Semua kekayaan
alam baik biotik maupun abiotik yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia
merupakan sumber daya alam. Tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroba merupakan sumber
daya alam hayati, sedangkan faktor abiotik lainnya merupakan sumber daya alam nonhayati.
Jadi sumber daya alam adalah semua kekayaan bumi, baik biotik maupun abiotik yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Pemanfaatan sumber
daya alam harus diikuti oleh pemeliharaan dan pelestarian karena sumber daya alam bersifat
terbatas.
Keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia sangat bermanfaat bagi kesejahteraan
manusia dan kelangsungan kehidupan. Beberapa manfaat keanekaragaman hayati adalah
sebagai berikut.
1. Manfaat Ekonomi
2. Manfaat Biologis
3. Manfaat Ekologis
Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistem yang sangat penting dalam
menjaga keseimbangan alam. Setiap komponen ekosistem saling berinteraksi secara
harmonis, sehingga gangguan terhadap salah satu komponen dapat menyebabkan perubahan
ekosistem. Indonesia mempunyai hutan hujan tropis yang memiliki nilai ekologis yang
penting bagi bumi, antara lain sebagai paru-paru bumi, menjaga kestabilan iklim global, dan
membantu menurunkan tingkat pencemaran udara, serta mengurangi efek rumah kaca.
4. Manfaat Sosial
Keanekaragaman hayati secara alami merupakan bagian sistem sosial dan budaya masyarakat
setempat. Kegiatan mereka tidak dapat terlepas dari keanekaragaman hayati di
lingkungannya. Kamu dapat mengamati pola hidup suku-suku di pedalaman, mereka yang
lebih mengandalkan potensi alam dibandingkan dengan masyarakat kota. Keanekaragaman
hayati juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai tempat rekreasi, olah raga, hiburan, dan
pendidikan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
Mengetahui apa dan bagaimana biodiversitas itu
Mengetahui nilai ekologis dan nilai ekonomis biodiversitas
Memenuhi tugas Mata Kuliah Biogeografi
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang bisa di ambil dari makalah ini, antara lain :
Dapat memahami apa itu biodiversitas
Dapat memahami nilai-nilai biodiversitas
Dapat memahami pemanfaatan biodiversitas yang baik
BAB II
PEMBAHASAN
2.4 Analisis
Tumbuhan, hewan dan mikroorganisme penghuni bumi ini, saling berinteraksi didalam
lingkungan fisik suatu ekosistem, merupakan fondasi bagi pembangunan berkelanjutan.
Sumber daya hayati dari kekayaan kehidupan ini mendukung kehidupan manusia dan
memperkaya aspirasi serta memungkinkan manusia untuk beradaptasi dengan peningkatan
kebutuhan hidupnya serta perubahan lingkunganya.
Pada saat manusia memasuki revolusi industri, ada kurang lebih 850 juta jenis flora-fauna
yang bersama-sama menghuni bumi. Pada saat ini, dengan populasi manusia sekitar enam
kali, dan dengan tingkat konsumsi sumber daya yang berlipat jauh lebih besar, peningkatan
kapasitas alam melalui upaya budi daya dan pengelolaan sumber daya tidak mampu
mengikuti peningkatan pertumbuhan populasi dan kebutuhan hidupnya.
Dari komponen-komponen keanekaragaman hayati, baik diperoleh langsung dari alam
maupun melalui budi-daya, umat manusia memperoleh semua bahan pangan dan sejumlah
besar obat-obatan, serat bahan baku industi. Sumbangan perekonomian dari pemanenan
komponen keanekaragaman hayati dari alam saja telah menyumbang 4% setengah persen
GDP Amerika, atau bernilai 87 milyar dollar pada akhir tahun 1970. Perikanan lepas pantai,
yang berasal dari jenis-jenis non budi daya telah menyumbang sekitar 100 juta ton bahan
pangan. Pada beberapa negara berkembang masyarakat masih mencari bahan kebutuhan
pangan pokok mereka dari alam. Umbi-umbian, dan sagu di Irian jaya, dan beberapa sumber
karbohidrat utama di beberapa negara masih diperoleh langsung dari alam .
Nilai komponen keanekaragaman hayati yang dibudidayakan jauh lebih besar lagi. Pertanian
menyumbang sekitar 32 persen dari GDP negara-negara berkembang. Perdagangan produk
pertanian pada tahun 1989 mencapai 3 triliyun dolar. Komponen keanekaragaman hayati juga
penting bagi kesehatan manusia. Sebelum industri sintesa muncul, semua bahan obat-obatan
diperoleh dari alam, dan bahkan sekarang bahan-bahan alami ini masih vital. Obat-obatan
tradisional mendukung pemeliharaan kesehatan bagi sekitar 80 % penduduk negara
berkembang, atau lebih dari tiga milyar jiwa secara keseluruhan. Pengobatan tradisional saat
ini di dorong perkembangannya oleh Badan Kesehatan Dunia WHO, dan juga di banyak
negara,termasuk negara maju.
Demikian juga untuk pengobatan modern, seperempat dari resep obat-obatan yang di berikan
Amerika Serikat mengandung bahan aktif yang diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan dan
hewan, dan lebih dari 3000 antibiotik, termasuk penisilin dan tetrasiklin, diperoleh dari
mikroorganisma. Siklosporin, di kembangkan dari suatu kapang tanah, merupakan penemuan
revolusioner bagi transplantasi jaringan manusia, seperti untuk jantung dan ginjal, karena
mampu menekan efek penolakan tubuh atas organ baru. Aspirin dan banyak obat-obatan
lainnya yang sekarang mampu disintesakan kimiawi, pertama kali diekstraksi dari tumbuhan
liar. Senyawa-senyawa yang diekstraksi dari tumbuhan, mikroba dan hewan merupakan
komponen dalam perumusan 20 obat-obatan terlaris di Amerika yang mencapai angka
perdagangan sebesar 6 milyar dolar pada tahun 1988.
Komponen keanekaragaman hayati juga mempunyai fungsi sebagai komoditi pariwisata.
Diseluruh dunia, pariwisata alam menghasilkan sekitar 2 hingga 12 milyar dolar pendapatan
setiap tahun.
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa keanekaragaman hayati berperan sangat
penting dan vital untuk menjamin kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Mulai dari
mutu udara, mutu air, mutu tanah, dan mutu lingkungan secara keseluruhan, hingga untuk
pemenuhan kebutuhan dasar manusia, semuanya tergantung secara langsung maupun tak
langsung pada keanekaragaman hayati.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makhluk hidup di dunia ini sangat beragam. Keanekaragaman makhluk hidup tersebut
disebut dengan sebutan keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Setiap sistem lingkungan
memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda. Keanekaragaman hayati ditunjukkan oleh
adanya berbagai variasi bentuk, ukuran, warna, dan sifat-sifat dari makhluk hidup lainnya.
Kegiatan manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati, baik keanekaragaman gen,
jenis maupun keanekaragaman lingkungan. Namun di samping itu, kegiatan manusia juga
dapat meningkatkan keanekaragaman hayati misalnya penghijauan, pembuatan taman kota,
dan pemuliaan.
Perubahan ekologis, sosial, ekonomi dan budaya akan terjadi bila dalam perjalanan sejarah
keragaman hayati terancam dan berubah menjadi keseragaman hayati. Teknologi yang
berkembang yang diilhami oleh keragaman hayati hendaknya digunakan semaksimal
mungkin untuk melestarikan keragaman hayati itu sendiri, bukan sebaliknya menghancurkan
keragaman hayati. Pemanfaatan keanekaragaman hayati bagi masyarakat harus secara
berkelanjutan. Yang dimaksud dengan manfaat yang berkelajutan adalah manfaat yang tidak
hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
3.2 Saran
Melalui makalah ini, kami menyarankan agar setiap orang dapat memanfaatkan
keanekaragaman hayati dengan sebaik-baiknya bukan mengeksploitasi secara berlebihan
karena hal itu akan menurunkan bahkan merusak keanekaragaman hayati.
Contoh:
Sumber Pendapatan/Devisa
Contoh:
Manfaat Ekologi
Manfaat Keilmuan
Dapat dijadikan sebagai alat pengembang keilmuan bagi manusia di kehidupan mendatang.
Manfaat Keindahan
https://www.ayoksinau.com/nilai-dan-manfaat-keanekaragaman-hayati-lengkap/
Hayati
153) Nilai Pilihan dari spesies adalah potensi suatu spesies dalam
memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat pada suatu saat di masa
yang akan datang. Solusi dengan adanya perubahan kebutuhan masyarakat
saat ini sering kali ada pada tumbuhan atau hewan yang belum tersentuh.
Penelitian yang dilakukan dengan daya guna keanekaragaman hayati,
dikenal dengan istilah biodiversity prospecting, yaitu penelaahan potensi
jenis tumbuhan dan satwa liar beserta gen dan produk kimiawinya yang
berdaya guna, seperti, a) Eceng gondok sangat prospektif dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan alat rumah tangga, pakaian, perhiasan rumah,
dan sebagainya; b) Rumput alang-alang untuk produksi pemanis pengganti
gula tebu; c) Kelompok alga (Spirulina, Chlorella, Nostoc, Oscillatoria,
Gloeocapsa, Anabaena) prospektif untuk memenuhi kebutuhan gizi, pupuk
biologis, pembersih polutan, produksi cat dan pewarna tekstil; d)
Kelompok bakteri dan jamur.Margasatwa dengan nilai ekonomi tinggi
menjadi barang untuk perdagangan dalam negeri dan internasional, serta
menjadi sumber pangan penting untuk masyarakat setempat. Perburuan
tradisional kadang-kadang berhubungan dengan upacara adat, misalnya
perburuan berbagai jenis burung dan mamalia. Burung, primata, mamalia
dan reptil diketahui sebagai barang perdagangan. Primata merupakan
hewan laboratorium yang penting untuk percobaan. Mamalia dan reptil
digunakan di berbagai macam industri. Ikan air tawar dimanfaatkan untuk
keperluan setempat dan perikanan. Banyak bakteri dan jamur yang
dimanfaatkan untuk bahan bioteknologi, baik sebagai fermenter maupun
jasa rekayasa genetik, contohnya yoghurt, anggur, keju dan antibiotik.
Nilai eksistensi merupakan nilai keberadaan suatu spesies. Saat ini di
seluruh dunia, orang peduli terhadap kehidupan liar dan sangat prihatin
atas perlindungannya, contoh: Komodo, Maleo, Anoa, Cendrawasih,
Kakaktua, Orang Utan, Harimau, Tapir, Coelacanth, Tarsius, Elang Jawa,
Jalak Bali, Badak, Duyung, Lumba-Lumba, Pesut, Meranti, Eboni, Matoa,
Rafflesia Arnoldi, Amorpophalus Tianum, Edelweiss (Anaphalis
javanica), Anggrek dan masih banyak lagi. Khusus untuk Coelacanth,
masyarakat dunia mengira bahwa ikan tersebut merupakan ikan purba
yang telah lama punah, namun ternyata ikan ini masih eksis di perairan
Bunaken, diburu dan
16dijadikan sumber makanan oleh nelayan dan penduduk sekitar. Selain di
Bunaken, Coelancanthhanya ditemukan di Madagaskar. Agar nilai-nilai
biodiversitas tetap terjaga, kita perlu mengetahui ancaman apa saja yang
membahayakan kelestarian biodiversitas. Berdasarkan uraian tersebut
setidaknya ada 6 nilai keanekaragaman hayati yang bisa diuraikan: a) Nilai
eksistensi, nilai eksistensi merupakan nilai yang dimiliki oleh
keanekaragaman hayati karena keberadaannya (Ehrenfeld, 1991). Nilai ini
tidak berkaitan dengan potensi suatu organisme tertentu, tetapi berkaitan
dengan beberapa faktor berikut: (1) Faktor hak hidupnya sebagai salah
satu bagian dari alam; (2) Faktor yang dikaitkan dengan etika, misalnya
nilainya dari segi etika agama. Berbagai agama dunia menganjurkan
manusia untuk memelihara alam ciptaan Tuhan; dan (3) Faktor estetika
bagi manusia, misalnya, banyak kalangan, baik pecinta alam maupun
wisatawan, bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk mengunjungi
taman-taman nasional guna melihat satwa di habitat aslinya, meskipun
mereka tidak mendapatkan manfaat ekonomi dari kegiatan tersebut. b)
Nilai jasa lingkungan, nilai jasa lingkungan yang dimiliki oleh
keanekaragaman hayati ialah dalam bentuk jasa ekologis bagi lingkungan
dan kelangsungan hidup manusia. Sebagai contoh jasa ekologis, misalnya
hutan yang merupakan salah satu bentuk dari ekosistem keanekaragaman
hayati, mempunyai beberapa fungsi bagi lingkungan sebagai: (1)
Pelindung keseimbangan siklus hidrologi dan tata air sehingga
menghindarkan manusia dari bahaya banjir maupun kekeringan; (2)
Penjaga kesuburan tanah melalui pasokan unsur hara dari serasah hutan;
(3) Pencegah erosi dan pengendali iklim mikro. Keanekaragaman hayati
bisa memberikan manfaat jasa nilai lingkungan jika keanekaragaman
hayati dipandang sebagai satu kesatuan, dimana ada saling ketergantungan
antara komponen yang terdapat di dalamnya. c) sebagai nilai warisan, nilai
warisan adalah nilai yang berkaitan dengan keinginan untuk menjaga
kelestarian keanekaragaman hayati agar dapat dimanfaatkan oleh generasi
yang akan datang. Nilai ini seringkali terkait dengan nilai sosial-budaya
dan juga nilai pilihan. Spesies atau kawasan tertentu sengaja dipertahankan
dan diwariskan turun temurun untuk menjaga identitas budaya dan
spiritual kelompok etnis tertentu atau sebagai cadangan pemenuhan
kebutuhan mereka di masa datang. d) sebagai nilai pilihan,
17keanekaragaman hayati menyimpan nilai manfaat yang sekarang belum
disadari atau belum dapat dimanfaatkan oleh manusia; namun seiring
dengan perubahan permintaan, pola konsumsi dan asupan teknologi, nilai
ini menjadi penting di masa depan. Potensi keanekaragaman hayati dalam
memberikan keuntungan bagi masyarakat di masa datang ini merupakan
nilai pilihan (Primack et al,1998). e) Nilai konsumtif, manfaat langsung
yang dapat diperoleh dari keanekaragaman hayati disebut nilai konsumtif
dari keanekaragaman hayati. Contoh dari nilai komsumtif ini adalah
pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan maupun papan. f) Nilai produktif, nilai produktif adalah
nilai pasar yang didapat dari perdagangan keanekaragaman hayati di pasar
lokal, nasional maupun internasional. Persepsi dan pengetahuan mengenai
nilai pasar ditingkat lokal dan global berbeda. Pada umumnya, nilai
keanekaragaman hayati lokal belum terdokumentasikan dengan baik
sehingga sering tidak terwakili dalam perdebatan maupun perumusan
kebijakan mengenai keanekaragaman hayati pada tingkat global
(Vermeulen dan Koziell, 2002). Nilai merupakan persepsi manusia tentang
makna suatu objek bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu.
Oleh karena itu akan terjadi keragaman nilai dari suatu sumberdaya atau
nilai dari keanekaragaman hayati berdasarkan pada persepsi dan lokasi
masyarakat yang berbeda-beda. Nilai keanekaragaman hayati hutan sendiri
bersumber dari berbagai manfaat yang diperoleh masyarakat. Masyarakat
yang menerima manfaat secara langsung akan memiliki persepsi yang
positif terhadap nilai keanekragaman hayati, dan hal tersebut dapat
ditunjukkan dengan tingginya nilai keanekaragaman hayati tersebut. Ada
beberapa nilai dari keanekaragaman hayati bagi kepentingan makluk
hidup; (1) Nilai ekologis, dimana setiap sumberdaya alam merupakan
unsur dari ekosistem alam. Sebagai contoh, suatu tumbuhan dapat
berfungsi sebagai pelindung tata air dan kesuburan tanah, atau suatu jenis
satwa dapat menjadi kunci spesies yang penting dari keseimbangan alam.
(2) Nilai keanekaragaman hayati sebagai nilai komersial, secara umum
telah dipahami bahwa kehidupan manusia tergantung mutlak kepada
sumberdaya alam hayati. Dimana keanekaragaman hayati mempunyai nilai
komersial yang sangat
18tinggi, sebagai gambaran, sebagian besar penerimaan devisa negara
maupun pendapatan asli daerah dihasilkan dari penjualan kayu dan bentuk-
bentuk lain dari eksploitasi hutan. (3) Nilai keanekaragaman hayati
sebagai nilai sosial dan nilai budaya, keanekaragaman hayati mempunyai
nilai sosial dan nilai budaya yang sangat besar. Secara umum peran
masyarakat secara sosial dalam menjaga keanekaragaman hayati
ditentukan oleh beberapa faktor. Pertama, sejauh mana pengetahuan lokal
dapat dihargai dan dimanfaatkan dalam membentuk sebuah sistem
pengelolaan yang baik dari keanekaragaman hayati tersebut. Kedua,
seberapa besar kepedulian warga dari komunitas lokal terhadap alam yang
berada di sekitarnya, sehingga mampu mendorong kearah upaya-upaya
untuk menjaga dan mengelola keanekaragaman hayati baik di dalam
maupun di luar kawasan konservasi. Ketiga, seberapa besar manfaat
(material dan non-material) yang bisa diterima oleh masyarakat dari
kawasan konservasi sehingga keberadaan dari keanekaragaman hayati
tersebut memiliki nilai yang menguntungkan secara terus menerus. Nilai
budaya bagi nilai keanekaragaman hayati merupakan satu hal yang tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena bagi masyarakat yang
memilikinya nilai keanekaragaman hayati merupakan warisan yang
diwariskan secara turun temurun, sehingga faktor budaya merupakan hal
terpenting dalam menilai suatu keanekaragaman hayati. (4) Nilai
keanekaragaman hayati dari nilai rekreasi, dimana suatu keindahan dari
sumberdaya alam hayati dapat memberikan nilai untuk menjernihkan
pikiran dan melahirkan gagasan-gagasan baru bagi yang menikmatinya.
Misalnya saja, kita sering kali pergi berlibur ke alam, apakah itu gunung,
gua atau laut dan lain sebagainya, dengan maksud untuk merasakan
keindahan alamnya. (5) Nilai keanekaragaman hayati dari nilai penelitian
dan pendidikan, jika dilihat fungsi dan peran dari keanekragaman hayati
itu sendiri, akan menimbulkan gagasan dan ide cemerlang bagi manusia.
Nilai ini akan memberikan suatu dorongan untuk mengamati fenomena-
fenomena alam dalam bentuk suatu tulisan atau penelitian. Selain itu alam
juga dapat menjadi media pendidikan untuk ilmu pengetahuan alam, maka
sangat diperlukan bahan untuk penelitian maupun penghayatan berbagai
pengertian dan suatu konsep ilmu pengetahuan.
192.2. Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Keanekaragaman Hayati
PapuaDalam hal kekayaan keanekaragaman hayati, Indonesia tidak kalah
dengan Brazil, negara yang juga memiliki kekayaan keanekaragaman
hayati. Misalnya, Brazil memiliki jumlah keanekaragaman hayati ikan air
tawar dan jumlah organisme darat yang sangat banyak tapi
keanekaragaman organisme laut di Indonesia jauh lebih banyak. Seperti
Meksiko, posisi geografis Indonesia termasuk negara yang terletak pada
dua kawasan dari enam kawasan biogeografi terpenting di dunia, yaitu
Australasian dan Indo-Malaya. Hal yang juga menarik, di Indonesia
terdapat wilayah pertemuan dua kawasan tersebut, yaitu Wallacea yang di
dalamnya terkandung endemisitas dengan tingkat keanekaragaman yang
sangat tinggi. Kawasan biogeografi Indonesia dan sebarannya yang
meliputi 17.000 pulau, termasuk pulau terbesar kedua dan ketiga di dunia
(Kalimantan dan Papua), bisa dikatakan telah berhasil menandingi Brazil
dalam hal kekayaan jenis.Beberapa data statistik yang berkaitan dengan
jumlah keanekaragaman jenis, dimana Indonesia selalu menempati urutan
teratas, yakni :a. Urutan kedua setelah Brazil untuk keanekaragaman
mamalia, dengan 515 jenis, yang 39 % di antaranya merupakan endemik;b.
Urutan keempat untuk keanekaragaman reptile (511 jenis, 150 endemik);c.
Urutan kelima untuk keanekaragaman burung (1.531 jenis, 397 endemik);
bahkan khusus untuk keanekaragaman burung parung Bangkok, Indonesia
menempati urutan pertama (75 jenis, 38 endemik);d. Urutan keenam untuk
keanekaragaman amfibi (270 jenis, 100 endemik);e. Urutan keempat dunia
untuk keanekaragaman primate ( 35 jenis);f. Lima besar untuk
keanekaragaman dunia tumbuhan (38.000 jenis);g. Urutan pertama untuk
Tumbuhan Palmae (477 jenis, 225 endemik), dan memiliki setengah dari
350 Spesies Dipterocarpaceae yang bernilai tinggi, (155 jenis endemik
Kalimantan);h. Urutan ketiga untuk keanekaragaman ikan tawar (1.400
jenis) setelah Brazil dan Colombia (Supriatna, 2008).
20Dengan luas daratan, sekitar 1.919.443 km2, Indonesia menempati
urutan ke-15, antara Libya dan Mexico. Namun bila digabungkan dengan
luas daratan yang tertutup laut, maka angka itu akan menjadi jauh lebih
besar. Meskipun luas daratan Indonesia hanya 1,3% dari total luas daratan
dunia, di dalamnya terkandung 12% jenis mamalia, 7,3% jenis reptile dan
amfibi, dan 17% jenis burung. Seiring dengan banyaknya informasi
tentang keanekaragaman hayati yang baru, maka jumlah jenis tumbuhan,
ikan, reptile, amfibi dan avertebrata pun akan terus bertambah, juga
dengan jenis-jenis mamalia dan burung.Meskipun termasuk negara
megadiversitas, saat ini di Indonesia terdapat dua kawasan penting
(hotspot) keanekaragaman hayati yang teracam, yakni Sunda Barat dan
Wallacea, juga kawasan hutan tropis utama, yaitu Melanesia, termasuk
Papua. Keanekaragaman ekosistem Indonesia, meliputi kawasan sepanjang
5.000 km, yang terbentang dari timur ke barat (lebih panjang dari benua
Amerika Serikat), merupakan fenomena yang luar biasa. Topografinya,
dengan berbagai ketinggian dan keragaman menghasilkan ekosistem mulai
dari hutan dataran rendah, rawa-rawa, kawasan pesisir dan lautnya, gua
yang sangat panjang, dari daerah yang kering hingga puncak gunung es.
Setidaknya tercatat 47 jenis ekosistem terlengkap, jauh menandingi
negara-negara yang terkenal dengan keanekaragaman biogeografinya,
seperti Peru, Kolombia, Meksiko, Cina, India dan Amerika Serikat. Dalam
tingkat keragaman budaya, Indonesia pun berada di urutan teratas, dengan
memiliki paling sedikit 336 suku budaya, yang mana sekitar 250 suku di
antaranya berada di Papua. Hal ini menempatkan Indonesia pada posisi
tiga besar untuk kategori keragaman budaya. Papua Nugini dan India juga
memiliki tingkat keragaman budaya yang tinggi tetapi tidak dalam hal
perbedaan tingkat budaya yang ada.Vegetasi Papua merupakan perpaduan
vegetasi Asia dan Australia. Keanekaragaman tumbuhannya mencapai
lebih dari 25.000 jenis, dengan sedikitnya 24 marga endemik, dan
sepertiga dari jumlah tumbuhannya merupakan jenis anggrek. Menarik
untuk diperhatikan dari Papua adalah wilayah pegunungan tingginya, yang
mencapai tinggi lebih dari 3.000 meter dan merupakan tempat bagi
beragam jenis
21Anggrek Rhododendronyang bernilai tinggi, yang beberapa diantaranya
merupakan jenis favorit untuk dibudidaya.Disepanjang pesisir selatan
Papua, terbentang rawa-rawa yang sangat luas. Kawasan serupa juga dapat
ditemui di pantai utara Papua, tepatnya di sekitar delta Sungai
Mamberamo. Kayu Putih yang kulit kayunya tahan api merupakan
vegetasi dominan di sepanjang daerah aliran sungai. Komposisi mangrov
Papua, yang melimpah dan luas di sepanjang garis pantai Papua, mirip
dengan komposisi hutan mangrov di India dan pasifik. Kawasan tenggara
Papua sangat mirip dengan Australia dengan ciri vegetasi; rumput lebih
dominan dari pada pohon. Komposisi itu menandakan adanya musim
kering di kawasan ini. Hutan savana kering juga merupakan habitat
berbagai jenis pohon seperti Melaleuca, Eucalyptus, Casuarina, dan
Acacia(Supriatna, 2008). Keanekaragaman hayati mamalia darat Papua
mencapai 174 jenis (sekitar 100 jenis endemik), yang mana sepertiganya
merupakan hewan berkantung, hewan pengerat, dan sepertiganya
kelelawar. Selain itu ada representasi dari mamalia bertelur, yaitu Echidna.
Bila di kawasan barat Indonesia, spesies flagshipnya adalah primata,
spesies flagshipdi Papua adalah kanguru pohon. Spesies flagshipmamalia
ini terdiri dari beberapa spesies yang diketahui hidup di dataran rendah,
seperti kanguru pohon abu-abu, yang hidup di dataran rendah, hutan hujan
di ketinggian tengah dari kawasan Doberai, dan di semenanjung Fakfak
(Papua Barat). Sedangkan kangguru pohon seri hanya terdapat di hutan
tropis pegunungan pada ketinggian 2.600 - 3.200 m dpl, di sepanjang
rantai pegunungan tengah dan barat Papua, yang berbatasan dengan
padang rumput sub-alpin.Saat ini, setidaknya, tercatat sekitar 643 jenis
burung di Papua, dan sekitar 269 jenis di antaranya merupakan endemik
Papua. Di Pegunungan Papua, setidaknya hidup 11 jenis burung yang
keindahannya menyerupai burung Cenderawasih. Untuk keanekaragaman
reptil dan amfibi juga sama tingginya dengan keanekaragaman fauna
lainnya. Ada sekitar 100 jenis ular dan 200 jenis kadal, yang sebagian
besar merupakan endemik. Papua juga kaya dengan hewan avertebrata,
dengan paling sedikit 5.000 jenis, yang sebagian besar merupakan Kupu-
Kupu. Kupu-Kupu sayap
22burung merupakan jenis yang paling popular, Kupu-Kupu raksasa
yang merupakan jenis Kupu-Kupu terbesar di Asia Tenggara dengan
lebar sayap mencapai 33 cm.2.3. Kawasan Konservasi Cagar
AlamMenurut Undang-Undang No.5 Tahun 1990, cagar alam adalah
kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang perlu dilindungi dan
perkembangannya berlangsung secara alami.Muntasib (2003)
menjelaskan bahwa kegiatan yang diperolehkan di cagar alam hanyalah
kegiatan-kegiatan untuk penelitian dan pengembangan, pendidikan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan lain yang menunjang
budidaya. Selain itu kegiatan lain seperti rekreasi, pengelolaan yang
intensif (campur tangan manusia) tidak diperkenankan karena akan
merubah perkembangan alami dari kawasan itu. Prinsip pengelolaan
cagar alam adalah alam dibiarkan berkembang secara alami, tetapi juga
tidak diganggu serta tidak diperbolehkan memberikan perlakuan
apapun kecuali mencatatnya (Muntasib, 2003). Sasaran pengelolaan
cagar alam antara lain adalah: 1) melindungi flora dan fauna, 2) habitat
terbina dan tidak terganggu, 3) plasma nuftah dimanfaatkan untuk riset
(penelitian dan pendidikan), 4) plasma nuftah dimanfaatkan secara
lestari melalui upaya budidaya oleh masyarakat di daerah, 5) penyangga
untuk meningkatkan kesejahteraan.Kawasan suaka alam adalah
kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan
yang mempunyai fungsi pokok sebagai (1) kawasan pengawetan
keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan
(2) berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan (UU No.5
Tahun 1990 pasal 15).2.4. Penelitian Terdahulu yang RelevanBeberapa
hasil penelitian menunjukan bahwa nilai keanekaragaman hayati dapat
dinilai dengan penilaian ekonomi dengan menggunakan pendekatan
penilaian ekonomi. Menurut K.N. Ninan et al, (2009) dalam studies
establish the economic values of biodiversity,habitats and ecosystem
services melakukan penilaian terhadap suatu nilai keanekaragaman
hayati bermanfaat bagi kehidupan manusia seperti produk obat-obatan
alami. Dari 150 obat berdasarkan resep yang digunakan di