Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

KETAHANAN PANGAN

Disusun Oleh
kelompok 12 :

Selvi Herlina 1711021014


Muhamad Aziz Renaldi 1711021023
Megeas Deselpan 1711021029
Miya Lestari 1711021072
Sri Winarni 1711021108

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. atas karunia serta hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Ketahanan pangan”.
Shalawat serta salam semoga Allah Swt. selalu mencurahkan kepada baginda Nabi besar
kita, pemimpin yang arif, penunutun jalan kebenaran yaitu nabi Muhammad Saw. Dan kita
selaku umatnya selalu mengharapkan syafa’atnya di yaumul qiyamat nanti.
Diakhir kata kami sangat berharap kepada seluruh yang membaca makalah yang kami
sajikan ini untuk selalu memberikan motivasi kepada kami dan kami sangat mengharapkan kritik
serta saran dari kalian.Terutama untuk dosen kami. Penulis menyadari akan keterbatasan
makalah ini dan dalam keterbatasan ini penulis mohon maaf. Penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat.Umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Bandar Lampung, 24 februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Masalah................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................5
A. Pengertian Ketahanan Pangan..........................................................................5
B. Sistem Ketahanan Pangan.................................................................................8
C. Pengaruh ketahanan pangan terhadap gizi kesmas...........................................11
D. Aspek aspek strategis dalam ketahanan pangan...............................................12
E. Faktor faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan......................................13
F. Arah kebijakan dan strategi nasional................................................................14
G. Masalah Ketahanan Pangan..............................................................................14
BAB III PENUTUP...................................................................................................15
Kesimpulan................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.
Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup dan
karenanya kecukupan pangan bagi setiap orang setiap waktu merupakan hak azasi yang layak
dipenuhi. Berdasar kenyataan tersebut masalah pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh
penduduk setiap saat di suatu wilayah menjadi sasaran utama kebijakan pangan bagi
pemerintahan suatu negara. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar
menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya.
Ketahahan pangan merupakan bagian dari ketahahan ekonomi nasional yang berdampak besar
pada seluruh warga negara yang ada dalam Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan ketahanan pangan?
2. Bagaimanakah sistem ketahanan pangan?
3. Bagaimana pengaruh ketahanan pangan terhadap gizi kesehatan masyarakat?
4. Aspek aspek strategis apakah yang digunakan dalam ketahanan pangan ?
5. Faktor factor apa sajakah yang mempengaruhi ketahanan pangan?
6. Masalah apa sajakah yang di pengaruhi oleh ketahanan pangan?
7. Apa sajakah kebijakan dan strategi ketahanan pangan?

C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ketahanan pangan.
Untuk mengetahui apa saja permasalahan dalam ketahanan pangan.
Untuk mengetahui kebijakan serta strategi dalam ketahanan pangan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ketahanan Pangan
Pengertian ketahanan pangan, tidak lepas dari UU No. 18/2012 tentang Pangan. Disebutkan
dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah "kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara
sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan".

Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan untuk mengaksesnya. ebagai
contoh, sebuah rumah tangga mempunyai ketahanan pangan jika penghuninya tidak berada pada
kondisi kelaparan . Penilaian ketahanan pangan dibagi menjadi ketergantungan eksternal yang
membagi serangkaian faktor risiko dan kesembadwaan peroranga

Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1996, pengertian ketahanan


pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari:

(1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya

(2) aman

(3) merata

(4) terjangkau

Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai
berikut: terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ke- tersediaan
pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk
memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya,
yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.

Pengembangan ketahanan pangan mempunyai perspektif pembangunan yang sangat mendasar


karena (Maleha dan Susanto):

a. akses terhadap pangan dengan gizi seimbang merupakan hak yang paling azasi bagi manusia

b. keberhasilan dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh
keberhasilan pemenuhan kecukupan konsumsi pangan dan gizi
c. ketahanan pangan merupakan basis atau pilar utama dalam mewujudkan ketahanan ekonomi
dan ketahanan nasional yang berkelanjutan.

Dapat dikatakan ketahanan pangan merupakan konsentrasi untuk mewujudkan akses setiap
individu untuk memperoleh pangan yang bergizi. Dalam ketahanan pangan terdapat 3 (tiga)
komponen penting pembentukan ketahanan pangan yaitu: produksidan ketersediaan pangan,
jaminan akses terhadap pangan, serta mutu dan keamanan pangan.

3 Pilar Dalam Ketahanan Pangan

1. ketersediaan (availability),

2. keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik maupun ekonomi

3. stabilitas (stability) yang harus tersedia dan terjangkau setiap saat dan setiap tempat.

Apabila ketiga pilar ketahanan pangan terpenuhi, maka masyarakat atau rumah tangga tersebut
mampu memenuhi ketahanan pangannya masing-masing. Ketiga pilar ketahanan pangan tersebut
harus dapat terwujud secara bersama-sama dan seimbang. Pilar ketersediaan dapat dipenuhi baik
dari hasil produksi dalam negeri maupun dari luar negeri. Pilar keterjangkauan dapat dilihat dari
keberadaan pangan yang secara fisik berada di dekat konsumen dengan kemampuan ekonomi
konsumen untuk dapat membelinya (memperolehnya). Sedangkan pilar stabilitas dapat dilihat
dari kontinyuitas pasokan dan stabilitas harga yang dapat diharapkan rumah tangga setiap saat
dan di setiap tempat.

B. Sistem Ketahanan Pangan


Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai
subsistem, subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan, distribusi pangan dan konsumsi
pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem
tersebut.
1. Sub Sistem Ketersediaan
Subsistem ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan
seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Ketersediaan
pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu: (1) produksi dalam negeri, (2) impor pangan dan
(3) pengelolaan cadangan pangan. Dengan jumlah penduduk cukup besar dan kemampuan
ekonomi relatif lemah, maka kemauan untuk menjadi bangsa yang mandiri di bidang pangan
harus terus diupayakan. Karena itu, bangsa Indonesia mempunyai komitmen tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pangannya dari produksi dalam negeri

2. Subsistem Distribusi

Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien, sebagai
prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah
dan kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. 

3. Subsistem Konsumsi
Subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional
memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, keamanan dan kehalalan, Di samping juga
efisiensi untuk mencegah pemborosan.Subsistem konsumsi juga mengarahkan agar pemanfaatan
pangan dalam tubuh (food utility) dapat optimal, dengan peningkatan kesadaran atas pentingnya
pola konsumsi beragam dengan gizi seimbang mencakup energi, protein, vitamin dan mineral,
pemeliharaan sanitasi dan higiene serta pencegahan penyakit infeksi dalam lingkungan rumah
tangga

Ketahanan pangan diwujudkan oleh hasil kerja sistem ekonomi pangan yang terdiri dari
subsistem ketersediaan meliput produksi , pasca panen dan pengolahan, subsistem distribusi dan
subsistem konsumsi yang saling berinteraksi secara berkesinambungan. Ketiga subsistem
tersebut merupakan satu kesatuan yang didukung oleh adanya berbagai input sumberdaya alam,
kelembagaan, budaya, dan teknologi. Proses ini akan hanya akan berjalan dengan efisien oleh
adanya partisipasi masyarakat dan fasilitasi pemerintah.

C. Pengaruh Ketahanan Pangan terhadap Gizi Kesmas


Pemenuhan kebutuhan pangan bagi setiap individu selalu mendapatkan prioritas perhatian
masyarakat dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Perhatian atas pangan
lebih mengemuka semenjak diadakannya Worlds Food Summit oleh FAO (Food and Agriculture
Organization) pada tahun 1974, tetapi masih kurang bisa diwujudkan. Kemudian pada tahun
1996 di Roma dalam Declaration on World Food Security, FAO baru memberikan tekanan lebih
besar mengenai ketahanan pangan bagi setiap orang dan untuk melanjutkan upaya
menghilangkan kelaparan di seluruh dunia. Sasaran jangka menengah yang ingin dicapai adalah
“menurunkan jumlah orang yang kekurangan gizi menjadi setengahnya paling lambat 2015”
(Sukandar, dkk, 2001).
Ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensial, yaitu berkaitan antar mata rantai
sistem pangan dan gizi mulai dari produksi, distribusi, konsumsi dan status gizi. Oleh karena itu,
indikator ketahanan pangan rumah tangga dapat dicerminkankan melalui tingkat kerusakan
tanaman, tingkat produksi, ketersediaan pangan, pengeluaran pangan, jumlah dan mutu konsumsi
pangan serta status gizi (Suhardjo, 1996). Konsumsi pangan adalah salah satu subsistem
ketahanan pangan yang erat kaitannnya dengan tingkat keadaan gizi (status gizi). Hal ini
menyebabkan gizi merupakan faklor penting dalam menentukan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan manusia. Keadaan gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan
perkembangan fisik dan mental (Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2002).
Menurut Siswono (2002), status gizi seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
tingkat pendapatan, pengetahuan gizi dan budaya setempat. Tingginya pendapatan tidak
diimbangi dengan pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi
konsumtif dalam pola makan sehari hari. Dapat dipastikan bahwa pemilihan suatu bahan
makanan lebih didasarkan pada pertimbangan selera ketimbang gizi. Sedangkan menurut Idrus
dan Kusnanto (1990), keadaan gizi adalah akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan zat gizi serta penggunaan zat gizi tersebut. Sedangkan status gizi adalah ekspresi dari
keseimbangan dalam bentuk variabel variabel tertentu status gizi adalah keadaan kesehatan yang
berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh. Status gizi merupakan keadaan seseorang
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaannya oleh tubuh. Ketidakseimbangan
antara intake dengan kebutuhan mengakibatkan terjadinya malnutrisi.

Seberapa Kuat Ketahanan Pangan Indonesia?


Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa A. Amanta mengatakan,
ketahanan pangan bukan hanya sebatas soal ketersediaan, namun juga soal kualitas dan
keterjangkauan.

“Tingkat ketahanan pangan kita dinilai masih rendah meskipun Indonesia sudah menunjukkan
pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Felippa, Jumat (8/11).

Indeks ketahanan pangan global Global Food Security Index/GFSI, hasil kerja sama The
Economist dan perusahaan sains bidang pangan Corteva, menunjukkan ketahanan pangan
Indonesia memang ada perbaikan setidaknya sejak 2012. Skor Indonesia di semua aspek pada
2012 sebesar 46,8 naik menjadi 54,8 pada 2018 (skor tertinggi 100). Tahun lalu, Indonesia
menempati posisi 65 di dunia dan kelima di ASEAN dari 113 negara (Oktober 2018).

Posisi teratas masih didominasi negara-negara maju, Singapura justru berada di posisi teratas.
Artinya ketahanan pangan tak cuma bicara soal sumber daya produksi pangan, tapi ada aspek-
aspek lain.

D. Aspek-Aspek Strategis Dalam Ketahanan Pangan


Aspek strategis dalam ketahanan pangan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: ketersediaan,
stabilitas, akses dan penggunaan pangan. Ketersediaan pangan dan stabilitas merupakan aspek
ketahanan pangan di tingkat makro sedangkan akses pangan dan penggunaan pangan adalah
aspek ketahanan pangan di tingkat mikro. Terpenuhinya kondisi masing-masing aspek ini secara
simultan adalah syarat multak untuk ketahanan pangan yang mantap dapat terwujud.

1. Aspek Ketersediaan Pangan

Ketersediaan pangan memiliki dua sisi, yaitu: sisi pasokan pangan dan sisi kebutuhan pangan
penduduk. Pada sisi pasokan, ketersediaan pangan terkait dengan kapasitas produksi dan
perdagangan (impor/ekspor) pangan. Tergantung pada kapasitas produksi yang dimilikinya,
sumber pasokan pangan suatu negara dapat bersumber dari roduksi domestik, impor atau
kombinasi produksi domestik dan impor. Kapasitas produksi pangan merupakan fungsi
gabungan serangkaian faktor, meliputi: luas lahan, agroklimat, infrastruktur, dan teknologi.
Semakin besar kapasitas produksi pangan yang dimiliki semakin kecil ketergantungannya pada
sumber impor atau bahkan tidak bergantung sama sekali (Swasembada). Kondisi ideal terjadi
pada negara yang memiliki kapasitas produksi yang memadai kebutuhan seluruh penduduknya
dan juga memiliki ketahanan pangan yang mantap, seperti di Amerika Serikat, Australia dan
Brunei. Namun, tidaklah berarti bahwa sebuah negara dengan kapasitas produksi pangan cukup
akan otomatis juga memiliki ketahanan pangan yang mantap, seperti di Indonesia, Philipina dan
Myanmar. Ini dimungkinkan karena negara dimaksud masih memiliki kelemahan pada aspek-
aspek ketahanan pangan selain ketersediaan pangan.
Pada sisi kebutuhan pangan penduduk, ketersediaan pangan berhubungan terutama dengan
faktor jumlah penduduk dan pola konsumsi pangannya. Jumlah penduduk dan pola konsumsinya
menentukan jumlah dan kualitas pangan yang dibutuhkan atau yang perlu disediakan.
Pertumbuhan jumlah penduduk berarti jumlah pangan yang harus disediakan semakin banyak
untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk.
Sementara itu, dinamika faktor-faktor kapasitas produksi pangan menunjukan kecenderungan
yang terus menurun. Luas lahan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Kondisi agroklimat
cenderung berubah seiring dengan peningkatan degradasi lahan dan peningkatan suhu global.
Infrastruktur pendukung produksi pangan (jaringan irigasi) juga menunjukan kecenderungan
penurunan kualitas seiring dengan meningkatnya alih fungsi lahan pertanian akibat urbanisasi,
terutama di negara-negara sedang berkembang. Perkembangan teknologi produksi pangan dinilai
oleh banyak kalangan belum mampu menghasilkan lonjakan produktivitas yang berarti
sebagaimana capaian teknologi dalam era revolusi hijau tahun 1970-an.

2. Aspek Stabilitas Penyediaan Pangan


Sistim produksi pangan tersusun atas unit-unit usahatani dimana para petani
membudidayakan tanaman dan atau hewan untuk memproduksi bahan pangan yang bersifat
musiman dan spesifik lokasi. Faktor lokasi adalah penting kerena proses produksi pangan
umumnya juga membutuhkan kondisi lingkungan alamiah (seperti tanah, air, dan sinar matahari)
yang mendukung, disamping menggunakan sarana produksi (seperti benih/bibit, pupuk dan
bahan kimia lainnya). Sebagai pengelola usahatani, para petani dapat mengendalikan jumlah dan
kualitas sarana produksi yang digunakan dalam proses produksi pangannya, tapi mereka
umumnya tidak dapat mengendalikan faktor kondisi lingkungan alamiah usahatani pangannya.
Sebagai akibat, produktivitas pangan cenderung bervariasi antar musim (waktu) dan lokasi.
Oleh karena itu, ketersediaan pangan yang stabil memerlukan sistim manajemen logistik dan
distribusi pangan yang dapat secara efektif dan efisien menselaraskan disparitas produksi dan
konsumsi pangan antar waktu dan tempat. Untuk menjamin stabilitas ketersediaan pangan
sepanjang tahun, The ASEAN Food Security Information and Training Center menyarankan
rasio cadangan pangan terhadap kebutuhan domestik minimal sebesar 20 persen untuk
menstabilkan ketersediaan pangan sepanjang tahun.

3. Aspek Aksesibilitas Pangan


Ketersediaan pangan yang cukup dan stabil lintas waktu dan wilayah saja belumlah dapat
menjamin bahwa setiap orang akan memperoleh pangan yang dibutuhkannya. Jumlah dan
kualitas pangan yang dibutuhkan seorang acapkali bervariasi antara satu dan lainnya, sesuai
dengan selera, perilaku makan, budaya, kepercayaan, dan agama. Ada yang suka makan nasi,
gandum, jagung ataupun ubi sebagai makanan pokok. Ada makan sebanyak 3x sehari dan ada
yang 2x sehari. Ada yang makan dalam jumlah banyak saat makan siang dan ada yang saat
malam hari. Sementara itu, kemampuan seseorang untuk memproleh makanan yang
dibutuhkannya dipengaruhi oleh kapasitas ekonomis dan sosialnya, disamping ketersediaan
pangan itu sendiri di dalam wilayah jangkauan fisiknya.
Pada masa sekarang, dimana bahan pangan merupakan komoditas ekonomis dan kebanyakan
orang tidak memproduksi sendiri bahan pangan yang dibutuhkannya, seseorang yang tidak
memiliki daya beli umumnya akan menghadapi kesulitan untuk memproleh bahan pangan yang
dibutuhkannya. Pada masyarakat tertentu masih terdapat nilai sosial dimana penyuguhan pangan
diutamakan pada anggota keluarga yang produktif, lelaki, ataupun yang terhormat. Dalam
masyarakat demikian dan bila persediaan pangan keluarga terbatas maka anggota keluarga yang
tidak produktif, wanita dan anak akan memproleh makanan yang kurang dari cukup Upaya
penguatan ketahanan pangan, karenanya; perlu memperhatikan hal-hal terkait dengan aspek
akses penduduk terhadap pangan berikut: aksesibilitas secara fisik, aksesibilitas secara ekonomis,
aksesibilitas secara sosial, selera makan, tingkah laku makan, budaya makan, serta nilai-nilai
kepercayaan dan agama terkait dengan makanan.

4. Aspek Penggunaan Pangan


Untuk hidup sehat dan aktif seseorang perlu mengkonsumsi pangan yang higenis, dan
mengandung gizi memenuhi kebutuhan asupan gizi tubuhnya. Standar kecukupan asupan gizi
yang berlaku di Indonesia, misalnya, adalah sebanyak 2.000 kilo kalori pet kapita per hari.
Pangan yang higenis baru diproleh bila kebersihannya terjaga dari kontaminasi bahan-bahan
beracun dan bibit penyakit. Pangan dengan kandungan gizi yang cukup diproleh dengan
mengkonsumsi makanan yang berbahan mengandung gizi dalam jumlah cukup, berimbang, dan
tidak mengalami penyusutan dalam proses pengolahannya. Oleh karena itu, pada tingkat mikro,
upaya penguatan ketahanan pangan juga perlu memperhatikan kecukupan asupan gizi, pola
konsumsi pangan, kualitas pengolahan pangan, kualitas air, dan sanitasi lingkungan, disamping
kecupan perolehan kebutuhan pangan penduduknya

E. Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan


 Luas lahan
Makin banyak dan luas lahan untuk pertanian pangan maka ketahanan pangan
negara tersebut semaki baik. Maraknya pembangunan untuk industri dan
pemukiman membuat lahan pertanian semakin menyusut dan ini menjadi pertanda
serius dan ancaman bagi NKRI. Pertambahan penduduk dan penyebaran yang
tidak merata menyebabkan lahan pertanian semakin menyempit oleh dorongan
aktivitas manusia.

 Cuaca dan iklim


Pertanian lahan basah sangat bergantung pada kondisi jatuhnya musim. Jika
terjadi kemarau panjang maka biasanya terjadi paceklik atau gagal panen.
Nelayan di pantai juga sangat bergantung pada kondisi perairan disekitarnya. Jika
ada badai maka mereka tidak melaut. Selain itu kadangkala terjadi anomali cuaca
yang menyebabkan perubahan pola tanam.

 Teknologi
Kemajuan teknologi sangat mempengaruhi produktivitas pertanian. Di negara
maju, panen sudah menggunak mesin otomatis sehingga hemat biaya dan waktu.
Selain itu pengolahan berbagai macam produk juga memerlukan teknologi yang
canggih.

 Infrastruktur
Baik tidaknya suatu infrastruktur akan sangat mempengaruhi stabilitas ketahanan
pangan. Infrastruktur menjadi tanggung jawab pemerintah untuk
menyediakannya, dan menjadi tanggung jawab rakyat untuk menjaga dan
memeliharanya agar terjadi simbiosis mutualisme demi tercapainya kemajuan di
suatu bangsa, yang bagian kecilnya adalah tercapainya ketahanan pangan
 Kondisi ekonomi, politik, sosial dan keamanan
Ketahanan pangan dapat tercipta apabila aspek penting dalam suatu negara
terpenuhi. Aspek ini ada empat poin yakni kondisi ekonomi, politik, sosial, dan
keamanan. Sebab, apabila dari keempat aspek tersebut tidak dapat berjalan
dengan baik maka dampaknya dapat meluas ke segi lainnya yang merugikan
masyarakat termasuk ketahanan pangan

 Degradasi lahan
Diperkirakan 40% dari lahan pertanian di dunia terdegradasi secara serius.
Pertanian intensif mendorong terjadinya penurunan kesuburan tanah dan
penurunan hasil.

 Hama dan penyakit


Penyakita dan hama dapat mempengaruhi sebuah produksi budidaya pertenakand
dan tanaman sehingga dapat berdampak bagi ketersediaan suatu bahan pangan.
Contoh penyakit tanaman Ug99, salah satu tipe penyakit karat batang pada
gandum dapat menyebabkan kehilangan hasil pertanian hingga 100%

 Krisis air global


Tingginya muka air tanah terus menurun di berbagai negara dikarenakan
pemompaan yang berlebihan. Diberbagai negara di dunia telah melakukan
importasi gandum yang disebabkan oleh terjadinya defisit air, negara-negara besar
sudah mengalaminya seperti China dan India

 Perebutan lahan
Kepemilikan lahan lintas batas negara semakin meningkat. Perusahaan Korea
Utara Daewoo Logistics telah mengamankan satu bidang lahan yang luas di
Madagascar untuk mebudidayakan jagung dan tanaman pertanian lainnya untuk
produksi biofuel.

 Perubahaniklim
Fenomena cuaca yang ekstrim seperti kekeringan dan banjir diperkirakan akan
meningkat karena perubahan iklim terjadi. Kejadian ini akan memiliki dampak di
sektor pertanian. Diperkirakan pada tahun 2040, hampir seluruh kawasan sungai
Nil akan menjadi padang pasir di mana aktivitas budidaya tidak dimungkinkan
karena keterbatasan air.

F. MASALAH KETAHANAN PANGAN


Permasalahan secara umum mengenai ketahanan pangan adalah jumlah penduduk yang besar
dengan pertumbuhan penduduk yang positif. Dengan demikian permintaan pangan masih akan
meningkat. Peningkatan permintaan pangan juga didorong oleh peningkatan pendapatan,
kesadaran akan kesehatan dan pergeseran pola makan karena pengaruh globalisasi, serta ragam
aktivitas masyarakat. Di sisi lain, ketersediaan sumber daya lahan semakin berkurang, karena
tekanan penduduk serta persaingan pemanfaatan lahan antara sektor pangan dengan sektor non
pangan. Secara spesifik, permasalahan sehubungan dengan ketahanan pangan adalah penyediaan,
distribusi, dan konsumsi pangan.

1. Penyediaan Pangan
Penyediaan pangan melalui peningkatan produksi pangan dalam negeri dihadapkan pada
masalah pokok yaitu semakin terbatas dan menurunnya kapasitas produksi. Desakan
peningkatan penduduk beserta aktivitas ekonominya menyebabkan: (1) terjadinya
konversi lahan pertanian ke non pertanian, (2) menurunnya kualitas dan kesuburan lahan
akibat kerusakan lingkungan, (3) semakin terbatas dan tidak pastinya penyediaan air
untuk produksi akibat kerusakan hutan, (4) rusaknya sekitar 30 persen prasarana
pengairan, dan (5) persaingan pemanfaatan sumber daya air dengan sektor industri dan
pemukiman (Nainggolan, 2006).

2. Distribusi Pangan
Distribusi pangan adalah kegiatan menyalurkan bahan pangan dari point of production
(petani produsen) kepada point of consumption (konsumen akhir). Distribusi tidak hanya
menyangkut distribusi pangan di dalam negeri namun juga menyangkut perdagangan
internasional dalam suatu sistem harga yang terintegrasi secara tepat (Soetrisno, 2005).
Dengan demikian perlu dibuat pola distribusi pangan yang menjamin seluruh rumah
tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu dengan
harga yang terjangkau. Permasalahan dalam distribusi pangan (Nainggolan, 2006) .

3. Konsumsi Pangan
Permasalahan mengenai konsumsi penduduk Indonesia adalah belum terpenuhinya
kebutuhan pangan, karena belum tercukupinya konsumsi energi (meskipun konsumsi
protein sudah mencukupi). Konsumsi energi penduduk Indonesia masih lebih rendah dari
yang direkomendasikan WKNPG VIII. Permasalahan selanjutnya adalah mengenai
konsumsi energi yang sebagian besar dari padi-padian, dan bias ke beras, lihat tabel 12.
Dengan demikian diperlukan upaya untuk mendiversifikasikan konsumsi pangan dengan
sumber karbohidrat non beras dan pangan sumber protein, menganekaragamkan kualitas
konsumsi pangan dengan menurunkan konsumsi beras per kapita, selain mengembangkan
industri dan bisnis pangan yang lebih beragam.

G. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional


Agenda ketujuh pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 yang merupakan penjabaran
dari visi dan program aksi (NawaCita) pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla adalah
mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik. Salah satu cara untuk mencapai agenda pembangunan tersebut adalah melalui
peningkatan kedaulatan pangan. Sejalan dengan hal tersebut, maka pembangunan ketahanan
pangan dalam lima tahun kedepan adalah dengan berlandaskan pada kedaulatan pangan dan
kemandirian pangan.
Kedaulatan pangan memberikan semangat dan kekuatan untuk mencapai pemenuhan pangan
bagi seluruh rakyat Indonesia sampai tingkat perseorangan yang dicerminkan dengan
(i) menentukan kebijakan pangan secara mandirimembangun kemampuan untuk
memproduksi beranekaragam pangan dari dalam negeri
(ii) melindungi hak pelaku usaha pangan terutama petani, nelayan, dan pembudidaya ikan
untuk menentukan sistem pangan yang sesuai potensi sumberdaya lokal.
Arah kebijakan umum kedaulatan pangan dalam RPJMN 2015-2019 adalah: pemantapan
ketahanan pangan menuju kemandirian pangan dengan peningkatan produksi pangan pokok,
stabilisasi harga bahan pangan, terjaminnya bahan pangan yang aman dan berkualitas dengan
nilai gizi yang meningkat serta meningkatnya kesejahteraan pelaku usaha pangan.

Sasaran utama prioritas nasional bidang pangan pertanian periode 2015-2019 adalah:
 Tercapainya peningkatan ketersediaan pangan yang bersumber dari produksi dalam
negeri.
 Terwujudnya peningkatan distribusi dan aksesibilitas pangan yang didukung dengan
pengawasan distribusi pangan untuk mencegah spekulasi, serta didukung peningkatan
cadangan beras pemerintah dalam rangka memperkuat stabilitas harga
 Tercapainya peningkatan kualitas konsumsi pangan sehingga mencapai skor Pola Pangan
Harapan (PPH) sebesar 92,5 (tahun 2019).
Strategi yang akan dilakukan meliputi:
1. Peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi dalam negeri,
yang meliputi komoditas padi, jagung, kedelai, daging, gula, cabai dan bawang merah.
2. Peningkatan kualitas distribusi pangan dan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan,
3. Perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat
4. Mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan dilakukan terutama mengantisipasi
bencana alam dan dampak perubahan iklim dan serangan organisme pengganggu
tanaman dan penyakit hewan
5. Peningkatan kesejahteraan pelaku utama penghasil bahan pangan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Permasalahan sehubungan dengan ketahanan pangan adalah penyediaan, distribusi dan konsumsi
pangan. Penyediaan dihadapkan pada semakin terbatas dan menurunnya kapasitas produksi.
Distribusi dihadapkan pada permasalahan prasarana dsitribusi darat dan antar pulau,
kelembagaan dan keamanan jalur distribusi, serta bervariasinya kapasitas produksi antar wilayah
dan antar musim. Permasalahan konsumsi adalah belum terpenuhinya kebutuhan pangan, karena
belum tercukupinya konsumsi energi (meskipun konsumsi protein sudah mencukupi), serta
konsumsi energi yang sebagian besar dari padi-padian, dan bias ke beras.

Arah kebijakan ketahanan pangan adalah pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian
pangan dengan peningkatan produksi pangan pokok, stabilisasi harga bahan pangan, terjaminnya
bahan pangan yang aman dan berkualitas dengan nilai gizi yang meningkat serta meningkatnya
kesejahteraan pelaku usaha pangan.

3.2 Saran
Dengan arah kebijakan tersebut, agar ketahanan pangan difokuskan kepada pemberdayaan rumah
tangga dan masyarakat sehingga mampu menolong dalam mewujudkan ketahanan pangan dan
mengatasi masalah-masalah pangan yang dihadapi.
Daftar Pustaka

http://ceritanegeriku.wordpress.com/2012/01/11/sistem-ketahanan-pangan/

http://cynthiawidowati.blogspot.com/2013/06/meningkatkan-ketahanan-pangan-di.html

http://novitaekakartika.blogspot.com/2013/06/meningkatkan-ketahanan-pangan-di-dalam.html

http://rufinaaristyani.blogspot.com/2013/06/makalah-ketahanan-pangan-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai