Parigi Moutong
Abstrak
Biogeografi merupakan sebaran distribusi geografis suatu organisme yang mencakup
didalamnya fitur-fitur biologi pada seluruh dimensi geografis. Fitur dimensi geografis
dengan kondisi lingkungan yang bervariasi dan luas wilayah yang berpengaruh terhadap
kenekaragaman jenis yang berkaitan dengan populasi dan perbedaan kemampuan dalam
menanggapi variasi geografis lingkungan, dimana masing-masing spesies memiliki
perbedaan dalam menanggapi variasi geografis. Metode yang digunakan adalah
melakukan inventarisasi dan identifikasi flora-fauna melalui pengumpulan data
sekunder, membuat zonasi kawasan spesies, dan menganalisis serta mengevaluasi
kesesuaiannya. Lokasi survei memprioritaskan kawasan hutan di desa Avolua,
Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong. Penelitian ini dilakukan pada 18
Juni 2022. Hasil menunjukkan bahwa di lokasi kajian ditemukan berbagai spesies flora
dan fauna yang sangat beragam hingga data yang didapatkan dari penelitian ini
sangatlah variatif. Keragaman flora yang ada di lokasi penelitian pada umumnya di
dominasi oleh tumbuhan kelapa karena daerah yang dianalisis merupakan kawasan
perkebunan kelapa serta kakao yang digarap oleh masyarakat setempat, sedangkan
variabel lainya merupakan tumbuhan liar antara lain berbagai jenis gulma. Fauna pada
kawasan penelitian didominasi oleh berbagai jenis insect atau serangga hingga
variabelnya sangat beragam.
Kata kunci: Biogeografi, Flora, Fauna.
Pendahuluan
Biogeografi merupakan pola distribusi flora dan fauna dalam skala waktu dan
ruang. Biogeografi mencakup komponen biologi sebagai aspek biotik atau mahluk
hidup, kemudian lingkungan atau habitat dari mahluk hidup itu sendiri serta
kemampuan pergerakan dan perpindahan dari komponen biotik tersebut untuk
melakukan pemencaran (Alamsyah, 2020). Biogeografi menjadi sangat penting karena
dapat digunakan sebagai dasar dalam konservasi spesies yang berkaitan dengan area,
waktu, serta perubahannya. Berguna dalam memahami preferensi lingkungan spesies
beserta toleransinya. Biogeografi juga menjadi sumber informasi bagaimana dan kapan
suatu spesies berevolusi, sehingga dapat diketahui rekonstruksi sejarah evolusi suatu
spesies. Tidak kalah pentingnya pengetahuan tentang biogeografi akan menjadi dasar
perencanaan tata ruang serta proyeksi dampak dari perubahan iklim.
Distribusi spesies dalam setiap wilayah biogeografis tidak pernah sepenuhnya
homogen. Spesiasi model alopatrik memiliki signifikansi evolusioner karena adanya
sifat insular (terpencil). Spesiasi di tingkat komunitas dapat memiliki konsekuensi
geografis dan evolusi yang luas, sehingga termasuk dalam bidang makro ekologi.
Demikian pula, banyak pola kepunahan yang meluas mungkin memiliki asal usul di
tingkat komunitas tetapi kemudian ditingkatkan ke wilayah geografis yang luas (Briggs
2007).
Istilah flora diartikan sebagai samua jenis tumbuhan yang tumbuh di suatu
daerah tertentu. Apabila istilah flora ini dikaitkan dengan life-form (bentuk
hidup/habitus) tumbuhan, maka akan muncul berbagai istilah seperti flora pohon (flora
berbentuk pohon), flora semak belukar, flora rumput, dsb. Apabila istilah flora ini
dikaitkan dengan nama tempat, maka akan muncul istilah-istilah seperti Flora Jawa,
Flora Gunung Halimun, dan sebagainya( et al., 2015). Sesuai dengan kondisi
lingkungannya, flora di suatu tempat dapat terdiri dari beragam jenis yang masing-
masing dapat terdiri dari beragam variasi gen yang hidup di beberapa tipe habitat
(tempat hidup). Oleh karena itu, muncullah istilah keanekaragaman flora yang
mencakup makna keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik dari jenis, dan
keanekaragaman habitat dimana jenis-jenis flora tersebut tumbuh.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan tropis antara
dua benua (Asia dan Australia) dan dua Samudera (Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik) yang terdiri atas sekitar 17.500 pulau dengan panjang garis pantai sekitar
95.181 km. Wilayah Indonesia luasnya sekitar 9 juta km2 (2 juta km2 daratan, dan 7
juta km2 lautan). Luas wilayah Indonesia ini hanya sekitar 1,3% dari luas bumi, namun
mempunyai tingkat keberagaman kehidupan yang sangat tinggi. Untuk tumbuhan,
Indonesia diperkirakan memiliki 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di
dunia atau merupakan urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai
20.000 spesies, 40% merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Famili
tumbuhan yang memiliki anggota spesies paling banyak adalah Orchidaceae (anggrek-
anggrekan) yakni mencapai 4.000 spesies. Untuk jenis tumbuhan berkayu, famili
Dipterocarpaceae memiliki 386 spesies, anggota famili Myrtaceae (Eugenia) dan
Moraceae (Ficus) sebanyak 500 spesies dan anggota famili Ericaceae sebanyak 737
spesies, termasuk 287 spesies Rhododendrom dan 239 spesies Naccinium ( Whitemore
TC 1996).
Menurut sekertaris desa tersebut, beberapa belas tahun lampau terdapat banyak
jenis flora yang dilindungi antara lain anggrek dengan jenis langka kemudian fauna
jenis anoa dan tarsius sebagai satwa endemik sulawesi yang ditemui di desa tersebut.
Seiring berjalanya waktu eksploitasi tak dapat dielakkan yang menyebabkan kelangkaan
hayati pada kawasan yang awalnya menjadi ekosistem bagi flora maupun fauna yang
dilindungi oleh pemerintah. Kawasan yang awalnya menjadi ekosistem bagi flora
maupun fauna langka kini akhirnya beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa maupun
kakao yang dikelola langsung oleh masyarakat setempat.
Luas hutan pada kawasan tersebut semakin menurun, mulai tahun 1960an ketika
82 persen luas negara ditutupi oleh hutan hujan, menjadi 68 persen di tahun 1982,
menjadi 53 persen di tahun 1995, dan 49 persen saat ini. Bahkan, banyak dari sisa-sisa
hutan tersebut yang bisa dikategorikan hutan yang telah ditebangi dan terdegradasi
(Rahayu, 2011). Efek dari berkurangnya hutan ini pun meluas, tampak pada aliran
sungai yang tidak biasa, erosi tanah, dan berkurangnya hasil dari produk-produk hutan.
Polusi dari pemutih khlorin yang digunakan untuk memutihkan sisa-sisa dari tambang
telah merusak sistem sungai dan hasil bumi di sekitarnya, sementara perburuan ilegal
telah menurunkan populasi dari beberapa spesies yang mencolok di antaranya anoa
(terancam).
Metode
Lokasi penelitian terletak pada Desa Avolua, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi
Moutong yang berada pada sebelah timur dati pulau sulawesi tengah dengan
karakteristik hutan yang masih cukup terjaga kelestarianya. Berdasarkan data BPS 2021
luas wilayah desa Avolua ialah 5.089,91 km persegi, sebelah barat berbatasan dengan
desa Uvebolo, sebelah timur berbatasan dengan desa Toboli kemudian utara berbatasan
dengan laut dan selatan berbatasan dengan hutan yang menjadi objek penelitian.
Keanekaragaman hayati yang terdapat pada desa tersebut sangatlah variatif antara lain;
1. Flora
a) Kakao
Kakao atau Theobroma cacao L., adalah merupakan komoditas perkebunan yang
bernilai ekonomi tinggi. Tanaman yang merupakan bahan baku cokelat ini dapat
berbuah sepanjang tahun. Tanaman ini termasuk golongan tumbuhan tropis yang cocok
dengan kultur tanah dan iklim di Indonesia. Kakao adalah jenis tanaman perkebunan
yang sangat populer dengan olahan buahnya. Cokelat adalah olahan yang berasal dari
biji kakao. Kakao diduga berasal dari daratan Amerika dan tepatnya di Amerika Selatan.
Pohon kakao di alam bebas dapat mencapai ketinggian hingga belasan meter. Namun
untuk pohon kakao budidaya ketinggiannya hanya dibuat mencapai 5 meter saja karena
untuk memaksimalkan produksi buahnya. Tanaman kakao tumbuh baik pada dataran
rendah dengan ketinggian maksimum 1200 mdpl. Tanaman kakao membutuhkan curah
hujan berkisar 1100-3000 mm/tahun. Suhu ideal tanaman kakao yaitu 30-32 derajat
celcius. pH terbaik untuk tanaman kakao berkisar antara 6-7,5 (Laude et al., 2020).
b) Cengkeh
c) Durian
a) Kupu-kupu
Gambar 5. Kupu-kupu
Kesimpulan
Biogeografi merupakan distribusi organisme dalam skala ruang dan waktu. Biogeografi
tidak dapat dipisahkan dari tiga komponen utama yakni factor biotik, dan abiotik.
Komponen biotik akan mencari lingkungan yang sesuai untuk bertahan hidup sehingga
pada akhirnya akan terdistribusi. Terjadi interaksi dan hubungan simbiosis antar
individu, dengan spesies yang lain, antar populasi maupun komunitas. Proses interaksi
maupun mencari makan akan melahirkan proses adaptasi dalam suatu lingkungan yang
sesuai, dan dalam kurun waktu yang lama akan mengalami evolusi. Komponen abiotik
akan menjadi persyaratan lingkungan bagi komponen biotik untuk beradaptasi.
Persyaratan lingkungan yang dimaksud terdiri dari kedalaman, suhu, salinitas, cahaya,
substrat, dan lain sebagainya. Faktor pergerakan organisme juga menjadi komponen
penting dalam biogeografi kelautan dimana akan menentukan daya jelajah spesies
tertentu.
Daftar Pustaka