Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRATEGI PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI


INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Naswan Suharsono, M. Pd.

Disusun oleh:
Ahmad Rijal Attaufiqi (230413604183)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Srategi
Pembangunan Ketahanan Pangan di Indonesia”

Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Naswan Suharsono selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi yang telah membimbing kami. Kami
juga berterima kasih kepada teman-teman yang telah membantu atau berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Harapan kami mudah-mudahan makalah ini mampu atau membantu para pembaca
dalam menambah ilmu pengetahuan dan pengalamannya sejak dini dan juga adakalanya kami
dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini sehingga kedepannya menjadi lebih baik
lagi.

Makalah ini kami akui masih banyak kesalahan maupun kekurangan karena dari segi
pengalaman kami yang sangat minim. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap kesempurnaan isi
makalah ini.

Malang, Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5

1.3 Tuiuan Penelitian..............................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6

2.1 Landasan Teori.................................................................................................................6

BAB III.......................................................................................................................................8

PEMBAHASAN........................................................................................................................8

3.1 Kondisi ketahanan pangan di Indonesia...........................................................................8

3.2 Tantangan ketahanan pangan di Indonesia.......................................................................8

3.3 Strategi untuk mencapai ketahanan pangan di Indonesia.................................................9

3.4 Peran pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.........................11

3.5 Alternatif untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.......................................12

BAB IV....................................................................................................................................13

PENUTUP................................................................................................................................13

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13

4.2 Saran...............................................................................................................................13

Daftar Pustaka..........................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketahanan pangan adalah isu startegis dalam pembangunan nasional. Ketersediaan
dan keterjangkauan pangan juga merupakan indikator kunci dalam stabilitas nasional.
Terlebih lagi dalam negara berkembang, dimana ketahanan pangan menjadi sasaran utama
pembangunan dan menjadi instrument kunci pembangunan ekonomi.

Ketahanan pangan adalah kondisi dimana tercukupinya pangan bagi negara hingga ke
perseorangan yang dilihat dari tersedianya pangan yang cukup, baik dari segi kuantitas
maupun kualitas serta dapat diakses oleh semua orang secara berkelanjutan.

Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan


nasional, karena makanan merupakan satu dari tiga kebutuhan dasar. Ketahanan pangan
memiliki banyak arti dan definisi dari tiap peneliti yang berbeda, secara sederhanan bisa kita
pahami bahwa ketahanan pangan adalah tersedianya pangan dalam jumlah dan kualitas yang
cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk
menjadi energi dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau, suku, dan kondisi geografis yang berbeda
tentunya memiliki bahan pangan pokok yang berbeda-beda pula, akan tetapi dapat kita
simpulkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia mengonsumsi beras sebagai bahan pangan
pokok. Oleh karena itu ketersediaan beras ini tidak boleh kurang. Kekurangan pangan akan
berdampak buruk bagi kesehatan yang mana akan menurunkan kualitas sumber daya
manusia. Dan karena hal tersebut, penting bagi Indonesia untuk mengembangkan strategi
demi terciptanya ketahanan pangan yang berkelanjutan. Untuk meningkatkan ketahanan
pangan diperlukan pengembangan sumber daya manusia yang meliputi pendidikan dan
pelatihan dalam bidang pangan, pelatihan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang pangan
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi ketahanan pangan di Indonesia?


2. Apa saja tantangan ketahanan pangan di Indonesia?
3. Apa saja strategi untuk mencapai ketahanan pangan di Indonesia?
4. Apa peran pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional?

1.3 Tuiuan Penelitian


1. Untuk mengetahui kondisi ketahanan pangan di Indonesia?
2. Untuk mengetahui Apa saja tantangan ketahanan pangan di Indonesia?
3. Untuk mengetahui Apa saja strategi untuk mencapai ketahanan pangan di Indonesia?
4. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


1. Ketahanan pangan

Istilah ketahanan pangan muncul ketika terjadi krisi pangan dan kelaparan yang
menimpa dunia pada 1971. Istilah ini digunakan PBB dalam rangka membebaskan dunia dari
krisis produksi dan suplai makanan pokok. Focus ketahanan pangan pada masa itu adalah
menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan pokok dan membebaskan dunia dari krisi
pangan. Pada tahun 1992 definisi dari ketahanan pangan disempurnakana yaitu tersedianya
pangan yang memenuhi kebutuhan setiap orang, baik dalam jumlah maupun mutu pada setiap
individu untuk hidup sehat, aktif, dan produktif.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan tiga pilar ketahanan pangan,


yaitu ketersediaan pangan, aksesibilitas pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan
pangan adalah seputar kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan pangannya sebagai
kebutuhan dasarnya. Aksesibilitas adalah cara seseorang mendapatkan bahan pangan.
Sedangkan pemanfaatan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan berkualitas.

World Food Summit pada tahun 1996 mendefinisikan ketahanan pangan terjadi
apabila semua orang secara terus menerus, baik secara fisik, sosial, dan ekonomi mempunyai
akses untuk pangan yang memadai/cukup, bergizi dan aman, yang memenuhi kebutuhan
pangan mereka dan pilihan makanan untuk hidup aktif dan sehat.

2. Akses pangan

Akses pangan adalah pilar kedua dari ketahanan pangan. Pilar ini adalah yang
menghubungkan pilar pertama dan terakhir, Karena tanpa akses maka persediaan pangan
tidak bisa sampai pada konsumen yang berakibat pada tidak tercapainya ketahanan pangan.

Teori ini mempelajari faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan individu atau


kelompok dalam mendapatkan pangan. Dalam teori ini terdapat tiga konsep yang
menopangnya yaitu:

a. Akses Fisik
Akses fisik mencakup hal-hal yang dapat mempermudah mendapatkan pangan, dalam
hal ini adala infrastuktur yang mendukung, tenaga listrik, dan sarana penghubung.
b. Akses Ekonomi
Akses ekonomi adalah hal-hal yang melibatkan pada kondisi dan kemampuan
finansial individu atau kelompok dalam mendapatkan pangan, hal ini meliputi
pendapatan, harga pangan, dan akses ekonomi lain yang dapat membantu
mendapatkan pangan.
c. Akses Sosial
Akses sosial terkait dengan konflik sosial, perang, bencana, dan sebagainya. Dalam
hal ini adalah hal-hal seperti diskriminasi sosial, kemudian tingkat pendidikan yang
rendah yang berakibat pada terbatasnya pilihan pekerjaan sehingga melemahkan akses
ekonomi masyarakat tersebut.

3. Pembangunan dan kebijakan

Teori pembangunan dan kebijakan dapat dipahami sebagai teori yang berkaitan
dengan konsep dan strategi dalam meningkatkan kesejahteraan manusia, dalam hal ini adalah
peran pemerintah dalam menetapkan kebijakan yang mendukung tercapainya ketahanan
pangan.

Pembangunan infrastuktur juga menjadi salah satu kebijakan dalam mendukung


tercapainya ketahanan pangan, karena dengan pembangunan yang merata dan berkualitas
maka akan mempermudah dalam pengaplikasian produksi, aksesibilitas, dan konsumsi.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kondisi ketahanan pangan di Indonesia


Dalam Buku Indeks Ketahanan Pangan 2022 yang dirilis oleh Badan Pangan Nasional
menunjukkan beberapa data terkait ketahanan pangan di kabupaten/kota se Indonesia.
Ditunjukkan bahwa terdapat 74 kabupaten/kota dengan rincian 70 kabupaten dari 416
kabupaten, 4 kota dari 98 kota masuk dalam kategori IKP (Indeks Ketahanan Pangan) rendah.
Disebutkan juga terdapat provinsi yang memiliki IKP rendah, yaitu Papua dan Papua Barat
dengan skor 37,80 dan 45,92.

Wilayah Indonesia bagian timur cenderung memiliki nilai IKP yang rendah
dibandingkan dengan wilayah lainnya. Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut
adalah produksi pangan yang lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhannya, prevalensi
balita stunting tinggi, akses air bersih yang terbatas, dan presentase penduduk hidup miskin
yang tinggi.

Dapat kita pahami bahwa penurunan IKP terjadi karena rendahnya tingkat produksi
pangan di wilayah tertentu yang berbanding terbalik dengan kebutuhan pangan, kemudian
akses pangan yang terbatas, baik akses fisik, ekonomi, dan sosial, serta keterbatasan dalam
pemanfaatan pangan dikarenakan oleh pemahaman yang kurang terhadap pangan dan gizi,
pola asuh, ataupun karena buruknya sanitasi dan akses terhadap air bersih.

3.2 Tantangan ketahanan pangan di Indonesia


a. Perubahan iklim dan bencana alam

Perubahan iklim erat kaitannya dengan produksi bahan pangan. Perubahan iklim
ditandai dengan berubahnya parameter iklim permukaan, yaitu curah hujan dan suhu udara
fenomena perubahan iklim ditandai dengan peningkatan suhu udara rata-rata dan minimum
pemukaan, perubahan intensitas dan periode kejadian hujan yang bervariasi.

Penurunan intensitas hujan merupakan salah satu dampak perubahan iklim dimana
berkurangnya intensitas hujan ini menjadi faktor utama penyebab penurunan hasil panen.
Kemarau panjang merupakan salah satu variasi iklim yang memiliki dampak sangat tinggi
terhadap kekeringan lahan dan tanaman. Dampak dari kekeringan sendiri adalah menurunnya
produksi bahan pangan sehingga menghambat terciptanya ketahanan pangan.

Bencana alam juga menjadi tantangan dalam terwujudnya ketahanan pangan. Bencana
alam seperti longsor, banjir, dan sebagainya memberikan dampak yang signifikan terhadap
produksi pangan. Selain itu bencana alam juga menghambat aksesibilitas pangan serta
pemanfaatan pangan.

b. Ketergantungan impor pangan

Indonesia tercatat masih kerap kali melaukan impor sejumlah komoditas pangan,
seperti beras, gandum, gula, daging sapi, dan sebagainya. Hal ini dapat terjadi karena
ketersediaan bahan pangan yang kurang, sehingga dilakukanlah impor untuk memenuhi
kebutuhan bahan-bahan tersebut.

Impor pangan memiliki sisi baik dan buruk, sisi baiknya adalah kebutuhan terpenuhi,
sedangkan sisi buruknya apabila impor menjadi ketergantungan adalah ketidakpastian
pasokan dan harga pangan di pasar domestik, lalu impor juga dapat mengganggu swasembada
pangan, dan ketika mengimpor pangan dengan harga yang lebih rendah dari harga dalam
negeri maka akan membuat petani dalam negeri menjadi kecil hati.

c. Penurunan tenaga kerja di sektor pertanian

Ketidakstabilan pendapatan petani merupakan salah satu faktor kuat yang


menyebabkan penurunan minat pada profesi tersebut. Terlebih lagi pada generasi muda yang
kurang menaruh perhatian pada sektor ini, padahal sektor ini lah yang menjadi penopang
ketahanan pangan. Oleh karena itu perlu untuk mengubah pola piker pemuda tentang
pertanian, bahwa banyak sekali hal-hal yang bisa dikembangkan dan dimanfaatkan secara
optimal melalui inovasi dan teknologi yang telah tersedia saat ini.

3.3 Strategi untuk mencapai ketahanan pangan di Indonesia


Demi mencapai ketahanan pangan tentu dibutuhkan srategi yang matang, berikut
beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai ketahanan pangan:

1. Meningkatkan produksi pangan


Faktor-faktor yang menjadi penyebab menurunnya produktivitas pangan
adalah kurangnya dalam penerapan teknologi, penurunan kesuburan lahan, dan makin
sempitnya lahan akibat peralihan menjadi industry dan pemukiman. Untuk mengatasi
hal tersebut dibutuhkan peran pemerintah untuk bisa memberikan subsidi teknologi
bagi para petani. Tidak hanya subsidi melainkan juga pelatihan bagi para petani untuk
melakukan budidaya tanaman secara modern sehingga dapat meningkatkan
produktivitas bahan pangan.
Penurunan tingkat kesuburan lahan dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk
dan pestisida berlebih, yang mana mengakibatkan dampak negatif pada lahan, seperti
mutasi hama dan pathogen. Contohnya ketika lahan yang terus dipupuk dengan urea
cenderung memperlihatkan respon kesuburan seketika, akan tetapi berdampak pada
cepat habisnya bahan organik tanah karena memacu perkembangan dekomposer dan
bahan organik sebagai makanan mikroba lain habis.
2. Meningkatkan akses dan distribusi pangan
Agar pangan dapat sampai kepada konsumen dengan sempurna maka perlu
adanya akses yang memadai. Distribusi pangan baik melalui darat, laut maupun udara
harus bisa dimaksimalkan dalam rangka mencapai ketahanan pangan. Memperkuat
jaringan distribusi, memperluas akses pasar dan membangun serta memerbaiki
infrastuktur adalah jalan untuk mencapai ketahanan pangan.
3. Program pendidikan dan kesehatan
Pemerintah dalam hal ini dapat menyediakan tempat-tempat untuk
mempelajari bagaimana budidaya tanaman yang efektif, kemudian bisa juga dengan
memberikan edukasi tentang gizi seimbang dan pola makan sehat. Meskipun rata-rata
petani atau nelayan tinggal di desa yang cukup jauh dari kota, tetapi tidak menjadi
halangan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi, dengan memberikan edukasi
menggunakan pendekatan yang menarik dan mudah diterima, maka harapannya dapat
meingkatkan kesadaran masyarakat tentang hal tersebut.
4. Diversifikasi
Diversifikasi ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan pokok laternatif
selain beras, penurunan konsumsi beras, serta peningkatan konsumsi pangan pokok
alternatif. Diversifikasi paangan memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk meningkatkan
keanekaragaman pangan, terutama pangan pokok. Diversifikasi juga dapat
mengurangi ketergantungan pada satu jenis komoditas, dalam hal ini yaitu beras.
Dengan ddiversifikasi pola konsumsi akan menjadi lebih beragam dan tentu saja bisa
menjadi jalan untuk pemenuhan gizi yang seimbang.
3.4 Peran pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia
Ketahanan pangan sebagai isu nasional, dimana isu ini menentukan stabilitas politik,
ekonomi, dan sosial, terlebih lagi Indonesia dengan penduduk yang mencapai 270 juta jiwa,
tentunya harus sangat memperhatikan terkait ketahanan pangan ini sendiri.

Dalam buku Kebijakan Strategis Ketahanan Pangan dan Gizi 2020-2024 yang dirilis
oleh Badan Pangan Nasional dijelaskan bahwa KSKPG 2020-2024 dirancang untuk mencapai
sasaran terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi masyarakat secara nasional, wilayah, sampai
dengan perseorangan. Kebijakan startegis ini menjadi arahan bagi kementerian/lembaga,
pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait dalam pembangunan sistem pangan.

Dalam aspek kebijakan strategis dapat kita simpulkan bahwa kebijakan-kebijakan


yang dirancang tidak jauh dari 3 pilar utama ketahanan pangan yaitu ketersediaan pangan,
keterjangkauan dan pemanfaatan pangan.

Ketersediaan pangan mencakup peningkatan produksi pangan yang beragam dan di


dalamnya tedapat beberapa kebijakan seperti mengakselerasi pemanfaatan lahan sub optimal,
lahan tidur, wilyah perbatasan dan daerah rentan rawan pangan, lalu ada melanjutkan
pembangunan infrastuktur untuk peningkatan produksi pangan yang berkelanjutan, kemudian
mendorong pengembangan koperasi tani hulu-hilir, dan sebagainya.

Keterjangkauan pangan mencakup pada aspek-aspek pangan seperti aspek fisik, yaitu
mengembangkan sistem logistic pangan yang efektif dan efisien. Lalu ada aspek ekonomi,
yaitu menjaga stabilitas harga pangan pokok, menyediakan insentif untuk keberlanjutan
UMKM distribusi pangan, dan memperluar informasi. Aspek sosial meliputi pengembangan
sistem jarring pengaman sosial pangan dengan pemanfaatan jenis pangan yang beragam,
penyediaan dan penyaluran untuk situasi darurat, serta menumbuhkan kemandirian pangan
untuk masyarakat terdampak bencana.

Pemanfaatan pangan mencakup pada pemenuhan kebutuhan gizi dengan mengedukasi


pola konsumsi pangan B2SA (Beragam Bergizi Seimbang dan Aman) pada setiap keluarga
sejak usia dini, membangun sistem pengendalian food waste, meningkatkan konsumsi protein
hewani, dan sebagainya. Lalu dalam pemanfaatan pangan juga terdapat kebijakan tentang
memperkuat sistem survey pangan dan gizi dan jaminan keamanan pangan.

Selain daripada 3 pilar di atas, rancangan kebijakan lain yang dikeluarkan oleh badan
pangan adalah dalam hal penguatan kelembagaan pangan dan gizi, dalam hal ini dibutuhkan
partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan seperti pemerintah, lembaga legislative,
pelaku usaha, media, akademisi, dan sebagainya.

3.5 Alternatif untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia


Untuk terciptanya cita-cita ketahanan pangan, perlu banyak sekali usaha yang mesti
dilakukan, tentunya dalam melakukan aksi-aksi tersebut dibutuhkan biaya yang tidak sedikit,
maka dari itu perlunya kerjasama antara pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya
untuk menjaga ketahanan pangan.

Teknologi budidaya pertanian di Indonesia masih cukup tertinggal dibanding dengan


negara lain. Padahal teknologi sudah berkembang sangat pesat, dan teknologi sendiri tercipta
untuk memudahkan pekerjaan manusia. Dalam hal ini, sangat dibutuhkan subsidi teknologi
bagi para petani, tentu saja beriringan dengan itu adalah pendidikan dan pelatihan dari pakar
pertanian kepada para petani yang masih melakukan pekerjaannya dengan cara tradisional.
Kehadiran teknologi dan pengetahuan yang mumpuni akan sangat membantu dalam produksi
pangan sehingga dapat mendukung terciptanya ketahanan pangan Indonesia.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ketahanan pangan adalah kondisi dimana kebutuhan pangan tercukupi bagi negara
hingga perseoragan. Ketahanan pangan memiliki tiga pilar utama yang harus ada sehingga
dapat menciptakan keseimbangan ketahanan pangan, yaitu produktivitas pangan,
keterjangkauan pangan, dan pemanfaatan pangan.

Untuk mencapai ketahanan pangan pasti akan melewati berbagai tantangan yang
harus diselesaikan dengan bijak melalui strategi-strategi yang efektif dan efisien. Tentu
pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya perlu turut andil dalam menciptakan
ketahanan pangan. Masih banyak lagi tantangan ketahanan pangan yang tidak disebutkan,
juga strategi dan upaya yang lebih baik yang belum disebutkan di atas. Berbagai referensi,
penelitian dan studi kasus diperlukan untuk dapat menciptakan strategi yang optimal untuk
menciptakan ketahanan pangan.

4.2 Saran
Berikut saran kepada keempat Rumah Tangga ekonomi terhadap ketahanan pangan:

a. Rumah Tangga Produksi


Meningkatkan produksi dengan strategi yang efektif dan efisien agar ketersediaan
bahan pangan meningkat
b. Rumah Tangga Konsumsi
Menyediakan tenaga kerja untuk RTP yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan
produktivitas dan membeli serta mengonsumsi pangan yang bermutu dan bergizi agar
kualitas SDM meningkat.
c. Rumah Tangga Pemerintah
Memberikan subsidi pada RTP untuk meningkatkan produksi dan subsidi pada RTK
untuk meningkatkan konsumsi pangan yang bergizi.
d. Rumah Tangga Luar Negeri
Berinvestasi pada pembangunan infrastuktur untuk penunjang aspek-aspek pangan
dan mengimpor bahan pangan dari Indonesia untuk dikirim ke negaranya.
Daftar Pustaka

Pitaloka, M. D. A., Sudarya, A., & Saptono, E. (2022). Manajemen Ketahanan Pangan
Melalui Program Diversifikasi Pangan di Sumatera Utara dalam Rangka Mendukung
Pertahanan Negara. Manajemen Pertahanan: Jurnal Pemikiran dan Penelitian

Manajemen Pertahanan, 7(2).

Chaireni, R., Agustanto, D., Wahyu, R. A., & Nainggolan, P. (2020). Ketahanan Pangan
Berkelanjutan. Jurnal Kependudukan Dan Pembangunan Lingkungan, 1(2).

Saliem, H. P., & Ariani, M. (2016). Ketahanan Pangan, Konsep, Pengukuran dan Strategi.
Forum Penelitian Agro Ekonomi, 20(1). https://doi.org/10.21082/fae.v20n1.2002.12-
24

P.S., E. A. dan H. P. S. R. (2016). STRATEGI PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN


RUMAH TANGGA RAWAN PANGAN. Analisis Kebijakan Pertanian., 6(3).
https://doi.org/10.21082/akp.v6n3.2008.239-255

Perdinan, P., Atmaja, T., Adi, R. F., & Estiningtyas, W. (2019). ADAPTASI PERUBAHAN
IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN: TELAAH INISIATIF DAN
KEBIJAKAN. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 5(1), 60–87.
https://doi.org/10.38011/jhli.v5i1.75

Badan Pangan Nasional. (2022). Indeks Ketahanan Pangan. Badan Pangan Nasional.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. (2019). Kebijakan Strategis Ketahanan


Pangan & Gizi 2020-2024. Badan Pangan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai