Anda di halaman 1dari 12

Rincian Materi

KEANEKARAGAMAN HAYATI

A. Konsep dan Tingkat Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati (biodiversitas) yaitu keanekaragaman organisme yang menunjukkan
keseluruhan variasi gen,jenis dan ekosistem suatu daerah.Keanekaragaman hayati terbentuk
karena adanya keseragaman dan keberagaman sifat makhluk hidup.Secara garis besar
keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1. Keanekaragaman Gen
Gen atau plasma nutfah yaitu unit dasar kromosom yang berperan membawa factor
keturunan. Perbedaan susunan dan jumlah factor dalam kerangka dasar gen akan
menyebabkan keanekaragaman gen.Keanekaragaman gen menyebabkan variasi antar
individu sejenis.Misalnya : variasi pada pohon kelapa, ada kelapa hijau,kelapa merah
Dalam perkembangannya, faktor penentu tidak hanya terdapat pada gen saja, melainkan
ada juga faktor lain yang berperan mempengaruhi keanekaragaman hayati ini, yaitu
lingkungan. Sifat yang muncul pada setiap individu merupakan interaksi antara gen dengan
lingkungan. Dua individu yang memiliki struktur dan urutan gen yang sama, belum tentu
memiliki bentuk yang sama pula karena faktor lingkungan mempengaruhi penampakan
(fenotipe) atau bentuk.
Misalnya, orang yang hidup di daerah pegunungan dengan orang yang hidup di daerah
pantai memiliki perbedaan dalam hal jumlah eritrositnya. Jumlah eritrosit orang yang hidup
di daerah pegunungan lebih banyak dibanding yang hidup di pantai disebabkan adaptasi
terhadap kandungan oksigen di lingkungannya.

2. Keanekaragaman jenis
Yaitu perbedaan yang ditemukan pada makhluk hidup antar jenis yang mudah diamati
karena perbedaannya mencolok. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan
morfologi,anatomi,fisiologi,tingkah laku dan sebagainya,Misalnya: Keanekaragaman antara
kelapa,aren, pinang yang termasuk dalam famili Palmae. Dalam keluarga kacang-kacangan
kita kenal kacang tanah, kacang buncis, kacang hijau, kacang kapri, dan lain-lain.

3. Keanekaragaman Ekosistem
Keanekaragaman ekosistem menunjukkan adanya aneka macam spesies yang memiliki
kemampuan pembiasaan yang berbeda-beda terhadap lingkungannya ,sehingga membentuk
ekosistem yang berbeda.Di dalam ekosistem ,interaksi antar organisme ditentukan oleh:
komponen biotik (aneka macam jenis makhluk hidup), komponen abiotik (factor
fisik(iklim,cahaya,suhu,air,tanah,kelembaban) dan factor kimia ( salinitas,tingkat
keasaman/pH,kandungan mineral).

(Ekosistem Laut) (Ekosistem Sawah)


B. Keanekaragaman Hayati di Indonesia
1. Keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan karakteristik wilayahnya
Secara Astronomis, Indonesia terletak pada 60 LU - 110 LS dan 950 BT - 1410 BT.
Artinya, Indonesia terletak di daerah iklim tropis karena terdapat di antara 23½0 LU
dan 23½0 LS, ciri-ciri daerah tropis antara lain memiliki temperatur udara cukup
tinggi, yaitu 26 0C - 28 0C, curah hujan pun cukup tinggi, yaitu 700 - 7.000
mm/tahun dan tanahnya subur karena proses pelapukan batuan cukup cepat. Untuk
kekayaan hewan, Indonesia memiliki jumlah keragaman yang tinggi dibandingkan
negara-negara lain.
Macam-macam tumbuhan khas dan endemik di Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Kayu ramin (Gonystylus bancanus) terdapat di pulau Sumatera, Kalimantan
dan Maluku.
b. Kayu besi (Euziderozylon zwageri) terdapat di Jambi, Pulau Sumatra.
c. (Rafflesia arnoldii) terdapat di pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.
d. Matoa (Pometia pinnata) terdapat di daerah Papua.
e. Meranti (Shorea sp), Keruwing (Dipterocarpus sp) dan Rotan ( Liana sp )
banyak terdapat di hutan Pulau Kalimantan.
Macam-macam hewan khas dan endemik diIndonesia antara lain sebagai berikut :
a. Badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) berada di Ujung Kulon.
b. Komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Komodo.
c. Burung Maleo (Macrocephalon maleo) di Pulau Sulawesi.
d. Orang utan (Pongo pygmaeus) di pulau Sumatera dan Kalimantan.
e. Cendrawasih (Paradisaea minor) dan Kasuari (Casuarius casuarius) di Papua.
2. Keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan penyebarannya (Biogeografi)
a. Penyebaran Hewan (Zoogeografi)
Keanekaragaman fauna Indonesia terbagi menjadi hewan-hewan di Indonesia
bagian barat, peralihan, dan bagian timur. Di wilayah Indonesia bagian barat
(Zona Oriental), keanekaragaman faunanya mirip dengan fauna di Benua Asia,
dengan ciri banyak terdapat mammalia besar, contohnya orang utan. Adapun di
bagian timur(zona Australia) mirip dengan hewan-hewan di Benua Australia,
dengan ciri banyak terdapat hewan marsupialia, contohnya walabi. Fauna di
wilayah peralihan memiliki ciri tersendiri dan berbeda dengan kedua wilayah
lainnya.

