Anda di halaman 1dari 17

distribusi pangan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pangan dan gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam peningkatan produktivitas
nasional dan perbaikan kualitas hidup penduduk. Penyediaan pangan harus memenuhi kebutuhan
gizi, keamanan pangan dan terjangkau seluruh individu setiap saat. Ketahanan pangan dan
perbaikan gizi merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu, jika kita membahas mengenai
ketahanan pangan, kita juga harus membicarakan perbaikan gizi, begitu pula sebaliknya.
Distribusi pangan merupakan salah satu subsistem ketahanan pangan yang peranannya sangat
strategis, apabila tidak dapat terselenggara secara baik dan lancar, bahan pangan yang
dibutuhkan masyarakat tidak akan terpenuhi. Distribusi pangan ini diharapkan dapat terlaksana
secara efektif, efisien dan merata di setiap lokasi berlangsungnya transaksi bahan pangan
kebutuhan masyarakat. Gangguan distribusi pangan ini berdampak terhadap kelangkaan bahan
pangan dan kenaikan harga pangan serta berpengaruh terhadap rendahnya akses pangan
masyarakat karena daya beli bahan pangan menjadi menurun.
Masalah pangan adalah keadaan kelebihan pangan, kekurangan pangan dan/atau
ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan. Masih adanya penduduk
miskin, daerah rawan pangan, produksi pangan dihasilkan tidak merata antar wilayah dan
sepanjang waktu, potensi SDA yang berbeda di masing-masing daerah akan berpengaruh
terhadap distribusi dan pasokan bahan pangan. Kondisi ini, pada akhirnya akses pangan bagi
setiap individu rumah tangga akan semakin menjadi rendah apabila ketersediaan pangan
setempat terbatas, pasar tidak tersedia, transportasi terbatas, pendapatan rendah, pendidikan
terbatas, pengangguran tinggi, budaya setempat belum memadai. Oleh sebab itu, peranan
distribusi pangan yang terjangkau dan merata sepanjang waktu kiranya akan berpengaruh
terhadap peningkatan akses pangan bagi setiap rumah tangga di dalam memenuhi kecukupan
pangannya.
Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana
tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996). Dalam UU No.
7/1996 tentang Pangan di sebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan
bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah, mutu,
aman, merata, dan terjangkau. Dengan demikian, ketahanan pangan dihasilkan oleh suatu sistem
ketahanan pangan yang terdiri tiga subsistem, yaitu:
a)      ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh masyarakat,
b)      distribusi pangan yang lancar dan merata, dan
c)      keterjangkauan pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi dan kaidah kesehatan.
Permasalahan dalam mencapai ketahanan pangan adalah ketidak seimbangan antara ketersediaan
dengan keterjangkauan. Ketahanan Pangan merupakan system untuk perbaikan gizi sedangan
salah satu subsistem yang ada dalam ketahanan pangan yaitu Dristibusi Pangan

1.2  Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas timbul rumusan masalah apa dan tujuan apa dalam Sistem
Distribusi Pangan.

1.3  Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui Sistem Distribusi Pangan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Distribusi Pangan
Distribusi pangan adalah tersedianya pangan dan pasokan pangan secara merata
sepanjang waktu baik jumlah, mutu, aman dan keragamannya untuk memenuhi kebutuhan
pangan masyarakat, sedangkan akses pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk dapat
menjangkau/mendapatkan pemenuhan kebutuhan pangan sepanjang waktu baik jumlah,
mutu, aman, keragaman untuk menunjang hidup yang aktif, sehat dan produktif.
Subsistem distribusi pangan merupakan salah satu subsistem dari sistem ketahanan
pangan yang mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien, sebagai prasyarat untuk
menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas
yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. Bervariasinya kemampuan
produksi pangan antar wilayah dan antar musim menuntut kecermatan dalam mengelola
sistem distribusi, sehingga pangan tersedia sepanjang waktu di seluruh wilayah.
Kinerja subsistem distribusi dipengaruhi oleh kondisi prasarana dan sarana, kelembagaan
dan peraturan perundangan. Penguatan di subsistem produksi/ketersediaan pasokan tidak
akan memberi nilai tambah bagi masyarakat apabila tidak didukung dengan berjalannya
subsistem distribusi. Melihat kondisi Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki
variasi kemampuan produksi antar wilayah dan antar musim, manajemen distribusi yang baik
dan berpihak kepada seluruh lapisan masyarakat sangat mutlak diperlukan untuk menjaga
stabilitas harga dan pasokan sepanjang waktu. Hal ini membawa konsekuensi bagi
pemerintah untuk menciptakan perundangan dan sebuah lembaga yang mampu memastikan
terciptanya kondisi dimana seluruh masyarakat memiliki kemampuan untuk mengakses
pangan secara mudah dengan harga yang rasional dan terjangkau sepanjang waktu.
Kebijakan menyerahkan kelancaran subsistem distribusi komoditi pangan pokok kepada
entitas bisnis dalam mekanisme pasar, tentu saja, akan memicu kerawanan sosial dan
berpotensi dimanfaatkan oleh spekulan tanpa mempertimbangkan kepentingan nasional. Hal
ini berkorelasi dengan fluktuasi harga dan pasokan pada komoditi pangan pokok yang
dampaknya akan menimbulkan kerugian bagi konsumen rakyat. Hampir semua negara
berkembang di dunia memiliki perangkat hukum dan kelembagaan untuk melakukan
intervensi kebijakan, dalam rangka menjaga stabilitas harga dan pasokan untuk komoditi
pangan strategis yang mempengaruhi hidup orang banyak. Indonesia memiliki Bulog sebagai
lembaga pangan yang pada masanya diakui dapat menjamin bekerjanya subsistem distribusi
secara optimal. Dalam perjalananya, Bulog mengalami berbagai proses transformasi, semisal
kelembagaan, dengan pembatasan kewenangan berkaitan dengan kegiatan operasional dan
pengelolaan komoditi (hanya beras). Transformasi Bulog paling signifikan adalah akibat dari
tekanan IMF dan World Bank pada era liberalisasi, yang berakibat tereduksinya peran Bulog
secara signifikan dalam menunjang keberhasilan subsistem distribusi pangan. Bulog
mempunyai beban untuk menjalankan fungsi komersial, ditengah fungsi sosial menjaga
stabilisasi harga pangan.
Indikator keberhasilan dalam distribusi pangan adalah pada saat pangan telah
mencapai ke konsumen. Bahan pangan tersebut harus cukup secara kuantitas, aman bagi
kesehatan, bergizi baik, sesuai selera konsumen, harganya terjangkau, dan tersedia sepanjang
tahun.
Distribusi Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Badan Ketahanan Pangan dalam
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Distribusi Pangan. Bidang
Distribusi Pangan mempunyai fungsi :

a.      Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pengkajian distribusi pangan dan
harga ;
b.      Menyiapkan bahan perumusan kebijakan operasional kelembagaan distribusi pangan
masyarakat ;
c.      Menyiapkan bahan pemantauan distribusi dan harga pangan ;
d.      Menyiapkan bahan pengkajian kelembagaan distribusi pangan masyarakat
e.      Melaksanakan kegiatan identifikasi distribusi pangan ;
f.       Melaksanakan pemetaan akses distribusi pangan ;
g.      Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi dalam melaksanakan
kegiatan ;
h.      Melaksanakan tugas lain sesuai tugas kedinasan.

2.2  Sistem Pemasaran


Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah :
a. Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
b. Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan
managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai
dengan orang lain.
c. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang
dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.
d. Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun
pembeli potensial.

2.3  Pengertian Sistem Pemasaran


Sistem adalah sekolompok item atau bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling
berkaitan secara tetap dalam membentuk satu kesatuan terpadu. Jadi dapat diartikan sistem
pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang,
jasa, ide, orang, dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan
membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya..
Dalam pemasaran kelompok item yang saling berhubungan dan saling berkaitan itu
mencakup :
1. Gabungan organisasi yang melaksanakan kerja pemasaran.
2. Produk, jasa, gagasan atau manusia yang dipasarkan.
3. Target pasar.
4. Perantara (pengecer, grosir, agen transportasi, lembaga keuangan).
5. Kendala lingkungan (environmental constraints).
Sistem pemasaran yang paling sederhana terdiri dari dua unsur yang saling berkaitan, yaitu
organisasi pemasaran dan target pasarnmya. Unsur-unsur dalam sebuah sistem pemasaran
serupa dengan unsur-unsur yang ada pada sistem radio stereo. Bekerja secara terpisah, tetapi
pada waktu dipertemukan secara tepat.
2.3.1 Lingkungan Sebuah Sistem Pemasaran
a.       Lingkungan makro ekstern.
Lingkungan makro tersebut ialah:
a. Demografi (kependudukan).
b. Kondisi ekonomi.
c. Teknologi.
d. Kekuatan sosial dan budaya.
e. Kekuatan politik dan legal.
f. Persaingan.
b.      Lingkungan mikro eksternal
a. Pasar (market)
b. Pemasok
c. Pialang (marketing intermediaries)
c.       Lingkungan Non- – Pemasaran Intern
Kekuatan non – pemasaran lainnya adalah lokasi perusahaan, ketangguhan bagian
penelitian dan pengembangan. Kekuatan intern bersifat menyatu (interest) dalam
organisasi dan dikendalikan oleh manajemen.

2.4  Konsep Pemasaran


Konsep-konsep inti pemasaran meluputi: kebutuhan, keinginan, permintaan, produksi,
utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan pasar, pemasaran dan pasar.
Kita dapat membedakan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan adalah
suatu keadaan dirasakannya ketiadaan kepuasan dasar tertentu. Keinginan adalah kehendak
yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendalam.
Sedangkan Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang didukung dengan
kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.
2.5  Prinsip Pemasaran
Menurut Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management Analysis, Planning, and
Control, mengartikan pemasaran secara lebih luas, yaitu: Pemasaran adalah: Suatu proses
sosial, dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan, dan mereka
inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk dan nilai dengan individu dan
kelompok lainnya. Dalam prinsip pemasaran dikenal 4 elemen penting dalam strategi
pemasaran, yaitu:
1.      Product (produk),
Produk (Jasa)
Kebijaksanaan mengenai produk atau jasa meliputi jumlah barang/jasa yang akan
ditawarkan perusahaan, pelayanan khusus yang ditawarkan perusahaan guna mendukung
penjualan barang dan jasa, dan bentuk barang ataupun jasa yang ditawarkan. Produk
merupakan elemen yang paling penting. sebab dengan inilah perusahaan berusaha untuk
memenuhi "kebutuhan dan keinginan" dari konsumen. namun keputusan itu tidak berdiri
sebab produk/jasa sangat erat hubungannya dengan target market yang dipilih. Sedangkan
sifat dari produk/jasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tidak berwujud
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, karena tidak bisa dilihat, dirasa, diraba, didengar
atau dicium, sebelum ada transaksi pembelian.
2. Tidak dapat dipisahkan
Suatu produk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu
merupakan orang atau benda. Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah hotel tidak
akan bisa terlepas dari bangunan hotel tersebut.
3. Berubah-ubah
Bidang jasa sesungguhnya sangat mudah berubah-ubah, sebab jasa ini sangat
tergantung kepada siapa yang menyajikan, kapan disajikan dan dimana disajikan.
Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah hotel berbintang satu akan berbeda dengan
jasa yang diberiakan oleh hotel berbintan tiga.
4. Daya tahan
Jasa tidak dapat disimpan. Seorang pelanggan yang telah memesan sebuah kamar hotel
akan dikenakan biaya sewa, walaupun pelanggan tersebut tidak menempati kamar yang
ia sewa.

2.      Price (harga),


Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna kesinambungan produksi.
Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada penetapan harga yang ditawarkan. Harga
suatu produk atau jasa ditentukan pula dari besarnya pengorbanan yang dilakukan
untuk menghasilkan jasa tersebut dan laba atau keuntungan yang diharapkan. Oleh
karena itu, penetuan harga produk dari suatu perusahaan merupakan masalah yang
cukup penting, karena dapat mempengaruhi hidup matinya serta laba dari perusahaan.
Kebijaksanaan harga erat kaitannya dengan keputusan tentang jasa yang dipasarkan.
Hal ini disebabkan harga merupakan penawaran suatu produk atau jasa. Dalam
penetapan harga, biasanya didasarkan pada suatu kombinasi barang/jasa ditambah
dengan beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan. Berdasarkan harga yang
ditetapkan ini konsumen akan mengambil keputusan apakah dia membeli barang
tersebut atau tidak. Juga konsumen menetapkan berapa jumlah barang/jasa yang harus
dibeli berdasarkan harga tersebut. Tentunya keputusan dari konsumen ini tidak hanya
berdasarkan pada harga semata, tetapi banyak juga faktor lain yang menjadi
pertimbangan, misalilya kualitas dari barang atau jasa, kepercayaan terhadap
perusahaan dan sebagainya.
Hendaknya setiap perusahaan dapat menetapkan harga yang peling tepat, dalam arti
yang dapat memberikan keuntungan yang paling baik, baik untuk jangka pendek
maupun unluk jangka panjang.
3.      Place (tempat)
Saluran Distribusi Setelah perusahaan berhasil menciptakan barang atau jasa yang
dibutuhkan dan menetapkan harga yang layak, tahap berikutnya menentukan metode
penyampaian produk/jasa ke pasar melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada
tempat yang tepat, dengan harapan produk/jasa tersebut berada ditengah-tengah
kebutuhan dan keinginan konsumen yang haus akan produk/jasa tersebut.
Yang tidak boleh diabaikan dalam langkah kegiatan memperlancar arus barang/jasa
adalah memilih saluran distribusi (Channel Of Distribution). Masalah pemilihan saluran
distribusi adalah masalah yang berpengaruh bagi marketing, karena kesalahan dalam
memilih dapat menghambat bahkan memacetkan usaha penyaluran produk/jasa dari
produsen ke konsumen.
Distributor-distributor atau penyalur ini bekerja aktif untuk mengusahakan
perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar jasa-jasa tersebut dapat
diterima oleh konsumen. Dalam memilih saluran distribusi ini ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:
a. Sifat pasar dan lokasi pembeli
b. Lembaga-lembaga pemasaran terutama pedagang-pedagang perantara
c. Pengendalian persediaan, yaitu menetapkan tingkat persediaan yang ekonomis.
d. Jaringan pengangkutan.
Saluran distribusi jasa biasanya menggunakan agen travel untuk menyalurkan
jasanya kepada konsumen. Jadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan
dalam kebijaksanaan saluran distribusi itu sendiri dengan memperhitungkan
adanya perubahan pada masyarakat serta pola distribusi perlu mengikuti dinamika
para konsumen tadi.
4.      Promotion (promosi).
Aspek ini berhubungan dengan berbagai usaha untuk memberikan informasi pada
pasar tentang produk/jasa yang dijual, tempat dan saatnya. Ada beberapa cara
menyebarkan informasi ini, antara lain periklanan (advertising), penjualan pribadi
(Personal Selling), Promosi penjualan (Sales Promotion) dan Publisitas (Publicity).
1.         Periklanan (Advertising): Merupakan alat utama bagi pengusaha untuk
mempengaruhi konsumennya. Periklanan ini dapat dilakukan oleh pengusaha lewat
surat kabar, radio, majalah, bioskop, televisi, ataupun dalam bentuk poster-poster
yang dipasang dipinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis.
2.         Penjualan Pribadi (Personal selling): Merupakan kegiatan perusahaan untuk
melakukan kontak langsung dengan calon konsumennya. Dengan kontak langsung
ini diharapkan akan terjadi hubungan atau interaksi yang positif antara pengusaha
dengan calon konsumennya itu. Yang termasuk dalam personal selling adalah: door
to door selling, mail order, telephone selling, dan direct selling.
3.         Promosi Penjualan (Sales Promotion): Merupakan kegiatan perusahaan untuk
menjajakan produk yang dipasarkarlnya sedemikian rupa sehingga konsumen akan
mudah untuk melihatnya dan bahkan dengan cara penempatan dan pengaturan
tertentu, maka produk tersebut akan menarik perhatian konsumen.
4.         Publsitas (Pubilicity): Meripakan cara yang biasa digunakan juga oleh perusahaan
untuk membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada konsumen, agar mereka
menjadi tahu, dan menyenangi produk yang dipasarkannya, hal ini berbeda dengan
promosi, dimana didalam melakukan publisitas perusahaan tidak melakukan hal
yang bersifat komersial. Publisitas merupakan suatu alat promosi yang mampu
membentuk opini masyarakat secara tepat, sehingga sering disebut sebagai usaha
untuk "mensosialisasikan" atau "memasyarakatkan ".
Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah tercapainya keseimbangan yang efektif,
dengan mengkombinasikan komponen-komponen tersebut kedalam suatu strategi promosi
yang terpadu untuk berkomunikasi dengan para pembeli dan para pembuat keputusan
pembelian.
pakar pemasaran yang menganggap kemasan (Packaging) sebagai P kelima dalam
elemen strategi pemasaran. Sebuah kemasan yang berhasil merupakan perpaduan antara
pemasaran dan desain, tetapi ada perbedaan yang sangat besar antara cara berpikir para
pakar pemasaran dengan para desainer. Desainer cenderung berpikir lebih subjektif dan
kreatif - mencari ide. Sedangkan seorang staf pemasaran lebih berpikir secara objektif dan
marketing oriented - bagaimana meningkatkan penjualan dengan biaya seminimal
mungkin. Akan tetapi dibalik perbedaan itu, ada satu kesamaan tujuan, yaitu mendapatkan
respons positif dari pengamat sasaran. Karena itu seorang desainer komunikasi visual perlu
mengerti konsep dasar pemasaran dan hubungannya dengan visualisasi, sebaliknya seorang
staf pemasaran perlu mengerti cara visualisasi para konsumennya. Dengan berkembangnya
jumlah produk di pasar ditambah dengan persaingan yang tajam dewasa ini , membuat
pasar menjadai sebuah arena di mana setiap produk harus mampu bersaing dengan produk
lainnya. Ditambah lagi dengan banyaknya pasar swalayan (self service), menuntut sebuah
produk menjadi wiraniaga tan wicara (silent sales person), di mana produk tersebut harus
mampu menjual. Faktor-faktor inilah yang meningkatkan pentingnya peranan desain
kemasan dalam pemasaran.
Menurut Hermawan Kartajaya, kita tidak boleh menganggap remeh “estetika”. Hal ini
disebabkan oleh bertambahnya jumlah produsen yang ikut serta dalam persaingan pasar.
Dahulu ketika jumlah produk di pasar masih sedikit, estetika tidak punya arti apa-apa di
mata konsumen. Konsumen tidak peduli dengan bentuk produk yang unik, pilihan kemasan
yang lain daripada yang lain, dan lain-lain. Tetapi kini ketika informasi sangat mudah
didapat dan diakses dari berbagai sumber seperti koran, majalah, televisi hingga internet,
maka mau tidak mau estetika memegang peranan penting dan menjadi nilai tambah di
samping kualitas produk dan layanan pasca jual.
Ada tiga alasan penting mengapa estetika penting dalam pemasaran, yaitu:
1.      Estetika dapat menciptakan loyalitas konsumen dengan memberikan pengaruh
psikologis dan emosional. Contohnya melalui keunikan sebuah logo pada
kemasan.
2.      Estetika dapat menjadi standar perusahaan untuk menetapkan harga.
3.      Estetika dapat membuat sebuah produk menjadi berbeda (point of differentiation)
di tengah persaingan merek yang semakin ketat.
2.6  Kendala Dalam Pemasaran Bahan Pangan
Pada saat panen raya, pasokan pangan hasil pertanian berlimpah ke pasar sehingga menekan
harga dan kurang menguntungkan petani. Sebaliknya, pada musim panen rendah, harga –
harga bahan pangan meningkat dengan tajam karena kekurangan pasokan sehingga
memberatkan konsumen. Kelembagaan pemasaran belum mampu mewujudkan system yang
adil di antara para pelakunya. Pemasaran pangan biasanya melalui rantai perdagangan yang
panjang. Dari petani, pangan berturut – turut bergerak ke pedagang pengumpul desa,
pedagang menengah konsumen di kecamatan, pedagang besar di kota, pengecer penjaja
sampai ke konsumen. Masing – masing pelaku pada mata rantai perdagangan tersebut
mengambil keuntungan serta memperhitungkan penyusutan, jasa pengangkutan, jasa
penyimpanan, dan jasa pelayanan sehingga perbedaan harga penjualan oleh produsen dan
harga pembelian oleh konsumen sangat besar.

2.6.1 Pemerataan Distribusi dan Pasokan Pangan


Konsep ketahanan pangan dapat diterapkan untuk menyatakan situasi pangan pada
berbagai tingkatan yaitu tingkat global, nasional, regional, dan tingkat rumah tangga serta
individu yang merupakan suatu rangkaian. Hal ini menunjukkan bahwa konsep ketahanan
pangan sangat luas dan beragam serta merupakan permasalahan yang kompleks. Ketahanan
pangan menghendaki ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dan setiap
rumah tangga. Dalam arti setiap penduduk dan rumah tangga mampu untuk mengkonsumsi
pangan dalam jumlah dan gizi yang cukup. Ketersediaan bahan pangan bagi penduduk akan
semakin terbatas akibat kesenjangan yang terjadi antara produksi dan permintaan, adanya
pangan yang cukup bagi seluruh aspek yang membutuhkan dapat tergantung dari system
distribsi pangan yang terlaksana dengan baik.
Untuk wilayah Indonesia Bagian Timur, kepulauan dan perbatasan pada umumnya memiliki
pasokan bahan pangan yang masih kurang dan sangat kurang. Jika kesenjangan antara
ketersediaan dan kebutuhan pangan semakin besar maka akan berdampak pada stabilitas
ketahanan pangan wilayah.
Permasalahan utama yang menyebabkan kurangnya pasokan bahan pangan di wilayah yaitu
masalah distribusi pangan, dimana ada 4 akar permasalah, yaitu :
1.      dukungan infrastruktur, yaitu kurangnya dukungan akses terhadap pembangunan
sarana jalan, jembatan, dan lainnya.
2.      sarana transportasi, yakni kurangnya perhatian pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota serta masyarakat di dalam pemeliharaan sarana transportasi.
3.      sistem transportasi, yakni sistem transportasi yang masih kurang efektif dan efisien.
Selain itu juga kurangnya koordinasi antara setiap moda transportasi mengakibatkan
bahan pangan yang diangkut sering terlambat sampai ke tempat tujuan.
4.      masalah keamanan dan pungutan liar, yakni pungutan liar yang dilakukan sepanjang
jalur transportasi di Indonesia.

2.7  Sisitem Distribusi Pangan


“Contoh Distribusi Pangan yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”
Kondisi umum distribusi pangan di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang
berpengaruh terhadap stok, pasokan dan harga bahan pangan kebutuhan masyarakat bersumber
dari produksi setempat, pasokan bahan pangan dari luar serta pemberian/hibah kepada
masyarakat. Kondisi distribusi bahan pangan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Distribusi bahan pangan dari produksi setempat.
Bahan pangan pokok beras, jagung, kedele, ubikayu/gaplek, daging ayam, daging sapi, ikan,
telor, gula pasir, buah-buahan dan sayur mayur telah banyak dihasilkan dari produksi setempat,
adalah :
         Distribusi beras, sebagian besar masyarakat memanfaatkan produksi yang
dihasilkan oleh para petani setempat yang ditampung oleh pedagang pengumpul di
tingkat desa kemudian dibeli oleh pedagang besar/distributor baru dipasarkan
melalui pedagang pengecer. Kelebihan produksi, oleh pedagang pengumpul atau
pedagang besar/distributor dipasarkan ke daerah lain, antara lain Jawa Tengah,
DKI.Jakarta dan sebagian kecil Jawa Barat. Untuk beras kualitas premium,
disamping dihasilkan setempat juga mendapatkan pasokan dari Jawa Tengah.

         Distribusi jagung, hampir keseluruhan dijual untuk memenuhi kebutuhan pakan
ternak setempat dan terbesar dijual ke lain daerah, antara lain Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Produksi hasil petani ditampung oleh pedagang pengumpul kemudian
dipasarkan kepada pedagang besar dan atau langsung kepada pengusaha ternak.

         Distribusi kedele, hampir keseluruhan oleh petani dijual untuk memenuhi industri
tahu/tempe setempat bahkan masih perlu pasokan dari luar. Produksi hasil petani
ditampung oleh pedagang pengumpul atau langsung ke pasar terdekat kemudian
dibeli oleh pengrajin tahu/tempe dan untuk menutup kekurangannya langsung
mendapatkan pasokan dari luar melalui pedagang besar/distributor atau membeli di
pasar-pasar setempat.

         Distribusi ubikayu/gaplek, hampir keseluruhan oleh petani dijual melalui pedagang
pengumpul dan langsung kepada pedagang besar/distributor. Bentuk produksi yang
dipasarkan dalam bentuk gaplek, yang dijual melalui perusahaan tepung Cassava
setempat dan juga langsung dipasarkan ke Cilacap Jawa Tengah.

         Distribusi daging ayam, daging sapi dan telor, sebagian besar produk yang
dihasilkan oleh peternak setempat dan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
masyarakat D.I.Yogyakarta dan sebagian kecil dipasarkan ke luar daerah, antara
lain Jawa Tengah, DKI. Jakarta. Namun demikian, untuk memenuhi kebutuhan
keseluruhan masih mendapatkan pasokan dari luar daerah, yaitu Jawa Tengah, Jawa
Timur dan beberapa provinsi lain.

         Distribusi ikan, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan bagi masyarakat,
produksi setempat dirasa masih sangat kurang sehingga mendapatkan pasokan dari
Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.

         Distribusi gula pasir, produksi petani tebu yang diproses melalui PG Madukismo,
hasil gulanya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan juga
dijual untuk wilayah selatan Jawa Tengah dan sebagian kecil Jawa Barat. Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Provinsi D.I.Yogyakarta mendapatkan pasokan
dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.

2.      Distribusi bahan pangan pasokan dari luar.


Bahan pangan pokok pasokan dari luar, antara lain gula pasir, terigu, beras kualitas premium,
kedele, daging sapi, daging ayam, telor, ikan, minyak goreng, garam beryodium, buah-buahan
dan sayur mayur. Distribusi berasal dari pasokan pedagang besar kemudian didistribusikan oleh
para distributor di tingkat daerah dan dilakukan oleh para pedagang pengecer baik di pasar, toko,
warung maupun di tempat-tempat pemasaran bahan pangan pokok

Kestabilan pasokan bahan pangan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan harga yang
terjadi, oleh sebab itu kelancaran sarana dan prasarana distribusi sangat berpengaruh terhadap
kecepatan distribusi bahan pangan tersebut. Untuk wilayah Provinsi D.I.Yogyakarta, terkait
sarana transportasi cukup baik dan lancar, dampaknya terhadap distribusi pasokan bahan pangan
sampai dengan saat ini tidak ada permasalahan dan berjalan dengan normal.

3.      Distribusi bahan pangan pemberian/hibah.

Untuk distribusi bahan pangan pemberian/hibah kepada masyarakat penerima dalam


bentuk beras bersubdisi. Jaringan distribusi langsung dari Bulog kemudian disalurkan
secara langsung kepada masyarakat di tingkat tingkat pedesaan. Kemudian distribusi
sampai di tingkat masyarakat, disalurkan pembelian yang dikoordinir Kepala Dukuh atau
personil yang ditunjuk/disepakati di tingkat Padukuhan.

2.8  Kebijakan dan Program Distribusi Pangan Daerah


Arah kebijakan dan program distribusi pangan di tingkat daerah adalah dalam rangka
untuk mewujudkan distribusi pangan yang efektif dan efisien sehingga dapat dijangkau
secara merata untuk memenuhi akses pangan masyarakat sepanjang waktu baik jumlah,
mutu, aman dan beragam untuk mendukung hidup yang aktif, sehat dan produktif.

Implementasi kebijakan dan program tersebut diatas, ditempuh melalui pemberdayaan


masyarakat sehingga memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan potensi sumberdaya yang
dikuasai serta dikembangkan koordinasi, komunikasi dan konsultasi dengan para pihak
sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar dalam rangka untuk mewujudkan ketahanan
pangan secara berkelanjutan.

Penanganan distribusi di daerah sentra produksi pangan, dikembangkan pengaturan cadangan


pangan, pengaturan distribusi pangan serta stabilisasi harga sehingga produksi yang
dihasilkan dapat didistribusikan secara merata di tingkat wilayah dengan harga yang stabil
sepanjang waktu. Selanjutnya untuk distribusi di daerah konsumen pangan dengan tingkat
akses pangannya dikatagorikan rendah, dikembangkan pengaturan cadangan pangan,
pengaturan distribusi pangan dan akses pangan produktif, sehingga bahan pangan dapat
didistribusikan secara efisien serta mendorong tumbuhberkembangnya optimalisasi
peningkatan produksi setempat. Di dalam penerapan kegiatan-kegiatan tersebut, pemantauan
perkembangan distribusi dan harga pangan terus dikembangkan sehingga setiap saat dapat
diketahui terjadinya perubahan gejolak pasokan pangan dan harga dalam rangka merumuskan
kebijakan upaya mengatasi penanganannya

A. Tujuan

Tujuan pengembangan distribusi pangan di tingkat daerah sesuai kebijakan dan program
seperti uraian diatas, adalah :

1. Berkembangnya subsistem distribusi, cadangan dan akses pangan masyarakat dalam


rangka memelihara stabilisasi pasokan dan harga pangan bagi pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
2. Terselenggaranya koordinasi dalam rangka pengembangan potensi sumberdaya secara
optimal untuk meningkatkan distribusi pangan secara merata dan berkesinambungan.
3. Terselenggaranya pemantauan distribusi dan harga pangan secara tertib, baik dan
berkelanjutan.

B. Sasaran

Sasaran kegiatan sesuai kebijakan dan program pengembangan distribusi pangan tahun
2009 -2014, adalah :

1. Fasilitasi Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) sebanyak 100


Gapoktan dari jumlah Gapoktan sentra produksi sebanyak 392 Gapoktan.
2. Fasilitasi Lembaga Akses Pangan Masyarakat (LAPM) sebanyak 50 Gapoktan/Desa dari
sejumlah 137 Gapoktan/Desa yang dikatagorikan rawan pangan atau daerah konsumen
pangan.
3. Pemantauan Distribusi dan Harga Pangan yang diselenggarakan setiap tahun sehingga
tersedia data/informasi perkembangan stok, pasokan dan harga pangan selama 5 tahun.
4. Kajian Distribusi Pangan Masyarakat yang berlaku selama 5 tahun (2010-2014), sehingga
dapat diketahui jaringan distribusi bahan pangan pokok sekaligus permasalahan yang
dihadapi.
5. Kajian Akses Pangan Masyarakat yang berlaku selama 5 tahun (2010-2014), sehingga
dapat diketahui tingkat akses pangan di masing-masing wilayah serta penyebab
rendahnya akses pangan masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Distribusi pangan merupakan salah satu subsistem ketahanan pangan yang peranannya
sangat strategis, apabila tidak dapat terselenggara secara baik dan lancar, bahan pangan yang
dibutuhkan masyarakat tidak akan terpenuhi. Distribusi pangan ini diharapkan dapat terlaksana
secara efektif, efisien dan merata di setiap lokasi berlangsungnya transaksi bahan pangan
kebutuhan masyarakat. Gangguan distribusi pangan ini berdampak terhadap kelangkaan bahan
pangan dan kenaikan harga pangan serta berpengaruh terhadap rendahnya akses pangan
masyarakat karena daya beli bahan pangan menjadi menurun.
Keberhasilan dalam distribusi pangan adalah pada saat pangan telah mencapai ke
konsumen. Bahan pangan tersebut harus cukup secara kuantitas, aman bagi kesehatan, bergizi
baik, sesuai selera konsumen, harganya terjangkau, dan tersedia sepanjang tahun. Ketahanan
Pangan bagi masyarakat akan terealisasi dengan baik jika terjadi kelancaran dalam Distribusi
Pangan.

Anda mungkin juga menyukai