Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ILMU PANGAN GIZI


TENTANG KATAHANAN PANGAN
Dosen Pengempu : Masyura MD S.P.,M.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

MAULANA IBRAHIM 20220710021


ZAKI AMRULLAH 2204310009
FERDY PRATAMA 2204310014
RIZKI FAHMI ULUM POHAN 2204310022
SYAHRIL HAMONANGAN 2204310039

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan keadaan baik dan tepat
waktu. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Ilmu
Pangan Gizi, Fakultas Pertanian, Universistas Muhammadiyah Sumatra Utara.
Saya sangat berterimakasih kepada Masyura MD S.P.,M.Si yang sudah
memberikan arahan mengenai tugas makalah ini dengan baik. Tapi tentu saya
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak memiliki
kekurangan baik dari segi penulisan maupun struktur penyusunannya. Namun
untuk kedepannya saya berusaha agar meningkatkan kualitas penulisan karya
ilmiah apapun. Dengan ini, saya selaku penyusun makalah sangat terbuka untuk
menerima kritik dan saran yang membangun agar kami dapat membuat penulisan
karya ilmiah dengan lebih baik lagi. Kami juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya

Kuningan, 8 Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Pendahuluan.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................3
PEMBAHASAN
2.1..............................................................................................................Peng
ertian Ketahanan Pangan.................................................................3
2.2..............................................................................................................Siste
m Ketahanan Pangan........................................................................5
2.3..............................................................................................................Tuju
an Pembuangan Ketahana Pangan..................................................5
2.4..............................................................................................................Strat
egi dalam Upaya Pembangunan ketahanan pangan.....................6
2.5..............................................................................................................Aspek-aspek tentangp
pemerintah dalam mencapai ketahanan pangan............................6
2.6..............................................................................................................Strat
egi dan Program dalam Upaya Ketahanan Pangan.......................9
2.7..............................................................................................................Penti
ngnya Terwujudnya Ketahanan Pangan.........................................12
BAB III............................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat
penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu
berperan secara optimal, baik, dan bermutu. Mencari makanan yang baru
atau bahan makanan yang lebih berkualitas, sangat baik dalam usaha untuk
meningkatkan pembangunan sumber daya alam manusia. Banyak jenis
makanan yang hanya menarik pada tampilan luar dan kelezatan rasa, tetapi
dalam segi kesehatan dapat membahayakan tubuh manusia terutama pada
masa perkembangan anak.
Gizi atau makanan di perlukan manusia untuk pemeliharaan tubuh
termasuk pertumbuhan dan pergantian jaringan yang rusak akibat kerja
atau kegiatan fisik. Gizi merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam meningkatkan kesegaran jasmani. Keadaan gizi dikatakan baik atau
normal apabila terdapat keseimbangan antara kebutuhan hidup terhadap
zat-zat gizi dengan makanan yang dikonsumsi, maksudnya jumlah energi
dan zat gizi yang dikonsumsi tubuh sama dengan yang dibutuhkan oleh
tubuh serta sama dengan energi yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Pola
makan akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia setiap
saat, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas, keamanan, gizi, dan
keterjangkauan oleh daya beli masyarakat. Kekurangan pangan tidak
hanya dapat menimbulkan dampak ekonomi, tetapi juga dapat mengancam
keamanan sosial. Sebagaimana tujuan pertama Millennium Development
Goals (MDGs) adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan yang
ekstrem, sehingga ditargetkan pada tahun 2015 tingkat kemiskinan dan
tingkat kelaparan berkurang hingga setengah dari tingkat yang ada ketika
penandatanganan kesepakatan tersebut pada bulan September 2000.
Keberhasilan untuk memperkuat ketahanan pangan dan mengurangi
jumlah penduduk miskin merupakan tantangan besar bagi pemerintah dan
masyarakat dalam melaksanakan pembangunan nasional.
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi
individu dan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau
(Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan). Dalam perspektif
sistem ekonomi pangan, ketahanan pangan memiliki tiga pilar utama, yaitu
ketersediaan pangan (food availability), keterjangkauan pangan (food
accessibility), dan pemanfaatan pangan (food utilization) (Dewan
Ketahanan Pangan (DKP), 2009). Pilar ketersediaan pangan berfungsi
menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk,
baik dari segi kuantitas, kualitas, keragaman, dan keamanannya. Pilar

1
distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien
untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan
dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga
yang terjangkau. Sementara itu, pilar pemanfaatan berfungsi mengarahkan
agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu,
keragaman, kandungan gizi, keamanan, dan kehalalannya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah dtitujukan untuk merumuskan
permasalahan yang akan dibahas pada pembahasan dalam makalah . Ada pun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah , sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ketahanan pangan ?
2. Bagaimana upaya dalam mewujudkan ketahanan pangan ?
3. Aspek-aspek apa saja yang berkaitan dengan permasalahan dan
tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dalam mencapai ketahanan
pangan ?
4. Bagaimana program dalam upaya ketahanan pangan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ketahanan pangan.
2. Untuk mengetahui upaya dalam mewujudkan ketahanan pangan.
3. Untuk mengetahui aspek-aspek yang berkaitan dengan permasalahan
dan tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dalam mencapai
ketahanan pangan.
4. Untuk mengetahui program dalam upaya ketahanan pangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.8. Pengertian Ketahanan Pangan
Pengertian pangan sendiri memiliki dimensi yang luas. Mulai dari pangan
yang esensial bagi kehidupan manusia yang sehat dan produktif
keseimbangan kalori, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serat, dan zat
esensial lain); serta pangan yang dikonsumsi atas kepentingan sosial dan
budaya, seperti untuk kesenangan, kebugaran, kecantikan dan sebagainya.
Dengan demikian, pangan tidak hanya berarti pangan pokok, dan jelas tidak
hanya berarti beras, tetapi pangan yang terkait dengan berbagai hal lain.
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang merupakan
bagian dari hak asasi manusia (HAM), sebagaimana tertuang dalam Deklarasi
HAM Universal (Universal Declaration of Human Right) tahun 1948, serta
UU No 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
Pengertian pangan dalam Suharjo (1988) adalah bahan-bahan yang
dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan,
pertumbuhan, kerja, penggantian jaringan dan mengatur proses-proses di
dalam tubuh. Selain itu ada pula pengertian yang dimaksud pangan pokok,
yaitu bahan pangan yang dimakan secara teratur oleh sekelompok penduduk
dalam jumlah cukup besar, untuk menghasilkan sebagian besar sumber
energi. Pangan dikonsumsi manusia untuk mendapatkan energi yang berupa
tenaga untuk melakukan aktivitas hidup (antara lain bernapas, bekerja,
membangun, dan mengganti jaringan yang rusak). Pangan merupakan bahan
bakar yang berfungsi sebagai sumber energi. Sementara menurut BPOM,
pangan adalah makanan untuk dikonsumsi yang tidak hanya berupa beras,
tapi juga sayur-mayur,buah-buahan, daging baik unggas maupun lembu, ikan,
telur, juga air. Ketahanan pangan menurut UU No 7 tahun 1996 Tentang
Pangan Pasal 1 ayat 17 adalah kondisi terpenuhinya pangan yang cukup, baik
secara jumlah maupun mutu, serta aman, merata, dan terjangkau.
Ketahanan pangan yang merupakan terjemahan dari food security
mencakup banyak aspek dan luas sehingga setiap orang mencoba

3
menterjemahkan sesuai dengan tujuan dan ketersediaan data. Seperti yang
diungkapkan oleh Reutlinger (1987) bahwa ketahanan pangan
diinterpretasikan dengan banyak cara. Braun dkk. (1992) juga
mengungkapkan bahwa pemakaian istilah ketahanan pangan dapat
menimbulkan perdebatan dan banyak isu yang membingungkan karena aspek
ketahanan pangan adalah luas dan banyak tetapi merupakan salah satu konsep
yang sangat penting bagi banyak orang di seluruh dunia. Selanjutnya juga
diungkapkan bahwa defisini ketahanan pangan berubah dari satu periode
waktu ke periode waktu lainnya. Pada tahun 1970-an ketahanan pangan lebih
banyak memberikan perhatian pada ketersediaan pangan tingkat global dan
nasional daripada tingkat rumah tangga. Sementara pada tahun 1980-an
ketahanan pangan beralih ke akses pangan pada tingkat rumah tangga dan
individu.
Membahas ketahanan pangan pada dasarnya juga membahas hal-hal yang
menyebabkan orang tidak tercukupi kebutuhan pangannya. Hal-hal tersebut
meliputi antara lain tersedianya pangan, lapangan kerja dan pendapatan.
Ketiga hal tersebut menentukan apakah suatu rumah tangga memiliki
ketahanan pangan, artinya dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi bagi
setiap anggota keluarganya (Sumarwan, dan Sukandar,1998).
Soekirman (1996) mengungkapkan bahwa cukup tidaknya persediaan
pangan di pasar berpengaruh pada harga pangan. Kenaikan harga pangan bagi
keluarga yang tidak bekerja atau yang bekerja tetapi penghasilannya tidak
cukup, dapat mengancam kebutuhan gizinya yang berarti ketahanan pangan
keluarganya terancam. Sebaliknya, persediaan cukup, harga stabil tetapi
banyak penduduk tanpa kerja dan tanpa pendapatan, berarti tanpa daya bell,
juga menyebabkan persediaan pangan itu tidak efektif. Karena itu
pembangunan Sumberdaya Manusia (SDM) akan mengatur keseimbangan
dan keserasian antara kebijaksanaan sistem pangan (produksi, distribusi,
pemasaran, dan konsumsi) dan kebijaksanaan di bidang sosial seperti
penanggulangan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, gizi dan lain-lain.

4
2.9. Sistem Ketahanan Pangan
Secara umum, ketahanan pangan mencakup 4 aspek, yaitu kecukupan,
akses, keterjaminan dan waktu. Dengan adanya keempat aspek tersebut maka
ketahanan pangan dipandang sebagai suatu sistem, yang merupakan
rangkaian dari komponen utama yaitu ketersediaan dan stabilitas pangan,
kemudahan memperoleh pangan dan pemanfaatan pangan. Terwujudnya
ketahanan pangan merupakan hasil kerja dari suatu sistem yang terdiri dari
berbagai subsistem yang saling berinteraksi, yaitu sub sistem ketersediaan
mencakup pengaturan kestabilan dan kesinambungan penyediaan pangan.
Ketersediaan pangan menyangkut masalah produksi, stok, impor dan ekspor,
yang harus dikelola sedemikian rupa, sehingga walaupun produksi pangan
sebagaian bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, pangan yang
tersedia bagi keluarga harus cukup volume dan jenisnya, serta stabil dari
waktu kewaktu.
Konsumsi pangan tanpa memperhatikan asupan zat gizi yang cukup dan
berimbang tidak efektif bagi pembentukan manusia yang sehat, daya tahan
tubuh yang baik, cerdas dan produktif (Thaha, dkk, 2000). Apabila ketiga sub
sistem diatas tidak tercapai, maka ketahanan pangan tidak mungkin terbangun
dan akibatnya menimbulkan kerawanan pangan (Suryana, 2003).
Dengan demikian, sistem ketahanan pangan tidak hanya menyangkut soal
produksi, distribusi, dan penyediaan pangan ditingkat makro (nasional dan
regional), tetapi juga menyangkut aspek mikro, yaitu akses pangan di tingkat
rumah tangga dan individu serta status gizi anggota rumah tangga, terutama
anak dan ibu hamil dari rumah tangga miskin. Meskipun secara konseptual
pengertian ketahanan pangan meliputi aspek mikro, namun dalam
pelaksanaan sehari-hari masih sering ditekankan pada aspek makro yaitu
ketersediaan pangan. Agar aspek mikro tidak terabaikan, maka dalam
dokumen ini digunakan istilah ketahanan pangan dan gizi.
2.10. Tujuan Pembuangan Ketahana Pangan
Tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah mencapai ketahanan dalam
bidang pangan dalam kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga
dari produksi pangan nasional yang tercermin dari tersedianya pangan yang

5
cukup, jumlah dan mutu, aman, merata dan terjangkau seperti diamanatkan
dalam UU pangan.
2.11. Strategi dalam Upaya Pembangunan ketahanan pangan
Ketahanan pangan adalah konsep yang mencakup berbagai aspek dalam
upaya memastikan ketersediaan pangan yang mencukupi, aksesibilitas
terhadap pangan, dan kestabilan sistem pangan. Berikut adalah penjelasan
lebih rinci tentang beberapa poin penting terkait ketahanan pangan:

1. Produksi yang Cukup


Produksi pangan yang cukup merupakan landasan utama ketahanan
pangan. Ini melibatkan upaya dalam meningkatkan produktivitas pertanian
dan peternakan agar dapat memenuhi kebutuhan populasi yang terus
bertambah.
2. Distribusi yang Adil
Ketahanan pangan tidak hanya berkaitan dengan produksi, tetapi juga
distribusi yang adil. Sistem distribusi yang merata akan memastikan bahwa
masyarakat di seluruh wilayah memiliki akses yang setara terhadap sumber
daya pangan.

3. Kesehatan Ekosistem
Pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan merupakan bagian
integral dari ketahanan pangan. Ini melibatkan praktik-praktik yang menjaga
keseimbangan ekosistem, mencegah degradasi tanah, dan melestarikan
keanekaragaman hayati.

4. Adaptasi terhadap Perubahan Iklim


Perubahan iklim dapat berdampak signifikan pada produksi pangan.
Oleh karena itu, strategi adaptasi perlu dikembangkan untuk menghadapi
perubahan iklim, seperti pola curah hujan yang tidak teratur atau suhu yang
ekstrem.

5. Keamanan Pangan
Keamanan pangan melibatkan aspek kontrol mutu dan keamanan produk
pangan. Sistem yang kuat dalam hal ini dapat mencegah penyebaran penyakit
yang terkait dengan konsumsi pangan.
Melalui integrasi semua poin ini, dapat dibangun sistem pangan yang
kokoh dan berkelanjutan untuk menghadapi tantangan masa depan.

6
2.12. Aspek-aspek tentang permasalahan dan tantangan yang
dihadapi pemerintah dalam mencapai ketahanan pangan
1) Aspek Ketersediaan Pangan.
Dalam aspek ketersediaan pangan, masalah pokok adalah semakin
terbatas dan menurunnya kapasitas produksi dan daya saing pangan
nasional. Hal ini disebabkan oleh faktor faktor teknis dan sosial –
ekonomi.
a. Faktor Teknis
 Berkurangnya areal lahan pertanian karena derasnya alih lahan
pertanian ke industri dan perumahan (laju 1%/tahun).
 Produktifitas pertanian yang relatif rendah dan tidak meningkat.
 Teknologi produksi yang belum efektif dan efisien.
 Infrastruktur pertanian (irigasi) yang tidak bertambah selama
krisis dan kemampuannya semakin menurun.
 Masih tingginya proporsi kehilangan hasil pada penanganan
pasca panen (10-15%).
 Kegagalan produksi karena faktor iklim seperti El-Nino yang
berdampak pada musim kering yang panjang di wilayah
Indonesia dan banjir .
b. Faktor sosial-ekonomi
 Penyediaan sarana produksi yang belum sepenuhnya terjamin
oleh pemerintah.
 Sulitnya mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam produksi
pangan karena besarnya jumlah petani ( 21 juta rumah tangga
petani) dengan lahan produksi yang semakin sempit dan
terfragmentasi (laju 0,5 % /tahun).
 Tidak adanya jaminan dan pengaturan harga produk pangan
yang wajar dari pemerintah kecuali beras.
 Tata niaga produk pangan yang belum pro petani termasuk
kebijakan tarif impor yang melindungi kepentingan petani.
 Terbatasnya devisa untuk impor pangan sebagai alternatif
terakhir bagi penyediaan pangan.

7
2) Aspek Distibusi Pangan
a. Faktor Teknis
 Belum memadainya infrastruktur, prasarana distribusi darat dan
antar pulau yang dapat menjangkau seluruh wilayah konsumen.
 Belum merata dan memadainya infrastruktur pengumpulan,
penyimpanan dan distribusi pangan kecuali beras.
 Sistem distribusi pangan yang belum efisien.
 Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar wilayah dan
antar musim menuntut kecermatan dalam mengelola sistem
distribusi pangan agar pangan tersedia sepanjang waktu
diseluruh wilayah konsumen.
b. Faktor Sosial – Ekonomi
 Belum berperannya kelembagaan pemasaran hasil pangan secara
baik dalam menyangga kestabilan distribusi dan harga pangan.
 Masalah keamanan jalur distribusi dan pungutan resmi
pemerintah pusat dan daerah serta berbagai pungutan lainnya
sepanjang jalur distribusi dan pemasaran telah menghasilkan
biaya distribusi yang mahal dan meningkatkan harga produk
pangan.
3) Aspek Konsumsi Pangan
a. Faktor Teknis
 Belum berkembangnya teknologi dan industri pangan berbasis
sumber daya pangan local.
 Belum berkembangnya produk pangan alternatif berbasis
sumber daya pangan lokal.
b. Faktor Sosial – Ekonomi
 Tingginya konsumsi beras per kapita per tahun.
 Kendala budaya dan kebiasaan makan pada sebagian daerah dan
etnis sehingga tidak mendukung terciptanya pola konsumsi
pangan dan gizi seimbang serta pemerataan konsumsi pangan
yang bergizi bagi anggota rumah tangga.

8
 Rendahnya kesadaran masyarakat, konsumen maupun produsen
atas perlunya pangan yang sehat dan aman.
 Ketidakmampuan bagi penduduk miskin untuk mencukupi
pangan dalam jumlah yang memadai sehingga aspek gizi dan
keamanan pangan belum menjadi perhatian utama.
4) Aspek Pemberdayaan Masyarakat
a. Keterbatasan prasarana dan belum adanya mekanisme kerja yang
efektif di masyarakat dalam merespon adanya kerawanan pangan,
terutama dalam penyaluran pangan kepada masyarakat yang
membutuhkan.
b. Kurang efektifnya program pemberdayaan masyarkat yang selama
ini bersifat top-down karena tidak memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan kemampuan masyarakat yang bersangkutan.
c. Belum berkembangnya sistem pemantauan kewaspadaan pangan
dan gizi secara dini dan akurat dalam mendeteksi kerawanan
panagan dan gizi pada tingkat masyarakat.
d. Keterbatasan keterampilan dan akses masyarakat miskin terhadap
sumber daya usaha seperti permodalan, teknologi, informasi pasar
dan sarana pemasaran meyebabkan mereka kesulitan untuk
memasuki lapangan kerja dan menumbuhkan usaha.
5) Aspek Manajemen
a. Keberhasilan pembangunan ketahanan dan kemandirian pangan
dipengaruhi oleh efektifitas penyelenggaraan fungsi-fungsi
manajemen pembangunan yang meliputi aspek perencanan,
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta koordinasi
berbagai kebijakan dan program. Masalah yang dihadapi dalam
aspek manajemen adalah:
b. Belum adanya jaminan perlindungan bagi pelaku usaha dan
konsumen kecil di bidang pangan.
c. Lemahnya koordinasi dan masih adanya iklim egosentris dalam
lingkup instansi dan antar instansi, subsektor, sektor, lembaga
pemerintah dan non pemerintah, pusat dan daerah dan antar daerah.

9
d. Terbatasnya ketersediaan data yang akurat, konsisten, dipercaya
dan mudah diakses yang diperlukan untuk perencanaan
pengembangan kemandirian dan ketahanan pangan.
2.13. Strategi dan Program dalam Upaya Ketahanan Pangan
Dengan memperhatikan pedoman dan ketentuan hukum, serta
tujuan dan strategi untuk mewujudkan ketahanan pangan, maka kebijakan
dan program yang akan ditempuh dikelompokkan dalam :
1) Program jangka pendek (sampai dengan 5 tahun)
Program jangka pendek ditujukan untuk peningkatan kapasitas
produksi pangan nasional dengan menggunakan sumberdaya yang
telah ada dan teknologi yang telah teruji. Komponen utama program
ini adalah :
a. Ekstensifikasi atau perluasan lahan pertanian (140.000 Ha/tahun)
Ekstensifikasi lahan pertanian ditujukan untuk memperluas lahan
produksi pertanian, sehingga produksi pangan secara nasional yang
sekarang dapat ditingkatkan. Ekstensifikasi dilakukan terutama untuk
kedelai, gula dan garam karena rasio impor terhadap produksi besar
(30-70%). Lahan yang diperluas diperuntukkan bagi petani miskin dan
tunakisma (< 0.1 Ha), tetapi memiliki keahlian/pengalaman bertani.
Lahan kering yang potensial seluas 31 juta Ha dapat dimanfaatkan
menjadi lahan usahatani.
b. Intensifikasi
Program ini diarahkan untuk peningkatan produksi melalui
peningkatan produktifitas pertanian. Intensifikasi ditujukan pada lahan-
lahan pertanian subur dan produktif yang sudah merupakan daerah
lumbung pangan seperti Kerawang, Subang dan daerah pantura lainya
di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan propinsi lainnya.
c. Diversifikasi
Kegiatan diversifikasi ditujukan untuk meningkatkan produksi
pangan pokok alternatif selain beras, penurunan konsumsi beras dan
peningkatan konsumsi pangan pokok alternatif yang berimbang dan
bergizi serta berbasis pada pangan lokal. Diversifikasi dilakukan

10
dengan mempercepat implementasi teknologi pasca panen dan
pengolahan pangan lokal yang telah diteliti ke dalam industri.
d. Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan
Revitalisasi/restrukturisasi industri pasca panen dan pengolahan
pangan diarahkan pada :
 Penekanan kehilangan hasil dan penurunan mutu karena
teknologi penanganan pasca panen yang kurang baik.
 Pencegahan bahan baku dari kerusakan.
 Pengolahan bahan baku menjadi bahan setengah jadi dan produk
pangan.
e. Revitalisasi dan Restrukturisasi Kelembagaan Pangan
Keberadaan, peran dan fungsi lembaga pangan seperti kelompok
tani, UKM, Koperasi perlu direvitalisasi dan restrukturisasi untuk
mendukung pembangunan kemandirian pangan. Kemitraan antara
lembaga perlu didorong untuk tumbuhnya usaha dalam bidang pangan.
Koordinator kegiatan ini adalah Meneg Koperasi dan UKM dan Deptan
dibantu oleh Depperindag. Alokasi dana untuk kegiatan ini berupa
koordinasi antar departemen dan instansi untuk melahirkan kebijakan
baru untuk kelembagaan pangan. Kebutuhan dana dibebankan pada
anggaran masing-masing departemen
f. Kebijakan Makro
Kebijakan dalam bidang pangan perlu ditelaah dan dikaji kembali
khususnya yang mendorong tercapainya ketahanan pangan dalam waktu
1-5 tahun. Beberapa hal yang perlu dikaji seperti pajak produk pangan,
retribusi, tarif bea masuk, iklim investasi, dan penggunaan produksi
dalam negeri serta kredit usaha.
2) Program jangka menengah (5-10 tahun)
Program jangka menengah ditujukan pada pemantapan pembangunan
ketahanan pangan yang lebih efisien dan efektip dan berdaya saing tinggi.
Beberapa program yang relevan untuk dilakukan adalah :
a. Perbaikan undang-undang tanah pertanian termasuk didalamnya
pengaturan luasan lahan pertanian yang dimiliki petani, pemilikan

11
lahan pertanian oleh bukan petani. Sistem bawon atau pembagian
keuntungan pemilik dan penggarap, dsb.
b. Modernisasi pertanian dengan lebih mendekatkan pada pada
peningkatan efisiensi dan produktivitas lahan pertanian,
penggunaan bibit unggul, alat dan mesin pertanian dan
pengendalian hama terpadu dan pasca panen dan pengolahan
pangan.
c. Pengembangan jaringan dan sistem informasi antar instansi,
lembaga yang terkait dalam bidang pangan serta pola kemitraan
bisnis pangan yang berkeadilan.
d. Pengembangan prasarana dan sarana jalan di pertanian agar
aktivitas kegiatan pertanian lebih dinamis.

3) Program jangka panjang (> 10 tahun)


a. Konsolidasi lahan agar lahan pertanian dapat dikelola lebih efisien
dan efektip, karena masuknya peralatan dan mesin dan
menggiatkan aktivitas ekonomi dan pedesaan.
b. Perluasan pemilikan lahan pertanian oleh petani
2.14. Pentingnya Terwujudnya Ketahanan Pangan
a. Ketahanan Pangan Sebagai Bagian Dari Ketahanan Ekonomi
Nasional
Tujuan nasional menjadi pokok pikiran ketahanan ekonomi
nasional karena sesuatu organisasi dalam proses kegiatan untuk
mencapai tujuan akan selalu berhadapan dengan masalah-masalah
internal dan eksternal sehingga perlu kondisi yang siap
menghadapi. Ketahanan ekonomi nasional adalah suatu kondisi
dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan
dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari
luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang
mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan

12
hidup bangsa dan Negara serta perjuangan dalam mewujudkan
tujuan perjuangan nasional.
Ketahanan pangan sesungguhnya sangat erat kaitannya dan
berpengaruh besar terhadap sektor produksi suatu negara, yang
kemudian berpengaruh pada devisa suatu negara, yang akan
dimanfaatkan dalam sektor ekspornya, dan akan berdampak pada
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu, ketahanan pangan
pun sangat erat kaitannya dengan kebijakan-kebijakan politik suatu
negara, tentang persetujuan kerja sama antar aktor dalam sektor
pangan, kebijakan-kebijakan pembangunan, dan pengelolaan
sumberdaya alam berkelanjutan dalam suatu sistem. Berangkat dari
pemahaman tersebut, sehingga ketahanan pangan menjadi salah
satu wacana yang cukup berpengaruh dalam bidang ekonomi
politik.
b. Analisis Pentinganya Pertahanan Pangan Terhadap Pertahanan
Keamanan
Masalah ketahanan pangan merupakan salah satu sub dari
unsur ketahanan nasional, yang dapat dikaitkan dengan ketahanan
ekonomi maupun ketahanan sosial budaya, bahkan dapat masuk
dalam ketahanan dalam bidang pertahanan dan keamanan bila kita
melihat bahwa kualitas dan kuantitas pangan akan berpengaruh
juga terhadap kualitas sumber daya manusia Indonesia yang
merupakan salah satu sumber daya nasional utama bagi sistem
pertahanan negara. Selain itu, Ketahanan pangan nasional
merupakan modal besar bagi suatu bangsa untuk menstabilkan
proses pembangunannya karena berkaitan langsung dengan
eksistensi kehidupan rakyat. Rentannya kondisi ketahanan pangan
akhir-akhir ini, telah memperlambat proses pembangunan nasional.

13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ketahanan pangan merupakan basis utama dalam mewujudkan
ketahanan ekonomi, ketahanan nasional yang berkelanjutan. Ketahanan
pangan merupakan sinergi dan interaksi utama dari subsistem ketersediaan,
distribusi dan konsumsi, dimana dalam mencapai ketahanan pangan dapat
dilakukan alternatif pilihan apakah swasembada atau kecukupan.
Mengacu pada permasalahan dan program pengolahan dan pemasaran
hasil pertanian serta kebijakan strategi ketahanan pangan (ketersediaan,
distribusi dan konsumsi), dan keberhasilan swasta (kasus Garudafood) dan
daerah (kasus Pemerintah Daerah Gorontalo) dalam pengembangan agribisnis
jagung dapat dirumuskan kebijakan strategis pengembangan teknologi pangan.
Kebijakan strategis tersebut mencakup aspek pengembangan kualifikasi
teknologi; keterpaduan pengolahan dan pemasaran; relevansi dan efektivitas
teknologi; pemberian otonomi luas kepada daerah; pelibatan swasta/pemilihan
komoditas prospektif berbasis pemberdayaan/dan pengembangan jaringan kerja
secara luas; pengembangan program kemitraan berawal/berbasis pemasaran;
dan pengembangan program Primatani berbasis industri pengolahan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ariani,Mewa. 2006. Diversifikasi Pangan di Indonesia : Antara Harapan dan
Kenyataan. Forum Agro Ekonomi, Jakarta.
Winarno.2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : PT.
Bumi Aksara
Achmad, Suryana. 2001. Kebijakan Nasional Pemantapan Ketahanan Pangan.
Makalah pada Seminar Nasional Teknologi Pangan, Semarang , 9-10
Oktober 2001
Anonim, 1996. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1996 tentang Pangan. Kantor Menteri Negara Pangan RI.
Anonim. 2000. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2000 tentang Program Pembangunan Nasional.
Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-
2009. Departemen Pertanian, Jakarta.
Nainggolan. 2006. Kebijakan Ketahanan Pangan. Badan Ketahanan Pangan,
Departemen Pertanian, Jakarta.
Siswono, Yudo Husodo. 2001. Kemandirian di Bidang Pangan, Kebutuhan
Negara Kita. Makalah Kunci pada Seminar Nasional Teknologi Pangan,
Semarang , 9-10 Oktober 2001

Website :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22193/4/Chapter%20II.pdf
https://www.academia.edu/7437330/
MAKALAH_PKN_KETAHANAN_PANGAN_-_PWK_UNKRIS

15

Anda mungkin juga menyukai