Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PROYEK

KEANEKARAGAMAN HAYATI

1. Keunikan Hutan Hujan Tropis Indonesia dan Keanekaragaman Organisme

Sebagian besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis
adalah hutan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi, atau hutan dengan
pohon-pohon yang tinggi, iklim yang lembap dan curah hujan yang tinggi.

Hutan hujan tropis di satu sisi merupakan bagian dari keanekaragaman ekosistem dunia.  Di
sisi yang lain, hutan hujan merupakan rumah bagi keanekaragaman spesies flora dan fauna
yang paling kaya di dunia.  Untuk itu, keanekaragaman hayati dimaknai secara lebih luas,
bukan hanya spesies tetapi mencakup genetik dan ekosistem.

Bahkan, keanekaragaman budaya dan manusia juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam
keanekaragaman hayati.  Sebagian besar keanekaragaman hayati Indonesia berpusat di hutan
hujan tropis.

Indonesia memiliki tutupan hutan hujan  tropis terluas ketiga di dunia, setelah Brazil dan
Congo.  Meski demikian, Indonesia lebih memiliki keunikan ekosistem karena kondisi
wilayahnya sebagai negara kepulauan.  Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau dengan garis
pantai terpanjang nomor empat di dunia sejauh 95.181 km.

Letak Indonesia di antara benua Asia dan Australia semakin membuat lengkap keunikan
keanekaragaman hayati di dalamnya. Karakteristik flora dan fauna wilayah Asia, flora fauna
Australia, dan peralihan dari keduanya dapat ditemukan di Indonesia.  Ekosistem hutan mulai
dari pantai sampai dengan puncak pegunungan bersalju abadi juga dapat ditemukan di
Indonesia.

Indonesia adalah satu-satunya negara tropis di wilayah di Asia Tenggara yang memiliki tutupan
salju. Indonesia juga terletak di antara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik.
Hutan hujan tropis ini memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Jasa ekosistem hutan
tropis meliputi manfaat ekonomi, sosial-budaya, dan ekologi. Jasa ekosistem tersebut
memberikan nilai secara langsung maupun tidak langsung.  Hutan Indonesia merupakan modal
pembangunan bangsa sebagai penghasil berbagai produk seperti kayu, hasil hutan bukan
kayu, buah, obat-obatan, dan bahan pangan lainnya. Keberadaan hutan hujan juga
memperlihatkan hubungan yang sangat erat dengan kehidupan masyarakatnya, khususnya
masyarakat adat yang hidup di dalam dan di sekitar hutan.

Hutan hujan Indonesia menjadi rumah bagi ribuan jenis keanekaragaman spesies.  Maka tidak
salah apabila Indonesia disebut sebagai Megabiodiversity Country. Daratan Indonesia hanya
mencakup 1,3% daratan bumi, tetapi Indonesia memiliki 10 % tumbuhan dunia, 12 % mamalia,
16% reptil dan amfibi, 17 % burung.

Angka-angka yang menunjukan kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia juga bermacam-


macam.  Indonesia, misalnya memiliki lebih dari 38.000 spesies tumbuhan, 55% di antaranya
tumbuhan endemik.  Spesies palem juga paling banyak ditemukan di Indonesia dengan 477
spesies, dimana 225 spesies diantaranya merupakan spesies endemik.

Ekosistem hutan tropis memberikan jasa lingkungan yang penting  sebagai pengatur iklim dan
konservasi tanah dan air.  Ekosistem hutan tropis juga berperan penting bagi penyimpan
karbon, baik pada level regional maupun global.  Hutan tropis memiliki  nilai estetika yang
berpotensi sebagai pengembangan penelitian dan wisata.

Jika dikelola dengan baik, di masa yang akan datang Indonesia memegang peranan penting
sebagai negara penyedia keanekaragaman hayati untuk mendukung perkembangan energi
terbarukan, bahan obat-obatan, dan sumber pangan.  Hutan hujan Indonesia juga dapat
menjadi bagian dari solusi penanganan perubahan iklim.

Ciri-ciri Hutan Hujan Tropis


Ciri-ciri dan kekhasan hutan hujan tropis diantaranya sebagai berikut:

 Curah hujan yang terjadi di hutan ini cukup besar dengan intensitas yang deras setiap
tahunnya.
 Hutan hujan tropis berada di kawasan tropis yang mendapatkan sinar matahari yang cukup
banyak dengan curah hujan yang tinggi.
 Memiliki keanekaragaman hayati baik berupa hewan maupun tumbuhan yang sangat banyak.
Bahkan dapat dikatakan jenis keanekaragaman makhluk hidup di hutan hujan tropis ini sangat banyak
dan sangat beraneka ragam.
 Hutan ini memiliki kanopi yaitu penutup di bagian atas hutan ini yang terbuat dari
penumpukan ranting dan dahan pohon-pohon yang saling menyilang sehingga berbentuk seperti
tudung.
 Ada banyak habitat hewan seperti jenis katak, burung, kadal, kucing dan monyet hidup di
kanopi hutan ini.
 Tanah dibawah kanopi yang berada di hutan ini umumnya gelap, lembap dan basah. Namun,
permukaan tanah tersebut menjadi tempat pembusukan yang sangat baik sehingga nutrisi dan unsur
hara di hutan ini selalu tersedia dengan baik. Karena itulah, tumbuhan dan pepohonan di hutan ini
dapat tumbuh dengan subur dan rindang.
 Iklim yang terdapat pada hutan ini basah dengan curah hujan yang merata. Terdapat
bermacam-macam jenis tanah di dalam hutan ini.
 Mayoritas tumbuhan yang bisa ditemukan di hutan ini adalah tumbuhan berbatang kurus
yang tidak memiliki banyak cabang dan berkulit tipis, serta pepohonan berkayu dengan ketinggian di
atas rata-rata pohon yang tumbuh di hutan-hutan selain hutan hujan tropis. Tumbuhan yang terdapat
dihutan ini kebanyakan adalah pohon-pohon yang dapat diambil getahnya sepanjang tahun.

Fungsi Hutan HujanTropis

Hutan hujan merupakan surga bagi tumbuhan dan binatang liar, sekaligus menjadi tempat
berlindung bagi satwa yang terancam punah. Beberapa hewan liar hanya bisa bertahan hidup
di hutan hujan memiliki banyak manfaat. Diantaranya adalah mencegah erosi, mencegah
kekeringan dan menyediakan sumber air, melindungi dari terpaan angin kencang atau
mengurangi resiko terjangan badai, menghasilkan kayu hasil hutan, menjaga keseimbangan
iklim dan sebagainya.

Hutan hujan menyerap CO2 (karbon dioksida) yang ada di atmosfer dan mengeluarkannya
sebagai O2 (oksigen) untuk dihirup mansuia dan hewan. Tanah pertanian di sekitar hutan
hujan senantiasa subur. Selain karena menghasilkan humus, hutan hujan menjaga iklim dari
perubahan suhu udara yang signifikan. Jika di daerah yang tidak memiliki hutan hujan, maka
perubahan cuaca akan terasa menyengat sehingga tanaman tidak bisa sesubur di hutan hujan.
Hewan-hewan tidak bisa bereproduksi dengan baik seperti di hutan hujan. Di negara-negara
yang beriklim selain tropis, perubahan iklim yang mendadak bisa menyebabkan kematian pada
banyak spesies.

2. Data Ancaman Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan Khas Indonesia


Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman berbagai makhluk hidup mulai dari hewan,
tumbuhan, dan mikroorganisme, termasuk gen yang dimiliki, serta ekosistem yang menjadi
lingkungan hidupnya. Keanekaragaman hayati dibagi menjadi keanekaragaman hayati tingkat
spesies, genetic, dan komunitas. Indonesia adalah salah satu dari tujuh. Negara yang mendapat
sebutan megabiodiversity karena memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.

Keanekaragaman jenis palma diketahui sebagai yang terbesar di dunia. Lebih dari 400 spesies
family. Dipterocarpaceae terdapat di Indonesia. Tumbuhan berbunga mencapai 25.000 jenis.
Indonesia menduduki tempat pertama dalam kekayaan jenis mamalia (515 spesies), peringkat
pertama untuk kekayaan kupu-kupu ekor wallet (121 spesies), peringkat ketiga untuk kekayaan jenis
reptil (lebih dari 600 spesies), peringkat keempat untuk burung (2519 jenis), nomor lima untuk jenis
amphibi (270 spesies) dan ketujuh untuk tumbuhan berbunga.

Keanekaragaman hayati pada ekosistem terumbu karang amat beragam karena terumbu karang
adalah tempat di mana banyak makhluk laut tinggal. Terumbu karang juga berfungsi sebagai
pelindung serta penyuplai oksigen ke atmosfer yang berguna untuk menekan global warming.

Setiap makhluk hidup memerlukan faktor-faktor pendukung untuk keberlangsungan hidupnya yaitu
faktor biotik dan abiotik. Oleh karena itu, keanekaragaman hayati memiliki arti penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem.Masalah-masalah dalam Keanekaragaman Hayati

Masalah utama dalam keanekaragaman hayati adalah turunnya keanekaragaman hayati yang
diakibatkan oleh pencemaran lingkungan hidup hayati. Lingkungan untuk keanekaragaman hayati
meliputi hutan, air, tanah, udara, dan laut. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hayati (ekosistem)
merupakan penyebab turunnya keanekaragaman hayati. Secara umum, rusaknya suatu ekosistem
disebabkan oleh perusakan habitat, pembudidayaan spesies tertentu, polusi zat-zat kimia,
pemburuan liar, erosi tanah, dan usaha pencagaran yang tidak berjalan lancar. Yang menjadi dasar
dari masalah perusakan ekosistem. ini adalah perubahan fungsi suatu ekosistem menjadi fungsi yang
lain. Hal-hal yang menyebabkannya antara lain penggundulan hutan, pembangunan, dan pembuatan
bendungan. Menurut data statistik kehutanan, hutan Indonesia seluas 141,8 juta pada tahun 1991.
Pada tahun 2001, menjadi 108,6 juta turun 32,2 juta ha. Hal ini mengakibatkan banyak spesies
punah. Jumlah spesies yang ada di bumi ini sangat beraneka ragam.

Hingga saat ini, diperkirakan ada 13.620.000 spesies dan 1.750.000 diantaranya telah teridentifikasi.
Dari sekitar 12,8 % spesies yang telah teridentifikasi tersebut hanya sedikit yang berguna bagi
kehidupan manusia, misalnya seperti kelapa sawit, padi, tembakau, bawang merah, sapi, ayam,
Sacharomyces sp, dan lain sebagainya. Manusia hanya menginginkan untuk memperbanyak
spesies-spesies tertentu yang berguna baginya. Akibatnya, spesies-spesies lain yang dianggap
belum berguna karena belum diketahui fungsinya bagi kehidupan manusia terancam punah.
Dikhawatirkan apabila hal ini terus berlangsung maka jumlah spesies di muka bumi ini semakin
berkurang.

3. Upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia

Kekayaan flora fauna merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sampai batas-batas yang tertentu
yang tidak mengganggu kelestarian. Penurunan jumlah dan mutu kehidupan flora fauna dikendalikan
melalui kegiatan konservasi secara insitu maupun eksitu. Konservasi insitu (dalam kawasan) adalah
perindungan populasi dan komunitas alami.

Konservasi ex situ adalah kegiatan konservasi di luar habitat aslinya, dimana fauna tersebut diambil,
dipelihara disuatu tempat tertentu yang dijaga keamanannya maupun kesesuaian ekologinya.
Konservasi ex-situ tersebut dilakukan dalam uapaya pengelolaan jenis satwayang memerlukan
perlindungan dan pelestarian. Tujuan dari perlindungan dan pelestarian alam tidak hanya untuk
menyelamatkan jenis tumbuhan dan hewan dari ancaman kepunahan, akan tetapi mengusahakan
terjaminnya keanekaragaman hayati dan keseimbangan unsur-unsur ekosistem yang telah
mengalami gangguan akibat meningkatnya aktivitas manusia yang menambah kawasan hutan alam.
Kawasan konservasi ex situ sama pentingnya dengan kawasan konservasi in situ dan mempunyai
peran yang saling melengkapi.
Konservasi In situ (di dalam kawasan) adalah konservasi flora fauna dan ekosistem yang dilakukan
di dalam habitat aslinya agar tetap utuh dan segala proses kehidupan yang terjadi berjalan secara
alami. Kegiatan ini meliputi perlindungan contoh-contoh perwakilan ekosistem darat dan laut beserta
flora fauna di dalamnya. Konservasi in-situ dilakukan dalam bentuk kawasan suaka alam (cagar alam,
suaka marga satwa), zona inti taman nasional dan lautan lindung. Taman Nasional Baluran adalah
salah satu taman nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur,
Indonesia (sebelah utara banyuwangi). Nama dari taman Nasional ini di ambil dari nama gunung yang
berada di daerah ini, yaitu Gunung Baluran. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi sabana,
hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang
selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi sabana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran
yakni sebesar 40% dari total luas lahan.

Tujuan konservasi in-situ untuk menjaga keutuhan dan keaslian jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya secara alami melalui proses evaluasinya. Perluasan kawasan sangat dibutuhkan dalam
upaya memelihara proses ekologi yang esensial, menunjang sistem penyangga kehidupan,
mempertahankan keanekaragaman genetic dan menjamin pemanfaatan jenis secara lestari dan
berkelanjutan (Team teaching, 2012). Konservasi Ex-situ (di luar kawasan) Konservasi ex-situ (di
luar kwasan) adalah upaya konservasi yang dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan
jenis tumbuhan dan satwa di luar habitat alaminya dengan cara pengumpulan jenis, pemeliharaan
dan budidaya (penangkaran). Konservasi ex-situ dilakukan pada tempat-tempat seperti kebun
binatang, kebun botani, taman hutan raya, kebun raya, arboretum, penangkaran satwa, taman safari,
taman kota dan taman burung. Cara ex-situ merupakan suatu cara pemanipulasian obyek yang
dilestarikan untuk dimanfaatkan dalam upaya pengkayaan jenis, terutama yang hampir mengalami
kepunahan dan bersifat unik. Cara konservasi ex-situ dianggap sulit dilaksanakan dengan
keberhasilan tinggi disebabkan jenis yang diominan terhadap kehidupan alaminya sulit beradaptasi
dengan lingkungan buatan (Team teachinhg, 2012). Contoh Konservasi secara In-situ dan konservasi
ex-situ. Salah satu penyebab semakin langkanya bunga Rafflesia yaitu terjadinya pengrusakan dan
penyempitan habitat alaminya (hutan hujan tropis). Ancaman lain datang dari para pemburu dan
kolektor flora langka termasuk para wisatawan asing yang mungkin saja jika tidak diawasi berusaha
mendapatkan bunga Rafflesia lewat cara-cara illegal, juga para perambah hutan yang secara
langsung mengambil tunas Rafflesia untuk bahan dasar ramuan tradisionalnya semakin menambah
kekhawatiran hilangnya Rafflesia dari habitat alaminya. Menyadari pentingnya usaha melestarikan
bunga tersebut maka pemerintah indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
6/MP/1961 tanggal 9 Agustus 1961 melarang dikeluarkannya Rafflesia dari habitat alaminya.
Kemudian sejak tahun 1978 bunga Rafflesia dinyatakan sebagai jenis tumbuhan yang dilindungi
dengan status nyaris punah. Dalam rangka menindaklanjuti keputusan tersebut, pemerintah melalui
Direktur Jenderal PHPA membentuk beberapa kawasan Cagar Alam sebagai tempat untuk
melindungi dan melestarikan keberadaan Rafflesia secara penuh pada habitat alaminya, dengan
mengusahakan sedikit mungkin campur tangan manusia. Upaya pelestarian seperti ini dikenal
sebagai konservasi in-situ. Selain konservasi in-situ kita juga mengenal konservasi ek-situ yaitu
usaha pelestarian Rafflesia dengan cara memindahkan bunga tersebut dan habitat alaminya ke
habitat buatan seperti ke Kebun Botani. Meskipun konservasi secara ex-situ lebih mahal dan lebih
sulit dibansdingkan dengan konservasi in-situ, namun cara ini telah membawa hasil yang cukup
menggembirakan bagi usaha pelestarian Rafflesia, seperti bunga Rafflesia yang tumbuh di Kebun
Raya Bogor salah satu bukti keberhasilan konservasi ex-situ. Keuntungan lain dari konservasi ex-situ
adalah memudahkan para peneliti, peminat, pemerhati dan pengunjung bunga Rafflesia untuk
meneliti sekaligus menikmati keindahan bunga tersebut tanpa harus merusak habitat alaminya.

Anda mungkin juga menyukai