Anda di halaman 1dari 18

Pilbes kehutanan

Perkembangan hutan dan ekosistem hutan yang


ada di Indonesia

Nama: Endy Pratama Putra Ginting

NPM: B1A018286

Kelas: E

UNIVERSITAS BENGKULU

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang
luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide
sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan
merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.

Hutan menurut Undang-Undang tentang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 adalah


suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat
menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran
rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.

Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama


pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.

Pohon adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi,
tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja.
Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak
berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.
Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan
kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya.
Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna
yang hangat dan lembap, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya.
Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan
(hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-
bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.

Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa
kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh
masyarakat melalui budi daya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi
ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air,
penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna dan peran penyeimbang
lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia
air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal
ini dikarenakan hutan adalah tempat tumbuhnya berbagai tanaman.
RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja perkembangan hutan dan ekosistem yang ada di indonesia

2. Bagaimana bentuk penjagaan dan pelestarian hutan yang dilakukan dalam


bentuk pelestarian untuk keberlangsungan.
BAB II

PEMBAHASAN

Latar Belakang

Apa saja perkembangan hutan dan ekosistem yang ada di indonesia

Perkembangan pengetahuan tentang hutan tropis tidak akan terlepas dari kontribusi
A. F. W. Schimper, seorang ahli tumbuhan Jerman. Buku yang membahas hutan
tropis seperti Whitmore (1984) dan Richard (1996) menyebutkan Scimper sebagai
seorang yang mengenalkan istilah Hutan Hujan Tropis (Tropische Regenwald).

Deskripsi Schimper tentang hutan tropis masih relevan dan digunakan hingga saat
ini. Menurutnya, hutan tropis dicirikan dengan pepohonan setinggi minimal 30
meter, menyerap air, selalu hijau, dan basah. Komunitas tumbuhan dipenuhi oleh
liana berbatang, dan epifit yang menempel di mana-mana.

Hutan tropis ternyata bukan saja memiliki curah hujan tinggi, tetapi mencakup pula
hutan musim atau hutan monsun. Tipe hutan monsun dicirikan dengan gugur daun
pada musim panas (Whitmore 1984). Collins et al. (1991) menyatakan bahwa hutan
monsun tropis di Indonesia dapat ditemui di Jawa Timur, Madura, Bali dan Nusa
Tenggara. Penyebaran hutan monsun ini sampai ke bagian Selatan Papua dan ke
utara Sulawesi bagian Selatan.

Schimper membagi dua macam hutan tropis (Collin et al. 1991, Whitmore
1998), yaitu hutan hujan tropis dan hutan monsun tropis. Pembahasan hutan
monsun tropis lebih sedikit jika dibandingkan dengan hutan hujan tropis. Maka
kadangkala pembahasan hutan hujan tropis, juga meliputi hutan monsun tropis. Ciri
utama hutan monsun tropis adalah curah hujan bulanan lebih dari 3 bulan di bawah
60 mm.
Pembagian tipe ekosistem hutan dan definisi ekosistem hutan berbeda-beda antara
satu ahli dengan ahli lainnya. Meski demikian melalui ciri-ciri umum, kita bisa
mengenali tipe sebuah ekosistem di kawasan tropis. Untuk menentukan tipe suatu
ekosistem, salah satunya dapat dilihat dari vegetasinya.

Klasifikasi vegetasi dapat dibedakan berdasarkan iklim, elevasi, substrat (tempat


tumbuh), dan struktur vegetasi. Jika dirinci, Indonesia memiliki 57 tipe ekosistem
alami di Indonesia (Kartawinata 2013). Namun secara umum tipe vegetasi di
Indonesia dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe ekosistem utama.

keanekaragaman hayati merujuk pada keanekaragaman semua jenis tumbuhan,


hewan dan jasad renik (mikroorganisms), serta proses ekosistem dan ekologis
dimana mereka menjadi bagiannya. Keanekaragaman genetik (didalam jenis)
mencakup keseluruhan informasi genetik sebagai pembawa sifat keturunan dari
semua makhluk hidup yang ada. Keanekaragaman jenis berkaitan dengan
keragaman organisme atau jenis yang mempunyai ekspresi genetis tertentu.
Sementara itu, keanekaragaman ekosistem merujuk pada keragaman habitat, yaitu
tempat berbagai jenis makhluk hidup melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi
dengan faktor abiotik dan biotik lainnya. Keanekaragaman hayati lebih dari sekedar
jumlah jenis-jenis flora dan fauna. Kawasan hutan Indonesia dan ekosistem daratan
lainnya mewadahi keanekaragaman hayati yang sangat besar. Dari segi
keanekaragaman jenis, Indonesia mempunyai kekayaan jenis-jenis palem yang
terbesar di dunia, lebih dari 400 jenis kayu dipterocarp (jenis kayu komersial terbesar
di Asia Tenggara) dan kurang lebih 25 ribu tumbuh-tumbuhan berbunga serta
beranekaragam fauna. Indonesia menduduki tempat pertama didunia dalam
kekayaan jenis mamalia (515 jenis, 36 % diantaranya endemik), menduduki tempat
pertama juga dalam kekayaan jenis kupu-kupu swallowtail (121 jenis, 44 % di
antaranya endemik), menduduki tempat ketiga dalam kekayaan jenis reptil (lebih dari
600 jenis), menduduki tempat keempat dalam kekayaan jenis burung (1519 jenis, 28
% diantaranya endemik), menduduki tempat kelima dalam kekayaan jenis amfibi
(lebih dari 270 jenis) dan menduduki tempat ketujuh dalam kekayaan flora berbunga.
Kawasan peraiaran teritorial Indonesia yang luas dan kekayaan lautan Hindia dan
pasifik barat lebih lanjut lagi menambah kekayaan keanekaragaman hayati.
Indonesia mempunyai habitat pesisir dan lautan yang kaya. Sistem terumbu karang
yang ekstensif di lautan yang jernih sekitar Sulawesi dan Maluku termasuk diantara
ekosistem terumbu karang yang terkaya di dunia. Sebagian dari kekayaan
keanekaragaman hayati Indonesia telah di manfaatkan dan memberikan nilai secara
ekonomis. Sejumlah tanaman pertanian yang mempunyai nilai penting secara
nasional maupun global berasal dari Indonesia, termasuk merica hitam, cengkih,
tebu, beberapa jenis citrus dan sejumlah buah-buahan tropis lainnya. Lebih dari
6000 jenis tanaman dan hewan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan harian, baik di panen secara langsung dari alam maupun
dibudidayakan. Tujuh ribu jenis ikan marine maupun air tawar adalah sumber protein
utama masyarakat Indonesia. Pertanian dan perikanan adalah penopang
perokonomian negara, yang menyediakan kebutuhan pangan, sandang, papan,
obat-obatan dan enersi, serta peralatan. Keanekargaman hayati Indonesia adalah
sumber daya yang penting bagi pembangunan nasional. Sifatnya yang mampu
memperbaiki diri merupakan keunggulan utama untuk dapat di manfaatkan secara
berkelanjutan. Sejumlah besar sektor perekonomian nasional tergantung secara
langsung ataupun tak langsung dengan keanekaragaman flora-fauna, ekosistem
alami dan fungsi-fungsi lingkungan yang dihasilkannya. Konservasi
keanekaragaman hayati, dengan demikian sangat penting dan menentukan bagi
keberlanjutan sektor-sekrtor seperti kehutunan, pertanian, dan perikanan,
kesehatan, ilmu pengetahuan, industri dan kepariwisataan, serta sektor-sektor lain
yang terkait dengan sektor tersebut.

