Anda di halaman 1dari 19

KONSERVASI

KEANEKARAGAMAN
HAYATI
Dosen Pengampu
Dra. Uswatun Hasanah,M.Si. & Dra. Aryeni,M.Pd.
KELOMPOK 3

 LAILA SAPNI (4213151018)


 ANNISA AKHWANI SOFIAN (4212451003)
 MITA RAMADHANI (4213151017)
DAFTAR ISI

Pengertian
01 Keanekaragaman Hayati 02 Konservasi

Faktor utama penyebab Upaya untuk mengatasi


keanekaragaman hayati masalah penurunan
03 mengalami penurunan 04 keanekaragaman hayati
Pengertian Keanekaragaman Hayati
Pengertian keanekaragaman hayati adalah tingkat variasi bentuk kehidupan alam, mengingat ekosistem
biomaspesies atau seluruh planet yang mencakup kesehatan ekosistem di suatu daerah dan pengaruh dari
iklim. Dari bahasan keanekaragaman hayati di atas dapat dikatakan bahwa keanekaragaman hayati
merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Keanekaragaman hayati berperan sebagai indikator dari
sistem ekologi dan sarana untuk mengetahui adanya perubahan spesies. Keanekaragaman hayati juga
mencakup kekayaan spesies dan kompleksitas ekosistem sehingga dapat memengaruhi komunitas
organisme, perkembangan dan stabilitas ekosistem (Rahayu 2016).

Indonesia dikenal oleh masyarakat dunia sebagai salah satu negara megabiodiversity. Sebutan ini didukung
oleh keadaan alam di Indonesia dengan iklim tropis yang menjadi habitat yang cocok bagi berbagai flora
dan fauna. Hal ini menjadikan keanekaragaman hayati (biodiversitas) di Indonesia menjadi terhitung sangat
tinggi (Pahlewi 2017).

Keanekaragaman hayati adalah kekayaan atau bentuk kehidupan di bumi, baik tumbuhan, hewan,
mikroorganisme, genetika yang dikandungnya, maupun ekosistem, serta proses-proses ekologi yang
dibangun menjadi lingkungan hidup (Primak et al dalam 1998 dalam Kuswanda 2009).

Keanekaragaman hayati atau biodiversity merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam
variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk,
yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan genetika. Dari segi kekayaan tumbuhan saja,
Indonesia berpeluang sangat banyak dalam mengembangkan potensinya, seperti berfungsi sebagai sumber
tanaman produksi, tanaman hias, tanaman obat, tanaman pelindung, pembatas tanah, serta tanaman
pengendali pencemaran lingkungan baik sebagai penyejuk udara sekitarnya maupun pengisap zat-zat
berbahaya bagi kehidupan (Yudianto 2007).
Konservasi
Konservasi adalah upayah pelestarian ligkungan dengan tetap memperhatikan manfaat yang
dapat diperoleh dari lingkungan.

Salah satu wujud konservasi adalah konservasi sumber daya alam, yaitu upayah untuk mengolah
sumber daya alam dengan menjakin pemanfaatannya secara bijaksana. Dalam hal sumber daya
terbarui, upayah tersebut dilakukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman.

Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi, dari segi ekonnomi adalah usaha
mengalokasikan sumber daya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi adalah alokasi
sumber daya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Dimasa sekarang konservasi
dalam pengertiannya diterjemakan sebagai the wise use of nature resource (Pemanfaatan sumber
daya alam secara bijaksana).

Kegiatan Konservasi harus dilaksanakan secara komprehesif baik oleh


pemerintah,masyarkat,swasta, lembaga swadaya masyarkat,perguruan tinggi, serta pihak-pihak
lainnya. Strategi nasional dirumuskan dalam 3 hal yaitu 1.) perlindungan sistem penyangga
kehidupan (PSPK); 2.) Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya ; 3.)
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Di Indonesia kebijakan konservasi diatur dalam UU 5/90 tentang konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya, kemudian diturunkan menjadi beberapa peraturan pemerintah antara
lain :
PP 68/1998 terkait pengelolaan kawasan suaka alam (KSA) dan kawasan pelestarian alam (KPA)
PP 7/1997 terkait pengawetan/perlindungan tumbuhan dan satwa
PP 8/1999 terkait pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar /TSL
PP 36/2010 terkait pengusahaan,pariwisata alam di suka margasatwa (SM) taman nasional (TN),
taman hutan raya (tahura), taman wisata alam (TWA)

