Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH GIZI DAUR KEHIDUPAN 1

TENTANG
ANGKA KECUKUPAN GIZI REMAJA

OLEH :
ASWINDA DARWIS
J1B119026

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa telah
melimpahkan karunia, taufiq,hidayah,serta inayah-Nya, sehingga “makalah
tentangangka kecukupan gizi remaja ” dapat terselesaikan. Tak lupa pula
senantiasa kita panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan dan penuntun
kita Muhammad Saw dalam tahap penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari
berbagai kendala yang menghambat penyusunan. Namun, berkat bantuan dan
motivasi berbagai pihak, sehingga kendala dan halangan tersebut dapat teratasi.
Makalah ini berisi tentang masa remaja, penilaian status gizi pada masa remaja,
kebutuhan gizi pada remaja, dan masalah gizi dan kesehatan pada remaja.
Dalam penyusunan makalah ini, di sadari bahwa masih terdapat
kekurangan karena di dunia ini tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan. Walaupun demikian,
saya tetap berharap makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi saya
dan orang lain untuk di jadikan penambahan wawasan pengetahuan tentang angka
kecukupan gizi bagi remaja.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kendari, 04 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ..................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Remaja ........................................................................ 4
2.2 Penuilaian Status Gizi ................................................................... 5
2.3 Kebutuhan Gizi ............................................................................ 9
2.4 Masalah Gizi dan Kesehatan Pada Remaja ................................... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 20
3.2 Saran .......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 22

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja ( adolescence) merupakan masa terjadinya perubahan yang
berlangsung cepat dalam pertumbuhan fisik, kognitif,dan psikososial. Masa
ini merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju remaja yang di tandai
dengan banyak perubahan, diantaranya pertambahan massa otot, jaringan
lemak tubuh dan perubahan hormon. Perubahan tersebut mempengaruhi
kebutuhan gizi. Selain itu, kebutuhan gizi pada remaja juga di pengaruhi oleh
faktor psikologi dan sosial.
Masa remaja di bagi berdasarkan kondisi perkembangan fisik, psikologi,
dan sosial. World Health Organization ( WHO) / United Nations Children’s
Emergency Fund ( UNICEF) (2005) membagi menjadi tiga stase, yaitu :
1. Remaja awal ( 10-14 tahun )
2. Ramaja pertengahan ( 14-17 tahun )
3. Remaja akhir ( 17-21 tahun )

Pada remaja perempuan, growth spurt terjadi pada 12-18 bulan sebelum
menarche ( 10-14 tahun). Pertumbuhan berlanjut selama 7 tahun atau saat
remaja sampai pada usia 21 tahun. Selama masa ini, terjadi percepatan
pertumbuhan yang meliputi 45% pertumbuhan tulang dan 15-25 %
pertambahan tinggi badan ( WHO/ UNICEF, 2005). Selama masa growth
spurt, sebanyak 37% total massa tulang terbentuk. Penambahan lemak lebih
banyak pada remaja perempuan lemak tubuh perempuan pada masa dewasa
sebesar 22% di bandingkan dengan pada laki-laki dewasa yang hanya 15 %.
Pembentukkan lemak tubuh sebanyak 15-19% terjadi di masa anak-anak
hingga mencapai 20% di masa remaja(Andriani & Wirjatmadi, 2012). Pada
remaja laki-laki, terjadi lebih banyak pertumbuhan otot dan tulang dengan
lemak tubuh normal sekitar 12%. Tinggi badan remaja laki-laki akan
bertambah 18 cm, sedangkan remaja perempuan lebih rendah. Perbedaan

1
trsebut menyebabkan perbedaan zat gizi remaja laki-laki dan perempuan
( Kathleen & Escott Stump, 2004).
Pemenuhan kebutuhan zat gizi pada remaja perlu di perhatikan karena:
1. Terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan fisik dan psikis.
2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada remaja mempengaruhi
kebutuhan dan asupan zat gizi.
3. Kebutuhan zat gizi khusus perlu di perhatikan, terutama pada kelompok
remaja dengan aktivitas olahraga tinggi, kehamilan, gangguan perilaku
makan, diet ketat, konsumsi alkohol, dan obat-obatan.

Zat gizi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selama masa


bayi, balita, hingga remaja, dengan kebutuhan gizi pada remaja lebih besar di
bandingkan dua masa sebelumnya. Kebutuhan gizi pada remaja di pengaruhi
oleh pertumbuhan pada masa pubertas. Kebutuhan gizi yang tinggi terdapat
pada periode pertumbuhan yang cepat ( growth spurt).

1.2 Maksud dan Tujuan


Makalah ini berisi materi tentang “Angka Kecukupan Gizi Pada
Remaja“ di buat dengan maksud memenuhi tugas mata kuliah gizi daur
kehidupan 1
Tujuan pembuatan makalah ini adalah menjelaskan pengertian
masa remaja, penilaian status gizi, kebutuhan gizi, dan masalah gizi dan
kesehatan pada masa remaja.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut di atas, tulisan ini secara khusus akan
membahas permasalahan :
1. Apa pengertian dari masa remaja ?
2. Bagaimana penilaian status gizi pada remaja?
3. Apa saja kebutuhan gizi pada masa remaja?

2
4. Apa masalah gizi dan kesehatan pada masa remaja?

1.4 Manfaat Penulisan


Hasil dari penulisan ini di harapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya mahasiswa untuk menambah wawasan
mengenai kebutuhan gizi hingga masalah gizi pada saat remaja. Manfaat
lain dari penulisan ini yaitu agar dapat menjadi motivasi dan acuan
semangat untuk hidup sehat agar menjadi negara yang kuat.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masa Remaja
Masa remaja ( adolescence) merupakan masa terjadinya perubahan yang
berlangsung cepat dalam pertumbuhan fisik, kognitif,dan psikososial. Masa
ini merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju remaja yang di tandai
dengan banyak perubahan, diantaranya pertambahan massa otot, jaringan
lemak tubuh dan perubahan hormon. Perubahan tersebut mempengaruhi
kebutuhan gizi. Selain itu, kebutuhan gizi pada remaja juga di pengaruhi oleh
faktor psikologi dan sosial.
Zat gizi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selama masa
bayi, balita, hingga remaja, dengan kebutuhan gizi pada remaja lebih besar di
bandingkan dua masa sebelumnya. Kebutuhan gizi pada remaja di pengaruhi
oleh pertumbuhan pada masa pubertas. Kebutuhan gizi yang tinggi terdapat
pada periode pertumbuhan yang cepat ( growth spurt).

Tabel 13.1 Elemen skining gizi dan penilaian gizi untuk remaja
Riwayat medis dan Pertumbuhan dan Diet dan aktivitas fisik Tes laboratorium dan
psikososial pertumbuhan skining gizi
Komponen Riwayat medis Indeks massa tubuh Pola makan Hemoglobin (remaja
skining gizi Riwayat psikososial Tingkat kematangan Suplementasi zat gizi perempuan)
awal Riwayat dan status seksual dan non-gizi Serum kolestrol dan
sosio-ekonomi Ketahanan pangan lemak darah
Alergi makanan Tekanan darah
Diet khusus
Konsumsi alkohol
Aktivitas fisik dan
pertandingan olahraga

Indikasi untuk Penyakit kronis Gizi kurang Rawan pangan Hipertensi


penilaian status Penggunaan substansi Gizi lebih Pola makan tidak teratur Hiperlipidemia
gizi lanjut kimia Resiko gizi lebih Asupan zat gizi mikro Anemia zat besi
Kemiskinan dan Kematangan seksual tidak cukup
kesepian Terlambat Kelebihan asupan lemak
Distimia atau depresi Stunting Alergi makanan
Gangguan makan Vegetarian
Gangguan bentuk tubuh Suplementasi herbal
Kehamilan dan Kompetisi olahraga
menyusui Diet kronis
Puasa
Konsumsi alkohol
Sumber.stang.J & story ,M, 2005. Guidelines for Adolescent Nutrition Services.
http://www.epi.umn.edu.let/pubs/adol_books.shtm.

4
2.2 Penilaian Status Gizi
Skining gizi di awali dengan pengukuran tinggi dan berat badan secara
akurat sehingga di peroleh IMT yang tepat. Hal tersebut kemudian di
sesuaikan dengan jenis kelamin dan usia sesuai dengan grafik pertumbuhan
dari Nasional Center For Health Statistic (2000) sehingga di ketahui berat
dan tinggi badan aktual dan potensinya terkait gangguan pertumbuhan ( stang
& story, 2005 ).

1. Penilaian Gizi
Penilaian gizi pada remaja meliputi pengukuran antropometri,
penggalian data terkait riwayat medis klien,data fisik, klinik dan
biokimia, data asupan makan, perawatan medis yang di jalani saat ini,
dan kondis ketahanan pangan. Pentingnya asesmen atau penilaian status
gizi pada remaja, antara lain ( Food and Nutritiont Technical Assistance,
2016 ).
a. Mengidentifikasi remaja yang beresiko malnutrisi untuk di
lakukan intervensi dini sebelum terjadi malnutrisi.
b. Mengidentifikasi malnutrisi pada remaja yang tidak di lakukan
penanganan dengan baik sehingga beresiko memperpanjang lama
rawat di rumah sakit, meningkatkan resiko infeksi dan
komplikasi, serta kemungkinan terjadi morbiditas dan mortalitas.
c. Mendukung percepatan pertumbuhan remaja.
d. Mengidentifikasi komplikasi medis terkait daya cerna makanan
dan utilisasi zat gizi.
e. Memberikan informasi tentang edukasi gizi melalui konseling
gizi.
f. Merancang asuhan gizi yang tepat untuk remaja.

Penilaian gizi pada remaja meliputi pengukuran antropometri,


penggalian data terkait riwayat medis klien,data fisik, klinik dan

5
biokimia, data asupan makan, perawatan medis yang di jalani saat ini,
dan kondis ketahanan pangan.
Tabel 13.2 Kategori IMT
Status Gizi IMT
Malnutrisi berat ˂ 16
Malnutrisi sedang ≥ 16 - ˂ 17
Maknutrisi ringan ≥ 17 - ˂ 18,5
Normal ≥ 18,5 - ˂ 25
Gemuk ≥ 25 - ˂ 30
obesitas ≥ 30

Sumber. WHO (2013).

1. Antropometri
Pengukuran antropometri pada remaja meliputi IMT, lingkar
lengan atas (LiLA), lingkar kepala, tebal lipatan lemak bawah kulit.
Berat badan berhubungan erat dengan status kesehatan. Penurunan
berat badan tidak di sengaja berarti penurunan kesehatan, termasuk
imunitas. Berat badan dan tinggi badan di hitung untuk memperoleh
IMT yang lebih menggambarkan proporsi tubuh. Tabel 13.2
merupakan World Health Organization (WHO) (2005) menetapkan
indikator kategori IMT berdasarkan WHO ( 2013 ).

Tabel 13.3 indikator status berat badan dan tinggi badan untuk remaja
indikator
Stunting ( PB/U atau TB/U rendah PB/U atau TB/U ˂ persentil
Kurus ( IMT/U rendah) IMT/ U ˂ persentil
Beresiko IMT/ U 5 ≤ n˂B5 persentil Riwayat keluarga
Tekanan darah
Kadar lemak darah
Kadar gula darah
IMT
Depresi
Gemuk IMT/ U ≥ B5 persentil Semua kondisi di atas,
di sertai gangguan
tulang
Gangguan saluran
nafas

6
Resistensi insulin
Sumber. * World Health Organization ( WHO, 2005)
** Stang, J & Story, M, 2005. Guidelines for Adolescent Nutrition Services

Status gizi untuk remaja berdasarkan z-score ( dalam persentil ),


sedangkan stang dan story (2005 ) menyusun indikator penilaian
komlikasi media untuk penilaian status gizi lanjut sesuai dengan
status gizi pada remaja seperti tabel 13.3.

Tabel 13.4 Klasifikasi status gizi berdasarkan LiLA


Umur Malnutrisi Malnutrisi Malnutrisi ringan
Akut – berat Sedang
6-59 bulan ˂ 115 mm ≥ 115 - ˂ 125 mm ≥ 125 mm
5-9 tahun ˂ 135 mm ≥ 135 - ˂ 145 mm ≥ 145 mm
10- 14 tahun ˂ 160 mm ≥ 160 - ˂ 185 mm ≥ 185 mm

Lingkar lengan atas meruapakan gambaran ketersediaan zat


gizi di otot dan lemak. Pengukuran LiLA dapat di gunakan sebagai
alternatif untuk mengetahui status gizi, termasuk pada remaja jika
berat dan tinggi badan aktual tidak dapat di ukur. Kelemahan
pengukuran LiLA ialah tidak dapat di gunakan untuk seseorang
dengan edema. Food and Nutritiont Technical Assistance ( 2016 )
menyusun cut-off untuk klasifikasi status gizi pada usia 6 hingga
14 tahun ( tabel 13.4).

2. Biokimia
Tes laboratorium di gunakan untuk mengetahui kadar zat gizi
dalam darah, urine, maupun feses. Hasil dari pemeriksaan tersebut
memberikan gambaran gambaran terkait masalah kesehatan yang
mempengaruhi nafsu makan dan status gizi sehingga dapat di
lakukan tindak lanjut secara tepat.

3. Fisik-Klinis

7
Pemeriksaan fisik-klinis merupakan pemeriksaan untuk
melihat adanya tanda yang terlihat terkait defisiensi zat gizi, seperti
edema, kehilangan otot dan jaringan lemak, rambut mudah rontok,
dan rambut berwarna kemerahan. Pemeriksaan tersebut juga
meliputi riwayat medis terkait komorbiditas yang berimplikasi
pada status gizi, infeksi oprtunistik,komplikasi medis,efek samping
zat gizi terkait penggunaan obat, interaksi obat dengan
makanan,rokok, alkohol, dan kegemukan yang di pengaruhi atau
memengaruhi pola makan dan status gizi.
Penilaian fisik-klinis juga termasuk menilai klien terkait
gejala atau infeksi yang meningkatkan kebutuhan zat gizi seperti
demam,kehilangan zat gizi seperti diare dan muntah, kondisi medis
seperti HIV dan celiac yang memengaruhi pencernaan dan
penyerapan zat gizi serta meningkatkan resiko malnutrisi.
4. Riwayat makan
Penilaian asupan makan memberikan informasi mengenai
jumlah dan kualitas makanan yang di konsumsi, perubahan nafsu
makan, alergi dan intoleransi makanan, serta ketidakcukupan
asupan makanan saat dan setelah sakit. Hasil tersebut dibandingkan
dengan rekomendasi asupan zat gizi sehari, seperti Angka
Kecukupan Gizi ( AKG ) sebagai bahan rujukan rujukan konseling
mengenai peningkatan atau penurunan asupan makan untuk
mencegah malnutrisi atau kondisi terkait seperti penyakit
kardiovaskular, kanker, obesitas, diabetes, dan hiperlipidemia.
Beberapa metode penilaian asupan makan di antaranya food recall-
24 jam, food frequency quessionnare, dan food record.

5. Kebutuhan Pangan
Food and Nutrition Technical Assistance ( 2016 )
mendefinisikan ketahanan pangan sebagai kondisi tercukupinya
secara fisik dan ekonomi dalam memperoleh makanan guna

8
memenuhi kebutuhan gizi sehari untuk hidup sehat dan produktif.
Definisi tersebut mencakup ketersediaan pangan, yaitu cukup
secara jumlah untuk di masyarakat di suatu negara, wilayah, atau
rumah tangga melalui produksi lokal maupun impor akses pangan,
yaitu sumber yang cukup untuk memperoleh bahan pangan yang
cukup dan berkualitas, dan utilisasi atau konsumsi pangan, yaitu
penggunaan biologis makanan oleh tubuh.

2.3 Kebutuhan Gizi Pada Masa Remaja


1. Makronutrient ( Zat Gizi Makro )
a. Energi
Salah satu faktor yang perlu di perhatikan untuk menentukan
kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik. Secara garis besar,
remaja laki-laki memerlukan lebih banyak energi dibandingkan
remaja perempuan. Kecukupan gizi untuk remaja laki-laki
berdasarkan AKG 2019 adalah antara 2400-2650 kkal/hari
sedangkan remaja perempuan lebih rendah, yaitu antara 2050-2100
kkal/hari. Angka tersebut di anjurkan sebanyak 60% berasal dari
karbohidrat yang di peroleh dari dar bahan makan seperti beras,
terigu dan produk olahannya, umbi-umbian, jagung, gula, dan lain
sebagainya.
Tabel 13.5 Rumus perhitungan BMR
Rumus Umur
BMR = 18,4 (BB)(kg) + 581 Laki-laki usia 10-18 tahun
BMR = 16,0 (BB)(kg) + 545 Laki-laki usia 18-30 tahun

BMR = 11,1 (BB)(kg) + 761 Perempuan usia 10-18 tahun


BMR = 13,1 (BB)(kg) + 558 Perempuan usia 18-30 tahun

Henry (2005) menyusun formula Oxford dari hasil studinya


menggunakan perbandingan dengan formula sebelumnya seperti
FAO/WHO/UNU, Schofield, dan Harris-Benedict untuk perhitungan
BMR( Tabel 13.5).

9
b. Protein
Kebutuhan protein mengalami peningkatan selama masa
remaja karena proses tumbuh-kembang berlangsung cepat. Protein
nakan menggantikan energi sebagai sumber energi jika asupan
energi kurang dari kebutuhan. Rekomendasi kenutuhan protein
sehari berdasarkan AKG 2019 pada remaja laki-laki berkisar antara
70-75 gram, dan pada remaja perempuan yaitu 65 gram. Berdasarkan
BB, kebutuhan protein remaja laki-laki dan perempuan usia 11-14
tahun adalah sebesar 1 g/kgBB. Pada usia 15-18 tahun, kebutuhan
protein remaja laki-laki turun menjadi 0,9 g/kgBB dan perempuan
menjadi 0,8 g/kgBB.
Asupan protein di anjurkan dari bahan makanan sumber
protein berkualitas tinggi seperti bahan makanan dengan nilai
biologis tinggi. Hal tersebut di peroleh dari sumber protein hewani di
bandingkan protein nabati karena komposisi asam amino esensial
yang lebih baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Beberapa
sumber bahan makana protein hewani yang di anjurkan ialah telur,
susu, daging, ikan, keju, kerang dan udang. Protein nabati juga
dianjurkan untuk di konsumsi seperti tempe, tahu, dan kacang-
kacangan.
Tinjauan litetatur oleh hornell, et al (2013) menunjukkan
beberapa penelitian terkait asupan protein pada remaja, di antara nya
studi oleh van vught (2009) pada 384 anak dan remaja usia 8-10
tahun dan 14-16 tahun dengan hasil asosiasi negatif antara protein
( arginin dan lisin) dengan perubahan massa lemak pada remaja
perempuan. Studi kohort oleh alexi (2005) pada 229 anak dan remaja
usia 6-19 tahun menunjukkan adanya asosiasi positif antara asupan
protein ( g/hari) dengan massa tulang lengan proksimal, sedangkan
protentional renal acid load (PRAL) yang di hitung dari asupan
protein, fosfor, magnesium, dan kalsium menunjukkan asosiasi
negatif dengan area kortikal dan kadar mineral tulang. Selanjutnya,