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan. Sistem itu untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah instruksi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah. Penetapan hutan lindung dilakukan oleh pemerintah atau
kelompok untuk melindungi agar fungsi-fungsi ekologi terutama tata air dan
kesuburan tanah tetap terjaga.

keanekaragaman hayati bersifat multidimensi. Hal ini digambarkan oleh beragamnya


definisi/pengertian yang telah di kemukakan. Kesamaan diantara berbagai
pengertian yang telah di kemukakan. Kesamaan di antara berbagai pengertian
keanekaragaman hayati adalah tiga komponen prinsip, yaitu ekosistem, jenis, dan
gen. Tiga komponen prinsip ini juga diacu di dalam pengertian keanekaragaman
hayati menurut konvensi keanekaragaman hayati. Pengertian menurut konvensi ini
adalah : Keanekaragaman hayati ialah keanekaragaman di dalam makhluk hidup
dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem perairan
lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam jenis, antar jenis dan
ekosistem Dalam pengertian lain; keanekaragaman hayati merujuk pada
keanekaragaman semua jenis tumbuhan, hewan dan jasad renik (mikroorganisms),
serta proses ekosistem dan ekologis dimana mereka menjadi bagiannya.
Keanekaragaman genetik (didalam jenis) mencakup keseluruhan informasi genetik
sebagai pembawa sifat keturunan dari semua makhluk hidup yang ada.
Keanekaragaman jenis berkaitan dengan keragaman organisme atau jenis yang
mempunyai ekspresi genetis tertentu. Sementara itu, keanekaragaman ekosistem
merujuk pada keragaman habitat, yaitu tempat berbagai jenis makhluk hidup
melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor abiotik dan biotik
lainnya. Keanekaragaman hayati lebih dari sekedar jumlah jenis-jenis flora dan
fauna. Kawasan hutan Indonesia dan ekosistem daratan lainnya mewadahi
keanekaragaman hayati yang sangat besar. Dari segi keanekaragaman jenis,
Indonesia mempunyai kekayaan jenis-jenis palem yang terbesar di dunia, lebih dari
400 jenis kayu dipterocarp (jenis kayu komersial terbesar di Asia Tenggara) dan
kurang lebih 25 ribu tumbuh-tumbuhan berbunga serta beranekaragam fauna.
Indonesia menduduki tempat pertama didunia dalam kekayaan jenis mamalia (515
jenis, 36 % diantaranya endemik), menduduki tempat pertama juga dalam kekayaan
jenis kupu-kupu swallowtail (121 jenis, 44 % di antaranya endemik), menduduki
tempat ketiga dalam kekayaan jenis reptil (lebih dari 600 jenis), menduduki tempat
keempat dalam kekayaan jenis burung (1519 jenis, 28 % diantaranya endemik),
menduduki tempat kelima dalam kekayaan jenis amfibi (lebih dari 270 jenis) dan
menduduki tempat ketujuh dalam kekayaan flora berbunga. Kawasan peraiaran
teritorial Indonesia yang luas dan kekayaan lautan Hindia dan pasifik barat lebih
lanjut lagi menambah kekayaan keanekaragaman hayati. Indonesia mempunyai
habitat pesisir dan lautan yang kaya. Sistem terumbu karang yang ekstensif di lautan
yang jernih sekitar Sulawesi dan Maluku termasuk diantara ekosistem terumbu
karang yang terkaya di dunia. Sebagian dari kekayaan keanekaragaman hayati
Indonesia telah di manfaatkan dan memberikan nilai secara ekonomis. Sejumlah
tanaman pertanian yang mempunyai nilai penting secara nasional maupun global
berasal dari Indonesia, termasuk merica hitam, cengkih, tebu, beberapa jenis citrus
dan sejumlah buah-buahan tropis lainnya. Lebih dari 6000 jenis tanaman dan hewan