Dari pemahaman tersebut jelas bahwa konservasi adalah bagian dari “perawatan”
lingkungan hidup, istilah konservasi berasal dari kata “conservation” yakni “con” (together) dan “servare
“ (to keep atau to save), yakni usaha memelihara milik kita, sedangkan konservasi sumber daya alam
meliputi kegiatan perlin dungan sumber daya alam,pengawetan sumber daya alam,dan pemanfaatan
secara lestari sumber daya alam.
Di indonesia sendiri sangat banyak keanekaragaman hayati, itu disebabkan di Indonesia
ber-iklim tropis. Menurut data, ; tumbuhan, hewan , jamur, bakteri dan jasad renik lain banyak terdapat
di Indonesia, ada sekitar 40.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis hewan, 5.000 jenis jamur, dan 1.500
jenis monera berada di Indonesia. Adapun keanekaragaman hayati endemik di Indonesia, seperti di
jenis tumbuhan diantaranya Bunga Bangkai terdapat di Sumatra ( Bengkulu, Sumatra Barat dan Aceh),
Anggrek hitam terdapat di Kalimantan, Kayu cendana terdapat di Nusa Tenggara, Kayu eboni terdapat
di Sulawesi, Matoa dan sagu terdapat di Papua. Sedangkan pada jenis hewan, di Indonesia memiliki
hewan endemik yakni, Harimau Sumatra dan Siamang terdapat di Sumatra, Kera belanda terdapat dan
Burung rangkong, Orang utan, Bekantan terdapat di (Kalimantan) , Macan tutul jawa banteng, dan
badak bercula satu terdapat di Jawa, Komodo terdapat di Nusa Tenggara ( Pulau Komodo), burung
cenderawasih dan sebagainya.
Cara menumbuhkan rasa
konservasi di Indonesia
Dengan melakukan :
● Sosialisasi kesekolah-sekolah, masyarakat.
● Penyuluhan ke kampung-kampung.
● Menerapkan pendidikan konservasi disekolah atau universitas seperti Unnes.
● Menumbuhkan cinta alam dan untuk melindunginya sejak dini.
● Melakukan gerakan bersama untuk Go green, Papperless, Penanaman dan
perawatan pohon untuk setiap orang
● Lebih peduli untuk menjaga keanekaragaman hayati yang hampir punah.
Proses menuju Konservasi keanekaragaman hayati
1. Mengembangkan rencana implementasi bersama terkait kebijakan lingkungan,
pertanian, pangan, air, keuangan, dan kesehatan untuk mengambil langkah segera
untuk mengurangi tingkat hilangnya keanekaragaman hayati sebelum 2010.
2. Menjaga komitmen untuk menerapkan sistem kawasan lindung secara efektif,
dengan partisipasi efektif masyarakat setempat dan masyarakat adat dan
mempromosikan pembagian manfaat lingkungan.
3. Mengadopsi target untuk mencapai tingkat deforestasi per tahun nol sebelum 2020
dan memulai kerjasama antara CBD dan UNFCCC untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca dari deforestasi dan degradasi hutan.

Direktur Eksekutif WWF-Indonesia, Dr. Mubariq Ahmad, menambahkan, “Pemerintah


dunia termasuk Indonesia, perlu lebih banyak lagi mencurahkan sumber daya teknis,
manusia dan keuangan, mengembangkan insentif ekonomi dan langkah lain untuk
melestarikan keanekaragaman hayati dengan pelibatan menteri terkait yang memiliki
kepentingan dalam menyelamatkan keanekaragaman hayati, antara lain di bidang
pembangunan, keuangan, pertanian, dan perikanan, serta energi.”
Faktor utama penyebab keanekaragaman hayati mengalami
penurunan
1. Perusakan Habitat
Habitat merupakan tempat tinggal berbagai jenis organisme yang menyediakan semua kebutuhan
bagi seluruh penghuninya melalui proses interaksi antar semua komponen. Apa yang akan terjadi
jika habitat tersebut rusak? Tentu saja, jika habitat rusak, maka daya dukungnya terhadap semua
organisme penghuninya akan berkurang bahkan sama sekali hilang. Dampaknya organisme yang
ada tidak akan mampu memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Perusakan habitat yang menjadi
sorotan utama di Indonesia adalah perusakan hutan alam (deforestasi) untuk berbagai macam
alasan. Beberapa penyebab dari kerusakan hutan dan deforestasi di Indonesia adalah:
a. konversi hutan alam menjadi lahan tanaman tahunan.
b. konversi hutan alam menjadi lahan pertanian dan perkebunan.
c. eksplorasi dan eksploitasi industri ekstraktif pada kawasan hutan (batu bara, migas, geothermal).
d. pembakaran hutan dan lahan.
e. konversi hutan alam untuk transmigrasi dan infrastruktur lainnya.
f. pemekaran wilayah menjadi daerah otonomi baru (terjadi di beberapa daerah).
Akibat deforestasi tersebut banyak sekali flora maupun fauna yang terancam eksistensinya. Selain
itu menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di
dunia.
2. Fragmentasi Habitat

Fragmentasi habitat merupakan suatu peristiwa yang menyebabkan habitat terbagi menjadi
dua daerah atau lebih. Aktivitas manusia yang dapat mengakibatkan fragmentasi ini
diantaranya pembuatan jalan, pembukaan areal pertanian, dan perkotaan atau kegiatan
lainnya. Dengan adanya fragmentasi habitat, maka akan mengganggu stabilitas ekosistem.
Mengapa demikian? Pada suatu habitat dikenal ada istilah daerah tepi, dimana pada
umumnya jenis-jenis makhluk hidup tidak akan bisa menempati daerah tersebut karena
daerah tersebut cenderung kurang mampu untuk memberikan perlindungan (edge effect).
Jika suatu habitat terfragmentasi, maka luas daerah tepi akan bertambah, dengan kata lain
luas zona habitat yang aman bagi jenis-jenis makhluk hidup akan semakin berkurang.
Fragmentasi habitat juga dapat mengancam kelestarian suatu organisme, karena dapat
memperkecil potensi suatu spesies untuk menyebar dan berkolonisasi. Penurunan
kemampuan jelajah hewan ini dapat berakibat pula pada penurunan penyebaran tumbuhan
yang mekanisme dispersalnya bergantung pada hewan tersebut. Di beberapa negara,
proses fragmentasi habitat yang memang tidak dapat terelakkan diimbangi dengan upaya
yang dapat memfasilitasi jenis-jenis hewan untuk dapat melintasi daerah terbuka secara
aman. Upaya tersebut diantaranya dengan membangun koridor yang aman bagi hewan
untuk melintas.
3. Degradasi Habitat

Komunitas di suatu habitat dapat mengalami degradasi walaupun habitat tersebut tidak
langsung terlihat kerusakannya. Faktor eksternal tersebut dapat dengan bebas masuk ke
dalam suatu habitat. Salah satu contohnya adalah pencemaran air atau udara. Limbah
atau bahan kimia berbahaya baik dalam bentuk gas, cair, maupun padat akan
mengancam komunitas pada suatu habitat yang dilaluinya.

4. Penggunaan spesies yang berlebih untuk kepentingan manusia

Pemanfaatan suatu jenis hewan atau tumbuhan di alam akan berakibat menurunnya
jumlah populasi jenis tersebut bahkan punah. Oleh karena itu pemanfaatan suatu jenis
tersebut harus dilakukan dengan berdasarkan prinsip penggunaan yang berkelanjutan,
yaitu pemanenan dari suatu jenis di alam pada periode tertentu dilakukan berdasarkan
keberadaan dan tingkat pembaharuan oleh proses pertumbuhan secara alami.
6. Karakter spesies terhadap kepunahan
Secara alamiah, semua spesies mempunyai potensi yang berbeda-beda untuk menjadi punah.
Kerentanan suatu jenis terhadap kepunahan umumnya ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Spesies yang mempunyai sebaran geografis sempit, umumnya rentan terhadap kerusakan
habitat oleh kegiatan manusia.
b. Spesies yang terdiri dari satu atau sedikit populasi akan sangat rentan terhadap kerusakan
habitat dibandingkan dengan spesies yang terdiri dari banyak populasi
c. Spesies yang memiliki ukuran populasi yang kecil akan mudah punah akibat pengaruh variasi
demografi dan lingkungan serta hilangnya keanekaragaman genetik bila dibandingkan dengan
spesies yang berukuran populasinya yang besar.
d. Spesies yang ukuran populasinya cenderung menurun akan mudah punah bilamana penyebab
penurunan tidak dapat diketahui dan diperbaiki.
e. Spesies yang memiliki densitas rendah per satuan luas, terutama pada kawasan yang
terfrsgmentasi akan mudah mengalami kepunahan.
f. Spesies yang memerlukan jelajah yang luas akan sangat rentan terhadap kepunahan bilamana
wilayah jelajahnya dirusak atau mengalami fragmentasi.
g. Hewan yang mempunyai ukuran tubuh yang besar akan memiliki wilayah jelajah yang luas
serta makanan yang lebih banyak secara individu, serta rentan untuk diburu maupun dirusak
wilayah jelajahnya maupun habitat untuk mencari makan dan minumnya.
h. Spesies yang tidak memiliki kemampuan menyebar yang baik di alam akan sangat rentan
terhadap perubahan dan perusakan habitat, karena spesies tersebut tidak mampu beradaptasi
dengan perubahan yang terjadi.
Upaya untuk mengatasi masalah penurunan
keanekaragaman hayati
Keberadaan keanekaragaman hayati ini tidak akan selalu tetap keadaannya, baik jumlah serta
jenisnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti perburuan, kerusakan ekosistem,
serta pemanfaatan yang berlebihan. Pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk berbagai keperluan
secara berlebihan ini ditandai dengan semakin langkanya beberapa jenis flora dan fauna. Hal ini
disebabkan rusaknya habitat dan ekosistem yang ditempati flora dan fauna tersebut.

Ketidakseimbangan tersebut apabila dibiarkan, dapat mengancam keanekaragaman hayati. Oleh


karenanya, kegiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan kekayaan hayati di Indonesia ini
harus dicegah. Pemerintah pun tidak tinggal diam, hal ini dapat dilihat dari undang-undang yang
dikeluarkan pemerintah mengenai konservasi (pengawetan) sumber daya hayati yaitu Undang-Undang
No. 23 tahun 1997 tentang pengolahan lingkungan hidup. Dari undang-undang tersebut pengolahan
lingkungan hidup diharapkan dapat bermanfaat serta berkelanjutan.

Perlindungan alam Alam merupakan tempat manusia hidup sekaligus tempat untuk memperoleh
bahan kebutuhannya. Dari alam, manusia mendapatkan makanan dan energi. Kebutuhan manusia
yang diperoleh dari lingkungannya bukan hanya sesaat, melainkan selama spesies itu ada sehingga
kebutuhan itu tetap ada, bahkan makin meningkat. Untuk dapat menyediakan kebutuhan hidup secara
berkesinambungan itu, manusia harus selalu berusaha menjaga kelestarian keanekaragaman hayati.
Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia telah dilaksanakan semenjak
pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya tahun 1912, yang berpusat di Bogor. Setelah merdeka,
perlindungan alam dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
Berikut ini upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan keanekaragaman
hayati di Indonesia antara lain sebagai berikut:

A. Perlindungan alam umum

Perlindungan alam secara umum berarti melindungi semua komponen alam secara
keseluruhan yang meliputi kesatuan flora, fauna, dan tanahnya. Perlindungan alam
secara umum dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
Perlindungan alam ketat adalah perlindungan alam yang tidak memperbolehkan
campur tangan manusia dalam usaha perlindungannya. Biasanya daerah ini
digunakan untuk kepentingan ilmiah atau penelitian, misalnya, Taman Nasional
Ujung Kulon dan Pulau Panaitan Perlindungan alam terbimbing adalah perlindungan
alam di bawah bimbingan para ahli, misalnya di kebun raya dan taman nasional
Taman nasional.
Dalam kawasan ini berkembang jenis tanaman dan hewan yang memiliki nilai ilmiah;
(b) karena kepentingannya yang khas bagi ilmu pengetahuan, pengelolaannya
berada di tangan pemerintah; (c) karena memiliki unsur ilmu pengetahuan dan daya
tarik ilmiah, kawasan ini dapat dikunjungi dan dikelola untuk kemanfaatan manusia,
tanpa mengubah ciri-ciri ekosistem.
B. Perlindungan alam khusus

Perlindungan alam khusus berarti melindungi unsur alam tertentu. Sebagai contoh :

1.Perlindungan botani untuk melindungi tumbuhan tertentu; perlindungan zoologi


untuk melindungi hewan tertentu; perlindungan geologi untuk melindungi formasi
geologi tertentu; perlindungan antropologi untuk melindungi suku bangsa tertentu;
dan perlindungan suaka margasatwa untuk melindungi hewan tertentu.

2.Pengawetan hutan
Hutan adalah ciptaan Tuhan yang merupakan sumber keanekaragaman hayati yang
sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya sehingga kita
harus memelihara keaslian hutan tersebut. Akan tetapi, akhir-akhir ini manusia
cenderung melakukan perusakan hutan. Hutan yang terpelihara dengan baik dapat
memperkaya hidup manusia secara material dan spiritual sehingga manusia harus
berusaha untuk memelihara semaksimal mungkin keanekaragam hayati tersebut.
3. Perlindungan margasatwa
Menjaga keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem, harus diusahakan agar
tidak ada satu atau lebih komponen ekosistem yang mengalami kepunahan. Oleh sebab
itu, usaha pelestarian keanekaragaman hayati harus dilakukan secara terpadu, artinya
dalam suatu pelestarian itu, seluruh komponen ekosistem harus dilestarikan secara
keseluruhan. Sikap manusia sangat berpengaruh terhadap perlindungan satwasatwa
langka yang mulai terancam kepunahan ini. Manusia harus sadar bahwa makhluk hidup
apa pun jika telah punah, keberadaannya di alam tidak dimungkinkan lagi.
Upaya untuk melestarikan hewan-hewan langka adalah sebagai berikut :
- Membuat undang-undang perburuan dengan aturan-aturannya yang meliputi batas-
batas daerah perburuan, masa berburu, jumlah hewan yang boleh diburu, jenis hewan,
umur, jenis kelamin hewan, dan yang paling penting adalah hasil buruan tidak untuk
diperjualbelikan
- Membiakkan hewan-hewan langka yang hampir punah, misalnya dengan mengisolasi
hewan-hewan tertentu, memelihara, dan membiakkannya kemudian dilepaskan kembali
ke asalnya –
- Memindahkan hewan langka yang hampir punah ke tempat lain yang habitatnya lebih
sesuai dan lebih aman
- Mengambil telur hewan-hewan tertentu pada saat tertentu untuk kemudian
menetaskannya, membiakkannya, dan mengembalikannya ke habitat semula.
C. Pelestarian hutan
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul

2) Melarang pembahasan hutan secara sewenang-wenang

3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon

4) Menerapkan sistem tebang-tanam dalam kegiatan penebangan hutan

5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan

D. Mangrovisasi
Mangrovisasi merupakan aktivitas penanaman mangrove (bakau) di pinggir pantai. Mangrove
sebagai green belt (sabuk pengaman yang ramah lingkungan). Menurut Alikodra (2010),
mangrove adalah tanaman untuk mengatasi problem intrusi dan gelombang air laut.

Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan itu antara lain:

1).Membuang lubang-lubang serapan air

2).Memperbanyak ruang terbuka hijau

3).Mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah raksasa.
Berdasarkan uraian diatas bias disimpulkan bahwa keanekaragaman
hayati adalah mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam
yang ada di bumi yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan
manusia yang berlebih.
Sedangkan kerusakan keanekaragaman hayati di Indonesia disebabkan
oleh manusia itu sendiri, tetapi manusia merupakan faktor utama
penyebab kerusakan lingkungan, oleh karena itu manusia harus
segera menanggulangi kerusakan ini sebelum kerusakannya semakin
meluas selain menanggulangi manusia harus sadar dan intropeksi diri
agar tidak merusak lingkungan dan keanekaragaman hayati lagi.
Berbagai upaya dan cara telah di uraikan di atas yang dapat digunakan
untuk menanggulangi kerusakan yang terjadi. Upaya tersebut harus
segera di lakukan agar lingkungan tetap terjaga dan tidak rusak
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai