Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

GIZI DAUR KEHIDUPAN 1


ANGKA KECUKUPAN GIZI BAYI DAN BALITA

OLEH :

ASWINDA DARWIS
J1B119026

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa telah
melimpahkan karunia, taufiq,hidayah,serta inayah-Nya, sehingga “makalah
tentang angka kecukupan gizi bayi dan balita ” dapat terselesaikan. Tak lupa pula
senantiasa kita panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan dan penuntun
kita Muhammad Saw dalam tahap penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari
berbagai kendala yang menghambat penyusunan. Namun, berkat bantuan dan
motivasi berbagai pihak, sehingga kendala dan halangan tersebut dapat teratasi.
Dalam penyusunan makalah ini, di sadari bahwa masih terdapat
kekurangan karena di dunia ini tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan. Walaupun demikian,
saya tetap berharap makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi saya
dan orang lain untuk di jadikan penambahan wawasan pengetahuan tentang angka
kecukupan gizi bagi remaja.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ..................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penilaian status gizi ................................................................... 4
2.2 Gizi seimbang pada bayi dan balita ......................................... 6
2.3 Pemberian makanan ................................................................ 15
2.4 Permasalah gizi pada bayi dan balita........................................ 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 21
3.2 Saran .......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa bayi dimulai dari periode 0 hari atau hari setelah lahir sampai
usia 2 tahun. Periode ini merupakan periode kritis pada masa pertumbuhan
atau disebut sebagai periode emas (Golden period). Pada masa ini,
sebagian besar fungsi fisiologis berubah, mulai dari tubuh yang tumbuh
lebih cepat dibandingkan dengan lengan dan kaki, demikian halnya dengan
organ dan sistem organ termasuk sistem saraf yang membentuk jutaan
sinopsis baru sebagai penghubung dengan neuron di otak. Masa bayi
memiliki ciri-ciri perkembangan fisik Omah kecerdasan emosi, bahasa,
bermain, pengertian, kepribadian, dan moral.
World health organization ( WHO) (2012) mengelompokkan usia
anak di bawah usia 5 tahun(balita) menjadi 3 golongan, yaitu usia bayi 0-1
tahun, usia bawah 3 tahun atau Batita 2 atau 2 sampai 3 tahun, dan
golongan prasekolah 4-5 tahun. Usia balita dan prasekolah merupakan usia
yang pertumbuhannya tidak sepesat masa bayi tetapi aktivitas pada masa
ini lebih tinggi dibandingkan massa bayi.
Terdapat 4 parameter perkembangan melalui Denver
developmental screening test atau ddst Dalam menilai perkembangan
balita, yaitu tingkah laku sosial, gerakan motorik halus, gerakan motorik
kasar dan bahasa. Selain Selain itu ada ada pulang Ang yang membagi
aspek perkembangan balita menjadi 7 seperti pada kelompok Bina
Keluarga balita atau BKB yaitu tingkah laku sosial mendorong diri sendiri,
kecerdasan, Gerakan motorik halus, gerakan motorik kasar, komunikasi
pasif dan komunikasi aktif. penilaian tumbuh kembang pada balita
meliputi evaluasi pertumbuhan fisik berdasarkan grafik pertumbuhan berat
badan tinggi badan lingkar kepala dan lingkar dada dan lingkar perut;
evaluasi pertumbuhan gigi geligi, evaluasi neurologis, dan perkembangan
sosial.

1
Asupan zat gizi yang mempunyai pengaruh besar terhadap
perkembangan anak dari balita hingga masa remaja titik diet seimbang
tidak hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan, tetapi juga berfungsi
sebagai imunitas penunjang kemampuan intelektual dan pembentuk
emosional. Semua makanan yang dikonsumsi bayi harus memenuhi
kebutuhan gizi sehari titik kebutuhan gizi pada setiap bayi berbeda-beda
tergantung usia, Kecepatan pertumbuhan, aktivitas fisik, efisiensi
penyerapan, dan utilisasi makanan. Pertumbuhan dan perkembangan yang
sehat tergantung pada asupan gizi zat gizi. Makanan yang diberikan harus
berfungsi terutama sebagai energi untuk aktivitas otot, membentuk
jaringan baru, serta memberikan rasa enak dan kenyang.
Untuk mendukung tumbuh kembang pada masa balita, peran
makanan dengan nilai gizi tinggi sangat penting seperti pada makanan
sumber energi protein, vitamin ( B Complex,C dan A), serta mineral
(Ca,Fe, yodium,fosfor,dan zn). ketidakcukupan zat gizi mengakibatkan
penurunan status gizi sehingga anak menjadi kurang gizi.hal tersebut
mempengaruhi gangguan pertumbuhan fisik, kualitas kecerdasan, dan
perkembangan di masa depan titik zat gizi dalam pembangunan kualitas
sumber daya manusia telah dibuktikan melalui berbagai penelitian titik
pada masa balita, zat gizi yang bersumber dari bahan makanan perlu
diberikan secara tepat dengan kualitas terbaik karena gangguan zat gizi
pada masa ini dapat mempengaruhi kualitas kehidupan masa selanjutnya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Makalah ini berisi materi tentang “Angka Kecukupan Gizi Pada
bayi dan balita“ di buat dengan maksud memenuhi tugas mata kuliah gizi
daur kehidupan 1
Tujuan pembuatan makalah ini adalah menjelaskan bagaimana
penilaian status gizi, masalah gizi dan bagiamana gizi seimbang pada bayi
dan balita

2
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, tulisan ini secara khusus akan
membahas permasalahan :
1. Bagaimana penilaian status gizi pada bayi dan balita?
2. Apa permasalahan gizi pada bayi dan balita?
3. Bagaimanaa gizi seimbang pada bayi dan balita?
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini di harapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya mahasiswa untuk menambah wawasan
mengenai kebutuhan gizi hingga masalah gizi pada bayi dan balita.
Manfaat lain dari penulisan ini yaitu agar dapat menjadi motivasi dan
acuan semangat untuk hidup sehat agar menjadi negara yang kuat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penilaian Status Gizi Bayi dan Balita


1. Antropometri
Status gizi merupakan gambaran ukuran terpenuhnya kebutuhan
gizi yang diperoleh dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh.
penilaian status gizi dengan menggunakan data antropometri antara
lain berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur( TB/U), berat badan menurut tinggi badan(BB/TB), dan indeks
massa tubuh menurut umur (IMT/U).
World health organization merekomendasikan pengukuran
antropometri pada bayi dan balita menggunakan grafik yang
dikembangkan oleh Who dan Center for disease control and
prevention atau CDC titik grafik tersebut menggunakan indikator z
score sebagai standar deviasi rata-rata dan Persentil median. indikator
pertumbuhan digunakan untuk menilai pertumbuhan anak dengan
mempertimbangkan faktor umur dan hasil pengukuran tinggi badan
dan berat badan lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Indeks yang
umum digunakan untuk menentukan status gizi bayi dan balita adalah
sebagai berikut
Berat badan menurut umur (BB/U) BB/U menggambarkan BB relatif
dibandingkan dengan umur anak titik umur yang dihitung adalah
dalam bulan penuh Omah misalnya 3 bulan 26 hari dihitung sebagai
umur 3 bulan titik BB/U memberikan gambaran status gizi kurang
atau underweight, status gizi buruk severely underweight, gizi baik
dan gizi lebih
2. Panjang atau tinggi badan menurut umur(PB/U atau TB/U)
ukuran panjang badan atau PB digunakan untuk anak umur 0
sampai 24 bulan yang diukur dengan telentang, sedangkan tinggi
badan atau TB digunakan pada anak usia diatas 2 tahun dengan

4
pengukuran dalam keadaan berdiri tegak. Apabila anak umur 0 sampai
24 bulan diukur dalam keadaan berdiri, hasil pengukuran dikoreksi
dengan menambah 0,7 cm. demikian pula dengan Sebaliknya, apabila
anak umur diatas 24 bulan diukur dalam keadaan terlentang, hasil
pengukurannya dikurangi 0,7 cm. indeks PB/U atau TB/U
menggambarkan status gizi pendek atau stanted dan sangat pendek
atau Severly stanted
3. Berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB) atau
(BB/TB)
BB atau TB menggambarkan berat badan dibandingkan dengan
pertumbuhan lingkar PB atau TB dan digunakan untuk
mengklasifikasikan status gizi kurus atau (wasted) dan sangat kurus
(severely Wasted)

4. indeks massa tubuh menurut umur(IMT/U)


IMT/U merupakan indikator untuk menilai massa tubuh sehingga
status gizi dapat ditentukan titik ini juga dapat digunakan sebagai
skrining overweight dan obesitas grafik IMT/U dan BB/PB atau
BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang sama.

5. Riwayat makan
Penilaian status gizi berdasarkan riwayat makan dan asupan adalah:
a. Riwayat pemberian makan, antara lain Kebiasaan makan, teknik
pemberian makan, gangguan makan, dan lingkungan.
b. Nafsu makan dan asupan, antara lain nafsu makan harian, faktor
yang mempengaruhi asupan seperti prevensi, alergi, intoleransi
dan terhadap bahan makanan tertentu gangguan mengunyah
maupun menelan dan keterampilan makan.
c. Riwayat pola makan, antara lain pemberian air susu ibu atau ASI
frekuensi dan durasi pemberian ASI, frekuensi dan jumlah
pemberian makan pendamping ASI atau MP Asi, variasi MP Asi,

5
suplementasi vitamin atau mineral, dan gangguan seperti mual
muntah diare konstipasi dan Kolik

6. Biokimia
penilaian status gizi dengan menggunakan data Biokimia adalah
untuk mendiagnosis atau mengkonfirmasi adanya di defisiensi atau
kelebihan zat gizi. data yang sering digunakan antara lain hemoglobin
hematokrit, atau komponen darah lain yang berfungsi sebagai
indikator anemia defisiensi besi titik penilaian status gizi berdasarkan
riwayat client, yaitu dengan data sosial ekonomi antara lain berupa
cara mempersiapkan dan menyiapkan makanan Komang fasilitas atau
alat untuk mempersiapkan dan menyiapkan makanan. Alat untuk
mempersiapkan dan menyiapkan makanan, akses pelayanan
kesehatan, serta adat dan budaya yang dapat mempengaruhi proses
makan. Selain itu, data informasi kesehatan, antara lain berupa riwayat
penyakit akut dan kronis kronis, riwayat lahir, disabilitas, penilaian
klinis terkait bertanda defisiensi zat gizi dan imunitas.

2.2 Kebutuhan Gizi Pada Bayi dan Balita


kebutuhan zat gizi makro dan mikro per kg berat badan pada bayi
lebih tinggi dibandingkan usia yang lain. Hal tersebut dibutuhkan untuk
mempercepat pembelahan sel dan sintesis DNA selama masa
pertumbuhan, terutama energi dan protein. Bayi usia 0-6 bulan dapat
memenuhi kebutuhan gizi nya hanya dengan asik sama yaitu 6 sampai 8
kali sehari atau lebih pada masa-masa awal, sedangkan bayi diatas 6 bulan
dapat mulai dikenalkan pada makanan padat sebagai MP-ASI untuk
Membantu memenuhi kebutuhan gizi.
a. Makrobutrien ( zat gizi makro)
Rekomendasi kebutuhan makronutrien pada bayi
didasarkan pada kandungan gizi per 100 ml. Karbohidrat menyusun
45 sampai 65% dari total kalori ASI atau berkisar 130 gram perhari.

6
Karbohidrat dalam ASI sebagian besar berupa laktosa sehingga
mudah untuk dicerna dengan baik. protein dalam ASI memenuhi 5
sampai 20% dari total kalori ASI atau berkisar 13 Gram perhari. bayi
membutuhkan asupan protein lebih tinggi untuk mendukung
Tumbuh kembang, tetapi kelebihan protein dapat mengakibatkan
dehidrasi diare demam dan asidosis, terutama pada bayi prematur.
Sebesar 30 sampai 40% dari total kalori ASI tersusun atas lemak.
Lemak dibutuhkan untuk mendukung perkembangan saraf otak dan
saraf pada organ tubuh lainnya. jenis lemak tersaturasi dan lemak
Trans tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi terlalu tinggi pada bayi,
terutama pada bayi berusia diatas 6 bulan.
1. Energi
kebutuhan energi pada bayi lebih besar sama dengan MR 2
kali lipat lebih besar dibandingkan masa dewasa. Hal tersebut
digunakan untuk aktivitas pertumbuhan dan perkembangan bayi
titik kebutuhan energi pada bayi bergantung pada banyak faktor
antara lain ukuran dan komposisi tubuh, tingkat metabolisme,
aktivitas fisik, ukuran lahir, Berapa usia, jenis kelamin, faktor
genetik, asupan energi, kondisi medis, suhu tubuh dan grafik
pertumbuhan titik tujuan pemenuhan kebutuhan gizi pada bayi
antara lain:
a. pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikomotorik
b. melakukan aktivitas fisik.
c. memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup,
yaitu untuk pemeliharaan dan atau pemulihan serta
peningkatan kesehatan.

kebutuhan energi pada tahun pertama berdasarkan


rekomendasi dari your Open food safety authority (EFSA)
(2013) adalah sebesar 100-110 Kkal/kgBB dan tiap 3 tahun
pertambahan umur turun 10 kkal/kgBB. pada usia balita 2-5

7
tahun, penggunaan energi dalam tubuh adalah sebesar 50%
untuk metabolisme basal, 5 sampai 10% untuk SDA, 12% untuk
pertumbuhan, 25% untuk aktivitas fisik, dan 10% terbuang
melalui feses. Anjuran pembagian pemenuhan energi sehari
diperoleh dari 50 sampai 60% karbohidrat, 25 sampai 35%
lemak, dan 10 sampai 15% protein.
International of medicine atau IOM (2002)
Menggunakan persamaan untuk menghitung total pengeluaran
energi atau energi oven di Turki dan menghasilkan nilai
kebutuhan energi. persamaan tersebut adalah sebagai berikut

(89 ×BB(kg)-100)+175 kkal

berdasarkan persamaan berdasarkan tersebut, food and


nutrition board Institute of medicine 2002 menghitung estimasi
kebutuhan energi untuk bayi berusia 0 sampai 12 bulan
berdasarkan jenis kelamin, seperti terlihat pada tabel 15.2.
modifikasi kebutuhan energi dibutuhkan berdasarkan
kebutuhan individual dan grafik pertumbuhan titik kebutuhan
energi menurut pada usia diatas 1 tahun karena bayi berusia
diatas 6 bulan Mengalami penurunan kecepatan pertumbuhan
kemampuan makan bayi juga berubah sehingga mempengaruhi
grafik pertumbuhan atau growth spurt. hal tersebut terjadi pada
usia 2 sampai 6 minggu dan 3 sampai 6 bulan titik terdapat
rumus perhitungan basal metabolisme rate atau bmr pada bayi
dan balita pada tabel 15.3.
akurasi dan generalisasi dari rumus FAO/WHO/UNU dan
school field telah diteliti pada anak dalam kondisi sehat dengan
usia dan tingkat aktivitas yang berbeda dengan perbandingan
menggunakan indirect calorimetry ( carpenter,et al, 2015). studi
Thomson, at all 1995 mengatakan rumus FAO/ WHO/ UNU

8
paling akurat dibandingkan scofield dan Harris Benedict,
meskipun pada studi tersebut ketiga rumus mengestimasi lebih
resting energy expenditure atau REE. rumus FAO/WHO/UNU
mengalami over estimasi sebesar 104%, scoville dengan BB dan
scoville dengan BB - TB mengalami over estimasi masing-
masing sebesar 107,5% dan 106%.
sementara itu, rumus Oxford dikembangkan oleh Henry
2005 dengan melakukan studi pendahuluan scofield Harris
Benedict, dan beberapa formula estimasi energi lainnya. Rumus
memiliki persamaan yang berbeda untuk laki-laki dan
perempuan di setiap tingkatan usia mulai 0,3 tahun hingga ≥ 60
tahun.

2. Protein
protein merupakan sumber asam amino esensial untuk
pertumbuhan dan pembentukan serum, hemoglobin,
enzim,hormon, serta antibodi; mengganti sel-sel tubuh yang
rusak; memelihara Keseimbangan asam-basa cairan tubuh, serta
sumber energi titik jumlah protein adekuat jika mengandung
semua jenis asam amino esensial dalam jumlah cukup mudah
dicerna dan diserap oleh tubuh ( kathleen & escott-stump, 2004 )
sehingga sebagian besar protein yang diberikan harus memiliki
kualitas tinggi seperti protein hewani. 9 asam amino esensial
yaitu histidin,isoleusi, leusin, lisin,
metionin,fenilalanin,treonin,triptofan,dan valin, harus disuplai
dari makanan, sedangkan 2 Asam amino lainnya yaitu sistein
dan tirosin dianggap esensial karena pada bayi Aktivitas enzim
termasuk sintesis enzim masih belum berjalan dengan
baik(michaelsen, et al, 2003).
baik bayi maupun balita membutuhkan protein
berkualitas tinggi yang dapat dipenuhi dari ASI susu formula,

9
dan MP-ASI titik kandungan protein dalam bahan makanan
untuk masa ini berfungsi sebagai:
a. zat pembangun, pengatur, dan memperbaiki jaringan termasuk
jaringan mata, kulit, otot, jantung, paru-paru, otak, dan organ
lainnya.
b. membuat enzim, hormon, antibody, dan komponen penting
lainnya
c. membantu proses regulasi tubuh.(zimmerman & snow 2012).
European food safety authority ( EFSA) (2013)
merekomendasikan kebutuhan protein pada bayi usia 0 sampai 6
bulan sebesar 0,558 G per kgbb per hari, Sedangkan untuk bayi
berusia 6 sampai 36 bulan kebutuhan protein sebesar 0,606 G
per kg BB perhari. Rekomendasi tersebut diturunkan dari
perhitungan keseimbangan nitrogen pada dewasa, diestimasi
dari tingkat rata-rata protein terdeposisi harian serta disesuaikan
dari efisiensi penggunaan protein untuk pemeliharaan tubuh dan
pendukung pertumbuhan bayi.
studi axelson 2006 menyebutkan bahwa asupan protein
tinggi berkontribusi meningkatkan sekresi insulin dan insulin
like growth Factor( IGF-1) dan IGF- Building protein
(IGFBP)-1 pada pemberian makanan formula bayi dengan
kandungan protein yang berbeda( 13,15, dan 18 g protein /L)
serta pemberian ASI pada kelompok kontrol. Sebuah tinjauan
sistematik menyebutkan adanya hubungan antara asupan protein
tinggi pada bayi dan balita dengan peningkatan pertumbuhan
dan indeks massa tubuh atau IMT yang lebih tinggi pada usia
balita( Hornell, et al, 2013).
Pada bayi usia 6-12 bulan, sumber protein tambahan dari
bahan makanan dibutuhkan untuk memenuhi tambahan
kebutuhan protein. Beberapa sumber protein dari bahan
makanan yang baik antara lain daging ayam, ikan, kuning telur,

10
keju, yogurt, kacang-kacangan, sereal, dan tepung tepungan.
Sumber protein hewani mengandung jumlah asam amino
esensial lebih dari dibandingkan produk nabati titik oleh karena
itu, konsumsi satu jenis protein nabati dengan kandungan asam
amino esensial yang rendah harus dilengkapi dengan konsumsi
dari jenis protein hewani atau jenis protein nabati lain yang
tinggi asam amino esensial seperti kacang merah dengan beras
merah.
kacang merah mengandung metionin rendah tetapi kandungan
lisin tinggi, sedangkan beras merah mengandung metionin tinggi
tetapi kandungan lisin rendah sehingga konsumsi dua jenis
bahan makanan tersebut akan melengkapi kebutuhan asam
amino esensial.

2. Lipid
Merupakan substansi atas lemak, minyak, dan kolestrol.
Asa;m lemak merupakan bagian terbesar dari lipid dan harus
tersedia di dalam diet karena tidak dapat desintesis dalam tubuh.
Asam lemak tersebut di sebut lemak esensial yang berfungsi
salah satunya untuk mengatur kesehatan tubuh. Asam lemak
esensial terdiri dari dua jenis, yaitu asam linoleat (18:2n-6/AL)
dan salam alfalinolead (18:3n-3/AAL).
Asal lemak dari jenis lain seperti asam arakidonat
(20:24n-6/ARA) dan asam dokosaheksanoak (22:6n-3/DHA)
dikenal sebagai asam lemak rantai panjang atau plionsaturated
fattacid (FUFA). Asam lemak disebut merupakan tutnan dari al
da aal, yang di anggap sebagai asam esensial jika bahan
makanan mengandung sedikit ( 18: 3N-3 atau AAL)
Kebutuhan lemak pada bayi usia 0-6 bulan dapat
dipenuhi seluruhnya dari ASI. Studi stam, et.al (2013)
menyatakan bahwa kandungan lemak dalam asi sebesar 0,4 –

11
9,0 g/10ml asi. Susu ibu di perkirakan mengandung energi
sebesar 67 kk al / 10 ml dengan kandungan lemak sebesar 3,9 g /
100 ml (butte,et.al,2000).
Pada usia bayi (0,12 bulan ), lemak harus terkandung dalam
makanan yang mereka makan karena beberapa fungsi penting
antara lain :
1. Penyuplai hampir 50 % energi untuk kebutuhan sehari hal
tersebut terpenuhi dari konsumsi asi / susu formula.
2. Memacu penyimpanan lemak dalam tubuh untuk menjaga
panas tubuh dan melindungu organ tubuh.
3. Membantu penyerapan vitamin larut lemak, seperti vitamin
A,D,K
4. Penyediaan asam lemak esensial yang di buthnkan untuk
perkembangan otak, kesehantan kulit dan rambut serta mata
dan melindungi dari infekasi dan penyakit.

Pada bayi, ASI dan susu formula merupakan sumber


lipid terbaik karena mengandung berbagai jenis lipid
termasuk asam lemak esensial. Kandungan al pada asi
setiap liternya sebesar 5,6 gram, sedangkan pada susu
formula sebesar 3,3—8,6 gram kandungan aal dan dha pada
asi sebesar 0,63 gram/liter, sedangkan susu formula sebesar
0-67 gram/liter (adriani dan wirjadmadi 2012 )
Pada umumnya, produsen susu formula
menambahkan minyak sayur kedalam produknya karena
mengandung al yasng tinggi sehingga kandungan
asamlemak esensial bertambah. Sumber lipid dari bahan
makanan juga di perlukan, terutama untuk bayi usia 7-12
bulan yang telah diberi mp asi. Beberapa bahan makanan
suber lipid antara lain daging, keju dan produk susu lainya,

12
kuning telur, dan lemak atau minyak yang di tambahkan
dama proses memasak
Kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka
mutlak tetapi du anjurkan sampai 20% dari energi total.
Asupan lemak stelah usia 6 bulan sebanyak 30-35 % dari
total kebutuhan energi masi di anggp normal dan di
anjurkan tidak lebih dari persen tersebut. Diet rendah lemak
pada masa ini dapat menghilangkan rasa kenyang,
sedangkan pemberian berlebih akan beerpotensi besar
resiko obesistas ( michaelsen,etal 2003).
Asupan lemak pada masa balita di anjurkan lebih
banyak pada bahan makanan dengan sumber asam lemak
esensial seperti kacang – kacanggan minyak nabati,
gandum utuh, beras merah. Asi mengandung sejumlah
besar yang berfungsi sebagai penunjang pertumbuhan otak
dan terina. Asupan al di rekomendasikan sebesar 4,4 gram /
hari, omega 3 0,5 gram/hari dan omega 6 4, 6 gram/ hari
(adriani dan wirjadmadi,2012 )

b. Makronutrien zat gizi mikro


mikro nutrien yang diperlukan bayi hampir semua
terpenuhi jika ASI dikonsumsi secara cukup. Akan tetapi,
kandungan vitamin D yang diperlukan untuk penyerapan
kalsium dan pembentukan tulang pada asi rendah sehingga
dibutuhkan suplementasi pada kondisi defisiensi titik vitamin D
juga perlu diberikan dengan pajanan sinar matahari selama
kurang lebih 30 menit seminggu titik Selain itu, ASI juga rendah
kandungan vitamin K yang diperlukan untuk untuk pembekuan
darah dan mengurangi resiko pendarahan. ASI mengandung
vitamin k lebih rendah daripada susu formula( 1/4 kali lipat)
sehingga anak yang sudah cukup ASI akan beresiko mengalami

13
defisiensi vitamin K. Vitamin B12 juga perlu diperhatikan jika
ibu yang menyusui seorang vegetarian.
kandungan mikronutrien lain yang rendah dalam ASI ialah
zat besi, tetapi zat tersebut dapat terserap dengan baik pada
pencernaan B. Pada usia 4-6 bulan bayi mengalami peningkatan
kebutuhan zat besi sehingga memerlukan tambahan dari sumber
bahan makanan lain. Kalsium mineral yang berperan dalam
pembentukan tulang dan gigi, terpenuhi dari ASI pada usia 0-6
bulan titik kalsium dari ASI diabsorpsi sebanyak 2/3 kali lipat,
cukup besar jika dibandingkan dengan absorpsi kalsium dari
formula yang hanya 25 sampai 30% ( kathleen-escott-
stump,2004)
pada masa balita, kebutuhan vitamin digunakan untuk ( Adriani
& wirjatmadi, 2012).
a. pertumbuhan sel-sel epitel atau vitamin A.
b. metabolisme karbohidrat dan keseimbangan air dalam
tubuh atau vitamin B1
c. proses oksidasi dalam sel sel atau vitamin B2
d. pembentukan sel-sel darah merah atau vitamin B6
e. aktivator berbagai permen perombakan protein dan lemak
serta pembentukan trombosit atau vitamin C
f. memperbesar penyerapan kalsium dan fosfor dari usus
atau vitamin D
g. mencegah pendarahan dan pembelahan sel atau vitamin E
h. pembentukan protrombin dalam proses pembentukan
darah atau vitamin K

Pada usia balita, defisiensi vitamin A, B dan C sering


terjadi titik Oleh Oleh sebab itu asupan sumber vitamin seperti
sayur sebanyak 100 sampai 150 gram perhari perlu diperhatikan.
( pepaya, pisang, mangga, nanas dan jeruk) sebanyak 100

14
sampai 200 gram per hari juga perlu diberikan ( Andriani &
wirjatmadi, 2012).
pada balita, selain vitamin, kebutuhan mineral mikro antara
lain berupa zat besi untuk proses reaksi oksidasi reduksi
metabolisme aerobik dan pembawa oksigen dalam darah;
yodium sebagai bagian integral dari hormon tiroksin untuk
mengatur pertumbuhan, Untuk sintesis kolesterol darah dan
aktivasi vitamin A; serta untuk proses metabolisme.

2.3 Pemberian makanan


1. Bayi
pemberian makan pada bayi merupakan salah satu hal penting
untuk menunjang kesehatan serta proses tumbuh kembang bayi titik
pemberian makanan yang tepat pada bayi akan mencegah malnutrisi
atau retardasi, sedangkan pemberian makanan yang kurang tepat
memperbesar resiko masalah tidak mau Kak internal, infeksi, sampai
pada kematian.
a. ASI
protein ASI berupa kasein (40%) dam whey(60%). protein
whey berfungsi untuk melindungi bayi dari kejadian infeksi karena
mengandung faktor anti infeksi, laktoferin berfungsi mengikat zat
besi dan mencegah pertumbuhan bakteri yang membutuhkan zat
besi sedangkan immunoglobulin A (IgA) melindungi saluran cerna
bayi dari infeksi, dan Enzim lisozim dapat merusak membran sel
bakteri titik ASI juga mengandung asam lemak esensial berupa Al
dan AAL yang menyerupai prekursor A R A dan DHA. pada asi,
laktosa merupakan komponen utama yang menyumbang 42% dari
total energi pada ASI.
kandunan vitamin dalam ASI lebih tinggi dibandingkan
susu sapi, Tetapi lebih rendah dibandingkan susu formula.
Kandungan vitamin larut lemak seperti vitamin A pada ASI.

15
terutama kolostrum sebesar 5 mcg per 100 ml Dan prekursornya
yaitu beta karoten. jumlah ini bervariasi bergantung makanan ibu.
Pada asi kandungan vitamin D umumnya kurang dan berkisar
0,303 sampai 0,88pg/100 ml, sedangkan AKG untuk 0,6 bulan
sebesar 5pg. kebutuhan vitamin D dapat dipenuhi dengan paparan
sinar matahari titik Sementara itu, kandungan vitamin larut air
besarnya bergantung pada variasi makanan yang dikonsumsi ibu.
mineral pada asi lebih rendah daripada susu sapi, tetapi
penyerapan mineral pada asi lebih baik daripada susu sapi titik zat
besi ASI dapat diserap sebanyak 50% sedangkan susu sapi hanya
100%. Selain makro dan mikro nutrien tersebut, ASI juga
mengandung bakteri baik(L.bifidus) yang membuat suasana asam
dalam saluran cerna bayi sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri patogen.

2. Susu formula
susu formula digunakan sebagai pengganti ASI untuk bayi
sampai usia 6 bulan, yang secara khusus diformulasikan sebagai
satu-satunya makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi selama
6 bulan pertama. Komposisi susu formula bayi harus mengikuti
aturan codex alimentarius atau badan pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) hanya dapat diberikan kepada bayi atas indikasi medis
( WHO,2009; BPOM,2011). codex alimentarius dan Euro Pean
Society for pediatric gastroenterology hepatology and
Nutrition(ESPGHAN) communitte on nutrition membagi formula
bayi dalam tiga jenis yaitu:
a. formula awan atau starting formula. Formula awal harus
dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi esensial bagi
bayi sampai umur 1 tahun.
b. formula lanjutan atau follow up formula. formula lanjutan
dapat diberikan mulai dari umur 6 bulan dan bersama-sama

16
dengan MP-ASIi seperti bubur susu dan nasi tim sampai
umur 1 tahun.
c. formula untuk tujuan khusus medis titik formula untuk
tujuan khusus medis meliputi formula untuk bayi prematur
alergi susu sapi kelainan metabolisme bawaan, dan formula
khusus gangguan saluran cerna.

3. MP-ASI
MP Asi merupakan makanan bayi yang menyertai pemberian ASI,
diberikan setelah bayi berusia 6 bulan karena ASI tidak lagi dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi titik MP Asi mengandung zat gizi
yang diberikan pada bayi selama periode penyapihan atau
complementary feeding, yaitu pada saat makanan atau minuman
lain diberikan bersama pemberian ASI Didik beberapa tujuan
pemberian MP Asi adalah antara lain:
a. memenuhi kebutuhan gizi bayi
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima berbagai
macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur sehingga
mampu menerima makanan keluarga.
c. mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan
menelan atau keterampilan oromotor

Terdapat dua jenis MP Asi, yaitu buatan rumah tangga atau


pabrik dan makanan yang biasa dimakan keluarga, tetapi
dimodifikasi sehingga mudah dimakan bayi dan memenuhi
kebutuhan gizinya. Tekstur makanan mulai dari halus atau saring
encer atau makanan lumat dan bertahap menjadi lebih kasar atau
makanan lembek. Berikut merupakan hal yang harus diperhatikan
dalam pemberian MP-ASI.
a. memilih bahan makanan utama dengan sumber tinggi zat
besi.

17
b. memilih beras sebagai salah satu sumber karbohidrat karena
bersifat hypoallergenic
c. Telur dapat diberikan saat usia 1 tahun.
d. makanan selingan dapat diberikan dua kali sehari seperti
bubur kacang hijau, biskuit, dan buah-buahan untuk
melengkapi kebutuhan vitamin dan mineral.

b. Balita
secara umum, jadwal pemberian makan sebanyak 3 kali makanan
utama dan dua kali makanan selingan titik pola hidangan sehari mengikuti
pola makanan seimbang yang terdiri atas sumber karbohidrat protein
vitamin dan mineral serta air. Pada usia balita 1 sampai 4 tahun terjadi
perubahan jenis makanan dan maka cara makan dari semula konsumsi ASI
dan MP ASI menjadi makanan makanan keluarga, serta pembelajaran
makan dan minum sendiri. jika kebutuhan gizi pada usia ini tidak
terpenuhi dengan baik akan mengakibatkan pula tumbuh kembang yang
kurang optimal.
setelah berumur 1 tahun, menu makanan harus di variasikan untuk
menghindari kebosanan dan diberi susu serealia ( bubur beras,
roti),daging,sup, sayuran, dan buah. pada waktu makan, balita mulai
diajarkan cara makan yang baik dengan jenis makanan yang bernilai gizi
tinggi titik antara waktu makan Pagi dan siang serta antara waktu makan
siang dan makan malam, balita dapat diberikan makanan selingan seperti
biskuit keju kue basah, dan es krim.

2.4 Masalah Gizi Pada Bayi Dan Balita


1. Alergi
bahan makanan yang biasa menjadi alergen, terutama pada tahun
pertama, antara lain kacang mentega putih telur tepung susu sapi,
dan kacang-kacangan titik Apabila ada anggota keluarga menderita

18
alergi dari salah satu bahan makanan di atas pemberian bahan
makanan tersebut pada bayi dapat ditunda terlebih dahulu sampai
usia 1 tahun untuk produk susu, 2 tahun untuk telur, dan 3 tahun
untuk ikan, dan kacang-kacangan titik bayi atau balita dengan
alergi susu sapi dapat diberikan formula kacang kedelai atau soya.
2. Gizi lebih (Obesitas)
yang mengalami obesitas mempunyai kemungkinan obesitas yang
lebih besar pada masa pubertas dan dewasa kelak titik penyebab
obesitas ini bersifat multifaktor antara lain genetik, gaya hidup dan
pola makan yang kurang baik.
3. Karies gigi
Gigi Susu beresiko mengalami gangguan berupa karies dini yang
diakibatkan oleh konsumsi ASI susu formula,, atau minuman lain
yang diminum melalui botol. Pemberian makanan atau minuman
manis dengan botol pada bayi lebih dari 3 kali sehari atau lebih dari
1 jam pada saat waktu makan dapat mengakibatkan penyebab
utama karies Dini titik resiko karies di ini terus berlanjut pada masa
balita jika makanan tinggi gula lebih sering dikonsumsi.
4. Diare
diare sering terjadi akibat infeksi saluran cerna sehingga jika hal
tersebut terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan dehidrasi
titik Apabila bayi atau balita mengalami kondisi tersebut secara
terus-menerus dibutuhkan penggantian cairan dan elektrolit yaitu
dengan Rehidrasi oral.
5. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)
kekurangan yodium berpengaruh pada tingkat IQ dan tumbuh
kembang anak, yaitu menjadi kerdil atau kratein, gangguan
gangguan pendengaran atau tuli, retardasi mental, gangguan
motorik dan sebagainya. Penyebab antara lain rendahnya konsumsi
makanan sumber yodium tingginya konsumsi makanan
goitrogenik, air minum kotor, dan genetik.

19
6. Pica
perilaku Pika tidak membahayakan selama anak tidak
mengonsumsi zat toksik. Berbeda dengan kebiasaan anak, terutama
balita, yaitu memasukkan barang ke dalam mulut titik pada masa
balita, anak menggunakan mulut untuk belajar misalnya menggigit
kelereng.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa Mulai dari periode 0 hari atau hari setelah lahir sampai usia 2
tahun. Priode ini merupakan periode kritis pada masa pertumbuhan atau
disebut sebagai periode emas atau Golden period Pada masa ini sebagian
besar berfungsi fisiologis berubah, demikian halnya dengan organ dan
sistem organ termasuk sistem saraf yang membentuk jutaan sinopsis baru
sebagai penghubung dengan neuron di otak. Masa bayi memiliki ciri-ciri
perkembangan fisik, kecerdasan emosi, bahasa krama bermain, pengertian
kepribadian dan moral.
pada masa bayi, asupan zat gizi mempunyai pengaruh besar
terhadap perkembangan hingga masa remaja. Kebutuhan gizi pada setiap
bayi berbeda tergantung pada usia, kecepatan pertumbuhan aktivitas fisik
efisiensi penyerapan, dan utilisasi makanan. Gizi seimbang tidak hanya
berpengaruh terhadap pertumbuhan tetapi juga berfungsi sebagai imunitas
penunjang kemampuan intelektual dan pembentuk emosional. Pada masa
ini zat gizi yang berfungsi bersumber dari bahan makanan perlu diberikan
secara tepat dengan kualitas terbaik karena gangguan zat gizi pada masa
ini dapat mempengaruhi kualitas kehidupan masa
3.2 Saran
Sarannya yaitu memperhatikan asupan makan bayi dan balita karena itu
sangat bepengaruh untuk masa selanjutnya.

21
DAFTAR ISI

Adriani dan Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekarti, M. 9 (2011). Gizi seimbang dalam daur
kehidupan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Assosiasi Dietisen Indonesia (AsDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), &
Persatuan Ahli Gizi Indonesia ( PERSAGI). 2014. Penuntun Diet Anak .
Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Axelson, I ., 2006. Effect of Hight Protein Intakes. In : Protein and Energy
Reqruitment In Infancy and Childhood, Nestle Nutrition Workshop Series :
Pediatric program Series No. 58.Eds Rigo J, Ziegler E. 121-131.
cabello b. allen l & prentice a. 2005. encyclopedia of human nutrition, second
edition. oxford : elsevier Ltd.
Hardinsyah., riyadi, H. & Napitupulu, , 2013. Angka kecukupan gizi (AKG) 2013
Kahtleen, L.M & Escott-Stump, S 2004, krauses food Nutrition & diet therapy.
Philandephia: saunders company
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Mnentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
41 Tahun 2014 tentang pedoman Gizi Seimbang. Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai