................................8
2.5 Kebijakan Pembangunan Pertanian di Jepang.............................................................8
2.6 Kebijakan Pembangunan Pertanian di India................................................................9
2.7 Kebijakan Pembangunan Pertanian di Indonesia......................................................10
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................11
3.2 Saran ........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar yang
pemenuhannya menjadi hak bagi setiap orang. Akan tetapi, meski memiliki
ha katas konsumsi pangan tersebut nyatanya masih banyak orang yang
mengalami kelaparan karena kekurangan pangan. Populasi orang kelaparan
dan kekurangan pangan terbesar ada di wilayah-wilayah miskin di Asia
Selatan dan SubSahara Afrika (FAQ, 2003). Menurut perkiraan FAQ, satu
dari tujuh penduduk dunia tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan yang
mana hal inilah yang menyebabkan terjadinya kerapuhan dalam sistem
ketahanan pangan di dunia.
Rapuhnya ketahanan pangan di berbagai negara sudah menjadi fenomena
global yang harus dihadapi. Dalam kasus di Indonesia, ketahanan pangan
memiliki sensitivitas yang tinggi dalam praktek pembangunan di Indonesia.
Salah satu tujuan pembangunan di semua negara adalah diperolehnya
kepastian dalam mengelola ketahanan pangan secara baik karena pangan
sendiri merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar yang
pemenuhannya menjadi hak bagi setiap orang, sehingga ketahanan pangan di
Indonesia sangat berkaitan erat dengan ketahanan social, stabilitas ekonomi,
politik dan keamanan nasional. (Suryana, 2001)
Perkembangan kebijakan ketahanan pangan dalam era liberalisasi
perdagangan didasari oleh kecenderungan meningkatnya pasokan pangan dari
pasar impor. Untuk menghindari kinerja ketahanan pangan nasional yang
semakin menurun, maka diperlukannya serangkaian kebijakan yang tujuan
utamanya mendukung prioritas pemenuhan kebutuhan pangan dari produksi
dalam negeri, peraturan perdagagan yang tidak merugikan para petani, serta
pengoptimalisasian penerapan sanksi hukum untuk melindungi pasar pangan

1
domestik serta kepentingan pelaku perdagangan, terutama petani produsen
yang ada di Indonesia.
Masalah kebijakan pangan nasional didasari juga pada permasalahan
ketahanan pangan yang masing merupakan hal yang kompleks di Indonesia,
melihat dari kecukupan produksi, distribusi, dan pendapatan pangan yang
mempunyai efek multidimensi. Ketahanan pangan merupakan prasyarat bagi
tercapainya ketahanan politik dan ketahanan ekonomi yang menjadi pola
utama ketahanan negara dalam menjamin kestabilan aktivitas masyarakatnya.
Namun sebaliknya, di Indonesia masih sering ditemukan kasus bencana
kelaparan dan kurang gizi seperti di Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi,
dan Papua.
Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan
ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis demi meningkatkan
kesejahteraan petani, memperlihatkan bahwa produk pertanian yang
dihasilkan harus memenuhi syarat kuantitas, kualitas, dan syarat
keberlanjutan sehingga memiliki daya saing dan mudah diperoleh dengan
harga yang sesuai dengan daya beli masyarakat (Direktorat Serealia, 2003).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sector pertanian
merupakan sector yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena
menyerap Sumber Daya Manusia (SDM) paling besar dan merupakan sumber
pendapatan bagi mayoritas penduduk Indonesia. Oleh karena itu, diharapkan
kepada pemerintah agar dapat mengembangkan dan mengimplementasikan
dengan maksimal atas kebijakan-kebijakan pangan demi meningkatkan
pembangunan pertanian.

2
1.2 Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana Kebijakan dan Ketahanan Pangan di Berbagai Negara?
2) Bagaimana Kebijakan dan Ketahanan Pangan di Indonesia?
3) Bagaimana Pembangunan Pertanian di Berbagai Negara?
4) Bagaimana Pembangunan Pertanian di Indonesia?

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Agar pihak yang berkepentingan dapat mengetahui bagaimana kebijakan
dan ketahan pangan yang ada di berbagai negara khususnya Indonesia.
2) Agar pihak yang berkepentingan dapat mengetahui sejauh mana
pembangunan pertanian di berbagai negara khususnya di Indonesia.
3) Agar pihak berkepentingan dapat mengetahui dan mengimplementasikan
kebijakan pangan untuk meningkatkan pembangunan pertanian.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pangan


Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia
mengingat pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh
pemerintah dan masyarakat secara bersmaa-sama yang diatur dalam UU No.7
Tahun 1996 Tentang Pangan. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa Pemerintah
yang menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dna pengawasan.
Sedangkan masyarakat yang menyelenggarakan proses produksi dan penyediaan,
perdagangan, distribusi, serta berperan sebagai konsumen yang berhak
memeperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu yang aman, bergizi,
beragam, merata serta terjangkau dalam daya beli masyarakat.
Peraturan Pemerintah (PP) No.68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan
sebagai pertauran pelaksanaan UU No.7 Tahun 1996 menegaskan bahwa untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus berkembang dari waktu ke waktu
harys dilakukan upaya penyediaan pangan dengan mengembangkan sistem
produksi pangan yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya local
demi mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan dan teknologi produksi yang
tujuan utamanya untuk mengembangkan sarana dan prasarana produksi pangan
dan mempertahankan bahkan mengembangkan lahan produktif.

2.2 Pengertian Kebijakan Pangan


Kebijakan Pangan adalah kebijakan publik yang secara khusus menangani
permasalahan suatu bahan pangan atau makanan di produksi, didistribusikan, dan
dikonsumsi. Kebijakan ini disusun untuk mempengaruhi operasi sistem pertanian
dan pangan yang mana terdiri dari tujuan produksi yaitu pemrosesan, pemasaran,
ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan konsumsi bahan pangan tersebut. Tujuan
utama dari kebijakan pangan adalah untuk melindungi masyarakat miskin yang
sedang mengalami masa krisis, mengembangkan pasar jangka panjang demi

4
meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, dan meningkatkan produksi
pangan dari waktu ke waktu demi meningkatkan pendapatan petani.
Kebijakan pangan sendiri memiliki faktor ekonomis dan kebijakan yang
berdampak pada politik sehingga harus di hadapi di masa mendatang. Negara
yang memiliki tingkat keterlibatan tinggi pada kebijakan pangan akan memiliki
pengaruh dalam upaya menyelesaikan masalah kelaparan dan kemiskinan yang
dapat diselesaikan dengan meningkatkan jumlah makanan yang dikonsumsi per
individunya. Hal ini dikarenakan jumlah bahan pangan yang ditingkatkan harus
berdasarkan tingkat nutrisi yang dibutuhkan setiap orang dalam aktivitasnya
sehari-hari.

2.3 Konsep Ketahanan Pangan


Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem
ketersediaan, distribusi dan konsumsi yang kinerjanya tercermin dalam hal
stabilitas pasokan pangan, akses masyarakat terhadap pangan dan pemanfaatan
pangan. Konsep ketahanan pangan awalnya berfokus pada kondisi pemenuhan
kebutuhan pangan pokok yang merupakan prasyarat atas tersedianya pangan,
tercukupinya kebutuhan gizi dan kesejahteraan yang memiliki tiga dimensi, yaitu
ketersediaan (availability), akses (access), dan pemanfaatan (utilization).
Konsep ketahanan pangan ini sudah dikenal sejak tahun 1975 melalui suatu
konferensi pangan yang didirikan oleh PBB yaitu Komite Ketahanan Pangan
Dunia yang ditargetkan pada tahun 2015 dapat mengurangi setengah dari jumlah
orang yang kekurangan pangan di dunia. Pada tahun 1983, FAO memperluas
konsep ketahanan pangan dengan memasukkan keamanan akses, sehingga terlihat
keseimbangan dari sisi permintaan dan penawaran yang ditekankan pada akses
secara fisik dan ekonomi kepada pangan utama. Makna yang terkandung dalam
pengertian ketahanan pangan sendiri telah mencakup dimensi fisik pangan
(ketersediaan), dimensi ekonomi (daya beli), dimensi pemenuhan kebutuhan gizi
individu dan dimensi nilai budaya.