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan harian, baik di
panen secara langsung dari alam maupun dibudidayakan. Tujuh ribu jenis ikan
marine maupun air tawar adalah sumber protein utama masyarakat Indonesia.
Pertanian dan perikanan adalah penopang perokonomian negara, yang
menyediakan kebutuhan pangan, sandang, papan, obat-obatan dan enersi, serta
peralatan. Keanekargaman hayati Indonesia adalah sumber daya yang penting bagi
pembangunan nasional. Sifatnya yang mampu memperbaiki diri merupakan
keunggulan utama untuk dapat di manfaatkan secara berkelanjutan. Sejumlah besar
sektor perekonomian nasional tergantung secara langsung ataupun tak langsung
dengan keanekaragaman flora-fauna, ekosistem alami dan fungsi-fungsi lingkungan
yang dihasilkannya. Konservasi keanekaragaman hayati, dengan demikian sangat
penting dan menentukan bagi keberlanjutan sektor-sekrtor seperti kehutunan,
pertanian, dan perikanan, kesehatan, ilmu pengetahuan, industri dan
kepariwisataan, serta sektor-sektor lain yang terkait dengan sektor tersebut. II.
KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KESEJAHTERAAN MANUSIA 1. Interaksi
Manusia dan Keanekaragaman Hayati Manusia tergantung kepada
keanekaragaman hayati untuk pangan, enersi, papan, obat-obatan, inspirasi dan
banyak lagi kebutuhan lain. Keanekaragaman hayati dan manusia telah mempunyai
keterkaitan yang erat dan saling mendukung selama puluhan ribu tahun. Sumber
daya hayati untuk pemenuhan kebutuhan hidup mempunyai karakter penting yaitu
bersifat Renewable paling tidak jika dikelola dengan bijaksana. Cara masyarakat
memanfaatkan keanekaragaman hayati menentukan kelestarian sumber daya ini,
dan cara masyarakat mengelolanya akan menentukan produktivitas sumber daya
yang penting ini dan kelestarian fungsi-fungsi ekologisnya. Kegiatan manusia telah
membantu terciptanya keanekaragaman jenis dan plasma nutfah, dan telah
meningkatkan komunitas hayati di dalam lingkungan yang tertentu melalui praktik
pengelolaan sumber daya dan melalui domestikasi tumbuhan dan satwa. Disisi lain
manusia juga telah menyebabkan menurunnya mutu keanekaragaman hayati
beserta fungsi-fungsi ekologis yang di hasilkannya. Menurunnya mutu
keanekaragaman hayati ini dapat dilihat dari laju kepunahan jenis dan viabilitas
jenis-jenis yang masih bertahan. Hubungan manusia dengan keanekaragaman
hayati dapat di gambarkan dalam diagram siklus interaksi. Dari sudut pandang
antroposentris, interaksi dimulai dari faktor-faktor pendorong hubungan yang ada di
masyarakat, seperti untuk pemenuhan kebutuhan, inspirasi dan fungsi-fungsi
ekologis sebagai pendukung kehidupan. Faktor pendorong ini akan mempengaruhi
dampak kegiatan manusia pada keanekaragaman hayati. Meningkatnya jumlah
penduduk dan kebutuhan hidupnya akan meningkatkan dampak kegiatan manusia
pada keanekaragaman hayati; dampak tersebut kemudian akan mempengaruhi
kondisi dan dinamika keanekaragaman hayati, yang kemudian mempengaruhi nilai-
nilai dan fungsi keanekaragaman hayati dan pada akhirnya akan mempengaruhi
pula ketersediaan dan kualitas keanekaragaman hayati dalam memenuhi kebutuhan
manusia dan juga dalam menjamin kelestariannya. Sementara itu, kondisi dan
dinamika, nilai-nilai dan dampak kegiatan manusia pada keanekaragaman hayati
dapat pula diupayakan melalui peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjadi
faktor pendorong bagi berubahnya pola konsumsi efisiensi pemanfaatan sumber
daya dan apresiasi masyarakat. Peningkatan kesadaran dan apresiasi akan