10
studi oleh budek(2007) menunjukkan adanya asupan protein yang
lebih tinggi dari rekomendasi pada 109 remaja berusia 17 tahun,
terutama dari susu. Asupan protein dari susu berhubungan kuat
dengan kadar mineral tulang setelah di koreksi dengan energi,
kalsium, dan aktifitas fisik, serta tidak termediasi melalui IGF-1.
c. Lemak
Konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25% dari total
energi/hari, atau maksimal konsumsi 3 sendok makan minyak goreng
untuk memasak makanan sehari. Anjuran Kementrian Kesehatan RI,
makanan yang di hidangkan dengan cara di goreng cukup satu
potong setiap makan dalam sehari. Studi Majid, cc al ( 2016)
menyatakan bahwa remaja di pedesaan memiliki tingkat konsumsi
energi kolestrol lebih tinggi di bandingkan dengan remaja di
perkotaan.
Konsumsi lemak berlebih mengakibatkan timbunan lemak
sehingga dalam jangka waktu lama dapat menyumbat saluran
pembuluh dara, terutama pada arteri jantung. Hal tersebut
membahayakan bagi kesehatan jantung. Namun, konsumsi lemak
yang kurang juga mengakibatkan asupan energi tidak adekuat.
Pembatasan konsumsi terutama lemak hewani menyebabkan asupan
zat besi dan zinc rendah. Hal tersebut karena bahan maakanan
hewani merupakan sumber zat besi dan zinc.
American Heart Association (2006) menyatakan
pentingnya pengaturan diet lemak trans dan tersaturasi serta kolestrol
sebagai faktor resiko penyakit kardiovaskular. Kejadian patologi
penyakit tersebut menggambarkan besarnya peningkatan faktor
penyakit kardiovaskular sehingga arrerosclerosis yang menyerang
aorta dan arteri koroner dapat mulai terjadi pada saat anak-anak.
Sebuah meta-analisis menyatakan adanya hubungan positif antara
asupan lemak total dengan resiko kanker lambung dan asupan

11
beberapa jenis lemak lainnya dengan efek kesehatan yang berbeda-
beda ( Han, et al, 2015).

d. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi yang primer untuk
aktifitas tubuh sehingga pemenuhan kebutuhan karbohidrat
dianjurkan sebesar 50-60% dari kebutuhan energi total dalam sehari.
Makana sumber karbohirat yang baikuntuk di konsumsi antara lain
beras,terigu dan bahan olahannya, umbu-umbian dan hasil
olahannya, jagung dan gula. Studi Majid, et al ( 2016) menyatakan
bahwa remaja obesitas di pedesaan memiliki tingkat konsumsi energi
dari gula dan pemanis lain lebih tinggi di bandingkan remaja di
perkotaan.
Sumber karbohidrat dari gula dan pemanis buatan dapat
menyumbang 20% kebutuhan karbohirat sehari pada remaja
perempuan berusia 9-18 tahun dan remaja laki-laki 14-18 tahun
( story & stang, 2005). Sumber makanan atau minuman yang
mengandung pemanis buatan dengan kadar tinggi ialah minuman
bersoda. Kandungan pemanis dari minuman tersebut menyumbang
12% dari kebutuhan karbohidrat total. Minuman tersebut tidak
mengandung vitamin dan mineral sehingga jika di konsumsi lebih
dari 10-25% kebutuhan energi sehari dalam jangka waktu panjang,
dapat menyebabkan peningkatan resiko penyakit tidak meenular
seperti diabetes melitus.
Tinjauan literatur oleh morenga, et al (2013) menyebutkan
banyak penelitian terkait asupan karbohidrat pada remaja, antara lain
studi Hendriksen (2011) pada 111 remaja dan dewasa usia 20-64
tahun dengan hasil tidak adanya hubungan antara perubahan berat
badan dengan konsumsi karbohidrat dari pemanis dan kue setelah di
koreksi dengan usia, berat dan tinggi badan, asupan makan,
pendidikan, aktivitas fisik, jenis kelamin, rokok. Dan total asupan

12
energi. Studi lain oleh Berkey (2004) menyebutkan adanya
hubungan antar konsumsi karbohidrat, terutama pemanis dengan
peningkatan berat badan dalam 1 tahun pada 1175 remaja usia 9-14
tahun setelah di koreksi dengan asupan energi total dan jenis
kelamin. Studi oleh stoof (2011) pada 238 remaja usia 13 tahun
menyebutkan adanya hubungan antara penambahan konsumsi
karbohidrat perhari. Terutama pada gula dan pemanis lain dengan
penambahan persen lemak tubuh saat dewasa pada remaja laki-laki
dan penambahan lemak dada –updemen pada remaja perempuan.
Studi tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
konsumsi guka dan pemanis dengan IMT padaa remaja laki-laki dan
perempuan.

2. Mikronutrient ( Zat Gizi Mikro )


Kebutuhan mikronutien seperti vitamin dan mineral meningkat
selama masa remaja karen pertumbuhan dan perkembangan juga
berlangsung cepat. Beberapa fungsi vitamin pada masa remaja adalah :
a. Menunjang pertumbuhan tulang dan gigi (vitamin D)
b. Memelihara sel dan jaringan baru (vitamin A,C, dan E).
c. Pertumbuhan, mata, tulang, gigi, diferensiasi sel, reproduksi, dan
integritas sistem imun ( vitamin A).
d. Metabolisme karbohidrat menjadi energi ( vitamin B1,B2 dan
niasin ) .
e. Sintesis DNA dan RNA (vitamin B6, asam folat dan B12).
f. Membentuk sel darah merah, material genetik, sistem saraf, dan
metabolisme protein-lemak ( vitamin B12).
g. Mencegah pendarahan kulit dan gusi, mencegah mencegah scurvy
(vitamin c).
h. Beberapa bahan makanan yang di anjurkan untuk di konsumsi
karena sebagai sumber vitamin antara lain hati dan susu (vitamin
A); sayur berwarnah hijau tua, sayur berwarna kuning dan orange

13
dan buah (karoten); sayur hijau, kacangkacangan, jeruk,
sereal,oat,dan susu (asam folat); unggas, ikan, pisang, daging
,merah (vitamin B6); hati. Daging merah, ikan, telur dan susu.
(vitamin B12); dan buah berwarnah kuning atau orange atau buah
dan rasa asam (vitamin C).
i. Selain vitamin, kebutuhan mineral juga meningkat pada masa
ini.mineral yyang dibutuhkan oleh remaja antara lain sebagai
berikut
1. Kalsium
Kalsium pada masa ini berfungsi sebagai penunjang akselerasi
moskular, skleltal, dan perkembangan endokrin. Pada masa ini,
pertumbuhan tinggi badan mencapai lebih dari 20% dan masa
tulang dewasa mencapai 50%. Sumber kalisum paling baik
terdapat pada susu dan hsil olahanya,sedangkan sumber lain
terdapat pada ikan, kacangkacangan, dan sayur hijau. Asupan
kalsium yang tidak adekuat menyebabkan puncak masa tulang
kurang sehingga meningkatkan resiko osteo porosis dimasa
dewasa. Sementara itu, asupan kalsium berlebih menybabkan
timbulnya batu ginjal, klasifikasi jaringan lunak, dan konstipssi
(Aderiani & wirjatnadi, 2012)

2. Zat Besi (Fe)


Pada masa ini, remaja perempuan lebih rawan mengalami
AGB dibadingkan dengan remaja laki-laki karena remaja
perempuan mengalami menstruasi yang mengeluarkan zat besi
setiap bulan. Oleh sebab itu, kebutuhan zat bersi pada remaja
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pada remaja
laki-laki juga mengalami peningkatan kebutuhan zat besi
karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi
hemoglobin.

14
Zat besi dalam makanan dapat berbentuk Fe-heme- (sumber
protein hewani) dan Fe non heme (sumber protein nabati). Zat
besi dari sumber nabati hanya terserap sebesar 1-2% sedangkan
sumber zat besi hewani lebih muda terserap, yaitu sebanyak 10
sampai 20% dalam meningkatkan zat besi, di perlukan
enhancer, vitamin C dan sumber protein hewani tertentu seperti
daging dan ikan. Adajuga beberapa zat yang menghambat
penyerapan zat besi, seperti tanin, fitat, zingk, kalsium, dan
fospat (WHO,2005) seumber zat besi yang baik abtara lain
terdapat pada hati, daging merah (sapi, kambing, dan domba),
daging putih (ayam dan ikan(, kacang-kacangan, dan sayur
hijau.
3. Zink (zn)
Zink berperan dalam reaksi Metabolisme karbohidrat,
lemak, protein, dan asam nukleat. Selain itu, zink juga
merupakan bagian dari Follicle Hormone ( FH), Follicle
Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH), dan
kortikotropin. Hormon tersebut berperan dalam pertumbuhan
dan kematangan seksual remaja, terutama laki-laki. Asupan
zink yang kurang dapat menyebabkan perlambatan
pertumbuhan, hipogonadisme, gangguan fungsi kecap,
gannguan penyembuhan luka, letargi mental, dan gangguan
nafsu makan (WHO, 2005).
Asupan zink yang di anjurkan pada masa ini sebesar 15
mg/hari untuk remaja laki-laki dan 12 mg/hari untuk remaja
perempuan. Jumlah tersebut dapat terpenuhi dari bahan makan,
antara lain daging merah, hati, unggas,keju,padi-
padian,sereal,kacang kering, telur dan produk laut, terutama
tiram.
4. Yodium (I)

15
Yodium (iodin) di butuhkan tubuh dalam jumlah sedikit, tetapi
mampunyai fungsi yang penting, yaitu membantu pembentukan
hormon tiroksin pada kelenjar gondok. Hormon tersebut
berperan pada pertumbuhan tulang dan perkembangan fungsi
otak. Kekurangan yodium pada masa ini berdampak pada
gangguan kelangsungan hidup seperti keguguran dan bayi lahir
mati; gangguan perkembangan kecerdasan; dan gangguan
perkembangan mental ( Kathleen & Escott-Stump, 2004).
Pada konsumsi yodium yang kurang dari bahan makanan,
di perluakan suplementasi yodium. Suplementasi pada wanita
berusia 6-35 tahun dan pria berusia 6-20 tahun adalah sebanyak
400 mg/2 kapsul( Adriani & Wirjadmadi, 2012). Bahan
makanan sumber yodium dari hewani antara lain ikan dan
kerang. Selain dari sumber tersebut, sumber yodium juga
terdapat pada garam beryodium. Anjuran untuk mengonsumsi
garam beryodium dalam sehari tidal lebih dari 6 gram atau
setara 1 sendok teh.
2.4 Masalah Gizi Dan Kesehatan Pada Masa Remaja
1. Gangguan Makan
Terdapat dua macam gangguan makan, yaitu anoreksia dan bulimia
nervosa. Kedua gangguan ini biasanya terjadi akibat timbulnya obsesi
untuk membentuk tubuh langsing dengan cara menguruskan badan.
Seseorang dengan gangguan anoreksia mempunyai tanda-tanda
sebagai berikut :
a. Sangat mengontrol asupan makanan, biasanya membatasi asupan
dengan konsumsi makanan rendah kalori.
b. Kehilangan berat badan drastis sejak individu tersebut melarang
dirinya mengonsumsi makanan berat. Apabila merasa berat
badannya naik, individu tersebut akan melakukan olahraga berat
dan sengaja memuntahkan makanannya agar berat badannya turun

16
c. Tanda lain ialah tidak menstruasi selama minimal 3 bulan
berturut-turut karena gangguan fungsi hormonal.

Anoreksia berbeda dengan bulimia. Penderita anoreksia berusaha


menahan lapar dan tidak makan atau hanya 2-3 sendok makan nasi
perhari, sedangkan penderita bulimia lebih cenderung binge eating atau
makan berlebihan, yaitu makan dalam porsi banyak,kemudian
mengeluarkannya kembali dengan obat pencahar atau diuretik untuk
mengontrol berat badan. Penyebab kedua gangguan tersebut antara lain
body image, biologis, psikologis, sosial, keluarga, media, dan budaya.
Komplikasi yang akan terjadi dalam jangka waktu panjang antara lain
kerusakan mulut, kerongkongan, tenggorokan, dan esofagus dengan wujud
berupa luka dan pendarahan. Selain itu, dapat pula terjadi pembengkakan
kelenjar saliva, kerusakan gigi dan gusi, luka dan kapalan pada punggung
jari, dan kerusakan ginjal serta gangguan saluran cerna akibat konsumsi
obat pencerna atau obat diuretik lain.

2. Obesitas
Pada masa ini, resiko obesitas meningkat karena penurunan aktivitas
fisik dan peningkatan konsumsi tinggi lemak dan karbohidrat, tetapi
memiliki kandungan gizi rendah. Hal ini terjadi secara multi faktorial,
antara lain genetik, lingkungan, dan psikologis. Obesitas dan malnutrisi
kronis berkaitan dengan status gizi masa lalu, yaitu stunting, yaitu anak
yang mengalami stunting beresiko lebih tinggi mengalami obesitas di
bandingkan anak yang normal. Obesitas pada remaja berhubungan dengan
masalah kesehatan saat dewasa, seperti masalah psikososial, peningkatan
resiko penyakit kardiovaskular, metabolisme glukosa abnormal, gangguan
saluran cerna dan hati, sleep apnea, komplikasi masalah tulang, hingga
kematian.
Remaja perempuan yang mengalami hal ini beresiko mengalami
penyakit sendi besar saat berusia lanjut di bandingkan remaja perempuan

17
dengan berat badan normal. Kondisi kelebihan berat badan yang
merupakan tanda awal obesitas pada remaja dapat di sebabkan karena
hipertrofi sel lemak dan hiperplasia, meningkatkan kadar lipoprotein
lipase, penurunan termogenetik potensial, insensitivitas insulin, dan
genetik (WHO, 2005).

3. Anemia
Anemia merupakan keadaan jumlah eritrosit atau kadar Hb dalam
darah kurang dari normal (˂12 g%). Hal tersebut menyebabkan penurunan
kemampuan Hb dan eritrosit membawa oksigen keseluruh tubuh sehingga
tubuh menjadi lenih cepat lelah dan lemas. Penyebab anemia antara lain
pendarahan hebat; kadar zat besi, asam folat,dan vitamin B12 dalam tubuh
rendah; leukemia; dan penyakit kronis. Tanda-tanda anemia antara lain
lemah, letih, lesu, kurang bergairah dalam beraktifitas sehari-hari, dan
sesak.
Remaja perempuan beresiko lebih tinggi mengalami anemia
dibandingkan remaja laki-laki karena perempuan mengalami menstruasi
setiap bulan sehingga banyak kehilangan zat besi. Anemia gizi besi pada
remaja perempuan berbahaya apabila tidak di tangani dengan baik,
terutama untuk persiapan hamil dan melahirkan. Remaja perempuan
dengan anemia beresiko melahirkan bayi BBLR (˂2500 gram), melahirkan
bayi prematur, imfeksi neonatus, dan kematian pada ibu dan bayi saat
proses persalinan. Anemia pada remaja perempuan yang sedang hamil juga
meningkatkan resiko hipertensi dan penyakit jantung pada bayinya
( WHO,2005).

4. Makan Tidak Teratur


Sarapan berfungsi untuk menjaga kondisi tubuh, maningkatkan
konsentrasi belajar dan sumber tenaga untuk beraktivitas. Remaja biasa
melewatkan sarapan dan makan siang karena aktivitas yang tinggi baik di
sekolah maupum di luar sekolah. Selain itu, remaja lebih menyukai

18
makanan ‘non kalori’ sehingga menghilangkan nafsu makan terhadap
makanan bergizi. Makanan ‘non kalori’ tersenut berasa dan kentang
goreng. Hal tersebut jika berlangsung sevsrs terus-menerus akan
meningkatkan resiko obesitas sehingga memicu timbulnya penyakit
degeneratif seperti diabetes melitus dan hipertensi ( Adrian & wirjatmadi,
2012).

19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan yang berlangsung
cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa anak-anak dan terjadi banyak perubahan
dari segi fisik karena bertambahnya massa otot dan jaringan lemak dalam
tubuh, serta perubahan hormonal. Perubahan tersebut tentu memengaruhi
kebutuhan gizi pada masa ini. Masa remaja juga merupakan masa peralihan
menuju dewasa sehingga di tandai dengan terjadinya perkembangan kesemua
aspek atau fungsi tubuh untuk memasuki usia dewasa.
Masa remaja mengalami kecepatan pertumbuhan (growth spurt).
Pengukuran status gizi pada masa ini di perlukan untuk menidentifikasi
remaja baik yang beresiko malnutrisi maupun malnutrisi untuk di lakukan
intervensi perbaikan gizi sebelum terjadi komplikasi.
Pemenuhan kebutuhan zat gizi pada masa remaja perlu di perhatikan
karena pada masa ini terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi untuk
mendukung pertumbuhan ndan perkembangan fisik dan psikis serta
perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada remaja memengaruhi
kebutuhan dan asupan zat gizi. Kebutuhan zat gizi khusus juga perlu di
perhatikan, terutama pada kelompok remaja dengan aktivitas olahraga tinggi,
kehamilan, gannguan perilaku makan, diet ketat, konsumsi alkohol, dan obat-
obatan.
Ketika mencapai puncak kecepatan pertumbuhan ( growth spurt ), remaja
biasanya lebih sering makan dalam jumlah banyak. Selain itu, biasanya
mereka lebih memperhatikan penampilan diri, terutama remaja perempuan.
Seringkali remaja perempuan terlalu ketat dalam mengatur pola makan untuk
menjaga penampilan ( body image ) sehingga dapat menyebabkan
kekurangan gizi. Beberapa faktor penyebab kekurangan gizi remaja antara
lain kebiasaan makan yang buruk, pemahaman gizi yang keliru, dan pengaruh
media massa. Selain kekurangan gizi, masalah gizi lain yang sering muncul

20
pada masa remaja adalah gangguan makan (anoreksia dan bulimia nervosa),
obesitas dan anemia.

3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini yang membahas mengenai angka kecukupan
gizi remaja, agar remaja-remaja zaman sekarang yang dimana lebih sering
makan makanan siap saji agar di kurangi dan mulai mengonsumsi makanan-
makanan bergizi dengan pola makan teratur agar menjadi remaja yang sehat,
menjadi generasi perubah bangsa yang kuat dan sehat.
Selain itu , pada makalah ini yang masih jauh dari kata sempurna maka
dari itu saya harapkan saran dan kritik yang mambangun agar makalah-
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

21
Adriani dan Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekarti, M. 9 (2011). Gizi seimbang dalam daur
kehidupan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
American Heart Associaton (AHA)., Gidding, S.S., Dennison, B.A., Birch, L.L., Daniels,S.R.,
Gilman,M.W, et al. Dietary Recommendations for Children and Adolescents: A Guide for
Practitionners. American Academy of Pediatry. A. 2005.112:2061-2075.
www.pediatrics.org/egi/10.1542/peds.2005-2565.Doi:10.1542/peds.2005-2374

22

Anda mungkin juga menyukai