Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

GEOGRAFI SOSIAL

“PANGAN”

DOSEN PENGAMPU

FATMAWATI, M.Pd.

DISUSUN OLEH

NIA DANIATI (11811223500)

NINTRI JUNIA (11811223201)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Segala puji syukr kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Evaluasi dan Pola Permukiman
Pedesaan tepat pada waktunya. Adaun tujuan dari penulis dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari Bu Fatmawati pada mata kuliah Geografi Sosial. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang persediaan pangan, persediaan pangan
sintesis, persediaan pangan hidrolik, prolematika pangan dunia dan daya dukung bumi.
Tak lupa pula kita hadiahkan syukur kita kepada baginda Nabi Muhammad saw yang
telah membawa kita dari zaman yang gelap akan ilmu dan sekarang menjadi terang menderang
akan ilmu. Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, 4 Desember 2020


Penulis

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
A. Persediaan Pangan................................................................................................................3
B. Bahan Pangan Sintesis dan Hidroponik................................................................................4
1. Bahan Pangan Sintetis.......................................................................................................4
2. Bahan Pangan Hidroponik................................................................................................5
C. Problematika Pangan Dunia.................................................................................................6
D. Daya Dukung Bumi............................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi
setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia,
sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996).
Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan. Sebagai
kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran
yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil
dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi. Berbagai
gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi
pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas
Nasional. Bagi Indonesia, pangan sering diidentikkan dengan beras karena jenis pangan
ini merupakan makanan pokok utama. Pengalaman telah membuktikan kepada kita
bahwa gangguan pada ketahanan pangan seperti meroketnya kenaikan harga beras pada
waktu krisis ekonomi 1997/1998, yang berkembang menjadi krisis multidimensi, telah
memicu kerawanan sosial yang membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas
Nasional.
Nilai strategis beras juga disebabkan karena beras adalah makanan pokok paling
penting. Industri perberasan memiliki pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi
(dalam hal penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan dan dinamika ekonomi perdesaan,
sebagai wage good), lingkungan (menjaga tata guna air dan kebersihan udara) dan sosial
politik (sebagai perekat bangsa, mewujudkan ketertiban dan keamanan). Beras juga
merupakan sumber utama pemenuhan gizi yang meliputi kalori, protein, lemak dan
vitamin.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu persediaan pangan?
2. Apa itu persediaan pangan sintesis dan hidroponik?
3. Bagaimana poblematika pangan dunia?
4. Bagaimana daya dukung bumi?

1
C. Tujuan
1. Mengatahui persediaan pangan
2. Mengetahui persediaa pangan sintesis dan hidroponik
3. Mengetahui problematika pangan dunia
4. Mengetahui daya dukung bumi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Persediaan Pangan
Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk
mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan pangan jika
penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman kelaparan.
Ketahanan pangan merupakan ukuran kelintingan terhadap gangguan pada masa depan
atau ketiadaan suplai pangan penting akibat berbagai factor seperti kekeringan,
kelangkaan bahan bakar, tidak kesetabilan ekonomi, peperangan dan sebagainya. World
Health Organization mendefinisikan tiga komponen utama ketahanan pangan, yaitu
ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah
kemampuan memiliki sejumlah pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar.
Undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentang pangan menyatakan bahwa
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi Negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersediannya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata pangan dari luar (impor), memiliki cadangan
pangan dan adanya bantuan pangan1. Kecukupan ketersediaan pangan dalam jumlah dan
mutunya merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional karna
dapat memperbesar akses bagi penduduk untuk memperoleh pangan. Angka kecukupan
ketersediaan energy dan protein dengan skor mutu pola pangan harapan yang dianjurkan
dalam Widyakarya Pangan dan Gizi ke VI tahun 1998 menjadi indicator penilaian aspek
ketersediaan dari ketahanan pangan nasional.
Dukungan impor telah meningkatkan ketersediaan dan memperkuat ketahanan
ketersediaan dan memperkuat ketersediaan dari peningkatan ketersediaan dari
peningkatan produksi pangan dalam negeri akan lebih aman dan lebih berpihak kepada
kelangsungan usaha petani produsen pangan yang umumnya berskala usaha sangat kecil
dan berpendapatan rendah. Terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup
merupakan aspek penting untuk membentuk ketahanan pangan yang baik bagi suatu
rumah tangga. Indonesia dinilai belum kokoh terkait ketahanan, kemandirian dan
kedaulatan panganya. Banyak penduduk Indonesia yang belum mendapatkan kebutuhan

