Anda di halaman 1dari 7

EKOLOGI HUTAN TROPIS DI PAPUA (STUDI KASUS ):

PEMANFAATAN HUTAN OLEH SUKU KAMORO DI


KAMPUNG TAPORMAY DAN AINDUA DISTRIK MIMIKA
BARAT-JAUH, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA

Dosen :
Dr Ir Istomo M.Si

FEBRIAN ARI NUGROHO


E451180031

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018

PENDAHULUAN

Hutan hujan tropis merupakan hutan yang lebat, rapat, selalu hujan dan secara
alami membentuk vegetasi penutup dari tropika basah, dimana cuacanya selalu panas
dan musim keringnya pendek. Keanekaragam yang tinggi, adanya strata tajuk, selalu
hijau (evergreen) menjadi ciri khas khusus dari hutan hujan tropis. Kondisi lingkungan
di hutan hujan tropis umumnya memiliki suhu rendah, kelembaban tinggi dan curah
hujan tinggi. Keadaan iklim yang stabil, kandungan air dan sinar matahari yang cukup
menjadi salah satu faktor yang mendukung terhadap tinginya keanekaragaman hutan
di daerah tropis. Keanakeragaman hayati yang tinggi menjadikan kawasan hutan hujan
tropis dikenal sebagai “megabiodiversity” dunia.
Hutan hujan tropis memiliki peranan yang sangat penting di dunia khususnya
dalam menjaga kestabilan iklim global. Tumbuhan yang ada di hutan hujan tropis
terutama pohon berperan dalam menyerap CO2 yang ada di atmosfer. Tumbuhan dapat
mengubah CO2 melalui proses fotosintesis. Hutan hujan tropis menjadi salah satu
penyerap CO2 tertinggi dibandingkan hutan yang lainnya. Hal ini disebabkan hutan
hujan tropis memiliki jumlah tumbuhan yang cukup banyak, khususnya pohon-pohon.
Selain itu, hutan hujan memiliki peranan lain yang cukup penting yakni kemampuan
dalam menyerap dan menyimpan air. Hal ini menjadikan hutan hujan tropis memiliki
peranan dalam menyangga sistem kehidupan makhluk hidup.
Secara geografis wilayah hujan tropis terletak diantara 23o27’LU dan 23o27’LS
dan mencakup 30% wilayah dunia (Marsandi et al. 2017). Hutan hujan tropis di dunia
terbesar terdapat di tiga wilayah yakni di Amazon basin of South America, Congo river
basin of Central Africa dan the everwet peninunsula and islands of Southeast Asia. Ada
juga dua wilayah yang kecil dan sangat khas terdapat di pulau besar di Madagaskar dan
Papua Nugini (Corlett dan Primack 2011). Setiap dari lokasi hutan hujan tropis ini
memiliki vegetasi dan satwa yang khas yang tidak akan ditemukan di lokasi yang
lainnya. Tujuan penulisan paper ini untuk mendeskripsikan kondisi hutan hujan tropis
di Afrika, khususnya di wilayah Kongo basin.

