Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KETAHANAN DAN KEAMANAN PANGAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

Mouniqke Regita Sahara

Tama Salsabila Rahinum Mahtum

Suci Nur Indah Sari

Utari

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK NEGERI KEMENTRIAN KESEHATAN PONTIANAK

JURUSAN GIZI

D-III GIZI

TAHUN 2019/2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................3


BAB IPENDAHULUAN ..............................................................................................4
A. Latar Belakang ....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan .................................................................................................................5
1. Tujuan Umum .................................................................................................5
2. Tujuan Khusus ................................................................................................5
D. Manfaat ...............................................................................................................5
BAB IIPEMBAHASAN .............................................. Error! Bookmark not defined.
A. Pengertian ......................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Tujuan ............................................................... Error! Bookmark not defined.
C. Ruang lingkup................................................... Error! Bookmark not defined.
D. Keterkaitan pengawasan mutu pangan dalam berbagai bidangError! Bookmark not defined.
E. Aspek mutu inderawi pada pengawasan mutu . Error! Bookmark not defined.
F. Aspek mutu kimia pada pengawasan mutu ...... Error! Bookmark not defined.
G. Pengawasan pangan di indonesia ..................... Error! Bookmark not defined.
BAB IIIPENUTUP ...................................................... Error! Bookmark not defined.
A. KESIMPULAN ..................................................................................................1
B. SARAN...............................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA .................................................. Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan


kemampuan,kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas KETAHAAAN DAN
KEAMANAN PANGAN dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak
mendapatkan tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak tantangan itu bisa teratasi.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar – besar nya
kepada Ibu Ayu Rafiony,S.Gz,MPH dan Ibu Mulyanita,S.T, M.TP atas bimbingan,
pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam
pengerjaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan


makalah ini. Maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya.
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ketahanan pangan telah menjadi isu sentral dalam kerangka pembangunan


pertanian dan pembangunan nasional, ditunjukkan antara lain dengan
dijadikannya isu ketahanan pangan sebagai salah satu fokus kebijaksanaan
operasional pembangunan pertanian dalam Kabinet Persatuan Nasional (1999-
2004) . Selain itu dibentuknya lembaga khusus yang menangani masalah
ketahanan pangan yaitu Badan Urusan Ketahanan Pangan tingkat eselon I di
lingkup Departemen Pertanian pada tahun 2000 kemudian pada tahun 2001
dirubah menjadi Badan Bimbingan Masai Ketahanan Pangan menunjukkan pula
pentingnya penanganan masalah ketahanan pangan. Lembaga ini diharapkan
dapat memantapkan sistem ketahanan pengan untuk kepentingan dalam negeri,
mengingat adanya perubahan lingkungan strategis intemasional dan domestik.
Ketidak pastian dan ketidak stabilan produksi pangan nasional, tidak otomatis
dapat mengandalkan kepada ketersediaan pangan dipasar dunia.
Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam
pembangunan karenapangan merupakan kebutuhan yang palingdasar bagi
manusia sehingga pangan sangatberperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketahanan pangan diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah dan
kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi
bagi setiap warga untuk menopang aktivitasnya sehari-hari sepanjang waktu.
Dengan demikian ketahanan pangan mencakup tingkat rumah tangga dan tingkat
nasional (Anonimous, 1999).
Pangan yang disertai pernyataan mengandung vitamin, mineral, dan atau
zat gizi lainnya yang ditambahkan seda pangan yang wajib ditambahkan vitamin,
mineral dan atau zat gizi lainnya wajib mencantumkan keterangan tentang
kandungan gizi dalam persentase dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
Berdasarkan latar belakang diatas, seiring dengan tantangan dan pesatnya
kemajuan teknologi banyak hal-hal baru yang perlu untuk diketahui dan dipahami
khalayak umum. Oleh sebab itu dalam makalah ini penulis ingin membahas
secara mendalam mengenai
B. Rumusan Masalah

Bagaimana konsep ketahanan pangan di indonesia ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui ketahanan pangan di indonesia

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui filosofi ketahanan pangan
b. Mengetahui pilar ketahanan pangan
c. Mengetahui ketersedian pangan
d. Mengetahui aksebilitas pangan
e. Mengetahui konsumsi atau penyerapan pangan

D. Manfaat

Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan ilmu tentang


ketahanan pangan seperti filosofi ketahanan pangan, pilar ketahanan pangan,
ketersedian pangan, aksebilitas pangan, dan konsumsi atau penyerapan pangan
BAB II PEMBAHASAN

A. Filosofi Ketahanan Pangan


Mewujudkan ketahanan pangan nasional mempunyai arti strategis
berkaitan dengan ketahanan sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik, ketahanan
nasional, dan kemandirian bangsa. Secara filosofis, pangan merupakan kebutuhan
dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari
hak asasi setiap individu. Pemenuhan kecukupan pangan bagi seluruh rakyat
merupakan kewajiban, baik secara moral, sosial, maupun hukum. Selain itu,
pemenuhan kecukupan pangan merupakan investasi pembentukan sumber daya
manusia yang lebih baik dan prasyarat bagi pemenuhan hak-hak dasar lainnya
seperti pendidikan, pekerjaan, dan lainnya (Dewan Ketahanan Pangan, 2011;
Suryana, 2014).

B. Pilar Ketahanan Pangan


Dalam UU No. 18/2012 tentang Pangan, Ketahanan Pangan didefinisikan
sebagai kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan.
Tiga pilar dalam ketahanan pangan yang terdapat dalam definisi tersebut
adalah ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik
maupun ekonomi, dan stabilitas (stability) yang harus tersedia dan terjangkau
setiap saat dan setiap tempat. Apabila ketiga pilar ketahanan pangan terpenuhi,
maka masyarakat atau rumah tangga tersebut mampu memenuhi ketahanan
pangannya masing-masing.
Ketiga pilar ketahanan pangan tersebut harus dapat terwujud secara
bersama-sama dan seimbang. Pilar ketersediaan (availability) dapat dipenuhi baik
dari hasil produksi dalam negeri maupun dari luar negeri. Pilar keterjangkauan
(accessibility) dapat dilihat dari keberadaan pangan yang secara fisik berada di
dekat konsumen dengan kemampuan ekonomi konsumen untuk dapat
membelinya (memperolehnya). Sedangkan pilar stabilitas (stability) dapat dilihat
dari kontinyuitas pasokan dan stabilitas harga yang dapat diharapkan rumah
tangga setiap saat dan di setiap tempat.
Berikut merupakan salah satu contoh peran pemerintah dalam menjaga
ketahanan pangan melalui Perum BULOG:

1. Pilar Ketersediaan (availability): Pengadaan Gabah dan Beras DN

Konsep pengadaan gabah dan beras dalam negeri dilakukan pemerintah


sebagai intervensi dari sisi produsen pada saat suplai melimpah karena panen
raya. Untuk melindungi petani dari tingkat harga yang rendah karena kurang
kuatnya nilai tawar petani saat panen, pemerintah menggunakan instrumen
HPP sebelumnya Harga Dasar (HD). Dengan instrumen HPP ini, diharapkan
pasar akan menjadikan HPP sebagai patokan dalam membeli gabah dan beras
petani sehingga petani menjadi terlindungi.

Selain itu, pengadaan BULOG juga dapat menjadi salah satu alternatif
pasar bagi produksi petani dalam negeri. Dengan demikian, pengadaan dalam
negeri akan mampu menjadi jaminan pasar dan harga bagi produksi dalam
negeri sehingga petani masih tetap bersemangat untuk memproduksi pangan
(beras) dalam negeri untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan nasional.
Melalui pengadaan gabah dan beras dalam negeri, pilar ketersediaan
ketahanan pangan dapat diwujudkan.
Selama ini, pengamanan HPP dilakukan Perum BULOG melalui
pembelian gabah/beras dalam negeri terutama saat panen raya. Mengikuti
perkembangan produksi yang naik tajam dalam tiga tahun terakhir ini, maka
penyerapan pemerintah melalui pengadaan dalam negeri oleh Perum BULOG
menjadi salah satu hal penting. Suplai yang melimpah terutama saat panen
raya, mengakibatkan terjadinya marketed surplus di pasar yang perlu
penyerapan. Keberhasilan Perum BULOG dalam menghimpun stok dari
pengamanan HPP membantu dalam memperkuat stok beras nasional, juga
membantu peningkatan pendapatan jutaan petani yang tersebar di berbagai
tempat di tanah air dan sekaligus dapat mendorong stabilitas harga beras.
Pembelian (pengadaan) yang dilakukan Perum BULOG selama ini rata-
rata mencapai sekitar 5%-9% dari total produksi beras nasional setiap
tahunnya atau sekitar 1,5-3 juta ton setara beras per tahun, terbesar di antara
firm yang ada di dalam industri padi/beras nasional. Dengan besarnya
pembelian ini, maka HPP dapat menjadi patokan bagi pembelian gabah dan
beras di pasar umum. Hal ini terlihat dari perkembangan harga gabah dan
beras di pasar yang selalu di atas Harga Pembelian Pemerintah.
Dana pengadaan dalam negeri yang mengalir ke pedesaan mencapai Rp.
6-7 trilyun selama 4-5 bulan periode pengadaan. Berbagai kajian
menyebutkab bahwa multiplier effect dari kegiatan pengadaan gabah dan
beras dalam negeri diantaranya adalah mampu menggerakkan perekonomian
pedesaan dan mendorong pembangunan pedesaan dengan mengalir sekitar Rp.
19 triliun melalui peningkatan pendapatan dan perluasan lapangan kerja.
Pengadaan juga berfungsi mendorong harga produsen agar memberi
keuntungan dan insentif bagi usaha tani padi, yang juga berarti meningkatkan
kesejahteraannya.

2. Pilar Keterjangkauan (Accessibilty): RASKIN

Beras pengadaan dalam negeri diantaranya disalurkan kepada Rumah


Tangga Miskin (RTM) yang menjadi sasaran dalam program penanggulangan
kemiskinan. Dengan nama program RASKIN (Beras untuk Rumah Tangga
Miskin) diharapkan setiap Rumah Tangga Sasaran (RTS) mampu memperoleh
ketahanan pangannya tidak lagi dengan membeli beras di pasar, sehingga hal
ini akan mengurangi permintaan beras ke pasar.

Dari sisi RTM, RASKIN telah membuka akses secara ekonomi dan fisik
terhadap pangan, sehingga dapat melindungi rumah tangga rawan pangan dari
malnutrition terutama energi dan protein. Hal ini sangat penting bagi negara
berkembang seperti Indonesia yang menghadapi permasalahan dominannya
yaitu masyarakat yang kekurangan energi dan protein. Kekurangan tersebut
dapat berakibat buruk terhadap kecerdasan anak-anak, rendahnya
produktivitas SDM, dan kematian sebagai akibat penyakit infeksi karena
lemahnya daya tahan tubuh.
RASKIN saat ini telah menjadi program perlindungan sosial (social
protection programme bukan lagi program darurat. Dengan demikian
RASKIN telah diakui memiliki dampak dalam perkonomian dan perberasan
nasional. Raskin merupakan program yang multi objektif yaitu disamping
untuk menjaga ketahanan pangan keluarga miskin juga berfungsi sebagai
pendukung bagi peningkatan kualitas SDM dan secara tidak langsung juga
berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi. Program RASKIN juga memiliki
keunggulan sebagai program yang bersifat ”people oriented” dengan sasaran
yang jelas berupa RTM serta sekaligus juga bersifat ”commodity oriented”
berupa beras yang merupakan bahan pokok strategis. Program RASKIN juga
menyertakan partisipasi yang luas, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah, serta masyarakat.
RASKIN memiliki dampak langsung terhadap harga beras di pasar. Hal
ini terlihat saat RASKIN hanya diberikan 10 atau 11 bulan pada tahun 2006
dan 2007, harga beras di akhir tahun melonjak lebih tajam. Umumnya akhir
tahun adalah musim paceklik, sehingga suplai ke pasar berkurang. Dari sisi
permintaan, RTS yang biasanya menerima RASKIN, tidak lagi mendapat
RASKIN sehingga belasan juta rumah tangga menambah permintaan beras ke
pasar. Kekurangan suplai di satu sisi dan peningkatan permintaan di sisi lain
mengakibatkan harga beras naik.

3. Pilar Stabilitas (stability): Cadangan Beras Pemerintah

CBP diperlukan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga


dalam situasi darurat, seperti bencana alam (banjir/kekeringan, serangan
hama/ penyakit, gunung meletus, dan sebagainya) dan bencana yang dibuat
oleh manusia (konflik sosial) serta kondisi rawan daya beli akibat gejolak
harga. Di Indonesia, pemerintah memiliki stok untuk keperluan darurat dan
stabilisasi harga yang disebut CBP, dikelola oleh Perum BULOG dan menjadi
bagian dari stok operasional Perum BULOG yang tersebar di seluruh
Indonesia. Dengan menyatunya stok CBP secara fisik (secara administrasi
terpisah), pemerintah akan mudah untuk memanfaatkan beras tersebut apabila
diperlukan setiap saat setiap tempat sehingga rumah tangga masih tetap
memiliki akses terhadap pangan. Dengan CBP yang tersedia setiap saat, di
setiap tempat, maka stabilitas pangan (beras) nasional dapat terwujud. Rumah
tangga pada situasi darurat dan saat terjadi kenaikan harga pangan yang tinggi
dapat mengharapkan stabilitas pasokan dan harga dari CBP ini. Dengan
demikian CBP dapat menjadi salah satu alat untuk memperkuat pilar stabilitas
ketahanan pangan.
CBP ini telah teruji saat terjadinya bencana Tsunami di NAD dan Nias
pada akhir 2004 (di awal 2005), gempa bumi di Yogyakarta dan Jateng,
kekeringan di NTT, korban banjir di Kutai, serta korban kebakaran di Riau
dan Kalbar. Dengan CBP yang terpusat pengelolaannya, akan memudahkan
pemerintah untuk menangani situasi darurat. Ini sebagai bentuk kepedulian
pemerintah pusat terhadap daerah di era otonomi, sehingga hal itu dapat
membuat sebagai perekat nasional.

C. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan berhubungan dengan suplai pangan melalui produksi,
distribusi, dan pertukaran. Produksi pangan ditentukan oleh berbagai jenis faktor,
termasuk kepemilikan lahan dan penggunaannya; jenis dan manajemen tanah;
pemilihan, pemuliaan, dan manajemen tanaman pertanian; pemuliaan dan
manajemen hewan ternak; dan pemanenan. Produksi tanaman pertanian dapat
dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan curah hujan. Pemanfaatan lahan, air,
dan energi untuk menumbuhkan bahan pangan seringkali berkompetisi dengan
kebutuhan lain. Pemanfaatan lahan untuk pertanian dapat berubah menjadi
pemukiman atau hilang akibat desertifikasi, salinisasi, dan erosi tanah karena
praktik pertanian yang tidak lestari.
Produksi tanaman pertanian bukanlah suatu kebutuhan yang mutlak bagi
suatu negara untuk mencapai ketahanan pangan. Jepang dan Singapura menjadi
contoh bagaimana sebuah negara yang tidak memiliki sumber daya alam untuk
memproduksi bahan pangan namun mampu mencapai ketahanan pangan.
Distribusi pangan melibatkan penyimpanan, pemrosesan, transportasi,
pengemasan, dan pemasaran bahan pangan. Infrastruktur rantai pasokan dan
teknologi penyimpanan pangan juga dapat mempengaruhi jumlah bahan pangan
yang hilang selama distribusi. Infrastruktur transportasi yang tidak memadai dapat
menyebakan peningkatan harga hingga ke pasar global.
Produksi pangan per kapita dunia sudah melebihi konsumsi per kapita,
namun di berbagai tempat masih ditemukan kerawanan pangan karena distribusi
bahan pangan telah menjadi penghalang utama dalam mencapai ketahanan
pangan.

D. Aksebilitas Pangan
Aksesibilitas mencakup aspek fisik, artinya tersedia dan mudah diperoleh
saat dibutuhkan; aspek; ekonomi terkait dengan daya beli dan pendapatan;serta
aspek stabilitas baik fisik maupun harga dalam dimensi ruang dan waktu.
Contoh aksebilitas pangan
NO ISU STRATEGIS KEBIJAKAN STRATEGI KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM

I. AKSESIBILITAS TERHADAP PANGAN


1. Terbatasnyakapasitas Pemantapan Menjamin ketersediaan 1. Peningkatan 1. Ketersediaan KetahananPangan
produksi berasdan pangan Ketahanan Pangan pangan, terutama dari produktivitas dan pangan pokok yang
lokal sumber karbohidrat produksi dalam negeri, produksi pangan pokok memenuhi
serta terbatasnya produksi dalam jumlah dan 2. Pengkajian dan kebutuhan
pangan asal hewan. ragam yang memadai pengembangan 2. Meningkatnya
teknologi pengolahan jenis dan
pangan ketersediaan pangan
3. Revitalisasi penyuluhan pokok yang aman
dan peningkatan dikonsumsi
kemampuan
kelembagaan petani
4. Peningkatan
ketersediaan jenis
pangan alternatif yang
murah, aman, tidak
mudah rusak, dan
mudah didistribusikan
5. Meningkatkan
efektivitas layanan
prasarana irigasi
6. Meningkatkan
kemudahan petani
untuk mengakses sarana
produksi bermutu

2. Ketersediaan pangan di Pemantapan Mengembangkan 1. Pembelian gabah petani 1. Tercapainya jumlah Ketahanan Pangan
tingkat rumah tangga masih Ketahanan Pangan kapasitas cadangan oleh pemerintah dan mutu cadangan
terus menjadi masalah dan pangan pemerintah dan 2. Mendorong pangan pemerintah
berpengaruh pada tingkat masyarakat serta terbentuknya cadangan dan masyarakat
kecukupan asupan gizi kemampuan pangan daerah dan yang aman
meskipun secara nasional pengelolaannya masyarakat 2. Menurunnya
ketersediaan pangan di 3. Mengembangkan jumlah daerah dan
pasar mencukupi. Masalah cadangan pangan non- penduduk rawan
utamanya adalah beras siap konsumsi pangan
peningkatan efektivitas dan 4. Pengembangan sarana
efisiensi distribusi pangan dan prasarana untuk
antar daerah dan antar pengelolaan cadangan
waktu serta daya beli pangan pemerintah dan
rumah tangga sehingga masyarakat
mampu mengakses pangan. Pemantapan Penyediaan lahan 1. Penyusunan regulasi 1. Terbitnya peraturan Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan abadi untuk produksi penetapan lahan perundangan yang
pangan dalam rangka pertanian abadi menetapkan lahan
menjamin kapasitas 2. Pengendalian alih pertanian abadi
produksi yang dapat fungsi lahan pertanian untuk produksi
mencukupi kebutuhan produktif pangan
pangan pokok 2. Menurunnya
tingkat konversi
lahan produktif

Peningkatan Meningkatkan 1. Pengembangan sarana 1. Kualitas sarana dan Pengembangan


Kemudahan dan efektivitas dan efisiensi dan prasarana distribusi prasarana distribusi Agribisnis
Kemampuan distribusi dan 2. Pengurangan hambatan pangan yang
mengakses pangan perdagangan pangan distribusi pangan antar meningkat
daerah 2. Semakin pendeknya
rantai distribusi
pangan
Peningkatan Pengembangan 1. Revitalisasi 1. Meningkatnya Pengembangan
Kemudahan dan teknologi serta kelembagaan kualitas produk Agribisnis
Kemampuan kelembagaan pengolahan dan pangan
mengakses pangan pengolahan dan pemasaran pangan 2. Peningkatan nilai
pemasaran pangan 2. Inovasi teknologi tambah produk
pengolahan dan pangan
pemasaran pangan
Peningkatan Meningkatkan serta 1. Revitalisasi
Kemudahan dan memperbaiki kelembagaan ekonomi
Kemampuan infrastruktur dan perdesaan untuk
mengakses pangan kelembagaan ekonomi menunjang distribusi
perdesaan pangan
2. Perbaikan fasilitas
distribusi pangan di
perdesaan seperti pasar,
3. Pola konsumsi pangan kios beras.
masih didominasi oleh
kelompok padi-padian Peningkatan Meningkatkan efisiensi Distribusi beras bersubsidi 1. Distribusi pangan Program
terutama beras, konsumsi Kemudahan dan dan efektivitas bagi rakyat miskin bersubsidi yang Peningkatan
sayuran dan buah sebagai Kemampuan intervensi (Raskin) yang lebih efisien dan tepat Ketahanan Pangan
sumber vitamin dan mineral mengakses pangan bantuan/subsidi pangan efisien dan efektif sasaran
serta protein hewani masih kepada kelompok Operasi Pasar dalam 2. Harga pangan stabil
rendah. Peningkatan masyarakat tertentu rangka stabilisasi harga dan terjangkau
kuantitas dan Mempertahankan pola pangan Distribusi bantuan
kualitas konsumsi konsumsi pangan lokal Bantuan pangan untuk pangan tepat
pangan menuju gizi dan kelompok kondisi sasaran dan tepat
seimbang masyarakat tertentu darurat/bencana. waktu
yang telah beragam 1. Sosialisasi keragaman 1. Tingginya
terutama untuk bahan pangan yang pemahaman
makanan pokok berkualitas dan bergizi masyarakat akan
seimbang pentingnya
2. Peningkatan konsumsi pangan
pemahaman yang beragam
pentingnya pangan 2. Tetap terjaganya
yang beragam keragaman
3. Pengembangan aspek konsumsi pangan
kuliner dan daya yang seimbang
terima pangan lokal

.
E. Konsumsi dan Penyerapan Pangan

Penyerapan pangan (food utilization)yaitu penggunaan pangan untuk


kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air dan kesehatan
lingkungan. Efektifitas dari penyerapan pangan tergantung pada pengetahuan
rumahtangga/individu, sanitasi dan ketersediaan air, fasilitas dan layanan
kesehatan, serta penyuluhan gisi dan pemeliharaan balita. (Riely et.al ,1999).

Konsumsi
• Kecukupan energi
• Kecukupan gizi Falilitas dan Layanan Kesehatan
• Diversivikasi pangan • FasilitasKesehatan
• Keamanan pangan • Layanankesehatan

Sanitasi dan Ketersediaan air


• Kecukupan airbersih
• Sanitasi

Penyerapan Pengetahuan ibu RT


Pangan
• Polamakan
• Pola asuhkesehatan

Outcome Nutrisi dan kesehatan


• Harapanhidup
• Gizibalita
• Kematianbayi

 Stabiltas (stability) merupakan dimensi waktu dari ketahanan


pangan yang terbagi dalam kerawanan pangan kronis (chronic
food insecurity) dan kerawanan pangan sementara (transitory
food insecurity). Kerawanan pangan kronis adalah ketidak
mampuan untuk memperoleh kebutuhan pangan setpa saat,
sedangkan kerawanan pangan sementara adalah kerawanan
pangan yang terjadi secara sementara yang diakibatkan karena
masalah kekeringan banjir, bencana, maupun konflik sosial.
(Maxwell and Frankenberger1992).

 Status gizi (Nutritional status )adalah outcome ketahanan


pangan yang merupakan cerminan dari kualitas hidup
seseorang. Umumnya satus gizi ini diukur dengan angka
harapan hidup, tingkat gizi balita dan kematianbayi.

Sistem ketahanan pangan di Indonesia secara komprehensif meliputi


empat sub-sistem, yaitu: (i) ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang
cukup untuk seluruh penduduk, (ii) distribusi pangan yang lancar dan merata, (iii)
konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi seimbang, yang
berdampak pada (iv) status gizi masyarakat . Dengan demikian, sistem ketahanan
pangan dan gizi tidak hanya menyangkut soal produksi, distribusi, dan
penyediaan pangan ditingkat makro (nasional dan regional), tetapi juga
menyangkut aspek mikro, yaitu akses pangan di tingkat rumah tangga dan
individu serta status gizi anggota rumah tangga, terutama anak dan ibu hamil
dari rumah tangga miskin. Meskipun secara konseptual pengertian ketahanan
pangan meliputi aspek mikro, namun dalam pelaksanaan sehari-hari masih sering
ditekankan pada aspek makro yaitu ketersediaan pangan. Agar aspek mikro tidak
terabaikan, maka dalam dokumen ini digunakan istilah ketahanan pangan dangizi.
Konsep ketahanan pangan yang sempit meninjau sistem ketahanan pangan
dari aspek masukan yaitu produksi dan penyediaan pangan. Seperti banyak
diketahui, baik secara nasional maupun global, ketersediaan pangan yang
melimpah melebihi kebutuhan pangan penduduk tidak menjamin bahwa seluruh
penduduk terbebas dari kelaparan dan gizi kurang. Konsep ketahanan pangan
yang luas bertolak pada tujuan akhir dari ketahanan pangan yaitu tingkat
kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, sasaran pertama Millenium Development
Goals (MGDs) bukanlah tercapainya produksi atau penyediaan pangan, tetapi
menurunkan kemiskinan dan kelaparan.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemenuhan kecukupan pangan bagi seluruh rakyat merupakan kewajiban,
baik secara moral, sosial, maupun hukum.Tiga pilar dalam ketahanan pangan adalah
ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik maupun
ekonomi, dan stabilitas (stability) yang harus tersedia dan terjangkau setiap saat dan
setiap tempat.ketersedian Distribusi pangan melibatkan penyimpanan, pemrosesan,
transportasi, pengemasan, dan pemasaran bahan pangan.

B. Saran
Dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan dan kemandirian pangan di
Indonesia, maka pemerintah perlu mengkaji ulang pencapaian dari kebijakan
mengenai ketersediaan pangan yang sudah ada serta mengatasi permasalahan yang
ada, melalui industri pangan non beras berbasis tepungtepungan dari umbi-umbian
dan jagung. Sehingga perekonomian masyarakat Indonesia menjadi meningkat dan
keanekaan produk dari pangan non beras tercapai serta lebih mandiri atau tidak
bergantung pada impor dan menjadi negera yang berdaulat. Beberapa hal yang perlu
dipertajam adalah kebijakan mengenai penganekaragaman atau diversifikasi pola
konsumsi pangan dan peningkatan mutu dan keamanan pangan.

Anda mungkin juga menyukai