1
Andriani dan Wirjatmadi, 2012.

3
pangan yang mencukupi, hal ini terutama terjadi pada rumah tangga yang tergolong
miskin, di mana rumah tangga miskin pada umumnya memiliki ketersediaan pangan yang
terbilang rendah. Untuk mengurangi angka kerawanan pangan di Indonesia, pemerintah
sudah berupaya dengan memberikan beberapa bantuan kepada masyarakat yang
tergolong miskin, salah satunya adalah bantuan panagn berupa bantuan raskin. Raskin
merupakan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program ketahanan pangan
karena raskin berkontribusi sebesar 44% untuk membantu rumah tangga rawan pangan
terutama di daerah pedesaan2.

B. Bahan Pangan Sintesis dan Hidroponik


1. Bahan Pangan Sintetis
Bahan sintetis atau bahan buatan adalah bahan yang memiliki tampilan seperti
bahan organik yang berasal dari binatang atau serat tumbuhan. Meskipun menyerupai
bentuknya, bahan sintetis tidak dibuat dari bahan alam yang asli. Misalnya kulit
sintetis yang bukan dibuat dari kulit binatang selayaknya bahan kulit yang
asli. Bahan sintetis terdiri dari serat alami dan sintetis. Bahan ini dilapisi dengan
polimer plastik atau sejenisnya. Bahan sintetis biasanya dibuat dari poliuretan (PU),
polivinilklorida (PVC), atau serat mikro-tekstil komposit. Baik bahan sintetis
maupun bahan asli, dalam pembuatannya akan mengalami proses pengolahan secara
kimia. Akan tetapi, bahan kulit sintetis memiliki daya tahan yang lebih awet
dibandingkan bahan kulit asli. Hal ini dikarenakan kandungan kimia yang ada di
dalamnya yang dapat meningkatkan daya tahannya.
Contoh-contoh bahan sintetis
 Nion
Bahan sintetis ini berbahan dasar batu bara, air, dan udara. Bahan ini sangat
lembut dan mudah untuk dicuci. Setelah dicuci, barang-barang tersebut dapat
dikeringkan dengan mudah dan bentuknya pun dapat kembali seperti semula.
Contoh barang-barang yang dibuat dari bahan nilon adalah sabuk pengaman
pada mobil, kantong tidur untuk berkemah, kaus kaki, tali-temali, dan lain-lain.
 Poliester

2
Hastuti et al. 2012

4
Bahan poliester dibuat dari campuran batu bara, air, udara, dan petroleum. Selain
keempat zat tersebut, poliester juga dibuat dari senyawa kimia yang dikenal
dengan nama “ester”. Sama dengan nilon, barang-barang yang berbahan
poliester dapat dengan mudah dicuci. Selain itu, barang-barang berbahan dasar
ini pun tidak mudah mengerut. Bahan poliester cocok sebagai bahan untuk
membuat pakaian, kain lap, jaring, jas hujan, jaket, dan sebagainya.
 Rayon
Bahan sintetis yang satu ini dibuat dari bubur kayu. Kain-kain yang terbuat dari
rayon permukaannya terasa halus, mudah menyerap air, dan nyaman digunakan.
Selain itu, barang-barang yang berbahan rayon dapat dengan mudah diberi
warna. Pada umumnya, rayon seringkali digabungkan dengan kapas untuk
membuat seprai kasur. Rayon juga sering digabungkan dengan wol untuk
membuat karpet.
2. Bahan Pangan Hidroponik
Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah,
sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan
menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah. Dunia pertanian
menjadi satu di antara sektor penting di bumi sebab berhubungan dengan kedaulatan
pangan tanah air. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, kita pun
mesti aktif menemukan berbagai cara untuk terus mengembangkan pertanian
berbasis teknologi. Munculnya berbagai komunitas yang mengusung visi go green,
semakin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan
pangan. Terutama, kebutuhan konsumsi sayur yang sehat. Hampir tiap hari, kita
menyantap bermacam-macam jenis sayuran dalam beraneka ragam olahan. Gaya
hidup lebih sehat inilah yang mendorong masyarakat untuk menanam sayuran
sendiri. Belakangan ini tren hidroponik sedang booming, metode pertanian ini hadir
dan mampu membangkitkan minat masyarakat dan petani modern sehingga tak heran
banyak orang tertarik untuk mencobanya. Hidroponik dikenal sebagai teknik
bertanam sayuran tanpa media tanah. Sistem pertanian ini diyakini mampu menjadi
solusi untuk menarik minat sebab pertanian hidroponik ini sangat jauh dari kesan
kumuh. Pasalnya, pertanian hidroponik tak lagi membutuhkan tanah sebagai media

5
utamanya. Hanya dengan memanfaatkan pipa paralon yang ditata sedemikian rupa,
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Namun, perlu dipastikan adanya aliran air dan
nutrisi ke tanaman karena dua komponen ini menjadi kunci dalam pertanian sistem
hidroponik. Media tanam yang digunakan pun bukan lagi tanah, melainkan arang
sekam, spons, ataupun expanded clay.
Selain itu, instalasi hidroponik juga menarik sehingga penampilannya keren.
Sistem hidroponik dapat memberikan hasil budidaya yang sangat berkualitas, baik itu
dari sisi ukuran, tampilan maupun cita rasa sayurannya. Sama seperti vertikultur,
hidroponik bisa ditempatkan di berbagai lokasi yang ada di rumah. Misalnya saja di
halaman, di dak lantai dua, di atas garasi mobil, atau di sepanjang pagar rumah Anda.
Tentunya peletakan disesuaikan dengan sistem hidroponik yang digunakan. Adapun
beberapa jenis sayuran yang bisa ditanam secara hidroponik serta memiliki nutrisi
tinggi dan baik dikonsumsi yaitu seledri, selada hijau, sawi hijau, bayam, brokoli,
dan buncis. Ada anggapan, hidroponik itu teknologi yang sulit dan investasinya pun
cukup mahal. Hal itu karena teknik bertanam tanpa tanah ini menggunakan berbagai
peralatan high tech dan investasinya pun tidak sedikit. Namun, kini para hobiis
hidroponik sudah bisa membuat aneka bentuk instalasi hidroponik atau biasa dikenal
dengan starterkit. Starterkit hidroponik adalah sebuah instalasi hidroponik yang
praktis sehingga bisa dilakukan oleh siapa pun terutama pehobi pemula. Berdasarkan
uraian yang telah dikemukakan, maka hidroponik merupakan sistem pertanian yang
mudah, murah dan asyik dilakukan. Hidroponik ini menjadi sistem pertanian yang
memiliki berbagai keunggulan sehingga dapat diterapkan baik bagi konsumsi pribadi
ataupun untuk dibudidayakan dan dijual.

C. Problematika Pangan Dunia


Dalam perkembangan dunia saat ini, masalah pangan telah menjadi sebuah isu
menarik yang terus di bahas saat ini. Betapa tidak hal ini merupakan kebutuhan primer
bagi jutaan jiwa penduduk yang ada di dunia, sebab dari asupan panganlah mereka
mampu mempertahankan hidup. Maka tidak heran persoalan pangan mencuat menjadi isu
global yang harus dicarikan solusinya.Terlebih ketika pangan telah mengalami ancaman
berupa krisis pangan yang telah menjalar ke beberapa Negara khususnya bagi Negara

6
berkembang termasuk Indonesia. Indonesia yang sementara memperbaiki tatanan
ekonominya dan berusaha keluar dari terpaaan krisis ekonomi sejak tahun 1997, bekerja
keras untukkembali bangkit dari berbagai persoalan tersebut. Belum saja persoalan
ekonomi dan politik terselesaikan, muncul lagi persoalan baru berupa krisis kelangkaan
pangan. Ketika kelangkaan pangan ini tidak menemukan solusi, maka hal tersebut
tentunya berimbas pada pembanganun bangsa kedepannya. Juga akan kembali
menggerogoti berbagai bidang termasuk ekonomi danpolitik. Dari problematika yang
dihadapi ini serta merta dikembalikan pada bagaimana kebijakan pemerintah dalam
menghadapi persoalan tersebut danbagaimana usaha masyarakat kita untuk tetap bertahan
hidup. Selanjutnyadalam kajian tulisan ini menggunakan metode kualitatif. Key words:
Krisis, pangan, dunia, Indonesia. Saat ini, jumlah penduduk dunia yang miskin dan
kelaparan setiap hari  sudah melebihi 1 milyar orang (lebih dari 15% dari populasi),
karena tidak dapat akses pangan yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif.
Mereka tidak memperoleh haknya akan pangan yang cukup (pangan merupakan hak
asasi). Terjadi paradoksal, di mana peningkatan produksi pangan tetap terjadi, sementara
jumlah penduduk yang kelaparan terus meningkat. Krisis pangan juga diperparah oleh
kondisi jangka pendek yang terjadi akibat kenaikan harga komoditi pangan yang cukup
signifikan. Krisis pangan dunia mulai terjadi pada tahun 2007 yang ditandai dengan
melonjaknya angka kelaparan. Kemudian diikuti dengan ‘shock’ harga bahan pangan
pada pertengahan tahun 2008 menyebabkan semakin bayaknya penduduk yang tidak
mampu menjangkau pangan dengan harga yang tinggi, sehingga pada tahun 2009 terjadi
peningkatan angka kelaparan yang sangat signifikan. Kejadian ini dipicu oleh isu
terjadinya gangguan iklim di beberapa negara produsen, rendahnya stok pangan nasional
berbagai negara, dan terjadinya konversi bahan pangan menjadi energi biofuel.
Kegagalan supplay untuk memenuhi demand yang meningkat tajam menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan dan struktural sistem pertanian dunia, Penyebab dari
ketidakseimbangan struktural ini berganda. Di sisi supply faktor utamanya adalah
ketidakcukupan aliran sumber daya ke pertanian dari pihak swasta, dan pemerintah, serta
negara-negara donor ke negara-negara berkembang, sehingga investasi d ibidang
pertanian sangat terbatas. Di sisi demand, daya beli masyarakat rendah akibat tingginya
angka kemiskinan. Krisis keuangan global yang terjadi di Amerika dan Eropa akan