b. Persebaran tumbuhan
Jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia diperkirakan berjumlah sebanyak 25.000
jenis atau lebih dari 10% dari flora dunia. Lumut dan ganggang diperkirakan
jumlahnya 35.000 jenis. Tidak kurang dari 40% dari jenis-jenis ini merupakan
jenis yang endemik atau jenis yang hanya terdapat di Indonesia dan tidak terdapat
di tempat lain di dunia. Kekayaan hayati ini harus kita jaga dan kita pelihara
dengan baik. Dari semua suku tumbuhan yang ada, suku anggrek (Orchidaceae)
adalah suku yang terbesar dan ditaksir terdapat sekitar 3.000 jenis. Banyak di
antara jenis-jenis tumbuhan tersebut mempunyai nilai ekonomi tinggi, antara lain,
meranti-merantian (Dipterocarpaceaen), kacangkacangan (leguminosae), dan
jambu-jambuan (Myrtaceaen).
Dari sekian banyak jenis tumbuhan tersebut, sebagian besar terdapat di
kawasan hutan tropika basah, terutama hutan primer, yang menutup sebagian
besar daratan (63%) bumi Indonesia. Hutan ini merupakan struktur yang
kompleks yang menciptakan lingkungan yang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan keanekaragaman tumbuhan yang tinggi dalam hutan tropika
basah.
Penyebaran geografi tumbuhan di Kepulauan Indonesia secara
keseluruhan ditentukan oleh faktor geologi, yaitu adanya Paparan Sunda di bagian
barat dan Paparan Sahul di bagian timur yang berbeda sehingga dapat ditarik garis
pemisah di antaranya. Dalam tiap-tiap paparan, keadaan flora mempunyai banyak
persamaan, misalnya, persamaan flora antara Kalimantan dan Sumatra dapat
mencapai 90%. Selanjutnya, variasi flora dalam tiap-tiap paparan ditentukan oleh
faktor lingkungan setempat dalam hal ini tercerminkan oleh berbagai tipe vegetasi
yang terdapat di paparan tersebut.
Selain berbagai macam jenis tumbuhan, Indonesia juga kaya dengan hasil
hutan, terutama kayu. Diperkirakan terdapat 4.000 jenis dan 267 jenis di
antaranya merupakan kayu niaga yang tergolong dalam 120 macam nama
perdagangan. Hutan primer merupakan gudang terbesar sumber hayati yang dapat
dimanfaatkan, selain hasil kayu, seperti buah-buahan, karbohidrat, zat pewarna,
minyak atsiri, pestisida, dan obat-obatan, baik secara langsung maupun
dimanfaatkan sebagai sumber bahan genetika untuk pemuliaan jenis atau famili
yang telah dibudidayakan.
3. Keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan ekosistem perairannya
Macam-macam lingkungan perairan (akuatik) akan membentuk ekosistem antara lain,
ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
C. Pengaruh Kegiatan Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati
1. Kegiatan manusia yang menurunkan keanekaragaman hayati :
a. Penebangan liar, lahan berpindah
b. Identifikasi pertanian
c. Industrilialisasi
d. Peruburuan liar
e. Munculnya bibit unggul baru yang menyebabkan terdesaknya bibit lokal
2. Kegiatan manusia yang mingkatkan keanekaragaman hayati:
a. Pemuliaan bibit unggul
b. Reboisasi
c. Penebangan hutan dengan peremajaan
d. Usaha-usaha pelestarian alam, antara lain :
1) Pelestarian alam secara in situ (melakukan perlindungan dan pemeliharaan hewan dan
tumbuhan di habitat aslinya). Contohnya : Suaka margasatwa untuk komodo di
Taman Nasional Komodo, Pulau Komodo. Suaka margasatwa untuk badak bercula
satu di Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Barat. Pelestarian bunga Rafflesia di
Taman Nasional Bengkulu. Pelestarian terumbu karang di Bunaken.
2) Pelestarian alam secara ex situ (melakukan perlindungan dan pemeliharaan hewan
dan tumbuhan di luar habitat aslinya). Contohnya Kebun Raya dan Kebun Koleksi
untuk menyeleksi berbagai tumbuhan langka dalam rangka melestarikan plasma
nuftah. Penangkaran jalak bali di kebun binatang Wonokromo.
D. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (biological divercity) adalah berbagai macam
variasi, bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang tampak pada berbagai tingkatan
persekutuaan mahluk hidup yang meliputi tingkatan ekoistem, tingkatan jenis (spesies), dan
keanekaragaman ekosistem. Keanekaragaman hayati mempunyai peranan yang sangat
penting terhadap kehidupan manusia. Namun keanekaragaman hayati saat ini terancam oleh
kegiatan manusia pula. Akibat kegiatan manusia beberapa satwa telah punah dari kehidupan
di bumi. Informasi yang paling banyak mengenai kepunahan adalah satwa mamalia dan
burung, karena satwa ini mempunyai anggota kelompok yang relatif besar dan banyak
dipelajari dan mudah dilihat. Berdasarkan bukti-bukti yang ada diperkirakan 85 spesies
mamalia dan 113 spesies burung telah punah sejak tahun 1600.
Menurunnya keanekaragaman hayati yang menyebabkan semakin sedikit pula manfaat
yang dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah dengan cara
melakukan pelestarian (konservasi) keanekaragaman hayati. Adapun upaya pelestarian
sumber daya alam hayati dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pelestarian secara in situ
dan pelestarian secara eks situ. Metode insitu meliputi yaitu suaka marga satwa, taman
nasional, cagar alam dan hutan suaka alam. Metode eksitu meliputi kebun binatang, taman
safari, dan taman hutan raya.
E. Unity of Science
Surat Al-An'am ayat 99:

"Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman
yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan
dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan
(Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah
buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang beriman."
Ayat diatas menjelaskan bahwa bumi memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan, dimana
Allah telah menciptakan berbagai macam jenis tumbuhan yang ditumbuhkan dari dalam
tanah. dengan bantuan air hujan. Sehingga tumbuhlah kebun-kebun tanaman anggur, zaitun
dan kurma serta delima. Allah juga dalam Ayatnya menjelaskan perkembangan tumbuhan
mulai dari biji hingga menghasilkan buah. Dimana segala sesuatu yang terdapat pada
tumbuhan dapat bermanfaat bagi amkhluk lainnya.
Rincian Materi

KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

A. Tujuan dan Manfaat Klasifikasi


Tujuan klasifikasi makhluk hidup yaitu:
 Menyederhanakan makhluk hidup supaya lebih mudah dipelajari
 Mendeskripsikan ciri – ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap jenis dan lebih
mudah dikenali
 Mengelompokkan makhluk hidup sesuai persamaan ciri
 Mengetahui hubungan kekerabatan dan sejarah evolusi
Adanya klasifikasi makhluk hidup mempunyai manfaat sangat besar yang langsung dapat
dirasakan manusia, yaitu sebagai berikut:
a. Pengklasifikasian melalui pengelompokkan dapat memudahkan dalam mempelajari
organisme yang beraneka ragam.
b. Klasifikasi dapat digunakan untuk melihat hubungan tingkat kekerabatan antara
organisme satu dengan lainnya.
B. Proses-Proses Klasifikasi
Berdasarkan kriteria yang digunakan, proses makhluk hidup dibedakan menjadi tiga, yaitu
sistem buatan, sistem alami, dan sistem filogenik.
 Sistem buatan
Sistem klasifikasi buatan mengutamakan tujuan praktis dalam ikhtisar dunia
makhluk hidup. Klasifikasi buatan diperkenalkan oleh Carollus Linnaeus (1707-1778).
Dasar klasifikasi adalah ciri morfologi, alat reproduksi, habitat dan penampakan
makhluk hidup (bentuk dan ukurannya). Misalnya, pada klasifikasi tumbuhan ada
pohon, semak, perdu, dan gulma. Berdasarkan tempat hidup, dapat dikelompokkan
hewan yang hidup di air dan hewan yang hidup di darat. Berdasarkan kegunaannya,
misalnya makhluk hidup yang digunakan sebagai bahan pangan, sandang, papan dan
obat-obatan.
 Sistem Alami
Klasifikasi makhluk hidup yang menggunakan sistem alami menghendaki
terbentuknya takson yang alami. Klasifikasi ini dikemukakan oleh Aristoteles pada
tahun 350 SM. Klasifikasi ini didasarkan pada sistem alami, artinya suatu
pengelompokan yang didasarkan pada ciri morfologi/ bentuk tubuh alami, sehingga
terbentuk takson-takson yang alami, misalnya hewan berkaki empat, hewan bersirip,
hewan tidak berkaki, dan sebagainya. Pada tumbuhan misalnya tumbuhan berdaun
menyirip, tumbuhan berdaun seperti pita, dan sebagainya.
 Sistem Filogenik
Sistem klasifikasi ini didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara
takson yang satu dan yang lainnya sekaligus mencerminkan perkembangan makhluk
hidup (filogenik), diperkenalkan oleh Charles Darwin (1859). Makin dekat hubungan
kekerabatan maka makin banyak persamaan morfologi dan anatomi antar takson.
Semakin sedikit persamaan maka makin besar perbedaannya, berarti makin jauh
hubungan kekerabatannya. Misalnya, gorila lebih dekat kekerabatannya dengan
orangutan dibandingkan dengan manusia. Hal itu didasarkan pada tes biokimia setelah
ilmu pengetahuan berkembang pesat, terutama ilmu pengetahuan tentang kromosom,
DNA, dan susunan protein organisme
C. Tingkatan Takson dalam Makhluk Hidup

Kata takson sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu taxis (susunan, penyusunan,
penataan) atau taxon (setiap unit yang digunakan dalam klasifikasi objek biologi) dan
nomos (hukum). Untuk memudahkan dalam pengelompokan makhluk hidup yang sangat
banyak ragamnya, maka disusunlah suatu aturan pengelompokan. Pengelompokan
dilakukan pada tingkatan tinggi sampai ke tingkatan rendah seperti berikut ini.

a. Kingdom/Regnum (Kerajaan/Dunia)
Tingkatan takson ini merupakan tingkatan tertinggi untuk makhluk hidup. Semua
hewan dimasukkan dalam kingdom Animalia dan semua tumbuhan dimasukkan
dalam kingdom Plantae.
b. Filum atau Divisio (Keluarga Besar) .
Apabila kita mengelompokkan suatu makhluk hidup dalam kingdom, maka dengan
melihat persamaan ciri-cirinya akan dimasukkan ke dalam suatu keluarga besar.
Misalnya seperti hewan yang terlihat pada gambar di atas. Filum Chordata merupakan
hewan bernotokorda dan hewan bertulang belakang. Penamaan filum hewan tidak
memiliki akhiran yang khas, sedangkan penamaan divisio tumbuhan diberi akhiran
yang khas, misalnya phyta dan mycota. Tumbuhan yang berbiji dimasukkan dalam
divisio Spermatophyta, jamur berbasidium dimasukkan dalam divisio Basidiomycota.
c. Kelas
Tingkatan takson ini lebih rendah dari kelompok takson filum atau divisio, artinya
apabila kelompok makhluk hidup dalam divisio/filum memiliki ciri-ciri yang sama,
maka dimasukkan dalam satu kelas. Contoh kelas pada hewan, yaitu hewan
menyusui/mamalia, misalnya anjing, kucing, kelinci, dan lain-lain. Pada tumbuhan,
misalnya : Monocotyledonae dan Dicotyledonae.
d. Ordo (Bangsa)
Tingkatan takson yang lebih rendah dari kelas adalah ordo. Pada tumbuhan, nama
ordo pada umumnya diberi akhiran ales, sedangkan pada hewan tidak memiliki
akhiran. Contoh: ordo Carnivora (bangsa pemakan daging). Adapun pada tumbuhan
contohnya ordo Graminales (bangsa rumput-rumputan
e. Famili (Suku atau Keluarga)
Famili merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Pada tingkatan famili ini terdapat
suatu kelompok yang berkerabat dekat dan memiliki banyak persamaan ciri. Nama
famili pada tumbuhan pada umumnya diberi akhiran aceae, sedangkan untuk nama
hewan diberi akhiran idae. Contoh keluarga hewan, yaitu Canidae (keluarga anjing),
Falidae (keluarga kucing). Contoh keluarga tumbuhan adalah Solanaceae (keluarga
kentang), Rosaceae (keluarga mawar).
f. Genus (Marga)
Takson genus adalah nama takson yang lebih rendah dari famili. Nama genus terdiri
atas satu kata yang diambil dari kata apa saja, bisa dari nama hewan atau tumbuhan,
zat kandungan, dan sebagainya. Contoh untuk hewan adalah Canis (marga anjing),
Felis (marga kucing). Adapun contoh pada tumbuhan, yaitu Rosa (marga mawar),
Annona (marga sirsak dan srikaya), dan Solanum (marga terung-terungan).
g. Species (Jenis)
Species merupakan tingkatan takson paling rendah dan menjadi unit atau satuan dasar
klasifikasi. Species adalah kelompok makhluk hidup yang dapat melakukan
perkawinan antarsesamanya dan akan menghasilkan keturunan yang subur (fertil).
Penulisan kata species sama seperti penulisan dalam genus, hanya pada species terdiri
atas dua kata, yaitu kata yang berada di depan merupakan nama marga (genus),
sedangkan kata yang kedua menunjukkan jenisnya. Untuk kata yang kedua, huruf
awalnya tidak perlu menggunakan huruf kapital. Contohnya: Canis familaris (anjing),
Taenia solium (cacing pita), Rosa gallica (mawar), Carica papaya (pepaya), Oryza
sativa (padi).
D. Tata Nama Binomial (Binomial Nomenklatur)

Sistem pemberian nama makhluk hidup yang digunakan Linnaeus disebut Sistem
Binomial Nomenklatur dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Latin. Dengan
demikian, untuk suatu macam makhluk hidup hanya digunakan satu nama bagi seluruh
dunia ilmu pengetahuan.

Sistem binomial nomenklatur ini merupakan sistem pemberian nama hewan atau
tumbuhan secara sah dan benar berdasar kode internasional. Pemberian nama ini diatur
dengan Kode Internasional Tata Nama Hewan dan Tumbuhan dengan menggunakan
sistem tata nama dua kata (binomial nomenklatur) dengan aturan-aturan sebagai berikut:

 Nama terdiri dari dua kata, kata pertama menunjukkan tingkatan marga (genus) yang
diawali dengan huruf besar dan kata kedua menunjukkan tingkatan jenis (spesies)
yang diawali dengan huruf kecil. Contohnya: Gnetum gnemon
 Jika ditulis dengan huruf tegak, dua kata tersebut harus digarisbawahi, tetapi jika
tidak digarisbawahi, dua kata tersebut harus dicetak miring. Contohnya, Gnetum
gnemon atau Gnetum gnemon.
 Jika memiliki subspesies, nama tersebut ditambahkan pada kata ketiga. Jadi, pada
subspesies terdiri atas tiga kata. Sistem penamaan yang terdiri atas tiga suku kata
disebut Trinomial, contohnya, Passer domesticus domesticus (burung gereja) dan
Felis maniculata domesticus (kucing jinak).
E. Sistem Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan keturunan dan hubungan kekerabatan (filogenik) dapat
mengalami beberapa perkembangan. Klasifikasi ini digunakan dan diakui secara
internasional. Dalam sejarah telah dilakukan beberapa kali perubahan sistem klasifikasi yang
oleh ahli taksonomi disesuaikan dengan penemuan-penemuan baru sebagai berikut.
1. Sistem Dua Kingdom
Sistem dua kingdom ini dinyatakan oleh seorang ahli dari Yunani yang bernama
Aristoteles. Dua kingdom yang dimaksud oleh Aristoteles adalah sebagai berikut.
a. Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Kingdom tumbuhan terdiri atas berbagai macam tumbuhan, bakteri, ganggang,
jamur, tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji. Kingdom tumbuhan
ini memiliki dinding sel, klorofil, serta mampu melakukan fotosintesis, kecuali
bakteri dan jamur.
b. Kingdom Animalia (Hewan)
Kingdom hewan terdiri atas Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca,
Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata. Kingdom hewan ini berciri tidak
berdinding sel, tidak berklorofil, dan dapat bergerak bebas.
2. Sistem Tiga Kingdom
Pada tahun 1866 seorang ahli dari Jerman bernama Ernst Haekel
mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi tiga kingdom.
a. Kingdom Monera
Kingdom Monera terdiri atas bakteri dan ganggang biru. Kingdom monera ini
berciri inti sel tidak berselubung (prokariot) dan tubuh bersifat uniseluler atau
multiseluler.
b. Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Kingdom tumbuhan terdiri atas bakteri, ganggang, jamur, tumbuhan lumut,
tumbuhan paku, dan tumbuhan biji.
c. Kingdom Animalia (Hewan)
Kingdom hewan terdiri atas Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca,
Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata.
3. Sistem Empat Kingdom
Sistem empat kingdom dicetuskan oleh Robert Whittaker pada tahun 1959.
Klasifikasi ini didasarkan pada penemuan inti sel. Dia melihat ada makhluk hidup yang
inti selnya tidak memiliki membran (prokariotik), misalnya, bakteri dan ganggang hijau
biru. Ada makhluk hidup yang inti selnya diselimuti membran (eukariotik), misalnya,
jamur, ganggang (selain ganggang biru), tumbuhan, dan hewan. Empat kingdom
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kingdom Monera
Kingdom Monera terdiri atas semua makhluk hidup yang tidak memiliki membran
inti (prokariotik), misalnya, bakteri dan ganggang biru.
b. Kingdom Fungi
Kingdom Fungi terdiri atas semua jamur (fungi).
c. Kingdom Plantae
Kingdom Plantae terdiri atas semua ganggang, kecuali ganggang biru, tumbuhan
lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji.
d. Kingdom Animalia
Kingdom Animalia terdiri atas semua hewan, yaitu Protozoa, Porifera,
Coelenterata, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata.
4. Sistem Lima Kingdom
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong R.H. Whittaker
(1969) menyusun klasifikasi berdasarkan tingkatan makhluk hidup, susunan sel, dan
cara memperoleh nutrisi. Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi lima kingdom. Pada
klasifikasi lima kingdom terjadi perubahan-perubahan yang besar dalam penataan filum.
Hal ini disebabkan adanya tambahan satu kingdom, yaitu Protista. Secara lengkap
klasifikasi lima kingdom adalah sebagai berikut.
a. Kingdom Monera
Kingdom ini terdiri atas semua makhluk hidup yang tidak memiliki membran inti
(prokariotik), tidak memiliki mitokondria, lisosom, badan golgi, dan retikulum
endoplasma. Makhluk hidup dalam kingdom ini berkembang biak dengan
pembelahan langsung (amitosis). Makhluk hidup yang termasuk dalam kingdom
monera adalah Archaebacteria dan Eubacteria. Archaeobacteria merupakan
bakteri yang hidup di tempat seperti sumber air panas, berkadar garam tinggi, dan
panas atau asam. Sementara itu, Eubacteria lebih umum karena banyak terdapat di
alam. Eubacteria terbagi atas enam filum, yaitu bakteri ungu, bakteri hijau, bakteri
garam positif, Spirochetes, Prochlorophyta, dan Cyanobacteria.
b. Kingdom Protista
Semua makhluk dengan membran inti dan organel bermembran, uniseluler atau
multiseluler, tetapi susunan selnya sederhana dan tidak membentuk suatu jaringan.
Filum atau divisio yang masuk dalam kingdom Protista adalah Euglena,
Rhizopoda, Flagelata, Ciliata, Sporozoa, Cryzophyta, Chlorophyta, Phaeophyta,
Rhodophyta, Pyrrophyta, Myxomycota, dan Oomycota.
c. Kingdom Fungi
Kingdom Fungi terdiri atas semua jamur, kecuali Myxomycota dan Oomycota.
Makhluk hidup dalam kingdom ini tidak berklorofil, eukariotik, heterotrof,
dinding sel terbentuk dari zat kitin, dan umumnya bersifat saprofit dan parasit.
Divisio yang termasuk dalam kingdom Fungi adalah Zygomycota, Ascomycota,
Basidiumycota, dan Deuteromycota.
d. Kingdom Plantae
Kingdom Plantae terdiri atas semua tumbuhan yang berciri eukariotik, bersel satu,
bersel banyak, tetapi tidak terdeferensiasi (ganggang cokelat dan merah), bersel
banyak dan terdefensiasi membentuk jaringan (tumbuhan lumut, paku, dan
tumbuhan biji), dinding sel tersusun dari selulosa, mengandung klorofil, bersifat
autotrof, dan mengalami pergiliran keturunan. Kingdom Plantae terdiri atas
beberapa divisio, yaitu Bryophyta (tumbuhan lumut), Pteridophyta (tumbuhan
paku), dan Spermatophyta (tumbuhan berbiji).
e. Kingdom Animalia
Kingdom Animalia terdiri atas semua hewan yang mempunyai sel eukariotik,
bersel banyak, dan terdeferensiasi membentuk suatu jaringan tertentu, bersifat
heterotrof, dan dapat bergerak bebas. Kingdom Animalia terdiri atas beberapa
filum, yaitu Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelmintes, Rotifera,
Bryzoa, Mollusca, Annelida, Anthropoda, Echinodermata, dan Chordata.
5. Sistem Enam Kingdom
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong ilmuwan untuk selalu
mengembangkan hasil penelitian termasuk pengelompokan makhluk hidup menjadi
enam kingdom. Sistem pengelompokan enam kingdom adalah Archaea , Eubacteria,
Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia.
F. Unity of Science
Q.S an-Nur ayat 45 :

Makna tersirat yang terdapat dari ayat di atas menunjukkan salah satu contoh klasifikasi
sederhana, yaitu kelompok hewan yang berjalan dengan dua kaki, dan kelompok hewan yang
berjalan dengan empat kaki.

Anda mungkin juga menyukai