Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Utari
JURUSAN GIZI
D-III GIZI
TAHUN 2019/2020
DAFTAR ISI
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar – besar nya
kepada Ibu Ayu Rafiony,S.Gz,MPH dan Ibu Mulyanita,S.T, M.TP atas bimbingan,
pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam
pengerjaan makalah ini.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui ketahanan pangan di indonesia
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui filosofi ketahanan pangan
b. Mengetahui pilar ketahanan pangan
c. Mengetahui ketersedian pangan
d. Mengetahui aksebilitas pangan
e. Mengetahui konsumsi atau penyerapan pangan
D. Manfaat
Selain itu, pengadaan BULOG juga dapat menjadi salah satu alternatif
pasar bagi produksi petani dalam negeri. Dengan demikian, pengadaan dalam
negeri akan mampu menjadi jaminan pasar dan harga bagi produksi dalam
negeri sehingga petani masih tetap bersemangat untuk memproduksi pangan
(beras) dalam negeri untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan nasional.
Melalui pengadaan gabah dan beras dalam negeri, pilar ketersediaan
ketahanan pangan dapat diwujudkan.
Selama ini, pengamanan HPP dilakukan Perum BULOG melalui
pembelian gabah/beras dalam negeri terutama saat panen raya. Mengikuti
perkembangan produksi yang naik tajam dalam tiga tahun terakhir ini, maka
penyerapan pemerintah melalui pengadaan dalam negeri oleh Perum BULOG
menjadi salah satu hal penting. Suplai yang melimpah terutama saat panen
raya, mengakibatkan terjadinya marketed surplus di pasar yang perlu
penyerapan. Keberhasilan Perum BULOG dalam menghimpun stok dari
pengamanan HPP membantu dalam memperkuat stok beras nasional, juga
membantu peningkatan pendapatan jutaan petani yang tersebar di berbagai
tempat di tanah air dan sekaligus dapat mendorong stabilitas harga beras.
Pembelian (pengadaan) yang dilakukan Perum BULOG selama ini rata-
rata mencapai sekitar 5%-9% dari total produksi beras nasional setiap
tahunnya atau sekitar 1,5-3 juta ton setara beras per tahun, terbesar di antara
firm yang ada di dalam industri padi/beras nasional. Dengan besarnya
pembelian ini, maka HPP dapat menjadi patokan bagi pembelian gabah dan
beras di pasar umum. Hal ini terlihat dari perkembangan harga gabah dan
beras di pasar yang selalu di atas Harga Pembelian Pemerintah.
Dana pengadaan dalam negeri yang mengalir ke pedesaan mencapai Rp.
6-7 trilyun selama 4-5 bulan periode pengadaan. Berbagai kajian
menyebutkab bahwa multiplier effect dari kegiatan pengadaan gabah dan
beras dalam negeri diantaranya adalah mampu menggerakkan perekonomian
pedesaan dan mendorong pembangunan pedesaan dengan mengalir sekitar Rp.
19 triliun melalui peningkatan pendapatan dan perluasan lapangan kerja.
Pengadaan juga berfungsi mendorong harga produsen agar memberi
keuntungan dan insentif bagi usaha tani padi, yang juga berarti meningkatkan
kesejahteraannya.
Dari sisi RTM, RASKIN telah membuka akses secara ekonomi dan fisik
terhadap pangan, sehingga dapat melindungi rumah tangga rawan pangan dari
malnutrition terutama energi dan protein. Hal ini sangat penting bagi negara
berkembang seperti Indonesia yang menghadapi permasalahan dominannya
yaitu masyarakat yang kekurangan energi dan protein. Kekurangan tersebut
dapat berakibat buruk terhadap kecerdasan anak-anak, rendahnya
produktivitas SDM, dan kematian sebagai akibat penyakit infeksi karena
lemahnya daya tahan tubuh.
RASKIN saat ini telah menjadi program perlindungan sosial (social
protection programme bukan lagi program darurat. Dengan demikian
RASKIN telah diakui memiliki dampak dalam perkonomian dan perberasan
nasional. Raskin merupakan program yang multi objektif yaitu disamping
untuk menjaga ketahanan pangan keluarga miskin juga berfungsi sebagai
pendukung bagi peningkatan kualitas SDM dan secara tidak langsung juga
berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi. Program RASKIN juga memiliki
keunggulan sebagai program yang bersifat ”people oriented” dengan sasaran
yang jelas berupa RTM serta sekaligus juga bersifat ”commodity oriented”
berupa beras yang merupakan bahan pokok strategis. Program RASKIN juga
menyertakan partisipasi yang luas, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah, serta masyarakat.
RASKIN memiliki dampak langsung terhadap harga beras di pasar. Hal
ini terlihat saat RASKIN hanya diberikan 10 atau 11 bulan pada tahun 2006
dan 2007, harga beras di akhir tahun melonjak lebih tajam. Umumnya akhir
tahun adalah musim paceklik, sehingga suplai ke pasar berkurang. Dari sisi
permintaan, RTS yang biasanya menerima RASKIN, tidak lagi mendapat
RASKIN sehingga belasan juta rumah tangga menambah permintaan beras ke
pasar. Kekurangan suplai di satu sisi dan peningkatan permintaan di sisi lain
mengakibatkan harga beras naik.
C. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan berhubungan dengan suplai pangan melalui produksi,
distribusi, dan pertukaran. Produksi pangan ditentukan oleh berbagai jenis faktor,
termasuk kepemilikan lahan dan penggunaannya; jenis dan manajemen tanah;
pemilihan, pemuliaan, dan manajemen tanaman pertanian; pemuliaan dan
manajemen hewan ternak; dan pemanenan. Produksi tanaman pertanian dapat
dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan curah hujan. Pemanfaatan lahan, air,
dan energi untuk menumbuhkan bahan pangan seringkali berkompetisi dengan
kebutuhan lain. Pemanfaatan lahan untuk pertanian dapat berubah menjadi
pemukiman atau hilang akibat desertifikasi, salinisasi, dan erosi tanah karena
praktik pertanian yang tidak lestari.
Produksi tanaman pertanian bukanlah suatu kebutuhan yang mutlak bagi
suatu negara untuk mencapai ketahanan pangan. Jepang dan Singapura menjadi
contoh bagaimana sebuah negara yang tidak memiliki sumber daya alam untuk
memproduksi bahan pangan namun mampu mencapai ketahanan pangan.
Distribusi pangan melibatkan penyimpanan, pemrosesan, transportasi,
pengemasan, dan pemasaran bahan pangan. Infrastruktur rantai pasokan dan
teknologi penyimpanan pangan juga dapat mempengaruhi jumlah bahan pangan
yang hilang selama distribusi. Infrastruktur transportasi yang tidak memadai dapat
menyebakan peningkatan harga hingga ke pasar global.
Produksi pangan per kapita dunia sudah melebihi konsumsi per kapita,
namun di berbagai tempat masih ditemukan kerawanan pangan karena distribusi
bahan pangan telah menjadi penghalang utama dalam mencapai ketahanan
pangan.
D. Aksebilitas Pangan
Aksesibilitas mencakup aspek fisik, artinya tersedia dan mudah diperoleh
saat dibutuhkan; aspek; ekonomi terkait dengan daya beli dan pendapatan;serta
aspek stabilitas baik fisik maupun harga dalam dimensi ruang dan waktu.
Contoh aksebilitas pangan
NO ISU STRATEGIS KEBIJAKAN STRATEGI KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM
2. Ketersediaan pangan di Pemantapan Mengembangkan 1. Pembelian gabah petani 1. Tercapainya jumlah Ketahanan Pangan
tingkat rumah tangga masih Ketahanan Pangan kapasitas cadangan oleh pemerintah dan mutu cadangan
terus menjadi masalah dan pangan pemerintah dan 2. Mendorong pangan pemerintah
berpengaruh pada tingkat masyarakat serta terbentuknya cadangan dan masyarakat
kecukupan asupan gizi kemampuan pangan daerah dan yang aman
meskipun secara nasional pengelolaannya masyarakat 2. Menurunnya
ketersediaan pangan di 3. Mengembangkan jumlah daerah dan
pasar mencukupi. Masalah cadangan pangan non- penduduk rawan
utamanya adalah beras siap konsumsi pangan
peningkatan efektivitas dan 4. Pengembangan sarana
efisiensi distribusi pangan dan prasarana untuk
antar daerah dan antar pengelolaan cadangan
waktu serta daya beli pangan pemerintah dan
rumah tangga sehingga masyarakat
mampu mengakses pangan. Pemantapan Penyediaan lahan 1. Penyusunan regulasi 1. Terbitnya peraturan Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan abadi untuk produksi penetapan lahan perundangan yang
pangan dalam rangka pertanian abadi menetapkan lahan
menjamin kapasitas 2. Pengendalian alih pertanian abadi
produksi yang dapat fungsi lahan pertanian untuk produksi
mencukupi kebutuhan produktif pangan
pangan pokok 2. Menurunnya
tingkat konversi
lahan produktif
.
E. Konsumsi dan Penyerapan Pangan
Konsumsi
• Kecukupan energi
• Kecukupan gizi Falilitas dan Layanan Kesehatan
• Diversivikasi pangan • FasilitasKesehatan
• Keamanan pangan • Layanankesehatan
A. Kesimpulan
Pemenuhan kecukupan pangan bagi seluruh rakyat merupakan kewajiban,
baik secara moral, sosial, maupun hukum.Tiga pilar dalam ketahanan pangan adalah
ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik maupun
ekonomi, dan stabilitas (stability) yang harus tersedia dan terjangkau setiap saat dan
setiap tempat.ketersedian Distribusi pangan melibatkan penyimpanan, pemrosesan,
transportasi, pengemasan, dan pemasaran bahan pangan.
B. Saran
Dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan dan kemandirian pangan di
Indonesia, maka pemerintah perlu mengkaji ulang pencapaian dari kebijakan
mengenai ketersediaan pangan yang sudah ada serta mengatasi permasalahan yang
ada, melalui industri pangan non beras berbasis tepungtepungan dari umbi-umbian
dan jagung. Sehingga perekonomian masyarakat Indonesia menjadi meningkat dan
keanekaan produk dari pangan non beras tercapai serta lebih mandiri atau tidak
bergantung pada impor dan menjadi negera yang berdaulat. Beberapa hal yang perlu
dipertajam adalah kebijakan mengenai penganekaragaman atau diversifikasi pola
konsumsi pangan dan peningkatan mutu dan keamanan pangan.