7
berdampak buruk terhadap ketahanan pangan dunia, karena selain negara tersebut adalah
pemasok pangan terbesar dunia, juga merupakan negara-negara donor yang dapat
membantu pembangunan pertanian di negara-negara berkembang. Persoalan ketahanan
pangan tidak hanya menyangkut bagaimana memproduksi pangan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan, tetapi juga menyangkut bagaimana memenuhi akses fisik dan
ekonomi seluruh penduduk akan pangan. Seluruh penduduk (FAO), atau seluruh rumah
tangga (Indonesia) harus dapat akses baik fisik maupun ekonomi terhadap pangan yang
cukup, aman untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam beraktivitas dan hidup sehat.
Kenyataannya, banyak orang yang kelaparan baik karena tidak dapat memproduksi
pangan yang cukup, maupun karena tidak memiliki uang untuk membeli bahan pangan.
Tidak ada satu negara yang dapat menyatakan diri bebas dari krisis pangan. Dapat dilihat
kegagalan yang dicapai dalam upaya mengurangi kemiskinan dan kelaparan yang
dicanangkan oleh Millennium Development Goals (MGDs). Demikian pula dengan
kesepakatan para Gubernur se-Indonesia selaku ketua Dewan Ketahanan Pangan provinsi
di Indonesia yang target-target pengurangan kemiskinan dan kelaparan yang dicanangkan
tidak tercapai. Kerena itu, perlu kebijakan khusus untuk mengatasi semakin meluasnya
krisis pangan ini. Pemerintah disemua level mulai dari pemerintah lokal, nasional dan
regional perlu bekerja maksimal dan menyeluruh. Menurut study the International Fund
For Agricultural Development (IFAD), terhadap beberapa temuan terkait situasi pangan
dunia:
 Diperkirakan sekitar 925 juta manusia mengalami kelaparan di berbagai penjuru
dunia
 Sekitar 1.4 miliar manusia memperoleh penghasilan kurang daru US$ 1.25 per hari,
menempatkan mereka dalam golongan miskin
 Populasi penduduk diyakini mencapai 9.1mmiliar pada 2050
 Produksi pangan yang dibutuhkan pangan masyarakat di Negara berkembang pada
2050 diperkirakan mencapai dua kalo kalipat produksi pangan saat ini.
 Tak kurang dari 40% lahan tanaman pangan mengalami degradasi, bahkan persentase
tersebut bisa lebih besar lagi apabila memperhitungkan dampak buruk perubahan
iklim.

8
Secara garis besar, problem ketahanan pangan muncul disisi permintaan (demand)
maupun penawaran (supplay), dimana:

 Terjadi kenaikan permintaan global atas produk pangan seiring pertambahan jumlah
populasasi penduduk
 Terjadi penurunan ketersediaan pangan, baik karena factor alam, serta tidak
memadainya investasi di sector pertania.

Perlu diketahui bahwa kecukupan pangan bagi setiap individu merupakan hak asasi
manusia, sesuai yang tercantum dalam the International Covenant on Economic, Sosial
and Cultural Rights dan the Uneversal Declaration on the Eradication of Hunger and
Malnutrition. Selain itu upaya mewujudkan ketahanan pangan tercantum dalam agenda
the Sustainable Development Goals (SDGS) terutama tujuan kedua mengatasi masalah
kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan nutrisi, serta mempromosikan
sector agrikultur yang berkesinambungan. Selain hal-hal tersebut, dibutuhkan pula
terobosan-terobasan berupa:

 Pengembangan varietas tanaman pangan baru yang lebih berkualitas, bernutrisi, dan
tahan cuaca
 Pemeliharaan varietas tanaman dan hewan terna secara terpadu dan berkelanjutan,
sehingga tidak cepat habis untuk konsumsi saat ini
 Pengembangan metode baru dalam menjaga dan meningkatkan nutrisi pada produk
tanaman pangan
 Pengembangan meted produksi tanaman pangan secara efisien dan efektif, misalnya
dengan memanfaatkan media air dan pengembangan konsep urban agriculture untuk
mengurangi ketergantungan produksi pada lahan pertanian tradisional.

Persoalan ketahanan pangan sudah semestinya menjadi prioritas utama untuk


dicarikan solusinya, karena menyangkut kelangsungan hidup manusia.

9
D. Daya Dukung Bumi
Analisis mengenai daya dukung pertanian menjadi sangatlah penting mengingat
jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga mendorong permintaan tanaman
pangan yang meningkat pula. Daya dukung wilayah untuk lahan pertanian merupakan
kemampuan suatu wilayah guna memenuhi kebutuhan pangan penduduk setempat untuk
dapat hidup sejahtera.
Analisis daya dukung terkait dengan kegiatan pertanian perlu dilakukan
khususnya berkaitan dengan kebutuhan akan pangan. Hal ini berguna untuk kemudian
mempersiapkan skenario kebutuhan bukan hanya untuk sekarang namun juga kebutuhan
untuk masa depan. Karena daya dukung merupakan salah satu komponen penting dalam
pembangunan berkelanjutan.
Konsep utama dari daya dukung adalah perbandingan antara ketersediaan
(supply) dan kebutuhuhan (demand). Hal ini sangaat penting untuk dikaji karena
ketersediaan (supply)jumlahnya terbatas dan kebutuhan (demand) jumlahnya terus
meningkat dari waktu ke waktu. Daya dukung lingkungan dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu lingkungan/bumi dalam mendukung makhluk hidup yang berasa
diatasnya baik dari sisi ekonomi, lingkungan, budaya, dan demografi, dalam hal ini daya
dukung memiliki batas maksimal dalam mendukung kebutuhan mahkluk hidup
(Cohen,1995). Daya dukung wilayah untuk lahan pertanian adalah kemampuan suatu
wilayah dalam memproduksi beras guna memenuhi kebutuhan pangan penduduk
setempat untuk hidup sejahtera atau mencapai swasembada beras (Muta’ali 2012). Untuk
dapat hidup layak manusia memerlukan kurang lebih 2100 kalori/hari/kapita. Standar
yang digunakan untuk hidup layak ini dinamakan dengan Kebutuhaan Fisik Minimum
(KFM). KFM merupakan nilai yang menunjukkan seseorang dapat hidup secara normal,
sehingga dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ( Moniaga, 2011).
Konsep ketahanan pangan mengandung empat esensi yang menjadi barometer
ketahanan pangan, yakni ketersediaan pangan, stabilitas pangan, aksesibilitas pangan, dan
kualitas pangan. Semua aspek ini haruslah berjalan bersama-sama secara terintegrasi
sehingga akan terwujud suatu ketahanan pangan yang berkelanjutan (Faturochman,
dalam Sunarminto 2010).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketersediaan pangan adalah kemampuan memiliki sejumlah pangan yang cukup
untuk kebutuhan dasar. Akses pangan adalah kemampuan memiliki sumber daya, secara
ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan pangan bernutrisi.
Bahan sintetis atau bahan buatan adalah bahan yang memiliki tampilan seperti
bahan organik yang berasal dari binatang atau serat tumbuhan sedangkan hidroponik
adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah, sehingga hidroponik
merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan menggunakan air sebagai medium
untuk menggantikan tanah.
Secara garis besar, problem ketahanan pangan muncul disisi permintaan (demand)
maupun penawaran (supplay), dimana:
 Terjadi kenaikan permintaan global atas produk pangan seiring pertambahan jumlah
populasasi penduduk
 Terjadi penurunan ketersediaan pangan, baik karena factor alam, serta tidak
memadainya investasi di sector pertania.
Konsep utama dari daya dukung adalah perbandingan antara ketersediaan (supply)
dan kebutuhuhan (demand). Hal ini sangaat penting untuk dikaji karena ketersediaan
(supply)jumlahnya terbatas dan kebutuhan (demand) jumlahnya terus meningkat dari
waktu ke waktu.

B. Saran
asd

11
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan Wawan. 2016. Jurnal Keteknikan Pertanian, Depertement Teknik Mesin dan
Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Institut Pertanian Bogor. PT. Binakerta
Makmur Saputra, Jakart. Vol. 4, No. 2. ISSN 24070475
Syamsu Ida Roidah. 2014. Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.
Fakultas Pertanian. Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo. Vol. 1. No. 2
Mudrieq Hs Sulfitri. 2014. Problematika Krisis Pangan Dunia dan Dampaknya Bagi Indonesia.
Vol 6. No 2
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/academica/article/view/4317

12

Anda mungkin juga menyukai