5
2.4 Kebijakan Pangan di Indonesia
Kebijakan pembangunan ketahanan pangan di Indonesia cenderung semakin
membaik walaupun masih bersifat parsial dan adanya ketimpangan. Kebijakan
pangan ini sudah dimulai sejak pertengahan tahun 70-an yang tercantum dalam
dokumen kebijakan dan program pembangunan nasional sejak tahun 1992, yaitu
kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup baik dari jumlah maupun mutunya yang merata dan
terjangkau.
Salah satu kebijakan pembangunan ekonomi nasional adalah
mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis lokal untuk menjamin
tersedianya pangan dan gizi yang dibutuhkan. Agar tujuan dari kebijakan
ketahanan dapat terwujud, maka pemerintah melakukan pengarahan kepada
masyarakat agar memiliki akses secara berkesinambungan terhadap pangan dalam
jumlah dan kualitas yang memenuhi kebutuhan gizi (Simatupang, 1999).
Dalam peraturan pemerintah tentang kebijakan ketahanan pangan yang sudah
dibahas sebelumnya, juga disebutkan dalam rangka pemerataan ketersediaan
pangan ke seluruh wilayah dengan melakukan upaya pengembangan sistem
distribusi pangan secara efisien yang dapat mempertahankan keamanan, mutu dan
gizi pangan serta menjamin keamanan distribusi pangan. Selain itu, untuk
mewujudkan upaya pengembangan tersebut perlu ditingkatkannya perhatian pada
sumber daya dan kelembagaan budaya local melalui peningkatan teknologi
pengolahan dan produk pangan demi meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
mengkonsumsi pangan yang bergizi.
Berikut enam arah kebijakan mengenai ketahanan pangan, sebagai berikut:
1) Kebijakan umum ketahanan pangan harus dijalankan sungguh-sungguh di
seluruh Indonesia dan diperlukan keterpaduan antar sector dan keterlibatan
daerah.
2) Merevitalisasi Dewan Ketahanan Pangan baik daerah provinsi maupun
kabupaten/kota yang sudah terbentuk.
3) Penetapan sentra-sentra pangan diseluruh wilayah di Indonesia, baik yang
sudah menajdi sentra maupun daerah baru yang belum menjadi sentra.

6
4) Peningkatan ketahanan pangan harus lebih terpadu baik antar sektor maupun
pusat dan daerah seperti masalah yang relevan seperti pupuk, penyuluhan,
inovasi teknologi, infrastruktur, dan alokasi dana yang harud dikelola dengan
baik.
5) Memprioritaskan keamanan daerah-daerah yang rawan gizi dan rawan pangan
termasuk Kesehatan gizi balita, kemudian melakukan pengelolaan distribusi
tentang estimasi kekurangan sejumlah komoditas pangan.
6) Peningkatan ketahanan pangan melalui inovasi, dan melibatkan petani-petani
local demi mengolah kembali laha-lahan yang terlantar yang masih berpotensi
baik untuk dijadikan lahan pertanian.

2.5 Pengertian Pembangunan Pertanian


Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembangunan nasional karena berperan penting dalam perekonomian negara. Hal
ini ditunjukan dari data oenduduk dan tenaga kerja yang bekerja pada sector
pertanian. Hasil sensus pertanian pada tahun 2009 menunjukkan bahwa dari 237
juta penduduk Indonesia, sekitar 45,3 persen bekerja pada sector pertanian.
Artinya, Sebagian besar penduduk Indonesia terlibat pada sector pertanian
sehingga sector ini diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi, baik sebagai
peneydia atau sumber bahan baku industri maupun sector andalan Indonesia selain
minyak dan gas bumi (Badan Pusat Statistik Sumatera Barat, 2010).

2.6 Pengertian Kebijakan Pertanian


Kebijakan pertanian (agricultural policies) adalah serangkaian Tindakan
yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai
tujuan tertentu dalam sektor pertanian (Ellis, 1998). Dapat diartikan secara
spesifik bahwa kebijakan pertanian adalah upaya pemerintah melalui berbagai
instrumen dan peraturan untuk meningkatkan produksi dan konsumsi komoditas
pertanian yang secara umum memiliki tujuan memajukan pertanian dan
mengusahakannya agar lebih produktif untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

7
2.7 Kebijakan Pembangunan Pertanian di Thailand
Thailand merupakan salah satu negara pengekspor beras terbesar dunia selain
Viet Nam dan India. Beras merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan
unggulan Thailand. Beras juga menjadi salah satu prioritas utama pembangunan
pertanian Thailand di samping komoditas lain seperti gula, jagung, sayuran, dan
buah yang sudah menjadi produk global. Strategi kunci kebijakan pertanian
Thailand meliputi: (1) pengembangan kualitas hidup petani (smart farmer); (2)
pengembangan efisiensi produksi pertanian, manajemen, dan ketahanan pangan;
dan (3) pengembangan sumber daya pertanian secara efisien, seimbang, dan
berkelanjutan.
Kebijakan pembangunan pertanian kunci Thailand salah satunya terkait
dengan peningkatan harga beras (rice pledging policy). Melalui kebijakan
tersebut, pemerintah Thailand berupaya menjamin agar petani beras mendapatkan
harga riil yang relatif tinggi di tingkat panen dan penggilingan padi. Untuk itu
pemerintah Thailand menyiapkan mekanisme pembelian langsung beras petani.
Di samping itu, pemerintah Thailand juga melaksanakan kebijakan peningkatan
harga ekspor beras. Pemerintah Thailand merasa memiliki daya tawar dan
dayasaing beras secara dominan di pasar global. Peningkatan harga ekspor beras
tersebut ditransmisikan dan diteruskan ke harga petani dan pedagang.
Kebijakan peningkatan harga di atas diiringi dengan program dan kegiatan
peningkatan kualitas dan mutu beras, mulai dari tingkat petani/panen sampai ke
tingkat eksportir/pasar dunia. Di samping itu, juga diimplementasikan kebijakan
pendukung lain seperti fasilitas pupuk, benih, pengolahan, distribusi,
pengemasan, dan pemasaran.

2.8 Kebijakan Pembangunan Pertanian di Jepang


Secara mendasar arah dan sasaran kebijakan pertanian Jepang meliputi: (1)
pengembangan strategi ekspor sesuai dengan spesifikasi khusus dan negara
tujuan; (2) pengembangan budaya dan industri pangan; (3) aliansi strategis
berbagai industri; (4) pengembangan dan promosi teknologi baru dan varietas; (5)
pengembangan strategi regional untuk reformasi strukturisasi pertanian; (6)

8
konsolidasi dan optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian; dan (7) pengembangan
infrastruktur lahan pertanian (peningkatan skala usaha).
Salah satu implementasi kebijakan operasional kunci pemerintah Jepang dalam
pembangunan pertanian adalah dukungan pembayaran langsung untuk pendapatan
petani (direct payment for income support for farmers). Kebijakan tersebut
memberikan pembayaran langsung baik pembayaran tetap maupun pembayaran
variabel kepada setiap petani yang bersedia bergabung secara sukarela dalam
sistem penyesuaian penawaran-permintaan Kementerian Pertanian Jepang.
Besaran pembayaran langsung tersebut disesuaikan berdasarkan beda harga antara
harga jual standar yang ditetapkan oleh pemerintah dengan harga jual panen
petani. Besaran pembayaran ditetapkan untuk menutupi biaya pokok/standar
komoditas petani, sedangkan besaran pembayaran variabel ditetapkan untuk
menjamin keuntungan normal petani.

2.9 Kebijakan Pembangunan Pertanian di India


Sebagai negara dengan jumlah penduduk kedua terbesar di dunia (setelah
Cina), India menghadapi dua tantangan utama terkait dengan pembangunan
pertanian. Pertama, sektor pertanian melibatkan sekitar 58,2 persen penduduk
negara ini dan menyangkut hampir 1,6 miliar penduduk. Kedua, India berhadapan
dengan beberapa permasalahan yang antara lain meliputi penurunan sumber daya
air, degradasi lahan, kerusakan kandungan tanah, penurunan produktivitas dan
profitabilitas karena makin sempitnya luas penguasaan lahan, kekurangan tenaga
kerja pertanian, meningkatnya biaya dan ketidakpastian terkait dengan gejolak
harga (price volatility) komoditas pertanian di pasar internasional.
Bertitik tolak dari tantangan di atas, secara garis besar strategi kunci
kebijakan pembangunan pertanian India terdiri dari: (1) program Pelita
(pembangunan lima tahun), (2) program Rashtriya Krishi Vikas Yojana (RKVY),
(3) Misi Ketahanan Pangan Nasional (National Food Security Mission/NFSM),
dan (4) Misi Hortikultura Nasional (National Horticulture Mission/NHM).
Kebijakan pembangunan pertanian utama dan kunci yang dilaksanakan oleh
Pemerintah dan Kementerian Pertanian India adalah kebijakan dukungan harga

9
(Agricultural Price Support Policies) komoditas pertanian. Pemerintah India
menetapkan suatu tingkat harga minimum subsidi untuk berbagai komoditas
pertanian utama. Tingkat harga minimum subsidi tersebut direkomendasikan oleh
Komisi Biaya dan Harga Pertanian. Di samping itu, berbagai pertimbangan dan
rekomendasi baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tetap
diperhitungkan oleh Komisi ini. Tingkat harga minimum merupakan jaminan
harga minimum untuk petani pada saat menjual komoditasnya. Bila harga yang
diterima oleh petani di atas harga minimum subsidi, maka petani dapat bebas
menjual komoditas pertaniannya.

2.10 Kebijakan Pembangunan Pertanian di Indonesia


Berdasarkan Rencana Srategis (Renstra) Kementerian Pertanian tahun 2010-
2014 (Kemtan, 2009), strategi kunci kebijakan pertanian Indonesia bertumpu pada
“Tujuh Gema Revitalisasi” meliputi: (1) revitalisasi lahan, (2) revitalisasi
perbenihan dan perbibitan, (3) revitalisasi infrastruktur dan sarana, (4) revitalisasi
sumber daya manusia pertanian, (5) revitalisasi pembiayaan petani, (6) revitalisasi
kelembagaan petani, dan (7) revitalisasi teknologi dan industri hilir.
Untuk periode 2010 hingga 2014, Kementerian Pertanian mencanangkan
empat target utama pembangunan pertanian Indonesia. Keempat target utama
tersebut adalah: (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2)
peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, dayasaing, dan
ekspor; dan (4) peningkatan kesejahteraan petani.
Petikan Pelajaran Kebijakan Pembangunan Pertanian bagi Indonesia Melalui
uraian pada bagian sebelumnya, tergambar dengan jelas bahwa faktor kebijakan
pembangunan pertanian memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan
target sektor pertanian pada suatu negara. Walaupun dalam beberapa hal dan
aspek tiap negara memiliki keunikan dan perbedaan, tetapi juga dapat diambil
suatu kemiripan yang dapat dijadikan pelajaran (lesson learned) bagi negara lain
seperti Indonesia. Bertitik tolak dari kondisi tersebut, bagian ini menyajikan
beberapa petikan pelajaran (lessons learned) dari negara Thailand, India, dan
Jepang dan implikasinya bagi kebijakan pembangunan pertanian Indonesia.

10
Dengan kata lain, petikan pelajaran tersebut disarikan dari kebijakan
pembangunan pertanian pada ketiga negara sesuai dengan konteks Indonesia

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk mencapai ketahanan pangan masyarakat tani, perlu dilakukannya
sinergi semua unsur yang terkait dengan pembangunan pertanian. Untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan juga strategi pemberdayaan masyarakat
tani yaitu revitalisasi kelembagaan penyuluhan pertanian, sistem distribusi
saprodi dan produk pertanian, pengembangan Lembaga keuangan sebagai
alternatif, pemberdayaan koperasi sebagai Gerakan ekonomi rakyat serta
komoditas keunggulan dan agroindustry yang dapat meminimalisirkan
permasalahan kebijakan dan ketahanan pangan khususnya di Indonesia.
Kebijakan merupakan salah satu aspek yang dapat meningkatkan daya
saing komoditas pertanian bagi suatu negara. Ketiga negara yang diulas
(review) memberi prioritas dan perhatian serius dalam menentukan dan
mengimplementasikan kebijakan pembangunan pertanian yang mampu
melindungi pasar domestik, meningkatkan produksi melalui peningkatan
produktivitas dan daya saing, dan meningkatkan pendapatan riil petani melalui
dukungan kebijakan dan subsidi serta penerapan teknologi dan inovasi. Untuk
itu Indonesia juga harus mengantisipasi dan mengatasi (countervailing)
dampak-dampak kebijakan tersebut. Beberapa upaya strategis yang mendesak
untuk diimplementasikan antara lain melalui peningkatan kualitas sumber
daya manusia pertanian nasional, pengembangan jaringan teknologi, inovasi
dan pengetahuan terintegrasi, dan pemberdayaan serta penguatan koordinasi
antarpemangku kepentingan pembangunan pertanian.

11
3.2 Saran
Untuk menyelesaikan permasalahan dan tantangan yang sedang dihadapi
masyakarat atas kurang meratanya konsumsi pangan akibat produktivitas
pertanian yang berkurang serta kurangnya penerapan kebijakan atas
ketahanan pangan, maka perguruan tinggi san masyarakat harus melanjutkan
komitmen dan melakukan Langkah nyata dalam mendampingi petani dan
masyarakat pada umumnya, kemudian mengusahakan agar komitmen politik
pemerintah dan legislatife terus mendukung dan menjaga ketahanan pangan
dengan memberikan masukan bagi pelaksana manajemen pangan nasional
dan melakukan berbagai upaya dalam pemerataan konsumsi bahan pangan.
Berbagai implementasi terbaik dari kebijakan pembangunan pertanian
yang dilaksanakan di tiga negara membawa implikasi yang besar dan luas
bagi pembangunan pertanian Indonesia. Ketiga negara menargetkan dan
mengimplementasikan kebijakan swasembada pangan untuk komoditas
strategis seraya mempromosikan produk unggulan ekspor. Hal yang sama
juga berlaku di Indonesia, kendati jenis dan pilihan komoditasnya agak
berbeda. Implikasinya antara lain peningkatan persaingan regional dan
persaingan antarnegara untuk komoditas pertanian terutama komoditas
pangan. Indonesia harus memproteksi pasar domestik untuk produk beras dan
gula dari Thailand, tetapi mempromosikan dan memperbesar penetrasi pasar
ke Thailand dan India untuk produk minyak kelapa sawit, kakao, dan karet,
serta karet dan hortikultura ke Jepang.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Yunan Syaifullah, 2008. Kebijakan Pangan Indonesia: Antara Swasembada


Pangan dan Kecukupan Pangan. Jurnal Ilmiah Bestari, Edisi No.38, XXI Mei-
Agustus 2008.

 Hardiansyah.2000. “Arah Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura


Menuju Ketahanan Pangan”. Jakarta: Sinar Harapan,2000.

 Sueyana., Achmad. “Kebijakan Nasional Pemantapan Ketahanan Pangan”.


Makalah pada Seminat Nasional Teknologi Pangan. Semarang:9-10 Oktober
2001.

 Frans B.M Dabukke dan Muhammad Iqbal. 2014. Kebijakan Pembangunan


Pertanian Thailand, India, dan Jepang Serta Implikasinya Bagi Indonesia.
Analisis Kebijakan Pertanian, Vol.12 No.12, Des 2014. Azra, A. 2006.

 Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Penerbit Kompas. Jakarta

 Saragih, B. 2010. Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis


Pertanian. IPB Press. Bogor.

 https://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_pangan

 https://media.neliti.com/media/publications/242675-kebijakan-pangan-di-
indonesia-antara-swa-1f31ca1e.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai