Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERENCANAAN PANGAN DAN GIZI MODEL JULIEN PERISSE

OLEH:

Kelompok I

BELLA RAMADHANI.M

FARID BUHARI

FITRIANA MAOD

SAPUTRI LAPARAGA

FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI & ILMU KESEHATAN PROGRAM


STUDI S1-GIZI UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO

2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tim penulis dapat menyelesaikan makalaj yang berjudul
“Perencanaan pangan dan gizi model julien parisse”.Dengan terselesainya laporan ini tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dosen pembimbing, yang telah membantu dalam penilaian dengan memberi masukan kepada
penulis.

2. Orang tua yang memberikan izin dan dukungan kepada kami untuk melaksanakan tugas laporan ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunannya, baik dalam penyajian data, Bahasa maupun sistematika pembahasannya. Penulis juga
mengharapkan masukan atau kritikan maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya
di masa yang akan datang. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini, mudah-
mudahan dengan adanya karya tulis ini sedikit banyaknya dapat membawa manfaat kepada kita semua,
dan juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

Gorontalo, Oktober 2020

Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
2.2 model perencanaan pangan dan gizi...................................................................2
2.2.1 model perencanaan julien parisse................................ ...................................4
BAB III PENUTUP.........................................................................................................3
3.1 Kesimpulan............................................................................................................3
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya


manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM ysng memiliki fisik yang tangguh mental yang
kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukan bahwa hal ini sangat
ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah
asupan pangan yang dikonsumsi. Sementara itu pengaturan tentang pangan tertuang dalam
Udang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang pangan, yang mneyatakan juga bahwa pangan
merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat.
Pemenuhan hak atas pangan dicerminkan pada devinisi ketahanan pangan yaitu kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Kecukupan pangan yang baik
mendukung tercapainya status gizi yang baik sehingga akan menghasilkan generasi muda
yang berkualitas.

Pembangunan pangan dan gizi merupakan rangkaian aktivitas pembangunan


multisektor, mulai dari aspek produksi pangan, distribusi, keterjangkauan, konsumsi sampai
pada aspel pemanfaatan yang mempengaruhi status gizi. Pembangunan pangan dan gizi pada
seluruh aspek tersebut memerlukan dukungan multisektor diantaranya dinas pertanian dan
peternakan, badan kesehatan pangan, dinas kesehatan, dinas pendidikan, dinas kelautan, dan
perikanan, dinas tenaga kerja dan transmigrasi, dinas peindustrian perdagangankoperasi dan
UKM, biro pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, dinas pekerjaan umum dan
perumahan rakyat, dinas perkebunan dan dinas sosial.

BAB II

PEMBAHASAN
2.2 Model Perencanaan Pangan dan Gizi

Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu stabilitas ekonomi sehingga upaya pemenuhan
kecukupan pangan menjadi kerangka pembangunan yang mampu mendorong pembangunan sektor
lainnya. Ketahanan pangan dibangun atas tiga pilar utama, yaitu ketersediaan pangan, akses pangan,
dan pemanfaatan pangan. Tersedianya pangan secara fisik di daerah bisa diperoleh dari hasil produksi
daerah sendiri, impor, maupun Bantuan

pangan. Analisis mengenai ketersediaan pangan dan akses pangan menjadi tahapan pembangunan yang
strategis karena dibutuhkan untuk menelaah kinerja ketahanan pangan di Sulawesi Barat. Kemandirian
pangan akan mampu menjamin masyarakat memenuhi kebutuhan pangan yang cukup, mutu yang layak,
aman dan tanpa ketergantungan dari pihak luar.

Ketersediaan pangan. Produksi pangan adalah secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu
produksi pangan domestik (netto), perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan
ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di
wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari
pemerintah atau organisasi lainnya.Pangan meliputi produk serealia, kacang-kacangan, minyak nabati,
sayur-sayuran, qbuah-buahan, rempah, gula, dan produk hewani. Karena porsi utama dari kebutuhan
kalori harian berasal dari sumber pangan karbohidrat, yaitu sekitar separuh dari kebutuhan energi qper
orang per hari, maka yang digunakan dalam analisa kecukupan pangan yaitu karbohidrat yang
bersumber dari produksi pangan pokok serealia, yaitu padi, jagung, dan umbi-umbian q(ubi kayu dan ubi
jalar) yang digunakan untuk memenuhi tingkat kecukupan pangan pada tingkat Provinsi maupun
Kabupaten/Kota.

Salah satu upaya dalam mendorong produksi dan produktivitas pangan adalah tersedianya infrastruktur
pertanian yang memadai. Pembangunan infrastruktur yang saat ini diperlukan antara lain berupa
perbaikan dan pembangunan infrastruktur pengairan, seperti waduk dan saluran irigasi, serta
pembangunan jalan yang menghubungkan sentra produksi kepada konsumen akhir.

Untuk mewujudkan ketersediaan infrastruktur tersebut, dukungan dan koordinasi antara instansi yang
membidangi pembangunan fisik serta pemerintah daerah melalui dukungan kebijakan yang
mempermudah implementasi pembangunan tersebut, mutlak diperlukan. Selain pembangunan
infrastruktur, peningkatan produksi dan produktivitas pertanian juga memerlukan dukungan penyediaan
teknologi dan sarana produksi, serta sumber daya manusia yang baikSalah satu upaya dalam mendorong
produksi dan produktivitas pangan adalah tersedianya infrastruktur pertanian yang memadai.
Pembangunan infrastruktur yang saat ini diperlukan antara lain berupa perbaikan dan pembangunan
infrastruktur pengairan, seperti waduk dan saluran irigasi, serta pembangunan jalan yang
menghubungkan sentra produksi kepada konsumen akhir.

Untuk mewujudkan ketersediaan infrastruktur tersebut, dukungan dan koordinasi antara instansi yang
membidangi pembangunan fisik serta pemerintah daerah melalui dukungan kebijakan yang
mempermudah implementasi pembangunan tersebut, mutlak diperlukan. Selain pembangunan
infrastruktur, peningkatan produksi dan produktivitas pertanian juga memerlukan dukungan penyediaan
teknologi dan sarana produksi, serta sumber daya manusia yang baik.

Kerentanan pangan dapat bersifat kronis atau sementara/transien. Kerentanan pangan kronis adalah
ketidakmampuan suatu daerah, masyarakat atau rumah tangga dalam jangka panjang atau yang terus
menerus untuk memenuhi standar kebutuhan pangan minimun. Keadaan ini biasanya terkait dengan
faktor struktural, yang tidak dapat berubah dengan cepat, seperti iklim setempat, jenis tanah, sistem
pemerintahan daerah, kepemilikan lahan, hubungan antar etnis, tingkat pendidikan, dan lain-lain.
Kerentanan pangan sementara (transien) adalah

ketidakmampuan masyarakat/rumah tangga dalam jangka pendek atau sementara untuk memenuhi
standar kebutuhan pangan minimun. Keadaan ini biasanya terkait denngan faktor dinamis yang berubah
dengan cepat seperti penyakit infeksi, bencana alam, pengungsian, berubahnya fungsi pasar, tingkat
besarnya hutang, perpindahan penduduk (migrasi) dll.

Kerentanan pangan sementara yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan menurunnya
kualitas penghidupan rumah tangga, menurunnya daya tahan, dan bahkan bisa berubah menjadi
kerentanan pangan kronis.

Terlepas dari peningkatan produksi pangan dalam sepuluh tahun terakhir, tampak dari keragaan yang
ada, fluktuasi produksi ternyata perlu diperhatikan. Ketidakstabilan produksi menunjukkan setidaknya
tidak ada jaminan bahwa produksi dapat dengan mudah untuk terus ditingkatkan dalam tahun-tahun ke
depan. Bahkan diperkirakan tantangan peningkatan produksi akan semakin meningkat dengan kondisi
iklim yang “sulit” diperkirakan, lahan produktif yang semakin terkonversi, dan menurunnya minat tenaga
kerja maupun perhatian pengambil kebijakan terhadap sektor pertanian pangan. Untuk itu, upaya
peningkatan produksi pangan, baik dalam sepuluh tahun terakhir maupun ke depan, akan difokuskan
kepada intensifikasi melalui peningkatan produktivitas tanaman dan ekstensifikasi melalui perluasan
lahan pertanian pangan.

Setiap wilayah memiliki kemampuan yang berbeda dalan produksi dan penyediaan pangan pangan,
termasuk dalam hal mendatangkan pangan dari luar daerah. Di daerah yang terisolir, kelangkaan
ketersediaan pangan seringkali menjadi penyebab utama rendahnya akses rumah tangga terhadap
pangan. Dengan kondisi pembangunan yang semakin baik dan semakin terbukanya daerah yang terisolir,
kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan ditentukan oleh daya beli. Kemiskinan menjadi
faktor pembatas utama dalam mengkases pangan, setiap rumah tangga memiliki kemampuan yang
berbeda dalam mencukupi kebutuhan pangan secara kuantitas maupun kualitas untuk memenuhi
kecukupan gizi.

Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah menerapkan berbagai kebijakan untuk menjamin agar rumah
tangga dan individu memiliki akses terhadap pangan yang tersedia.Upaya atau kebijakan umum yang
diterapakan adalah stabilisasi harga pangan pokok agar mekanisme pasar dan distribusi yang ada dapat
menyediakan pangan pokok dengan harga yang terjangkau serta memperkuat cadangan pangan
pemerintah daerah dan masyarakat.
Pemerintah melalui program penganekaragaman konsumsi pangan mengupayakan agar pola konsumsi
pangan penduduk telah beraneka ragam dan seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang
cukup (Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman) yang dimulai dari masing-masing rumah tangga. Program
Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) yang dilakukan antara lain melalui kegiatan
optimalisasi pemanfaatan pekarangan, yang dpat menjadi sumber pangan keluarga, bukan saja terbatas
pada tanaman sebagai sumber karbohidrat, vitamin dan mineral, melainkan juga pada ternak dan ikan
sebagai sumber protein.

Gizi, kerentanan dan kematian mencerminkan sebuah permasalahan kompleks dari faktor termasuk
ketersediaan zat-zat gizi, akses terhadap pangan bergizi, penggunaan zat-zat gizi dari makanan oleh
tubuh, lingkungan kesehatan masyarakat, penyakit dan status kesehatan individu. Status gizi suatu
populasi dicerminkan oleh status gizi anak usia di bawah lima tahun (balita), yaitu diukur melalui
stunting (tinggi badan berdasarkan umur), underweight (berat badan berdasarkan umur) dan wasting
(berat badan berdasarkan tinggi badan). Kekurangan zat gizi mikro juga penting dalam mengukur status
gizi suatu populasi, tetapi sering lebih sulit untuk diukur dan dipantau.

2.2.1 Model Julien Parisse

Suplai, permintaan dan kebutuhan pangan merupakan masalah yang menempati


urutan pertama bagi penduduk dan pemerintah, terutama di negara-negara sedang
berkembang dimana kekurangan pangan merupakan masalah yang besar. Pada saat ini
negara sedang berkembang diharapkan pada perubahan-perubahan tradisi, perbaikan
sanitasi lingkungan, pendidikan, urbanisasi dan perubahan kebudayaan.

Kebutuhan modifikasi dengan meningkatkan kesehatan, kebersihan lingkungan dan


meningkatkan tehnik memasak untuk mencegah kehilangan zat dan sisa makanan.

Fungsi perencanaan model Julien Parisse yaitu :

1. merangsang danmengkoordinasikan penelitian di berbagai bidang

2. memantapkan pemanfaatan sumber dan kemampuan operasional tiap departemen

3. mengkoordinasikan berbagai program pada saat pelaksanaan

4. menentukan indikator gizi sehingga efektivitas program dapat dievaluasi


Model suplai, permintaan, dan kebutuhan pangan.

Faktor eksternal

Suplai : permintaan :

1. Tingkat produksi 1. Kebiasaan makan

2. Import-ekspor 2. Status sosial

3. Dinamika industri 3. Tingkat pendidikan

4. Kemampuan pengolahan 4. Tingkat pendapatan

5. Fasilitas penyimpanan 5. Besar keluarga

6. Cara pengawetan

Konsumsi makan

Faktor internal

Kebutuhan : ( Status Gizi)

1. Mutu pangan

2. Umur

3. Jenis kelamin

4. Ukuran tubuh

5. Aktivitas

6. Keadaan kesehatan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun
tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, atau pembuiatan, makanan atau minuman.

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, Newman. 2000. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC
Ethel, Sloane.2003.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran (EGC)
Nency,Y. 2005. Gizi Buruk Ancaman Generasi Yang Hilang.http://io.ppi jepang.org/article.php?
id=113. Diakses tanggal 2 April 2013 Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta :
(EGC)
Anonym. 2016. Makalah Kwashiorkor Gizi. Diambil pada jam 11:38 tanggal 14 Agustus 2018
http://novitapison.blogspot.com/2016/06/makalah-kwashiorkor-gizi.html

Anda mungkin juga menyukai