mempengaruhi pula dampak kegiatan manusia, kondisi dan dinamika dan cara
penilaian fungsi-fungsi keanekaragaman hayati melalui upaya-upaya tertentu dalam
pengelolaan pendidikan dan lain sebagainya. 2. Manfaat keanekaragaman Hayati
bagi Manusia Tumbuhan, hewan dan mikroorganisme penghuni planit biru ini, saling
berinteraksi didalam lingkungan fisik suatu ekosistem, merupakan fondasi bagi
pembangunan berkelanjutan. Sumber daya hayati dari kekayaan kehidupan ini
mendukung kehidupan manusia dan memperkaya aspirasi serta memungkinkan
manusia untuk beradaptasi dengan peningkatan kebutuhan hidupnya serta
perubahan lingkunganya. Erosi keanekaragaman plasmanutfah, jenis, dan
ekosistem yang berlangsung secara tetap akan menghambat kemajuan dalam
proses masyarkat yang sejahtera secara berkelanjutan. Erosi keanekargaman hayati
ini merupakan indikasi dari ketidakseimbangan antara peningkatan kebutuhan
manusia dan kapasitas alam. Pada saat manusia memasuki revolusi industri, ada
kurang lebih 850 juta jenis flora-fauna yang bersama-sama menghuni bumi. Pada
saat ini, dengan populasi manusia sekitar enam kali, dan dengan tingkat konsumsi
sumber daya yang berlipat jauh lebih besar, peningkatan kapasitas alam melalui
upaya budi daya dan pengelolaan sumber daya tidak mampu mengikuti peningkatan
pertumbuhan populasi dan kebutuhan hidupnya. Dari komponen-komponen
keanekaragaman hayati, baik diperoleh langsung dari alam maupun melalui budi-
daya, umat manusia memperoleh semua bahan pangan dan sejumlah besar obat-
obatan, serat bahan baku industi. Sumbangan perekonomian dari pemanenan
komponen keanekaragaman hayati dari alam saja telah mennyumbang empat
setengah persen GDP Amerika, atau bernilai 87 milyar dollar pada akhir tahun 1970.
Perikanan lepas pantai, yang berasal dari jenis-jenis non budi daya telah
menyumbang sekitar 100 juta ton bahan pangan. Pada beberapa negara
berkembang masyarakat masih mencari bahan kebutuhan pangan pokok mereka
dari alam. Umbi-umbian, dan sagu di Irian jaya, dan beberapa sumber karbohidrat
utama di beberapa negara masih diperoleh langsung dari alam . Nilai komponen
keanekaragaman hayati yang dibudidayakan jauh lebih besar lagi. Pertanian
menyumbang sekitar 32 persen dari GDP negara-negara berkembang.
Perdagangan produk pertanian pada tahun 1989 mencapai 3 triliyun dolar.
Komponen keanekaragaman hayati juga penting bagi kesehatan manusia. Sebelum
industri sintesa muncul, semua bahan obat-obatan diperoleh dari alam, dan bahkan
sekarang bahan-bahan alami ini masih vital. Obat-obatan tradisional mendukung
pemeliharaan kesehatan bagi sekitar 80 % penduduk negara berkembang, atau
lebih dari tiga milyar jiwa secara keseluruhan. Pengobatan tradisional saat ini di
dorong perkembangannya oleh Badan Kesehatan Dunia WHO, dan juga di banyak
negara,termasuk negara maju. Demikian juga untuk pengobatan modern,
seperempat dari resep obat-obatan yang di berikan Amerika Serikat mengandung
bahan aktif yang diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, dan lebih dari 3000
antibiotik, termasuk penisilin dan tetrasiklin, diperoleh dari mikroorganisma.
Siklosporin, di kembangkan dari suatu kapang tanah, merupakan penemuan
revolusioner bagi transplantasi jaringan manusia, seperti untuk jantung dan ginjal,
karena mampu menekan efek penolakan tubuh atas organ baru.
Bagaimana bentuk penjagaan dan pelestarian hutan yang dilakukan dalam
bentuk pelestarian untuk keberlangsungan.

Hutan ialah sebuah kawasan yang ditumbuhi oleh pepohonan dan tumbuhan
lainnya. Kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan
berfungsi sebagai penampung karbondioksida. Hutan dapat mencegah bencana
seperti longsor dan banjir. Hutan juga bermanfaat sebagai penghasil kayu yang
dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan kertas. Selain itu hutan juga
merupakan paru-paru dunia yang dapat menyerap karbondioksida dan menyediakan
oksigen bagi kehidupan makhluk hidu di muka bumi.

Banyaknya manfaat hutan bagi kehidupan makhluk hidup mengharuskan kita ikut
menjaga dan melestarikan hutan, seperti:

1. Melakukan Reboisasi

Reboisasi merupakan kegiatan penanaman hutan yang telah ditebang maupun


tandus. Tujuan reboisasi berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia
dengan menyerap polusi dan debu dari udara, membangun kembali habitat dan
ekosistem alam, mencegah pemanasan global dengan menangkap karbon dioksida
dari udara.

2. Melaksanakan Sistem Tebang Pilih

Tebang pilih adalah sebuah kegiatan mengatur yang terbaik dan membiarkan yang
lainnya. Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa salah satu manfaat hutan bagi
manusia adalah sumber ekonomi, yakni dari pohon-pohon dari hutan tersebut.
Sayangnya, banyak manusia yang sembarangan menebang pohon demi faktor
ekonomi saja tanpa memperhatikan dampak yang terjadi karena tidak menggunakan
sistem tebang pilih.
3. Melindungi dan Menjaga Habitat Makhluk Hidup di Hutan

Hutan merupakan tempat tinggal flora dan fauna. Beberapa di antaranya mengalami
kepunahan karena diburu manusia dan kebakaran hutan. Selain memerangi
perburuan, kita juga harus menyadarkan masyarakat agar peduli untuk melindungi
ekosistem yang telah ada.

4. Tidak Membuang Sampah Sembarangan di Hutan

Kebiasaan buruk membuang sampah rumah tangga masih saja dilakukan oleh
banyak masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Padahal sudah ada larangan dan
himbauan dari pemerintah setempat.

Sampah rumah tangga biasanya didominasi sampah plastik tentu sulit terurai dan
akan menyebabkan tercemarnya hutan. Semakin lama, tanah akan tertutupi oleh
sampah sehingga pohon akan sulit mendapatkan resapan air hujan. Pada akhirnya
pertumbuhan pohon di hutan akan berkurang.

5. Mengurangi Penggunaan Kertas Berlebih

Kertas yang dibuat oleh pabrik-pabrik perlu diperhatikan jumlahnya agar


memperlambat proses penebangan pohon di hutan. Kita juga bisa menggunakan
teknologi yang telah ada seperti aplikasi penyimpanan dokumen secara digital
seperti Simara sehingga kita tidak perlu menggunakan banyak kertas.

Usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab kita


bersama. Dalam hal ini, usaha pelestarian lingkungan hidup tidak hanya merupakan
tanggung jawab pemerintah saja, melainkan tanggung jawab bersama antara
pemerintah dengan masyarakat. Pada pelaksanaannya, pemerintah telah
mengeluarkan beberapa kebijakan yang dapat digunakan sebagai payung hukum
bagi aparat pemerintah dan masyarakat dalam bertindak untuk melestarikan
lingkungan hidup.

Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah tersebut, antara lain meliputi
hal-hal berikut ini. 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2. Surat Keputusan Menteri
Perindustrian Nomor 148/11/SK/4/1985 tentang Pengamanan Bahan Beracun dan
Berbahaya di Perusahaan Industri. 3. Peraturan Pemerintah (PP) Indonesia Nomor
29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 4.
Pembentukan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup pada tahun 1991. Selain itu,
usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan dengan cara-cara berikut
ini :

Melakukan pengolahan tanah sesuai kondisi dan kemampuan lahan, serta mengatur
sistem irigasi atau drainase sehingga aliran air tidak tergenang.

Memberikan perlakuan khusus kepada limbah, seperti diolah terlebih dahulu


sebelum dibuang, agar tidak mencemari lingkungan.

Melakukan reboisasi pada lahan-lahan yang kritis, tandus dan gundul, serta
melakukan sistem tebang pilih atau tebang tanam agar kelestarian hutan, sumber air
kawasan pesisir/pantai, dan fauna yang ada di dalamnya dapat terjaga.

Menciptakan dan menggunakan barang-barang hasil industri yang ramah


lingkungan.

Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap perilaku para pemegang Hak


Pengusahaan Hutan (HPH) agar tidak mengeksploitasi hutan secara besar-besaran.

Sementara itu, sebagai seorang pelajar apa upaya yang dapat kalian lakukan dalam
usaha pelestarian lingkungan hidup? Beberapa hal yang dapat kalian lakukan
sebagai bentuk upaya pelestarian lingkungan hidup, antara lain sebagai berikut:
Menghemat penggunaan kertas dan pensil,

Membuang sampah pada tempatnya,

Memanfaatkan barang-barang hasil daur ulang,

Menghemat penggunaan listrik, air, dan BBM, serta,

Menanam dan merawat pohon di sekitar lingkungan rumah tinggal.

Disamping itu usaha pelestarian lingkungan hidup ini harus dimulai dari setiap
individu dengan menitikberatkan pada kesadaran akan pentingnya lingkungan bagi
kehidupan manusia dan pelestarian alam.
BAB III

PENUTUP

Menurut saya dalam hal permasalahan yang terjadi di hutan Indonesia kita harus
bisa menjaga dan melestarikan hutan itu karena bagaimanapun hutan adalah
sumber yang paling besar didalam hutan terdapat berbagai biota hutan. Jika hutan
tidak dilindungi maka kelestarian biota hutan itu sendiri kita nanti kelak generasi
yang akan datang bisa tidak dapat menikmati kekayaan hutan jika tidak dicontrol dan
dilestarikan kelestarian hutan nya.
Daftar pustaka

1. https://programsetapak.org/setapak-blog/hutan-adat-dalam-
penyelesaian-konflik-tenurial/
2. https://forestsnews.cifor.org/58764/mencari-resep-meredakan-konflik-di-
kawasan-hutan-negara?fnl=en
3. https://dislhk.ntbprov.go.id/2018/02/08/upaya-penyelesaian-
permasalahan-pengelolaan-hutan-di-desa-sambelia/
4. http://farchantp049.blogspot.com/2012/04/hutan-mangrove-
permasalahan-dan.html
5. https://media.neliti.com/media/publications/78262-ID-analisis-dampak-
rehabilitasi-hutan-mangr.pdf
6. https://fwi.or.id/publikasi/pengelolaan-wilayah-pesisir-dalam-upaya-
perbaikan-hutan-mangrove/
7. http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?
page=ebook&code=plh&pages=2
8. https://gudangbuku-ebook.blogspot.com/2019/02/download-gratis-pdf-
hutan-kehutanan.html
9. https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/3796/Buku
%20Ajar%20Hukum%20Kehutanan-Siap%20Cetak-halaman-1-
12%2C230.pdf?sequence=1&isAllowed=y
10. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfkh
11. https://globalforgivenessinitiative.com/world/mengapa-
mengampuni/ebook-gratis-unduh-dalam-format-pdf-epub-atau-kindle?
gclid=CjwKCAjwx6WDBhBQEiwA_dP8rTsjKO8rRwfWml-
8s_05V9T1n25Cscj4CSCkToBAPS2jk9ueARn-zBoCPkMQAvD_BwE
12. https://media.neliti.com/media/publications/140270-ID-aspek-
hukum-kehutanan-terhadap-daerah-ot.pdf
13. Salim, H. S., 2006, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, Edisi Revisi,
Jakarta, Sinar Grafika.
14. Zein, Alam Setia, 2003, Kamus Kehutanan, Jakarta, PT. Rineka
Cipta.
15. Ngandung, I B. 1975, Ketentuan Umum Pengantar Hutan dan
Kehutanan
Indonesia, Ujung Pandang, Pusat Latihan Kehutanan.

Anda mungkin juga menyukai