KONDISI HUTAN HUJAN TROPIS DI AFRIKA

Wilayah tropis Afrika memiliki luas sebesar 180 juta ha. Luas ini lebih kecil
dibandingkan dengan dua wilayah lainnya yakni Amazon basin (400 juta ha) dan South
East Asia (250 juta ha). Wilayah dari hutan hujan tropis di Afrika berpusat di Congo
River Basin. Setangah dari hutan hujan tropis berada di Democratic Republic of the
Congo (dulunya Zaire), dengan sebagian lainnya memisahkan antara Republik Kongo,
Gabon dan Kamerun (Corlett dan Primack 2011).
Hutan hujan tropika Afrika lebih kering dibandingkan dengan yang lainnya.
Curah hujan tahunan di hutan hujan tropika Afrika mencapai 1500-2000 mm pertahun,
kecuali bagian pinggir sepanjang pesisir atau pantai dimana memiliki curah hujan
tahunan bisa mencapai 4000 mm pertahun. Hutan hujan tropis di daerah khatulistiwa
memiliki suhu tahunan dari 25-26 oC (77 oF) dengan variasi musim yang sedikit. Hutan
hujan tropis Afrika sebagian besar kering, rendah dan lebih terbuka dibandingkan
dengan yang lainnya (Corlett dan Primack 2011).
1. Keanekaragam flora di hutan hujan Afrika
Semua hutan hujan tropika memiliki dasar kesamaan dalam bentuk
pertumbuhan pohon, semak, herba, liana dan efipit. Umumnya hutan hujan tropika
Afrika memiliki keanekaragaman tumbuhan yang rendah dibandingkan dengan
daerah tropis lainnya. Jumlah total spesies tumbuhan yang ada di wilayah Afrika
tropis mencapai 20.000 spesies dan daratan Afrika (Afrika Barat, Kongo dan area
pegunungan) memiliki 16.000 spesies dari total jumlah spesies yang ada di hutan
hujan tropis di dunia. Hutan hujan Afrika memiliki 10-20% dari famili tumbuhan
dari spesies-spesies yang ada di hutan Asia dan Amerika. Famili terpenting di
Afrika dan Madagaskar meliputi: Diphatalaceae, Olalaceae (African walnut),
Lauraceae (Laurel), Moraceae (fig), Arecaceae (palm) dan Orchidaceae (orchid)
(Turner 2001). Selain itu juga, ada famili Myrtaceae dan Myristicaceae. Jenis
palem yang tumbuh di wilayah Afrika terdiri dari 16 genus dan 116 species. 2000
jenis orchid tumbuh di wilayah Afrika atau setara dengan 15% dari total spesies
yang tumbuh di wilayah Afrika. Umunya jenis-jenis orchid tersebut tumbuh dalam
bentuk epipit. Tanaman poinir di Afrika adalah jenis Musanga cecripiodes dan
Trema orientalis. Jenis Shimphonia glubufera tersebar luas di Afrika (Corlett dan
Primack 2011).
Hutan hujan tropis Afrika memeiliki kerapatan pohon yang rendah.
Kerapatan pohonnya meliputi 300-1000 pohon per ha. Hutan hujan Afrika
cenderung berada dibawah 300-600 pohoh/ha. Kekayaan spesies di wilayah Afrika
bisa mencapai 100-200 spesies pohon per hektar. Dimana kekayaan di plot hutan
hujan tropika lebih dari 800 spesies pohon dengan diameter lebih besar dari 10 cm
dan lebih dari 1000 spesies dengan diameter 1 cm dalam 25 ha. Plot 50 ha di
Cameroon southwest memiliki hampir 500 spesies pohon (Kenfack et al. 2007),
keadaan ini jauh melebihi sebagian total dari tipe hutan yang lainnya. Jenis mbau
(Gilbertiodendron dewevrei) mendominasi kanopi di sebagian tenggara Nigeria
dan kamerun membentang sampai Congo River Basin. Jenis Gilbertiodendron
dewevrei berkontribusi sebesar 80-90% atau lebih dari pohon-pohon tinggi yang
ada disepanjang timurlaut Congo basin (Corlett dan Primack 2011).
2. Keanekaragaman fauna di hutan hujan Afrika
Kenekaragaman fauna yang khas dari hutan hujan Afrika terdiri dari jenis
primata dan rayap. Gajah Afrika merupakan mamalia terbesar yang berada di
semua hutan hujan dan gorila (dataran rendah dan pegunungan) merupakan primata
terbesar. Wilayah Afrika memiliki areal yang cukup luas sebagai tempat primata
hutan tropis. Burung merupakan bagian terpenting dari ekosistem hutan di Afrika
bersama hutan hujan Asia. Terdapat beberapa burung yang endemik dari famili
Musophagideae (turacos) dan famili yang dominan yakni Cuculidae (cockoos),
Alcedinidae (kingfisher), Bucerotidae (hornbills), Pycnonotydae (bulbuls),
Laniidae (shrikes), Sylviidae (old world warblers), Muscicapidae (old world
flycatchers), Nectariniidae (sunbirds) dan Plocidae (weavers) (Karr 1990). Selain
itu, terdapat beberapa satwa penjelajah yang biasanya memakan buah-buah kecil.
Satwa tersebut diantaranya: Cephalopus sylvicultur, Photomochoerus porcus,
Tragelaphus scriptus, Tragelaphus eurycerus, Okapi johnstoni, Loxodonta cyclotys
dan lain-lainnya (Corlett dan Primack 2011).

KONGO BASIN HUTAN TROPIS

Kongo basin merupakan salah satu wilayah yang dikenal dengan


“megabiodversity” di dunia. Kongo basin memiliki hutan terluas kedua setelah amazon
dan menjadi wilayah yang penting yang ada dibelahan bumi ini. Luas hutan yang ada
di Kongo mencapai 228.000.00 ha. Sekitar 70% Kongo basin mewakili hutan yang
ada di benua Afrika dan sekitar 26% pelindung dari tanaman hutan hujan dan kekayaan
biodiversity. Kongo basin terdiri dari sungai yang berututan, hutan, savanna, gambut
dan hutan rawa (Njabo 2014).
Hutan hujan tropis Kongo basin memiliki peranan penting dalam menjaga
kesetabilan iklim dunia. Secara regulasi dan regional berperan dalam mengontrol cuaca
lokal (Whitmore 1984). Hutan hujan Congo basin berkontribusi menyumbang suplay
oksigen dunia sebesar 30%. Suhu di hutan hujan tropis Kongo antara 20-25 oC dan
umumnya relatif stabil setiap tahunnya. Dalam waktu tertentu suhu di hutan hujan
tropis Kongo basin ini bisa mencapai 10 oC yang menjadi ciri khas yang unik suatu
wilayah. Secara umum, wilayah Kongo basin ini memiliki dua musim yang utama
yakni musim basah dan musim kering. Musim dingin dimulai dari bulan Maret dan
berakhir di bulan November. Keadaan ini membuat terjadinya hujan lebat dengan curah
hujan sekitar 1.500 mm per tahun (Njabo 2014.
Hutan hujan tropis Kongo basin memiliki jumlah spesies flora dan fauna yang
asli dan bervariasi. Tingginya kenakeragaman disebabkan oleh faktor-faktor seperti
temperatur yang panas, jumlah curah hujan, tanah, ketinggian dan faktor lainnya.
Ekosistem yang stabil di hutan hujan tropis Kongo basin menyebabkan tanah menjadi
subur, sehingga banyak tumbuhan yang tumbuh secara alami. Kekayaan biodiversity
lebih dari 11.000 spesies tumbuhan tropic, dimana 30% khas wilayah Afrika. Sekitar
600 spesies terdapat di hutan hujan tropis Kongo basin (Njabo 2014. Pohon-pohon
daun lebar (Afrika Oak), red cedar dan mahagoni membentuk kanopi yang cukup rapat.
Umumnya pohon-pohon tersebut memiliki tinggi sampai lebih dari 40 meter. Selain
itu, terdapat beberapa tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan
sebagai obat. Ekstrak biokimia dari tumbuhan dapat dijadikan sebagai bahan pembuat
oabt-obatan. Sekitar 1400 tumbuhan di hutan tropis berpotensi dalam mencegah
penyakit kanker (Vrian Groombridge 1992).
Jenis-jenis liana dan Ficus (strengler figs) dan efipit banyak tumbuh di hutan
hujan tropis Kongo basin. Jenis-jenis tersebut dikenal sebagai tanaman pencekik,
karena mereka tumbuh dipohon-pohon yang ada di hutan. Tumbuhan paku dan lumut
banyak tumbuhan dibawah tegakan. Kedunya mampu tumbuh baik di bawah tegakan
pohon yang rapat (Njabo 2014. Liana terus merambat pada pohon sampai ke tajuk
pohon untuk mendapatkan sinar matahari. Lantai hutan di hutan hujan tropis Kongo
basin memiliki banyak serasarah mulai dari daun, ranting dan batang yang dihasilkan
dari pohon-pohon yang ada di hutan. Serasah-serasah ini nantinya akan terdekomposisi
secara alami yang dibantu dengan mikroorganisme yang ada di lantai hutan.
Banyaknya mikroorganisme yang ada dapat mempercepat proses terjadinya
dekomposisi, sehingga dapat menghasilkan bahan organik dengan cepat (Chapin et al.
2002). Tingginya bahan organik yang ada di hutan tropis menjadikan tanah subur,
sehingga membuat tumbuhan mampu tumbuh dengan cepat.
Hutan hujan Kongo basin menjai tempat hidupnya bebagai satwa, seperti
mamalia, burung, seranga dan reptil. Lebih dari 450 spesies mamalia yang terdapat di
hutan tropis Congo basin, salah satunya gajah hutan Afrika (Loxodanta cyclotys).
Satwa primta yang terdapat di hutan tropis Congo basin meliputi siamang, monyet
(Cercopithecus solatus), lesula mongkey (Cercopithecus lomamiensis), the black
colobus mongkey (Colobus satanas) gorila bagian timur dataran rendah (Gorrila
gorrila), gorila bagian timur dataran rendah (Gorrila berengei graueri), gorila
pegunungan (Gorrila berengei graueri), the Central chimpanzee (Pan troglodytes
troglodytes), the Eastern chimpanzee (Pan troglodytes schweinfurthii) dan Nigeria-
Cameroon chimpanxee (Pan troglodytes ellioti) (Njabo 2014).
Keanekaragaman burung di hutan hujan Kongo basin cukup tinggi. sekitar
1.200 sepesies burung yang hidup hutan tropis Kongo basin, seperti Pyrenestes
ostrinus, Smitornis rufolateralis bis, Anhinga rufa, Chalcomitra rubescens, Malibicus
malimbicus, Malimbicus coronatus dan jenis lainnya. Hutan hujan Kongo basin
memiliki lebih dari 280 spesies reptil, seperti ular, buaya dan kura-kura darat. Jenis-
jenis ular seperti mamaba hitam, kobra dan vipers. Selain itu, hutan hujan Kongo basin
menjadi tempat tinggalnya berbagai amfibi. Sekitar 200 amfibi dari spesies katak dan
kogok. Spesies-spesies katak yang ada seperti, Afrixalus paradorsalis, Hyperolius
adspersus, Cardioglossa nigromaculata, Hyperlius bolifambe, Leptopelis brevirostris
dan spesies lainnya. Selain itu, sekitar 30 juta spesies serangga yang hidup di hutan
hujan Kongo basin mulai dari kupu-kupu, semut, serangga stick. Beberapa spesies
kupu-kupu didominasi dari famili Saturnidae, Papilodae, Nymphalidae, Morphidae,
dan lain-lainya (Njabo 2014.
PERMASALAHAN YANG TERJADI DI HUTAN HUJAN
KONGO BASIN

Wilayah hutan hujan tropis di dunia hampir memiliki permasalahan yang sama
yakni laju degradasi dan doforestasi hutan yang cukup tinggi. Sekitar 800.000 ha hutan
di Kongo basin hilang setiap tahunnya. Angka deforestasi yang terjadi di hutan hujan
Kongo basin mencapai 0,13% (1990) meningkat menjadi 0,26% (2005) (Wasseige et
al. 2014). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya pembalakan dan
pencurian kayu, pertambangan, perluasaan kawasan pertanian kebakaran hutan.
Hilangnya areal hutan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan makhluk
hidup. Kegiatan restorasi hutan merupakan salah satu yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki hutan yang rusak. Penanaman dengan jenis-jenis lokal dapat menjadi
solusi dalam penanaman jenis diareal hutan.

SIMPULAN

Hutan hujan Kongo basin memiliki peranan penting dalam menjaga iklim
dunia. Kongo basin berkontrsibusi menyumbang 30% oksigen dunia. Kongo basin
dikenal sebagai “megadioversity” dengan keanekaragam yang cukup tinggi. Hutan
hujan tropis Kongo basin menjadi tempat hidupnya berbagai spesies flora dan fauna.
Beberapa jenis flora dan fauna khas atau endemik hanya dapat ditemukan di hutan
tropis Kongo basin.

SARAN

Perlu adanya kerjasama dari semua pihak dalam melindungi hutan hujan tropis
di dunia. Selain itu, perlu adanya tindakan yang cukup intensif dalam merestorasi hutan
tropis yang telah mengalami kerusakan.

DAFTAR PUSTAKA

Chapin FSI, Matson PA, Mooney HA. 2002. Principle of Terestrial Ecosystem
Ecology. New York (US): Springer.
Corlett RT, Primack RB. 2011. Tropical Rain Forests. An Ecological adn
Biogeographical Comparison. United Kingdom (UK):Wiley-Blackwell, A Jhon
Wiley & Sons.
De Wasseige C, Flynn J, Louppe D, Hiol F, Mayaux PH. 2014.The Forest of the Congo
Basin-State of the Forest 2013. Belgium (BE): Weyrich.
Kenfact D, Thomas DW, Chuyong G, Condit R. 2007. Rarity and abundance in a
diverse African forest. Bidiversity adn Conservation. 16. 2045-2074.
Marsandi Fm Hermansyah, Agustian, Yasin S. 2017. Riview: keanekaragaman
organisme tanah dan hubungannya dengan keanekaragaman spesies tumbuhan
kawasan hutan hujan tropis pinang-pinangan, Padang, Indonesia. PROS SEM
NAS MASY BIODIV INDON. 3 (2): 309-318.
Njabo KY. 2014 . Megabiodiversity in the Congo Basin Rainforest [Internet]. Diunduh
[2018 September 18]. Tersedia pada: http://www.centralafricanforests.org/wp-
content/uploads/CAFF_14_Megabiodiversity_by_Meindert_Brouwer_2.pdf.
Turner IM. 2001. Rainforest Ecosystem, Plant Diversity. In: Encyclopedia of
Biodiversity (ed Levin SA), pp. 12-23. Sandiago (CA): Academi press.
Vrian Groombridge. 1992. Global Biodiversity: Status of the Earth’s Living Resources.
Report by World Conservation monitoring Center. London (UK). Natural
History Museum.
Whitmore TC. 1984. Tropical Rain Forest of the Far East. 2nd ed. Oxford. Amerika
(US): Clarendon Press.

Anda mungkin juga menyukai