Anda di halaman 1dari 17

Tugas Kelompok

MAKALAH

KETAHANAN DAN KEAMANAN PANGAN PESISIR & KEPULAUAN

“DIVERSIVIKASI PANGAN”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

ZAHRA FADILAH J1B119025

ASWINDA DARWIS J1B119026

CICI RAHAYU J1B119028

ETIN RAHMANIAR E. J1B119029

INTAN AYU TELLA J1B119030

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya lah kami
dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa juga kami
haturkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta pengikut beliau dari dahulu, sekarang,
hingga hari akhir.
Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada dosen mata kuliahKetahanan
Dan Keamanan Pangan Pesisir Dan Kepulauan, yang telah memberikan bimbingan serta
pengajaran kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari, meskipun
saya telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan tugas ini, tetapi, kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu, mohon kritik serta saran,
yang kiranya dapat membangun, sehingga dapat menyelesaikan tugas yang lebih baik lagi. Kami
berharap tugas ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.

Kendari, 31 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
A. Pengertian Diversifikasi Pangan...........................................................................................6
B. Tujuan Diversifikasi Pangan.................................................................................................7
C. Karakteristik Diversifikasi Pangan.......................................................................................8
D. Metode Pelaksanaan Diversifikasi Pangan...........................................................................9
E. Justifikasi Diversifikasi Pangan..........................................................................................10
F. Hambatan Diversifikasi Pangan.........................................................................................12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................................15
B. Saran...................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diversifikasi pangan merupakan program prioritas Kementerian Pertanian sesuai
dengan PP Nomor 22 tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap beras
dan terigu harus dikurangi secara bertahap dengan meningkatkan konsumsi dan produksi
bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011).
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk
mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama manusia untuk
mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
merata dan terjangkau. Menurut Organisasi Pangan sedunia dan Organisasi Kesehatan
Dunia, ketahanan pangan berarti akses setiap rumah tangga atau individu untuk dapat
memperoleh pangan setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat. Ketahanan pangan
terwujud bila dua kondisi terpenuhi yaitu setiapsaat tersedia pangan yang cukup (baik
jumlah maupun mutu), aman, merata dan terjangkau dan setiap rumah tangga, setiap saat,
mampu mengkonsumsi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya, untuk
menjalanihidup sehat dan produkti.
Keamanan pangan (food safety) merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (Kantor Menteri
Negara Urusan Pangan). Pengertian keamanan pangan dan kesehatan manusia. Makanan
sehat adalah memenuhi syarat sanitasi di setiap rantai makanan produksi yang meliputi
proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, penyebaran, dan konsumsi yang benar.
Produksi pangan di Asia Tenggara terus meningkat, tetapi banyak penduduknya
yang tidak memperoleh makanan, sehingga banyak penduduk yang tetap menderita
kelaparan. Kekurangan pangan bukanlah suatu hal yang baru, persoalan baru tentang
kekurangan pangan adalah kecenderungan para petani di negara-negara bukan industri
beralih ke tanaman perdagangan dan pada saat bersamaan jumlah penduduk yang
meningkat secara cepat.
Indonesia sebagai salah satu negara agraris semestinya dapatmemenuhi sumber
kebutuhan pangannya sendiri. Dengan memanfaatkan semua potensi sumber daya
manusia, sumberdaya alam, modal sosial dan pemerintah, seharusnya Indonesia mampu
menjadi salah satu negara swasembada pangan, tetapi dibeberapa daerah masih terjadi
kekurangan pangan. Pangan merupakan masalah yang sangat penting dalam
pembangunan, karena jumlah pengeluaran untuk pangan merupakan bagian terbesar dari
biaya hidup masyarakat.
4
Penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan jalan keluar yang
saat ini dianggap paling baik untuk memecahkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan
pangan. Melalui penataan pola makan yang tidak hanya bergantung pada satu sumber
pangan memungkinkan masyarakat dapatmenetapkan pangan pilihan sendiri, sehingga
dapat membangkitkan ketahanan pangan keluarga masing-masing yang berujung pada
peningkatan ketahanan pangan secara nasional.
Konsep penganekaragaman pangan yang dianggap benar adalah upayauntuk
meningkatkan mutu gizi makanan keluarga sehari-hari dengan cara menggunakan bahan-
bahan makanan yang beragam dan terdapat di daerahyang bersangkutan, sehingga
ketergantungan kepada salah satu bahan pangan terutama beras dapat dihindari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan diversifikasi pangan
2. Apa tujuan dari diversifikasi pangan
3. Bagaimana karakteristik dari diversifikasi pangan
4. Bagaimana metode pelaksanaan diversifikasi pangan
5. Apa justifikasi diversifikasi pangan
6. Bagaimana hambatan dari diversifikasi pangan

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari diversifikasi pangan
2. Untuk mengetahui tujuan dari diversifikasi pangan
3. Untuk mengetahui karakteristik diversifikasi pangan
4. Untuk mengetahui metode pelaksanaan diversifikasi pangan
5. Untuk mengetahui justifikasi diversifikasi pangan
6. Untuk mengetahui apa saja hambatan dari diversifikasi pangan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diversifikasi Pangan


Pada dasarnya diversifikasi atau keragaman pangan mencakup tiga lingkup
pengertian yang satu sama lainnya saling berkaitan sebagai berikut :
1. Diversifikasi konsumsi pangan
2. Diversifikasi ketersediaan pangan
3. Diversifikasi produksi pangan
Penganekaragaman atau diversifikasi konsumsi pangan bukan merupakan isu
baru, tetapi sudah dikumandangkan sejak dikeluarkannya instruksi presiden No. 14 tahun
1974 tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat (PMMR). Maksud dari instruksi ini
adalah untuk lebih menganekaragamkan jenis dan meningkatkan mutu gizi makanan
rakyat, baik kuantitas maupun kualitasnya sebagai usaha penting bagi pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, material, danspiritual.
Terdapat berbagai pengertian tentang diversifikasi pangan. Menurut Rencana
Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, penganekaragaman pangan atau diversifikasi
pangan adalah upaya peningkatan konsumsi anekaragam pangan dengan prinsip gizi
seimbang.
Diversifikasi pangan menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 39 Tahun/88/ tentang
Ketahanan Pangan adalah upaya peningkatan konsumsi aneka ragam pangan dengan
prinsip gizi seimbang. Prinsip dasar dari diversifikasi konsumsi pangan adalah bahwa
tidak satupun komoditas atau jenis panganyang memenuhi unsur gizi secara keseluruhan
yang diperlukan oleh tubuh. 'amun, dengan adanya peranan pangan sebagai pangan
&ungsional sepertia danya serat, zat antioksidan dan lain sebagainya sehingga dalam
memilih jenis makanan tidak hanya mempertimbangkan unsure gizi seperti kandungan
energi protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral tetapi juga mempertimbangkan
pangan dengan peranan sebagai pangan fungsional.
Menurut Suhardjo dan Martianto dalam Budiningsih (2009), semakin beragam
konsumsi pangan maka kualitas pangan yang dikonsumsi semakin baik. Oleh karena itu
dimensi diversifikasi pangan tidak hanya terbatas pada pada diversifikasi konsumsi
makanan pokok saja, tetapi juga makanan pendamping.
Soetrisno dalam Budiningsih (2009), mendefinisikan diversifikasi pangan lebih
sempit (dalam konteks konsumsi pangan) yaitu sebagai upaya menganekaragamkan jenis
pangan yang dikonsumsi, mencakup pangan sumber energi dan zat gizi, sehingga
memenuhi kebutuhan akan pangan dangizi sesuai dengan kecukupan baik ditinjau dari
kuantitas maupunkualitasnya.
Widyakarya Pangan dan Gizi tahun 1998 menyebutkan pengertian tentang
diversifikasi pangan sebagai berikut :
1. Diversifikasi pangan dalam rangka pemantapan produksi padi.

6
Hal ini dimaksudkan agar laju peningkatan konsumsi beras dapat dikendalikan,
setidaknya seimbang dengan kemampuan peningkatan produksi beras.
2. Diversifikasi pangan dalam rangka memperbaiki mutu gizi makanan penduduk
sehari-hari agar lebih beragam dan seimbang.

Menurut Hafsah dalam Widowati dan Darmardjati dalam Supadi (2004), pangan
perlu beragam karena beberapa alasan yaitu :
a. Mengkonsumsi pangan yang beragam adalah alternative terbaik untuk
pengembangan sumber daya manusia berkualitas
b. Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya pertanian dan kehutanan
c. Memproduksi pangan yang beragam mengurangi ketergantungankepada impor
pangan
d. Mewujudkan ketahanan pangan yang merupakan kewajiban bersama pemerintah dan
masyarakat.

3. Diversifikasi pangan tidak dimaksudkan untuk menggantikan beras, tetapi mengubah


pola konsumsi masyarakat sehingga masyarakat akan mengkonsumsi lebih banyak
jenis pangan dan lebih baik gizinya. Dengan menambah jenis pangan dalam pola
konsumsi diharapkan konsumsi berasakan menurun.

B. Tujuan Diversifikasi Pangan


Dewasa ini mayoritas masyarakat hanya mengkonsumsi bahan pangan tertentu,
sehingga ragam makanan yang dikonsumsi pun menjadi terbatas begitu pula gizi yang
diperoleh dari makanan tersebut.
Tujuan utama Penganekaragaman Konsumsi Pangan (diversifikasi pangan) adalah
membudayakan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman untuk
hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman pangan sangat penting dan
mendesak, karena kebijakan terfokus pada peningkatan produksi dan belum
mempertimbangkan kecukupan gizi. Selain itu, pola konsumsi pangan penduduk
Indonesia masih belum seimbang yang ditandai dengan tingginya konsumsi padi-padian,
terutama beras; masih rendahnya konsumsi pangan hewan, umbi-umbian, serta sayur dan
buah; pemanfaatan sumber-sumber pangan lokal seperti umbi, jagung, dan sagu masih
relatif rendah; kualitas konsumsi pangan masyarakat yang ditunjukkan dengan skor Pola
Pangan Harapan (PPH) masih belum mencapai kondisi ideal. Oleh karenanya diperlukan
upaya untuk menganekaragamkan konsumsi pangan masyarakat menuju skor PPH yang
ideal agar hidup sehat, aktif, dan produktif.
Tujuan diversifikasi pada sisi konsumsi adalah semakin beragamnya asupan zat
gizi, baik makro maupun mikro, untuk menunjang pertumbuhan, daya tahan, dan
produktivitas fisik masyarakat. Keragaman pangan juga meningkatkan asupan zat-zat
antioksidan, serat, serta penawar terhadap senyawa yang merugikan kesehatan seperti

7
kolesterol. Di samping itu,keragaman juga memberikan lebih banyak pilihan kepada
masyarakat untuk memperoleh pangan sesuai preferensinya.
Manfaat diversifikasi dari aspek penyediaan adalah semakin beragamnya
alternatif jenis pangan yang dapat ditawarkan, tidak terfokus pada pangan tertentu saja.
Penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan jalan keluar yang
saat ini dianggap paling baik untuk memecahkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan
pangan. Melalui penataan pola makan yang tidak hanya bergantung pada satu sumber
pangan memungkinkan masyarakat dapat menetapkan pangan pilihan sendiri, sehingga
dapat membangkitkan ketahanan pangan keluarga masing-masing yang berujung pada
peningkatan ketahanan pangan secara nasional.
Dalam hal konsumsi pangan, permasalahan yang dihadapi tidak hanya mencakup
ketidakseimbangan komposisi pangan yang dikonsumsi penduduk, tetapi juga masalah
masih belum terpenuhinya kecukupan gizi. Keanekaragaman konsumsi pangan selama ini
sering diartikan terlalu sederhana berupa penganekaragaman konsumsi pangan pokok
terutama pangan nonberas. Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya
mengkonsumsi aneka pangan dari berbagai kelompok pangan, baik pangan pokok, lauk
pauk, sayur, maupun buah dalam jumlah yang cukup.
Tujuan utama penganekaragaman konsumsi pangan adalah untuk meningkatkan
mutu gizi konsumsi pangan dan mengurangi ketergantungan konsumsi pangan pada salah
satu jenis atau kelompok pangan tertentu. Kedua tujuan utama tersebut, baik secara
langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada perbaikan kesehatan penduduk.
Berbagai studi menunjukkan bahwa makan beraneka ragam konsumsi pangan dapat
meningkatkan konsumsi berbagai antioksidan pangan, konsumsi, serta menurunkan risiko
hiperkolesterol, hipertensi, dan penyakit jantung koroner.
Tujuan utama Penganekaragaman Konsumsi Pangan (diversifikasi pangan) adalah
membudayakan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman untuk
hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman pangan sangat penting dan
mendesak, karena kebijakan terfokus pada peningkatan produksi dan belum
mempertimbangkan kecukupan gizi. Selain itu, pola konsumsi pangan penduduk
Indonesia masih belum seimbang yang ditandai dengan tingginya konsumsi padi-padian,
terutama beras; masih rendahnya konsumsi pangan hewan, umbi-umbian, serta sayur dan
buah; pemanfaatan sumber-sumber pangan lokal seperti umbi, jagung, dan sagu masih
relatif rendah; kualitas konsumsi pangan masyarakat yang ditunjukkan dengan skor Pola
Pangan Harapan (PPH) masih belum mencapai kondisi ideal. Oleh karenanya diperlukan
upaya untuk menganekaragamkan konsumsi pangan masyarakat menuju skor PPH yang
ideal agar hidup sehat, aktif, dan produktif.

C. Karakteristik Diversifikasi Pangan

D. Metode Pelaksanaan Diversifikasi Pangan


8
Pada prinsipnya, selain berpedoman pada keempat pilar ketahanan pangan, bahwa
prinsip pelaksanaan diversifikasi konsumsi pangan harus didasarkan salah satunya pada
potensi sumber daya pangan lokal. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
karakteristik tanaman yang beragam atau multi holticultura. Keberagaman tanaman
tersebut meliputi fungsi tanaman pangan, obat, sandang, maupun keperluan lainnya.
Untuk tanaman pangan sendiri, Indonesia memiliki potensi variasi tanaman pangan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Ini berarti bahwa sebagian besar
wilayah tingkat propinsi di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan
keberagaman produksi pangan maupun konsumsi tanaman pangan.
Dalam pelaksanaan diversifikasi konsumsi pangan, perlu dilakukan identifikasi
atas segala jenis tanaman pangan yang dapat dijadikan sebagai sumber pemenuhan
kebutuhan pangan. Berikut ini adalah jenis tanaman pangan untuk keperluan konsumsi
yang menjadi sasaran pelaksanaan diversifikasi konsumsi tanaman pangan.
1. Jenis Umbi-Umbian
Jenis umbi-umbian adalah jenis tanaman pangan pokok yang dapat mudah tumbuh di
seluruh daerah di Indonesia. Tanaman jenis umbi-umbian terdiri atas ubi jalar, ubi
kayu, talas, kimpul, uwi, garut, dan ganyong. Hingga saat ini, jenis tanaman umbi-
umbian belum dikelola sebagai tanaman pokok, kecuali hanya dimanfaatkan sebagai
tanaman pangan alternatif.
2. Jenis Serealia
Jenis serelalia merupakan tanaman pangan yang sebenarnya sudah cukup banyak
ditanam di sebagian besar wilayah di Indonesia. Jenis tanaman serealia meliputi
jagung, cantel, dan sorgum. Seperti halnya jenis umbiumbian, tanaman jenis serealia
belum dimanfaatkan optimal sebagai konsumsi pangan pokok (utama). Masyarakat
menanam tanaman jenis serealia untuk keperluan selain konsumsi pangan pokok
seperti menjadi bahan baku makanan lain ataupun bahan setengah jadi yang tidak
dikonsumsi sebagai konsumsi pokok. Di beberapa negara, tanaman talas
dimanfaatkan untuk membuat bahan baku tepung ataupun terigu.
3. Jenis Padi-Padian
Jenis padi-padian adalah jenis tanaman pangan pokok yang sekaligus menjadi satu-
satunya konsumsi pangan masyarakat di Indonesia. Konsumsi atau kebutuhan
masyarakat akan jensi padi-padian sebagai sumber pemenuhan pangan rumah tanggal
mencapai di atas 70% setiap tahunnya. Selain didukung oleh karakteristik lahan yang
sebagian besar mampu ditanamai oleh padi-padian, program makanan pokok oleh
pemerintah masih difokuskan pada distribusi jenis tanaman padi-padian.
4. Jenis Rimpang
Ada dua tanaman pangan jenis rimpang yang dikenal di Indonesia, yaitu ganyong dan
garut. Tanaman gayong belum populer dimanfaatkan sebagai alternatif pangan atau
makanan pokok. Tanaman ganyong sebenarnya cukup mudah ditanam di hampir
semua jenis lahan di Indonesia. Pemanfaatannya dilakukan dengan mengambil
patinya untuk pembuatan 39 bubur ataupun bihun, termasuk ula campuran untuk
9
pembuatan nasi jagung. Jenis tanaman garut belum banyak dikenal sebagai jenis
tanaman pangan. Sekalipun demikian, tanaman garut merupakan komoditi bahan
baku untuk pembuatan biskuit ataupun puding.

Di antara keempat jenis kelompok tanaman di atas, tidak semuanya dijadikan


sasaran pelaksanaan diversifikasi konsumsi pangan melalui program Percepatan Program
Diversifikasi Pangan (PPDP). Pihak Departemen Pertanian (Deptan) RI memfokuskan
pada prioritas tanaman jagung, ubi jalar, dan ubi kaya sebagai komoditas alternatif dari
komoditas utama. Ketiga jenis tanaman tersebut, selain sudah banyak dikenal oleh
masyarakat, metode bercocok tanam dianggap lebih mudah, sehingga lebih mampu untuk
disosialisasikan ke dalam program diversifikasi konsumsi pangan.

E. Justifikasi Diversifikasi Pangan


Dalam KTT Pangan Dunia 1996 yang menghasilkan Deklarasi Roma tentang
Ketahanan Pangan ditegaskan bahwa: “adalah hak setiap orang untuk memiliki akses
terhadap pangan yang aman, bermutu dan bergizi, konsisten dengan hak azasi bagi setiap
orang untuk memperoleh pangan yang cukup dan bebas dari kelaparan”. Secara tegas
dikatakan bahwa pemenuhan kebutuhan pangan secara cukup bagi setiap penduduk
merupakan suatu hal yang mutlak dipenuhi dari sisi hak manusia. Dengan demikian
kekurangan pangan atau kelaparan yang berdampak pada kekurangan gizi dapat dianggap
sebagai bentuk pelanggaran hak azasi manusia.
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 68 tentang Ketahanan Pangan,
secara eksplisit dituangkan bahwa penganekaragaman pangan diselenggarakan untuk
meningkatkan ketahanan pangan dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan
budaya lokal (Badan Bimas Ketahanan Pangan, 2002). Ketergantungan konsumsi pangan
terhadap beras tidaklah menguntungkan bagi ketahanan pangan, terutama yang terkait
dengan aspek stabilitas kecukupan pangan. Bila terjadi kelangkaan beras maka akan
memberikan dampak yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan bagi
rumah tangga, terutama kebutuhan energi dan protein. Padahal akhir-akhir ini cenderung
terjadi stagnasi dalam produksi beras nasional yang diakibatkan oleh : (1) laju
peningkatan produktivitas usahatani padi semakin kecil karena perkembangan teknologi
produksi padi mengalami kejenuhan, (2) keterbatasan anggaran pemerintah, sehingga
tidak mampu melakukan perluasan areal irigasi dan pemberian subsidi input produksi
kepada petani, dan (3) konversi lahan pertanian terutama di Jawa ke penggunaan
nonsawah. Faktor-faktor tersebut menimbulkan kekahawatiran akan potensi terjadinya
kelangkaan beras di masa mendatang.
Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut diatas, kebijakan diversifikasi
konsumsi pangan dipandang masih tetap diperlukan. Selain peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, dampak positif dari kebijakan diversifikasi konsumsi pangan antara
lain memperkuat ketahanan pangan Indonesia, meningkatkan pendapatan petani dan

10
agroindustri pangan, serta menghemat devisa negara. Uraian dari masing-masing unsur
tersebut seperti berikut :
1. Memperkuat Ketahanan Pangan
Masalah ketahanan pangan menjadi isu penting akhir-akhir ini, baik di dalam negeri
maupun di dunia internasional. Oleh karena itu upaya menurunkan peranan beras, dan
menggantikannya dengan jenis pangan lain menjadi penting dilakukan dalam rangka
menjaga ketahanan pangan dalam jangka panjang. Upaya tersebut dapat dilakukan
dengan mengembangkan dan mengintroduksi bahan pangan alternatif pengganti beras
yang berharga murah dan memiliki kandungan gizi yang tidak jauh berbeda dengan
beras.
2. Meningkatkan Pendapatan Petani dan Agroindustri Pangan
Peran sektor pertanian yang utama adalah sebagai penyedia pangan bagi penduduk.
Jenis komoditas pangan yang dihasilkan oleh sektor pertanian akan sangat tergantung
dari pola konsumsi masyarakat. Pelaksanaan diversifikasi konsumsi pangan secara
bertahap akan mengubah pola produksi pertanian di tingkat petani (diversifikasi
produksi pertanian). Petani akan memproduksi komoditas yang banyak dibutuhkan
oleh konsumen dan yang memiliki harga cukup tinggi. Kondisi ini akan membawa
dampak pada peningkatan pendapatan petani. Mereka tidak lagi tergantung pada
komoditas padi sebagai sumber pendapatan usahataninya, tetapi dapat mencoba
tanaman lain yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Hal ini juga secara
ekplisit dituangkan dalam PP No. 68 yang menyebutkan bahwa penganekaragaman
pangan dilakukan dengan mengembangkan teknologi pengolahan dan produk pangan.
3. Menghemat Devisa Negara
Produksi beras Indonesia jauh tertinggal dari permintaan dan nampak semakin
fluktuatif selama dasawarsa sembilan puluhan. Tingkat partisipasi konsumsi beras
masyarakat di kota maupun di desa, baik di Jawa maupun Luar Jawa, yang cenderung
meningkat semakin menambah beban pemerintah dalam mencukupi kebutuhan
konsumsi beras. Akibatnya, ketergantungan Indonesia akan beras impor juga semakin
besar. Selama tahun 1990-2001, Indonesia telah mengimpor tidak kurang dari 15 juta
ton beras atau senilai US $ 4,4 milyar.
Selain itu, impor biji gandum sebagai bahan baku produk mi juga meningkat terus.
Pada tahun 1997/1998 impor biji gandum Indonesia hanya sekitar 3,7 juta ton, tetapi
pada tahun 2000/2001 melonjak menjadi 4,1 juta ton (Sawit, 2003). Keberhasilan
diversifikasi konsumsi tidak saja akan memperkuat ketahanan pangan masyarakat
karena tidak terlalu berpengaruh terhadap fluktuasi produksi beras, tetapi juga akan
bermanfaat bagi penghematan devisa negara jutaan dolar per tahunnya yang berarti
juga meringankan beban keuangan negara, apalagi di saat terjadi krisis ekonomi ini.

F. Hambatan Diversifikasi Pangan


Walaupun upaya diversifikasi sudah dirintis sejak dasawarsa 60-an, namun
sampai saat ini masih belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pola pangan lokal
11
seperti jagung dan ubikayu telah ditinggalkan masyarakat, berubah ke pola beras dan pola
mie. Kualitas pangan juga masih rendah, kurang beragam dan masih didominasi pangan
sumber karbohidrat. Ketergantungan akan beras yang masih tinggi di kalangan
masyarakat dan meningkatnya tingkat konsumsi mi secara signifikan menjadikan upaya
diversifikasi konsumsi pangan belum menunjukkan keberhasilan, bahkan salah arah.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut dan saling berkaitan satu dengan yang
lain.
Pada hakekatnya faktor-faktor yang mempengaruhi diversifikasi konsumsi pangan
adalah sama dengan faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu sosial, budaya,
ekonomi, pengetahuan, ketersediaan pangan dan lain-lain. Beberapa faktor yang menjadi
kendala diversifikasi konsumsi pangan akan diuraikan di bawah ini :
1. Beras Lebih Bergizi dan Mudah Diolah
Secara intrisik, beras memang mempunyai banyak kelebihan dibandingkan jagung
dan ubikayu. Dalam komposisi zat gizi, kandungan energi dan protein beras adalah
sekitar 360 Kalori dan 7-9 gram per 100 gram bahan, lebih tinggi daripada jagung dan
ubikayu (Depkes, 1990). Selain itu beras mempunyai cita rasa yang lebih enak
walaupun dikonsumsi dengan lauk-pauk seadanya, di samping lebih mudah cara
mengolah dan lebih praktis, tidak diperlukan waktu yang lama. Hal ini bisa
dibandingkan, misal dengan mengolah nasi jagung, yang menurut hasil studi Ariani
dan Pasandaran (2002) memerlukan waktu sampai 2,5 jam. Lama proses pemasakan
jagung ini juga menjadi pendorong beralihnya konsumsi masyarakat ke beras atau mi
yang mudah dimasak.
2. Konsep Makan
Masih banyak ditemukan di masyarakat yang mempunyai konsep makan “merasa
belum makan kalau belum makan nasi, walaupun sudah mengkonsumsi macam-
macam makanan termasuk lontong, ketupat; sebaliknya dibilang sudah makan,
walaupun hanya makan nasi dan lauk pauk yang sederhana. Pola sosial-budaya di
masyarakat seperti ini secara nyata akan meningkatkan permintaan beras dan
menghambat diversifikasi konsumsi pangan.
3. Beras Sebagai Komoditas Pangan Superior
Kesulitan menerapkan diversifikasi konsumsi pangan disebabkan kuatnya paradigma
masyarakat yang menganggap beras sebagai komoditas yang superior atau prestisius,
sehingga masyarakat menjadikan beras sebagai pangan pokok yang memiliki status
sosial lebih tinggi. Menurut Syamsoe’oed Sadjad, memang nenek moyang kita
menjadikan nasi beras yang dimakan sesuatu yang elite, sehingga hanya layak
dikonsumsi oleh kalangan atas (orang kaya). Namun kesalahan kita mengapa barang
elite tersebut kita ajarkan kepada generasi keturunan sehingga semakin banyak orang
yang mengkonsumsi beras (Kompas, 10 September 2002).
4. Ketersediaan Beras Melimpah dan Harga Beras Murah
Salah satu cara untuk mewujudkan stabilitas politik adalah dengan menyediakan
pangan yang stabil dengan harga yang terjangkau. Di Indonesia, beras telah dijadikan
12
komoditas politik dan strategis, sehingga kebijakan pangan bias pada beras.
Pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan perberasan
mulai dari industri hulu sampai industri hilir, sehingga pertumbuhan produksi beras
terus meningkat dan beras dapat dijumpai dimana-mana dengan mudah. Pergeseran
pola pangan pokok di Madura, dari jagung ke beras selain karena letak Pulau Madura
yang dekat dengan Jawa Timur, juga pengaruh pompanisasi dan ditemukannya
varietas padi yang pendek, sehingga beras menjadi populer (Kuntowijoyo, 1991).
5. Pendapatan Rumah Tangga Masih Rendah
Perubahan pola konsumsi akibat kenaikan pendapatan tidak hanya mengakibatkan
tuntutan akan kuantitas tetapi juga kualitas dan bahkan komoditas baru. Dengan
pendapatan yang cukup, keluarga akan dapat leluasa menentukan pilihan-pilihan
pangan sesuai dengan selera, sehingga berbagai motif dalam memilih pangan akan
muncul, tergantung dari motif mana yang akan menjadi unsur utama. Telah banyak
kajian yang menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga mempengaruhi
diversifikasi konsumsi pangan. Seperti hasil kajian yang dilakukan oleh Simatupang
dan Ariani (1997) yang menggunakan data Susenas 1996 dengan indeks Entropy
menunjukkan bahwa diversifikasi sumber konsumsi energi dan protein selalu lebih
tinggi pada kelompok pengeluaran (proksi pendapatan) tinggi. Hal ini berarti
peningkatan pendapatan berasosiasi kuat dengan diversifikasi sumber konsumsi zat
gizi.
6. Teknologi Pengolahan Pangan Nonberas dan Promosinya Masih Terbatas
Pengembangan teknologi pengolahan diperlukan untuk mempercepat mewujudkan
diversifikasi konsumsi pangan. Dengan sentuhan teknologi pengolahan diharapkan
dapat menghasilkan pangan yang lebih bermutu, menarik, disukai dan terjangkau oleh
masyarakat. Pada saat ini, pengolahan pangan nonberas masih terbatas dan teknologi
yang digunakan masih sederhana (tradisional) sehingga produk yang dihasilkan masih
dianggap sebagai barang inferior. Kalaupun tersedia, harganya masih mahal dan
dikonsumsi dalam jumlah yang kecil seperti snack dari jagung. Selain itu cara dan
alat pengolahan pangan non beras tingkat rumah tangga juga masih terbatas,
contohnya belum ada alat masak untuk jagung dan ubikayu seperti “rice cooker”,
padahal potensi pangan lokal yang dapat berperan untuk menggantikan atau
mengurangi beras sangat tinggi.
7. Kebijakan yang Tumpang Tindih
Kebijakan pangan yang ditetapkan tidak konsisten dan sinkron antara program yang
satu dengan yang lain. Program diversifikasi konsumsi pangan telah ditetapkan sejak
dulu, yang salah satu tujuannya untuk menurunkan konsumsi beras. Disisi lain,
pemerintah menetapkan harga beras murah, yang mendorong orang untuk
mengkonsumsi beras. Selain itu, pemerintah juga menetapkan program OPK beras
yang berlaku untuk semua provinsi baik di kota maupun di desa tanpa memperhatikan
faktor sosial dan budaya makan setempat. Generalisasi program tersebut jelas akan
menstabilkan dan mendorong beras sebagai pangan pokok.
13
8. Kebijakan Impor Gandum, Jenis Product Development Cukup Banyak dan Gencarnya
Promosi
Produk gandum sesungguhnya bukan makanan pokok Indonesia, karena kondisi fisik
lingkungan yang tidak cocok, sehingga Indonesia tidak menanam tanaman tersebut.
Namun adanya kebijakan impor gandum untuk diproses menjadi tepung di dalam
negeri yang berlangsung lama dan subsidi harga terigu oleh pemerintah, maka harga
terigu menjadi murah (50% lebih rendah dari harga internasional).

Menurut Anang dalam Supadi (2004), kendala pengembangan diversifikasi


pangan adalah sebagai berikut :
1. Pangan non beras (jagung, sorghum, dan umbi-umbian) adalah pangan inferior,
berkurang tingkat konsumsinya seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat.
bahan pangan mempunyai status yang lebih tinggi dari pada jagung,sorghum dan
umbi-umbian. Kondisi ini menimbulkan anggapan bahwa apabila beralih kepada
bahan pangan jagung, shorgum dan umbi-umbiansebagai pengganti sebagian beras
yang dimakan, akan merupakan suatu kemunduran.
2. Kebanyakan komoditas pangan non beras tidak siap dikonsumsi secara langsung.
3. Untuk mendorong kembali ke menu makanan tradisional harus disesuakandengan
perkembangan zaman.
4. Upaya diversifikasi pangan hingga kini belum memberikan hasil yang memuaskan.
Produksi tanaman pangan masih sangat didominasi oleh beras.
5. Upaya diversifikasi konsumsi pangan melalui kebijakan harga dan subsidi banyak
mengalami kesulitan. Hal ini dapat dilihat dari kecilnya kemungkinan konsumen
untuk melakukan substitusi pangan dari beras kenon beras (jagung atau ubi kayu).
Sebsidi memerlukan biaya besar,sedangkan penerima subsidi mungkin dari golongan
orang yang berpendapatan menengah ke atas.

Selain itu, masih banyak masalah yang dihadapi dalam distribusi pangan untuk
menjamin upaya penganekaragaman konsumsi pangan, antaralain menyangkut sarana
transportasi (jalan, angkutan), pergudangan, sarana penyimpanan dan teknologi
pengolahan untuk memudahkan distribusi panganantar wilayah. Pengembangan
penganekaragaman konsumsi pangan penduduk juga tidak lepas dari tingkat
pengetahuan tentang pangan dan gizi. $al initerkait dengan masalah bahwa baik
kekurangan maupun kelebihan pangandan gizi akan menimbulkan masalah kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penganekaragaman atau diversifikasi konsumsi pangan bukan merupakan isu
baru, tetapi sudah dikumandangkan sejak dikeluarkannya instruksi presiden No. 14 tahun
1974 tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat (PMMR). Maksud dari instruksi ini
adalah untuk lebih menganekaragamkan jenis dan meningkatkan mutu gizi makanan
14
rakyat, baik kuantitas maupun kualitasnya sebagai usaha penting bagi pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, material, dan spiritual.
Tujuan utama Penganekaragaman Konsumsi Pangan (diversifikasi pangan) adalah
membudayakan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman untuk
hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman pangan sangat penting dan
mendesak, karena kebijakan terfokus pada peningkatan produksi dan belum
mempertimbangkan kecukupan gizi.
Pada prinsipnya, selain berpedoman pada keempat pilar ketahanan pangan,
bahwa prinsip pelaksanaan diversifikasi konsumsi pangan harus didasarkan salah satunya
pada potensi sumber daya pangan lokal. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki karakteristik tanaman yang beragam atau multi holticultura. Keberagaman
tanaman tersebut meliputi fungsi tanaman pangan, obat, sandang, maupun keperluan
lainnya. Untuk tanaman pangan sendiri, Indonesia memiliki potensi variasi tanaman
pangan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Ini berarti bahwa
sebagian besar wilayah tingkat propinsi di Indonesia memiliki potensi untuk
dikembangkan keberagaman produksi pangan maupun konsumsi tanaman pangan.
Dalam pelaksanaan diversifikasi konsumsi pangan, perlu dilakukan identifikasi atas
segala jenis tanaman pangan yang dapat dijadikan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan
pangan.
Dalam KTT Pangan Dunia 1996 yang menghasilkan Deklarasi Roma tentang
Ketahanan Pangan ditegaskan bahwa: “adalah hak setiap orang untuk memiliki akses
terhadap pangan yang aman, bermutu dan bergizi, konsisten dengan hak azasi bagi setiap
orang untuk memperoleh pangan yang cukup dan bebas dari kelaparan”. Secara tegas
dikatakan bahwa pemenuhan kebutuhan pangan secara cukup bagi setiap penduduk
merupakan suatu hal yang mutlak dipenuhi dari sisi hak manusia. Dengan demikian
kekurangan pangan atau kelaparan yang berdampak pada kekurangan gizi dapat dianggap
sebagai bentuk pelanggaran hak azasi manusia.
Walaupun upaya diversifikasi sudah dirintis sejak dasawarsa 60-an, namun
sampai saat ini masih belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pola pangan lokal
seperti jagung dan ubikayu telah ditinggalkan masyarakat, berubah ke pola beras dan pola
mie. Kualitas pangan juga masih rendah, kurang beragam dan masih didominasi pangan
sumber karbohidrat. Ketergantungan akan beras yang masih tinggi di kalangan
masyarakat dan meningkatnya tingkat konsumsi mi secara signifikan menjadikan upaya
diversifikasi konsumsi pangan belum menunjukkan keberhasilan, bahkan salah arah.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut dan saling berkaitan satu dengan yang
lain.
Pada hakekatnya faktor-faktor yang mempengaruhi diversifikasi konsumsi pangan
adalah sama dengan faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu sosial, budaya,
ekonomi, pengetahuan, ketersediaan pangan dan lain-lain.

B. Saran
15
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya masyarakat dapat memenuhi
asupan nutrisi dengan gizi yang seimbang melalui diversifikasi atau keragaman pangan
agar masyarakat lebih produktif.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, M. (2019). Arah, Kendala dan Pentingnya Diversifikasi Konsumsi Pangan di


Indonesia.

Dwiastuti, Emi. 2013.  Diversifikasi Pangan Berupa Kacang-kacangan.
(http://emi3astuti.blogspot.com/!"3/!#/diversifikasipanganberupakacang  ".html  ).

Hanafie, Rita. 2010.  Pengantar $konomi Pertanian. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Ketahanan Pangan Bogor.2013.
Profil Kantor Ketahanan  Pangan.http://&&&.kotabogor.go.id/kantor/kantor-
ketahanan-pangan

Lisnawati, Endang. 2010.  Diversifikasi Pangan dalam 'encapai Ketahanan Pangan.


(http://agronobisunbara.files.&ordpress.com/!"/""/(endangpangan-hal-""-")-oke.pdf  ). 

17

Anda mungkin juga menyukai