Disusun oleh:
Ahmad Rijal Attaufiqi (230413604183)
Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Naswan Suharsono selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi yang telah membimbing kami. Kami
juga berterima kasih kepada teman-teman yang telah membantu atau berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Harapan kami mudah-mudahan makalah ini mampu atau membantu para pembaca
dalam menambah ilmu pengetahuan dan pengalamannya sejak dini dan juga adakalanya kami
dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini sehingga kedepannya menjadi lebih baik
lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kesalahan maupun kekurangan karena dari segi
pengalaman kami yang sangat minim. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap kesempurnaan isi
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................8
PEMBAHASAN........................................................................................................................8
BAB IV....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
4.2 Saran...............................................................................................................................13
Daftar Pustaka..........................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Ketahanan pangan adalah kondisi dimana tercukupinya pangan bagi negara hingga ke
perseorangan yang dilihat dari tersedianya pangan yang cukup, baik dari segi kuantitas
maupun kualitas serta dapat diakses oleh semua orang secara berkelanjutan.
Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau, suku, dan kondisi geografis yang berbeda
tentunya memiliki bahan pangan pokok yang berbeda-beda pula, akan tetapi dapat kita
simpulkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia mengonsumsi beras sebagai bahan pangan
pokok. Oleh karena itu ketersediaan beras ini tidak boleh kurang. Kekurangan pangan akan
berdampak buruk bagi kesehatan yang mana akan menurunkan kualitas sumber daya
manusia. Dan karena hal tersebut, penting bagi Indonesia untuk mengembangkan strategi
demi terciptanya ketahanan pangan yang berkelanjutan. Untuk meningkatkan ketahanan
pangan diperlukan pengembangan sumber daya manusia yang meliputi pendidikan dan
pelatihan dalam bidang pangan, pelatihan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang pangan
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah adalah sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah ketahanan pangan muncul ketika terjadi krisi pangan dan kelaparan yang
menimpa dunia pada 1971. Istilah ini digunakan PBB dalam rangka membebaskan dunia dari
krisis produksi dan suplai makanan pokok. Focus ketahanan pangan pada masa itu adalah
menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan pokok dan membebaskan dunia dari krisi
pangan. Pada tahun 1992 definisi dari ketahanan pangan disempurnakana yaitu tersedianya
pangan yang memenuhi kebutuhan setiap orang, baik dalam jumlah maupun mutu pada setiap
individu untuk hidup sehat, aktif, dan produktif.
World Food Summit pada tahun 1996 mendefinisikan ketahanan pangan terjadi
apabila semua orang secara terus menerus, baik secara fisik, sosial, dan ekonomi mempunyai
akses untuk pangan yang memadai/cukup, bergizi dan aman, yang memenuhi kebutuhan
pangan mereka dan pilihan makanan untuk hidup aktif dan sehat.
2. Akses pangan
Akses pangan adalah pilar kedua dari ketahanan pangan. Pilar ini adalah yang
menghubungkan pilar pertama dan terakhir, Karena tanpa akses maka persediaan pangan
tidak bisa sampai pada konsumen yang berakibat pada tidak tercapainya ketahanan pangan.
a. Akses Fisik
Akses fisik mencakup hal-hal yang dapat mempermudah mendapatkan pangan, dalam
hal ini adala infrastuktur yang mendukung, tenaga listrik, dan sarana penghubung.
b. Akses Ekonomi
Akses ekonomi adalah hal-hal yang melibatkan pada kondisi dan kemampuan
finansial individu atau kelompok dalam mendapatkan pangan, hal ini meliputi
pendapatan, harga pangan, dan akses ekonomi lain yang dapat membantu
mendapatkan pangan.
c. Akses Sosial
Akses sosial terkait dengan konflik sosial, perang, bencana, dan sebagainya. Dalam
hal ini adalah hal-hal seperti diskriminasi sosial, kemudian tingkat pendidikan yang
rendah yang berakibat pada terbatasnya pilihan pekerjaan sehingga melemahkan akses
ekonomi masyarakat tersebut.
Teori pembangunan dan kebijakan dapat dipahami sebagai teori yang berkaitan
dengan konsep dan strategi dalam meningkatkan kesejahteraan manusia, dalam hal ini adalah
peran pemerintah dalam menetapkan kebijakan yang mendukung tercapainya ketahanan
pangan.
PEMBAHASAN
Wilayah Indonesia bagian timur cenderung memiliki nilai IKP yang rendah
dibandingkan dengan wilayah lainnya. Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut
adalah produksi pangan yang lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhannya, prevalensi
balita stunting tinggi, akses air bersih yang terbatas, dan presentase penduduk hidup miskin
yang tinggi.
Dapat kita pahami bahwa penurunan IKP terjadi karena rendahnya tingkat produksi
pangan di wilayah tertentu yang berbanding terbalik dengan kebutuhan pangan, kemudian
akses pangan yang terbatas, baik akses fisik, ekonomi, dan sosial, serta keterbatasan dalam
pemanfaatan pangan dikarenakan oleh pemahaman yang kurang terhadap pangan dan gizi,
pola asuh, ataupun karena buruknya sanitasi dan akses terhadap air bersih.
Perubahan iklim erat kaitannya dengan produksi bahan pangan. Perubahan iklim
ditandai dengan berubahnya parameter iklim permukaan, yaitu curah hujan dan suhu udara
fenomena perubahan iklim ditandai dengan peningkatan suhu udara rata-rata dan minimum
pemukaan, perubahan intensitas dan periode kejadian hujan yang bervariasi.
Penurunan intensitas hujan merupakan salah satu dampak perubahan iklim dimana
berkurangnya intensitas hujan ini menjadi faktor utama penyebab penurunan hasil panen.
Kemarau panjang merupakan salah satu variasi iklim yang memiliki dampak sangat tinggi
terhadap kekeringan lahan dan tanaman. Dampak dari kekeringan sendiri adalah menurunnya
produksi bahan pangan sehingga menghambat terciptanya ketahanan pangan.
Bencana alam juga menjadi tantangan dalam terwujudnya ketahanan pangan. Bencana
alam seperti longsor, banjir, dan sebagainya memberikan dampak yang signifikan terhadap
produksi pangan. Selain itu bencana alam juga menghambat aksesibilitas pangan serta
pemanfaatan pangan.
Indonesia tercatat masih kerap kali melaukan impor sejumlah komoditas pangan,
seperti beras, gandum, gula, daging sapi, dan sebagainya. Hal ini dapat terjadi karena
ketersediaan bahan pangan yang kurang, sehingga dilakukanlah impor untuk memenuhi
kebutuhan bahan-bahan tersebut.
Impor pangan memiliki sisi baik dan buruk, sisi baiknya adalah kebutuhan terpenuhi,
sedangkan sisi buruknya apabila impor menjadi ketergantungan adalah ketidakpastian
pasokan dan harga pangan di pasar domestik, lalu impor juga dapat mengganggu swasembada
pangan, dan ketika mengimpor pangan dengan harga yang lebih rendah dari harga dalam
negeri maka akan membuat petani dalam negeri menjadi kecil hati.
Dalam buku Kebijakan Strategis Ketahanan Pangan dan Gizi 2020-2024 yang dirilis
oleh Badan Pangan Nasional dijelaskan bahwa KSKPG 2020-2024 dirancang untuk mencapai
sasaran terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi masyarakat secara nasional, wilayah, sampai
dengan perseorangan. Kebijakan startegis ini menjadi arahan bagi kementerian/lembaga,
pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait dalam pembangunan sistem pangan.
Keterjangkauan pangan mencakup pada aspek-aspek pangan seperti aspek fisik, yaitu
mengembangkan sistem logistic pangan yang efektif dan efisien. Lalu ada aspek ekonomi,
yaitu menjaga stabilitas harga pangan pokok, menyediakan insentif untuk keberlanjutan
UMKM distribusi pangan, dan memperluar informasi. Aspek sosial meliputi pengembangan
sistem jarring pengaman sosial pangan dengan pemanfaatan jenis pangan yang beragam,
penyediaan dan penyaluran untuk situasi darurat, serta menumbuhkan kemandirian pangan
untuk masyarakat terdampak bencana.
Selain daripada 3 pilar di atas, rancangan kebijakan lain yang dikeluarkan oleh badan
pangan adalah dalam hal penguatan kelembagaan pangan dan gizi, dalam hal ini dibutuhkan
partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan seperti pemerintah, lembaga legislative,
pelaku usaha, media, akademisi, dan sebagainya.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ketahanan pangan adalah kondisi dimana kebutuhan pangan tercukupi bagi negara
hingga perseoragan. Ketahanan pangan memiliki tiga pilar utama yang harus ada sehingga
dapat menciptakan keseimbangan ketahanan pangan, yaitu produktivitas pangan,
keterjangkauan pangan, dan pemanfaatan pangan.
Untuk mencapai ketahanan pangan pasti akan melewati berbagai tantangan yang
harus diselesaikan dengan bijak melalui strategi-strategi yang efektif dan efisien. Tentu
pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya perlu turut andil dalam menciptakan
ketahanan pangan. Masih banyak lagi tantangan ketahanan pangan yang tidak disebutkan,
juga strategi dan upaya yang lebih baik yang belum disebutkan di atas. Berbagai referensi,
penelitian dan studi kasus diperlukan untuk dapat menciptakan strategi yang optimal untuk
menciptakan ketahanan pangan.
4.2 Saran
Berikut saran kepada keempat Rumah Tangga ekonomi terhadap ketahanan pangan:
Pitaloka, M. D. A., Sudarya, A., & Saptono, E. (2022). Manajemen Ketahanan Pangan
Melalui Program Diversifikasi Pangan di Sumatera Utara dalam Rangka Mendukung
Pertahanan Negara. Manajemen Pertahanan: Jurnal Pemikiran dan Penelitian
Chaireni, R., Agustanto, D., Wahyu, R. A., & Nainggolan, P. (2020). Ketahanan Pangan
Berkelanjutan. Jurnal Kependudukan Dan Pembangunan Lingkungan, 1(2).
Saliem, H. P., & Ariani, M. (2016). Ketahanan Pangan, Konsep, Pengukuran dan Strategi.
Forum Penelitian Agro Ekonomi, 20(1). https://doi.org/10.21082/fae.v20n1.2002.12-
24
Perdinan, P., Atmaja, T., Adi, R. F., & Estiningtyas, W. (2019). ADAPTASI PERUBAHAN
IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN: TELAAH INISIATIF DAN
KEBIJAKAN. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 5(1), 60–87.
https://doi.org/10.38011/jhli.v5i1.75
Badan Pangan Nasional. (2022). Indeks Ketahanan Pangan. Badan Pangan Nasional.