Anda di halaman 1dari 10

Analisis Karakteristik Biogeografi Di Desa Avolua, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten

Parigi Moutong

Niko Aditiya, A35120059; Email: nikoaditiya4707@gmail.com


Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan PIPS, FKIP, Universitas Tadulako

Abstrak
Biogeografi merupakan sebaran distribusi geografis suatu organisme yang mencakup
didalamnya fitur-fitur biologi pada seluruh dimensi geografis. Fitur dimensi geografis
dengan kondisi lingkungan yang bervariasi dan luas wilayah yang berpengaruh terhadap
kenekaragaman jenis yang berkaitan dengan populasi dan perbedaan kemampuan dalam
menanggapi variasi geografis lingkungan, dimana masing-masing spesies memiliki
perbedaan dalam menanggapi variasi geografis. Metode yang digunakan adalah
melakukan inventarisasi dan identifikasi flora-fauna melalui pengumpulan data
sekunder, membuat zonasi kawasan spesies, dan menganalisis serta mengevaluasi
kesesuaiannya. Lokasi survei memprioritaskan kawasan hutan di desa Avolua,
Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong. Penelitian ini dilakukan pada 18
Juni 2022. Hasil menunjukkan bahwa di lokasi kajian ditemukan berbagai spesies flora
dan fauna yang sangat beragam hingga data yang didapatkan dari penelitian ini
sangatlah variatif. Keragaman flora yang ada di lokasi penelitian pada umumnya di
dominasi oleh tumbuhan kelapa karena daerah yang dianalisis merupakan kawasan
perkebunan kelapa serta kakao yang digarap oleh masyarakat setempat, sedangkan
variabel lainya merupakan tumbuhan liar antara lain berbagai jenis gulma. Fauna pada
kawasan penelitian didominasi oleh berbagai jenis insect atau serangga hingga
variabelnya sangat beragam.
Kata kunci: Biogeografi, Flora, Fauna.

Pendahuluan
Biogeografi merupakan pola distribusi flora dan fauna dalam skala waktu dan
ruang. Biogeografi mencakup komponen biologi sebagai aspek biotik atau mahluk
hidup, kemudian lingkungan atau habitat dari mahluk hidup itu sendiri serta
kemampuan pergerakan dan perpindahan dari komponen biotik tersebut untuk
melakukan pemencaran (Alamsyah, 2020). Biogeografi menjadi sangat penting karena
dapat digunakan sebagai dasar dalam konservasi spesies yang berkaitan dengan area,
waktu, serta perubahannya. Berguna dalam memahami preferensi lingkungan spesies
beserta toleransinya. Biogeografi juga menjadi sumber informasi bagaimana dan kapan
suatu spesies berevolusi, sehingga dapat diketahui rekonstruksi sejarah evolusi suatu
spesies. Tidak kalah pentingnya pengetahuan tentang biogeografi akan menjadi dasar
perencanaan tata ruang serta proyeksi dampak dari perubahan iklim.
Distribusi spesies dalam setiap wilayah biogeografis tidak pernah sepenuhnya
homogen. Spesiasi model alopatrik memiliki signifikansi evolusioner karena adanya
sifat insular (terpencil). Spesiasi di tingkat komunitas dapat memiliki konsekuensi
geografis dan evolusi yang luas, sehingga termasuk dalam bidang makro ekologi.
Demikian pula, banyak pola kepunahan yang meluas mungkin memiliki asal usul di
tingkat komunitas tetapi kemudian ditingkatkan ke wilayah geografis yang luas (Briggs
2007).
Istilah flora diartikan sebagai samua jenis tumbuhan yang tumbuh di suatu
daerah tertentu. Apabila istilah flora ini dikaitkan dengan life-form (bentuk
hidup/habitus) tumbuhan, maka akan muncul berbagai istilah seperti flora pohon (flora
berbentuk pohon), flora semak belukar, flora rumput, dsb. Apabila istilah flora ini
dikaitkan dengan nama tempat, maka akan muncul istilah-istilah seperti Flora Jawa,
Flora Gunung Halimun, dan sebagainya( et al., 2015). Sesuai dengan kondisi
lingkungannya, flora di suatu tempat dapat terdiri dari beragam jenis yang masing-
masing dapat terdiri dari beragam variasi gen yang hidup di beberapa tipe habitat
(tempat hidup). Oleh karena itu, muncullah istilah keanekaragaman flora yang
mencakup makna keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik dari jenis, dan
keanekaragaman habitat dimana jenis-jenis flora tersebut tumbuh.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan tropis antara
dua benua (Asia dan Australia) dan dua Samudera (Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik) yang terdiri atas sekitar 17.500 pulau dengan panjang garis pantai sekitar
95.181 km. Wilayah Indonesia luasnya sekitar 9 juta km2 (2 juta km2 daratan, dan 7
juta km2 lautan). Luas wilayah Indonesia ini hanya sekitar 1,3% dari luas bumi, namun
mempunyai tingkat keberagaman kehidupan yang sangat tinggi. Untuk tumbuhan,
Indonesia diperkirakan memiliki 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di
dunia atau merupakan urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai
20.000 spesies, 40% merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Famili
tumbuhan yang memiliki anggota spesies paling banyak adalah Orchidaceae (anggrek-
anggrekan) yakni mencapai 4.000 spesies. Untuk jenis tumbuhan berkayu, famili
Dipterocarpaceae memiliki 386 spesies, anggota famili Myrtaceae (Eugenia) dan
Moraceae (Ficus) sebanyak 500 spesies dan anggota famili Ericaceae sebanyak 737
spesies, termasuk 287 spesies Rhododendrom dan 239 spesies Naccinium ( Whitemore
TC 1996).

Hutan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya


adalah dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. pembangunan kehutanan diarahkan
untuk memberikan manfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap
menjaga kelestarian dan fungsi hutan, dan dengan mengutamakan pelestarian
sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup, memelihara tata air, serta untuk
memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja, meningkatkan sumber dan
pendapatan negara, devisa serta mengacu pembangunan daerah.

Pengelolaan lingkungan merupakan serangkaian upaya untuk mempertahankan


kondisi eksternal, baik fisik maupun biologik, agar selalu mendukung kehidupan yang
seimbang dan produktif (Rahayu, 2011). Sebagai contoh konsep pengelolaan
lingkungan adalah yang dikembangkan oleh Holling. Dengan pengelolaan lingkungan
adaptif melalui bukunya Adaptive Environmental Assessment and Management, yang
bertujuan mengembangkan sebuah pendekatan alternatif untuk analisa dampak
lingkungan, khususnya bagi para pembuat keputusan dan pengelola yang tidak puas
dengan prinsip dan metode tradisional. Pesan khusus di dalamnya adalah bahwa suatu
proses baru diperlukan untuk menghadapi tantangan mendasar yakni ketidakpastian dan
hal-hal yang tak terduga.

Menurut UU RI No.5 Tahun 1990 disebutkan bahwa flora/vegetasi/tumbuhan


adalah semua jenis sumber daya alam nabati, baik yang hidup di darat maupun di air.
Identifikasi Keanekaragaman Flora dan Fauna di desa Avolua berdasarkan observasi
lapangan pada penelitian, flora liar adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas dan atau
dipelihara, yang masih mempunyai kemurnian jenisnya. Fauna/satwa adalah semua
jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara,
sedangkan fauna liar adalah semua satwa yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau
di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang
dipelihara oleh manusia.

Berbagai masalah yang terjadi pada daerah penelitian khususnya pada


eksploitasi yang dilakukan oleh masyarakat setempat yang kemudian menyebabkan
kelangkaan hayati baik flora maupun fauna. Eksploitasi terhadap keanekaragaman
hayati, penebangan liar, konversi kawasan hutan menjadi areal lain, perburuan dan
perdagangan liar adalah beberapa faktor yang menyebabkan terancamnya
keanekaragaman hayati. Untuk mendorong usaha penyelamatan sumberdaya alam yang
ada, dan adanya realitas meningkatnya keterancaman dan kepunahan sumberdaya
hayati, maka ditetapkan adanya status kelangkaan suatu spesies. Indonesia merupakan
negara dengan tingkat keterancaman dan kepunahan spesies tumbuhan tertinggi di dunia
dan merupakan hot-spot kepunahan satwa.

Menurut sekertaris desa tersebut, beberapa belas tahun lampau terdapat banyak
jenis flora yang dilindungi antara lain anggrek dengan jenis langka kemudian fauna
jenis anoa dan tarsius sebagai satwa endemik sulawesi yang ditemui di desa tersebut.
Seiring berjalanya waktu eksploitasi tak dapat dielakkan yang menyebabkan kelangkaan
hayati pada kawasan yang awalnya menjadi ekosistem bagi flora maupun fauna yang
dilindungi oleh pemerintah. Kawasan yang awalnya menjadi ekosistem bagi flora
maupun fauna langka kini akhirnya beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa maupun
kakao yang dikelola langsung oleh masyarakat setempat.

Luas hutan pada kawasan tersebut semakin menurun, mulai tahun 1960an ketika
82 persen luas negara ditutupi oleh hutan hujan, menjadi 68 persen di tahun 1982,
menjadi 53 persen di tahun 1995, dan 49 persen saat ini. Bahkan, banyak dari sisa-sisa
hutan tersebut yang bisa dikategorikan hutan yang telah ditebangi dan terdegradasi
(Rahayu, 2011). Efek dari berkurangnya hutan ini pun meluas, tampak pada aliran
sungai yang tidak biasa, erosi tanah, dan berkurangnya hasil dari produk-produk hutan.
Polusi dari pemutih khlorin yang digunakan untuk memutihkan sisa-sisa dari tambang
telah merusak sistem sungai dan hasil bumi di sekitarnya, sementara perburuan ilegal
telah menurunkan populasi dari beberapa spesies yang mencolok di antaranya anoa
(terancam).

Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yaitu; melakukan


inventarisasi dan identifikasi flora-fauna melalui pengumpulan data sekunder, membuat
zonasi kawasan spesies, dan menganalisis serta mengevaluasi kesesuaiannya. Lokasi
survei memprioritaskan kawasan hutan di desa Avolua, Kecamatan Parigi Utara,
Kabupaten Parigi Moutong.

Gambar 1. Peta Lokasi Praktikum


Dalam penelitian ini digunakan metoda survey dengan teknik pembuatan plot
atau transact. Pengamatan dilakukan pada petak transact sebanyak 3 petak yang setiap
petaknya berjarak interval 200-300 m dengan ukuran masing-masing petak 10 x 4 m.
Pada transact tersebut dilakukan interpretasi maupun observasi guna mengamati serta
mendata flora maupun fauna apa saja yang terdapat pada transact tersebut. Data jenis
yang ditemukan pada petak-petak pengamatan digunakan untuk menganalisis kesamaan
jenis maupun karakteristik keanekaragaman hayati. Flora maupun fauna yang berada
dalam petak kemudian diambil gambarnya sebagai bahan untuk menginterpretasi lebih
lanjut prihal jenis maupun karakteristiknya dengan melakukan validasi data melalui
media software android.

Hasil dan Pembahasan

Lokasi penelitian terletak pada Desa Avolua, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi
Moutong yang berada pada sebelah timur dati pulau sulawesi tengah dengan
karakteristik hutan yang masih cukup terjaga kelestarianya. Berdasarkan data BPS 2021
luas wilayah desa Avolua ialah 5.089,91 km persegi, sebelah barat berbatasan dengan
desa Uvebolo, sebelah timur berbatasan dengan desa Toboli kemudian utara berbatasan
dengan laut dan selatan berbatasan dengan hutan yang menjadi objek penelitian.
Keanekaragaman hayati yang terdapat pada desa tersebut sangatlah variatif antara lain;

1. Flora
a) Kakao

Gambar 2. Perkebunan Kakao


Menurut BPS Sulteng tahun 2015, Indonesia merupakan negara terbesar ketiga
dalam produksi kakao setelah Pantai Gading dan Gana yang berkontribusi sekitar 16%
dari produksi kakao dunia. Pulau Sulawesi berkontribusi 65% dari produksi kakao
nasional dan Provinsi Sulawesi Tengah merupakan penyumbang terbesar sekitar 38%
dari produksi kakao secara nasional. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan penghasil
kakao terbesar di Indonesia dan oleh karena itu, kakao ditetapkan sebagai salah satu
komoditas unggulan daerah Provinsi Sulawesi Tengah (Laude et al., 2020).

Kakao atau Theobroma cacao L., adalah merupakan komoditas perkebunan yang
bernilai ekonomi tinggi. Tanaman yang merupakan bahan baku cokelat ini dapat
berbuah sepanjang tahun. Tanaman ini termasuk golongan tumbuhan tropis yang cocok
dengan kultur tanah dan iklim di Indonesia. Kakao adalah jenis tanaman perkebunan
yang sangat populer dengan olahan buahnya. Cokelat adalah olahan yang berasal dari
biji kakao. Kakao diduga berasal dari daratan Amerika dan tepatnya di Amerika Selatan.
Pohon kakao di alam bebas dapat mencapai ketinggian hingga belasan meter. Namun
untuk pohon kakao budidaya ketinggiannya hanya dibuat mencapai 5 meter saja karena
untuk memaksimalkan produksi buahnya. Tanaman kakao tumbuh baik pada dataran
rendah dengan ketinggian maksimum 1200 mdpl. Tanaman kakao membutuhkan curah
hujan berkisar 1100-3000 mm/tahun. Suhu ideal tanaman kakao yaitu 30-32 derajat
celcius. pH terbaik untuk tanaman kakao berkisar antara 6-7,5 (Laude et al., 2020).
b) Cengkeh

Gambar 3. Pohon Cengkeh


Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) merupakan tanaman
perkebunan/industri berupa pohon dengan famili Myrtaceae. Asal tanaman cengkeh ini
belum jelas, karena ada yang beberapa pendapat bahwa pohon cengkeh berasal dari
Maluku Utara, Kepulauan Maluku, Philipina atau Irian. Di daerah kepulauan Maluku
ditemukan tanaman cengkeh tertua di dunia dan daerah ini merupakan satu-satunya
produsen cengceh terbesar di dunia. Tanaman cengkeh cocok pada ketinggin 0-900 m
dpl. (paling optimum pada 300-600 m dpl) atau terletak pada ketingginan lebih dari 900
m dpl, dengan hamparan lahan yang menghadap laut.

c) Durian

Gambar 4. Pohon Durian

Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari wilayah Asia Tenggara,


sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit
buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan
populernya adalah "raja dari segala buah" (King of Fruit). Durian adalah buah yang
kontroversial. Jenis tanah yang cocok untuk menanam durian adalah tanah lempung
berpasir dan mengandung banyak bahan organik. Derajat keasaman (pH) yang
dibutuhkan standar seperti pohon buah pada umumnya, yaitu 6—7.
2. Fauna

a) Kupu-kupu

Gambar 5. Kupu-kupu

Kupu-kupu merupakan jenis serangga yang berperan dalam proses penyerbukan


dan menjadi indikator kualitas lingkungan. Interaksi kupu- kupu dengan lingkungan
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan spesies tumbuhan tertentu yang menjadi sumber
kehidupannya. Keanekaragaman hayati kupu-kupu juga ditentukan oleh pola
penyebaran dan adaptasinya terhadap. Indonesia adalah negara yang mempunyai
keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang tinggi. Sebagai negara kepulauan di
wilayah tropis, Indonesia memiliki tingkat endemisitas tinggi dalam sebaran hewan
khususnya kupu-kupu (Jurnal et al., 2019). Beragamnya fauna yang terdapat pada lokasi
penelitian disebabkan oleh masih cukup terjaganya ekosistem yang ada pada wilayah
tersebut. Fauna yang mendominasi pada kawasan penelitian ialah jenis serangga atau
insect yang dangan variatif.

Kesimpulan

Biogeografi merupakan distribusi organisme dalam skala ruang dan waktu. Biogeografi
tidak dapat dipisahkan dari tiga komponen utama yakni factor biotik, dan abiotik.
Komponen biotik akan mencari lingkungan yang sesuai untuk bertahan hidup sehingga
pada akhirnya akan terdistribusi. Terjadi interaksi dan hubungan simbiosis antar
individu, dengan spesies yang lain, antar populasi maupun komunitas. Proses interaksi
maupun mencari makan akan melahirkan proses adaptasi dalam suatu lingkungan yang
sesuai, dan dalam kurun waktu yang lama akan mengalami evolusi. Komponen abiotik
akan menjadi persyaratan lingkungan bagi komponen biotik untuk beradaptasi.
Persyaratan lingkungan yang dimaksud terdiri dari kedalaman, suhu, salinitas, cahaya,
substrat, dan lain sebagainya. Faktor pergerakan organisme juga menjadi komponen
penting dalam biogeografi kelautan dimana akan menentukan daya jelajah spesies
tertentu.

Daftar Pustaka

Alamsyah, R. (2020). Biogeografi terumbu karang indonesia. Jurnal Agrominansia,


5(1), 37–43.
Jurnal, B., Makassar, B., Di, L., & Nasional, T. (2019). Bioma : Jurnal Biologi
Makassar , 4 ( 2 ) : 145-152 , Juli-Des 2019. 4(September 2017), 145–152.
Kusmana, C., & Hikmat, A. (2015). The Biodiversity of Flora in Indonesia. Journal of
Natural Resources and Environmental Management, 5(2), 187–198.
https://doi.org/10.19081/jpsl.5.2.187
Laude, S., Rahim, A., Kadir, S., Lamusa, A., & Ismail. (2020). Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Pemanfaatan Limbah Dan Pengolahan Biji Kakao Di Desa
Uenuni Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi. Jurnal Abditani, 3(1), 50–56.
https://doi.org/10.31970/abditani.v2i0.42
Rahayu, T. I. (2011). Analisis Biaya dan Mafaat Pengelolaan Hutan. Gema Eksos, 96–
111. https://media.neliti.com/media/publications/218282-analisis-biaya-dan-
mafaat-pengelolaan-hu.pdf

Anda mungkin juga menyukai