Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi,


karena atas berkat rahmat dan tuntunan-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah biologi yang berjudul “Keanekaragaman
Hayati”. Makalah ini merupakan salah satu bentuk usaha kami untuk
menambah wawasan tentang keanekaragaman hayati

Semoga makalah kami ini dapat berguna untuk kita semua, sehingga
kita dapat mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan
keanekaragaman hayati.

Susut ,Oktober 2014

Tim penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………….ii

a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan
d. Manfaat

BAB 2 PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN HAYATI
1. Tingkat Keanekaragaman Hayati…………………………………….1
2. Tipe Ekosistem……………………………………………………………….2
3. Keanekaragaman Hayati Indonesia…………………………………4
4. Menghilangnya Keanekaragaman Hayati………………………..9
5. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati……………………11
6. Klasifikasi Makhluk Hidup………………………………………………14

BAB 3 PENUTUP………………………………………………………………………iii

a. Kesimpulan

b. Saran

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………iv

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Keanekaragaman hayati yang terdapat disuatu wilayah berbeda-beda.


Keanekaragaman hayati sangat diperlukan untuk kelestarian hidup
organism dan berlangsungnya daur materi (aliran energi). Namun demikian,
kualitas dan kuantitas keanekaragaraman hayati disuatu wilayah dapat
menurun atau bahkan dapat menghilang.

b. Rumusan Masalah
 Apa itu keanekaragaman hayati?
 Apa saja tipe ekosistem?
 Apa sajakah keanekaragaman hayati Indonesia?
 Apa manfaat keanekaragaman hayati?
 Bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati?
 Apa itu klasifikasi?
c. Tujuan
 Siswa dapat mengubah sikap dan perilakunya untuk senantiasa
menjaga keanekaragaman hayati sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya.
 Siswa dapat menunjukkan kepeduliannya terhadap kelestarian
keanekaragaman hayati
d. Manfaat
 Untuk memahami lebih lanjut tentang keanekaragaman hayati yang
ada didunia ini.
 Untuk menambah wawasan siswa tentang keanekaragaman hayati.

BAB II
PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN HAYATI

A. Tingkat keanekaragaman hayati

Keanekaragaman hayati atau biodiversitas(biodiversity) adalah variasi organism hidup pada tiga
tingkatan, yaitu tingkat gen, spesies dan ekosistem. Keanekaragaman hayati, menurut UU No. 5
tahun 1994 adalah keanekaragaman diantara makhluk hidup dari semua sumber termasuk
diantaranya daratan, lautan dan ekosistem akuatik lainnya.

a) Keanekaragaman Gen

Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terdiri dalam suatu jenis
atau spesies makhluk hidup. Contohnya buah durian ( Durio zibethinus) ada yang
berkulit tebal, berkulit tipis, berdaging buah tebal, berdaging buah tipis, berbiji besar
atau berbiji kecil. Buah pisang (Musa paradisiaca) memiliki ukuran, bentuk, warna,
tekstur dan rasa daging buah yang berbeda-beda.
Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh gen-gen yang
terdapat di dalam kromosom yang dimilikinya. Kromosom tersebut diperoleh dari kedua
induknya melalui pewarisan sifat.
Peningkatan keanekaragaman gen dapat terjadi melalui hibridisasi (perkawinan silang)
antara organism satu spesies yang berbeda sifat atau melalui proses domestikasi
(budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh manusia). Contohnya hibridisasi tanaman
anggrek untuk mendapatkan bunga anggrek dengan warna beraneka ragam dan
hibridisasi berbagai tanaman atau hewan tertentu dengan spesies liar untuk
mendapatkan jenis yang tahan terhadap penyakit.

b) Keanekaragaman Jenis(Spesies)

Keanekaragaman jenis(spesies) adalah perbedaan yang dapat ditemukan pada


komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup di suatu tempat. Contohnya di
suatu halaman terdapat pohon mangga, kelapa, jeruk, rambutan, bunga mawar, melati,
cempaka, jahe, kunyit, burung, kumbang, lebah, semut, dan kupu-kupu. Beberapa jenis
organisme ada yang memiliki cirri-ciri fisik yang hamper sama. Misalnya tumbuhan
kelompok palem (Palmae) seperti kelapa, pinang, aren dan sawit yang memiliki daun
seperti pita. Namun, tumbuhan-tumbuhan tersebut merupakan spesies yang berbeda,
kelapa memiliki nama spesies Cocos nucifera, pinang bernama Areca catechu, aren
bernama Arenga pinnata, dan sawit bernama Elaeis guinneensis. Hewan dari kelompok
genus Panthera terdiri atas beberapa spesies, antara lain harimau (Panthera tigris),
singa (Panthera leo), macan tutul (Panthera pardus) dan jaguar (Panthera onca)

c) Keanekaragaman Ekosistem

Keanekaragaman ekosistem adalah variasi bentuk dan jenis bentang alam, daratan
maupun perairan, dimana tumbuhan, hewan dan organism yang lain saling berinteraksi.
Di dalam ekosistem interaksi antarorganisme ditentukan oleh komponen biotik
(berbagai jenis makhluk hidup) dan komponen abiotik (iklim, kelembapan, salinitas,
tingkat keasaman , kandungan mineral). Keanekaragaman ekosistem misalnya
ekosistem pantai, ekosistem sungai, ekosistem hutan bakau, ekosistem hutan hujan
tropis, ekosistem padang rumput dan ekosistem padang pasir.

B. Tipe Ekosistem

Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan ekosistem buatan,
yaitu:
a. Akuatik (air)
1) Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.
2) Ekosistem Air Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI-
mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di
daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C.
3) Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.[5] Estuari sering
dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Ekosistem estuari
memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi

4) Ekosistem Pantai
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan
yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
5) Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih
serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air.
6) Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai. Efisiensi ekosistem ini sangat
tinggi. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik
lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang.
7)   Ekosistem Laut Dalam
Kedalamannya lebih dari 6.000 m. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat
mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.
8)   Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang
hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.

b. Terestrial (darat)
1) Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik. Ciri-cirinya adalah curah
hujan 200-225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu
dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya.
2) Sabana
Sabana dari daerah tropik terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60 inci per tahun,
tetapi temepratur dan kelembaban masih tergantung musim.
3) Padang Rumput
Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-
ciri padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan turun tidak
teratur, porositas (peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran air) cepat.
4) Gurun
Gurun terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri
ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Perbedaan suhu antara
siang dan malam sangat besar.
5) Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki emapt musim, ciri-cirinya
adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu
rapat.
6) Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik, ciri-
cirinya adalah suhu di musim dingin rendah.
7) Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan
terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.
8) Karst (batu gamping/gua)
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan karst di
Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk
pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang
rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro. Ekosistem karst
mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem
lain.

c. Buatan

Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi


kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan
peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh
ekosistem buatan adalah:
1) Bendungan,
2) Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus,
3) Agroekosistem berupa sawah tadah hujan,
4) Sawah irigasi
5) Perkebunan sawit,
6) Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa,
7) Ekosistem ruang angkasa.
Ekosistem kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang banyak.
Kebutuhan materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran yang eksesif
seperti polusi dan panas.
Ekosistem ruang angkasa bukan merupakan suatu sistem tertutup yang dapat memenuhi
sendiri kebutuhannya tanpa tergantung input dari luar. Semua ekosistem dan kehidupan selalu
bergantung pada bumi.

c. Keanekaragaman Hayati Indonesia


1.     Keanekaragaman Flora Di Indonesia
Flora Indonesia termasuk flora kawasan Malesiana yang meliputi Malaysia, Indonesia dan
Papua Nugini. Pada tahun 2009, Van Welzen dan Silk, botanis dari Belanda, melakukan
penelitian yang menjelaskan disribusi flora Malesiana. Menurut keduanya, flora Malesiana
terbagi menjadi flora daratan Sunda, flora daratan Sahul dan flora di daerah tengah
(Wallacea) yang sangat khas dan endemik.
Flora daratan Sunda antara lain tumbuhan dari family Dipterocarpaceae, cotohnya pohon
keruing (Dipterocarpus applanatus) yang kayunnya sering digunakan untuk bahan bangunan
dan tumbuhan family Nepenthaceae, contohnya tumbuhan pemangsa serangga atau kantong
semar (Nepenthes gymnamphora)
Flora daratan Sahul antara lain sagu (Metroxylon sagu) dan tumbuhan dari family
Myristicaceae, misalnya pala (Myristca fragrans). Flora kawasan Wallacea antara lain leda
(Eucalypus deglupta) yang memiliki batang berwarna- warni.
2.    Keanekaragaman Fauna Di Indonesia
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis fauna yang kaya. Taksiran jumlah jenis fauna
Indonesia adalah sebagai berikut:
1.  Hewan menyusui ada 300 jenis,
2.  Burung ada 7500 jenis,
3.   Reptil ada 2500 jenis,
4. Amfibi ada 1000 jenis,
5.  Ikan ada 8500 jenis,
6.  Keong ada 20.000 jenis,
7.  Serangga ada 250.000 jenis.
Indonesia memiliki 420 jenis burung yang tersebar di 24 lokasi. Beberapa pulau di
Indonesia memiliki jenis hewan endemik, terutama di Palau Sulawesi, Papua dan di Kepulauan
Mentawai.
Pola persebaran fauna di Indonesia di warnai oleh pola kelompok kawasan oriental di
sebelah barat dan kelompok kawasan Australia di sebelah timur. Kelompak fauna di bagian
tengah bersifat peralihan dan beberapa diantaranya bersifat endemik. Tipe-tipe persebaran fauna
di Indonesia adalah sebagai berikut:
a.  Tipe Asia
Fauna tipe Asia terdiri atas beberapa jenis mamalia, burung, ikan, dan reptil. Di beberapa
daerah, fauna ini sudah punah dan di beberapa daerah lain sudah sangat langka. Berikut ini
beberapa fauna langka tersebut:
1) Gajah
Gajah (Elephas maximus) terdapat di seluruh Sumatra menghuni hutan hujan dataran
rendah.
2) Badak
Di Indonesia terdapat dua jenis badak, yaitu badak jawa (Rhinocerus sondaicus) dan
badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis). Badak jawa lebih besar dibanding badak sumatra.
Badak jawa bisa mencapai berat 2 ton, sedangkan badak sumatra hanya 1 ton. Badak sumatra
merupakan badak terkecil yang masih hidup. Perbedaan lainnya adalah badak jawa bercula satu,
sedangkan badak sumatra mempunyai tonjolan kecil selain cula sehingga terkesan bercula dua.
3) Tapir
Tapir (Tapirus indicus) merupakan fauna yang menakjubkan. Fauna ini diduga berasal
dari hutan tropis Amerika Selatan. Mengapa fauna ini sampai di Indonesia? belum diketahui
penyebabnya. Saat ini tapir hanya bisa ditemukan di hutan-hutan Sumatra. Melihat dari
persebarannya, mungkin tapir juga pernah hidup di Jawa dan Kalimantan tetapi kini sudah
punah.
4) Banteng
Di Sumatra, banteng telah mengalami kepunahan. Saat ini, banteng liar hanya terdapat di
Jawa dan kecil sekali jumlahnya di Kalimantan.
5) Kerbau Liar
Saat ini, ada sekitar empat juta lebih kerbau yang diternakkan. Namun, populasi kerbau
liar (Bubalus bubalis) di dunia diperkirakan tinggal 100 ekor saja. Penyebab semakin
berkurangnya populasi kerbau liar adalah nilai ekonomis yang ada pada fauna ini.
6)  Harimau Sumatra
Pada mulanya ada tiga jenis harimau di Indonesia, yaitu harimau bali, harimau jawa, dan
harimau sumatra. Kini tinggal harimau sumatra saja yang masih hidup.
7) Macan Tutul
Macan tutul (Panthera pardus). Saat ini, macan tutul hanya terdapat di Jawa menghuni
kawasan perlindungan dan sedikit sekali yang secara liar hidup di hutan. Fauna ini terancam
punah karena perburuan dan banyaknya penggunaan racun untuk umpan babi hutan yang
merupakan makanan macan tutul.
8) Beruang Madu
Hewan ini terdapat di Sumatra dan Kalimantan. Di Jawa, hewan ini telah punah. Beruang
madu (Helarctos malayanus) merupakan beruang terkecil di antara keluarga beruang. Hewan ini
lamban dalam bergerak, berat, jarak pandang pendek, matel bulu mengkilap, dan memiliki cakar
yang besar.
9)  Orang Utan
Orang utan (Pongo pyomaeus) merupakan jenis primata yang hidup di hutan pegunungan
Sumatra dan Kalimantan. Fauna ini merupakan fauna endemik Indonesia yang hidup dengan
makan buah-buahan hutan.
10) Bekantan
Bekantan (Nasalis larvatus). Keberadaan fauna ini perlu dijaga karena fauna ini jenis
primata endemi yang hanya terdapat di Kalimantan.
11) Siamang
Jenis primata yang paling atraktif adalah siamang (Hylobates klossi). Mereka dapat
melakukan lompatan-lompatan berbahaya di atas pohon-pohon yang sangat tinggi. Siamang
dapat ditemukan di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Namun, keberadaannya juga terancam
karena kerusakan habitat mereka.
12) Elang Jawa
Garuda Pancasila. Sebetulnya lambang itu adalah gambaran dari elang jawa (Spizaetus
bartelsi). Burung ini dipilih sebagai lambang negara karena mirip dengan mitologi Garuda,
dikenal sebagai kendaraan Dewa Wisnu.
13)  Curik Bali
Curik bali (Leucopasar rothschildi) adalah burung endemi di Bali, menghuni hutan
musim ujung barat Laut Bali.
14) Merak
Merak (Pavo muticus) berkerabat dekat dengan ayam hutan. Meskipun bersayap lebar,
fauna ini tidak bisa terbang jauh seperti burung. Merak hanya bisa terbang dari cabang ke cabang
pohon lain yang berdekatan. Di Indonesia, merak hanya terdapat di Jawa. Konon, binatang ini
dibawa pedagang dari India. Merak menyukai hutan terbuka dan daerah perkebunan. Populasi
terbesar di Jawa terdapat di tiga taman nasional, yaitu di Ujung Kulon, Alas Purwo, dan Baluran.
15) Rangkong
Beberapa spesies burung rangkong terdapat di wilayah barat. Sebagian lagi terdapat di
wilayah Wallacea. Beberapa yang terdapat di wilayah barat adalah rangkong badak (Buceros
rhinoceros), rangkong jambul (Aceros corrugatus), rangkong papan (Buceros bicornis), rangkong
perut putih (Anthracoceros albirostris), dan rangkong emas (Aceros undulatus). Burung
rangkong biasanya menempati pohon-pohon besar seperti beringin di hutan Sumatra dan
Kalimantan.
16) Pesut Mahakam
Fauna ini termasuk mamalia yang hidup di air tawar. Sesuai namanya, habitatnya di
Sungai Mahakam, Kalimantan. Di beberapa negara Asia juga terdapat jenis fauna ini misalnya di
Sungai Gangga, India dan di Sungai Irawadi, Myanmar. Karena bentuknya yang mirip lumba-
lumba (dolphin), ikan ini sering disebut freshdolphin atau lumba-lumba air tawar.
17) Siluk
Siluk atau arwana (Scleropages formosus) merupakan salah satu jenis ikan purba. Habitat
ikan siluk adalah sungai dan danau. Akhir-akhir ini, siluk yang semula hidup secara liar telah
beralih ke akuarium. Siluk telah menjadi lambang yang menunjukkan status sosial seseorang.
b. Tipe Australia
Tidak seperti fauna tipe Asia yang beberapa di antaranya berukuran besar, fauna tipe
Australia tidak terlalu besar. Ciri yang paling khas di kawasan ini adalah mamalia berkantong. Di
antara mamalia berkantong tersebut, beberapa jenis telah punah, yaitu beberapa jenis walabi dan
bandikut. Berikut ini beberapa fauna tipe Australia:
1)      Kanguru Pohon
Ada lima jenis kanguru pohon yang hidup di hutan-hutan Papua. Lima jenis kanguru
pohon tersebut adalah kanguru pohon wakera (Dendrologus inustus), kanguru pohon mbasio
(Dendrologus mbasio), kanguru pohon nemena (Dendrologus ursinus), kanguru pohon ndomea
(Dendrologus dorianus), dan kanguru pohon hias (Dendrologus goodfellowi). Seperti kanguru di
Australia, kanguru pohon adalah jenis mamalia berkantong. Bedanya, kanguru australia hidup di
daratan, kanguru pohon hidup di atas pohon.
2)      Kuskus
Kuskus merupakan keluarga possum yaitu hewan berkantong khas Australia. Beberapa di
antaranya telah menyeberang melewati Garis Weber dan berdiam di Sulawesi. Papua merupakan
tempat yang sesuai untuk kehidupan kuskus.
3)      Cenderawasih
Beberapa nama Latin burung ini adalah paradisaea yang berarti surga. Cenderawasih
yang ada di Indonesia meliputi 30 jenis. Dari jumlah itu, 28 jenis hidup di hutan-hutan Papua dan
dua jenis menyebar di Kepulauan Maluku. Beberapa cenderawasih yang terkenal adalah
cenderawasih merah (Paradisaea rubra), cenderawasih biru (Paradisaea rodolphi), cenderawasih
kecil (Paradisaea minor), cenderawasih ragiana (Paradisaea ragginana), cenderawasih raja
(Cicinnurus regius), cenderawasih magnificent (Cicinnurus magnificus), cenderawasih botak
(Cicinnurus respublica), cenderawasih dua belas kawat (Seleucidis melanoleuca), dan
cenderawasih superba (Pophorina superba).
4)      Kasuari
Kasuari termasuk jenis burung raksasa. Tinggi burung ini bisa mencapai 100–180
sentimeter dan beratnya bisa 60 kg.
5)      Nokdiak Nata Fem (Landak Papua)
Nokdiak dalam bahasa Yunani berarti lidah yang besar. Fauna ini sungguh aneh karena
meskipun termasuk keluarga mamalia, tetapi perkembangbiakannya dengan bertelur.
6)      Walabi
Beberapa jenis walabi telah punah dari Bumi Papua akibat perburuan liar karena
dagingnya sangat digemari. Dari sekian jenis walabi, yang tersisa kini hanya jenis walabi saham
(Macropus agile) yang mendiami rawa terbuka di Papua. Untuk mencegah kepunahan, walabi
kini dilindungi di daerah perlindungan Taman Nasional Wasur. Sekilas bentuk walabi ini mirip
dengan kanguru. Keduanya merupakan fauna tipeAustralia.
c. Tipe Peralihan
Fauna tipe peralihan menempati wilayah Wallacea yang meliputi Sulawesi, Kepulauan
Nusa Tenggara, dan beberapa pulau kecil di perairan laut dalam. Dari segi jenis dan jumlah,
boleh jadi fauna tipe ini tidak sebanyak fauna tipe Asia maupun Australia.
Namun, beberapa fauna tipe Asia dan Australia terdapat di kawasan ini. Di kawasan ini
pula terdapat fauna yang tidak terdapat di kawasan lain di dunia. Beberapa fauna tipe peralihan
kini terancam kepunahan karena habitatnya rusak dan banyak diburu untuk diperdagangkan.
Beberapa yang terancam kepunahan sebagai berikut:
1)      Anoa
Anoa adalah jenis kerbau tetapi kerdil. Binatang ini sangat pemalu sehingga jarang
terlihat. Anoa dibedakan menjadi dua, yaitu anoa dataran rendah (Bubalus depresicornis) dan
anoa gunung (Bubalus quarlesi). Fauna ini adalah jenis endemi di Sulawesi.
2)      Babi Rusa
Babi rusa (Babyrousa babyrussa) berbeda dengan babi hutan tipe Asia dan babi mana pun
di dunia.
3)      Krabuku
Binatang ini sangat aneh karena sangat kecil. Berat badannya hanya 120 gram sehingga
menjadikannya primata terkecil di dunia. Krabuku (Tarsius spectrum) lebih mirip kuskus
daripada kera. Namun, ia lebih berkerabat dengan kera tipe Asia daripada kuskus tipe Australia.
4)      Rangkong Sulawesi
Rangkong sulawesi (Aceros cassidix) dan (Penelopidus exarhatus) hanya terdapat di
Sulawesi.
5)      Maleo
Maleo (Macrocephalon maleo) adalah fauna yang sangat aneh dalam perkembangbiakan.
6)      Komodo
Komodo (Varanus komodensis) merupakan binatang purba yang masih hidup. Fauna ini
telah lama mengagumkan para ilmuwan karena hanya terdapat di Pulau Komodo dan pulau-
pulau kecil didekatnya.

 Nilai manfaat yang terkandung dalam keanekaragaman hayati antara lain :


1. Nilai konsumtif, artinya keanekaragaman hayati memberikan manusia sumber daya
untuk mencukupi kebutuhan pangan (contoh : padi, pisang, dan jagung), perumahan
(contoh : kayu jati, meranti) dan kesehatan (contoh : kunyit , kencur dan temu lawak)
2. Nilai ekomoni, artinya keanekaragaman hayati dapat diperjualbelikan atau dapat
dihargai dengan uang. Contoh : rotan dan kayu ramin dieskpor untuk bahan furniture,
karet dan kopi menjadi komoditas eskpor yang penting di pasar dunia.
3. Nilai ekologis, artinya keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam
mempertahankan kelanjutan ekosistem. Contoh : keberadaan terubu karang
mendukung kelangsungan hidup ikan dan hewan air, hutan hujan tropis merupakan
paru-paru bumi dan dapat menjaga kestabilan iklim global.
4. Nilai biologis, artinya keanekaragaman hayati dibutuhkan sebagai penunjang
kehidupan bagi makhluk hidup lain.
5. Nilai ilmiah, artinya keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai bahan penelitian
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contoh : penelitian dan
penangkaran penyu di Meru Betiri, Banyuwangi.
6. Nilai estetika, artinya keanekaragaman hayati dapat memenuhi kebutuhkan batin atau
metal spiritual yang dapat menambah ketenangan dan kebahagiaan manusia. Contoh :
taman laut dengan terumbu karang sebagai tempat rekreasi.

d. Menghilangnya Keanekaragaman Hayati


Menghilangnya keanekaragaman hayati disuatu wilayah dapat disebabkan oleh
beberapa factor antara lain :
1. Perusakan Habitat
Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal organisme. Kekurangan habitat
diyakini manjadi penyebab utama kepunahan organisme. Jika habitat rusak maka organisme
tidak memiliki tempat yang cocok untuk hidupnya. Kerusakan habitat dapat diakibatkan karena
ekosistem diubah fungsinya oleh manusia, misalnya hutan ditebang dijadikan lahan pertanian,
pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut
mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen. Selain akibat aktifitas
manusia, kerusakan habitat juga dapat diakibatkan oleh bencana alam misalnya kebakaran,
gunung meletus, dan banjir. Perusakan terumbu karang di laut juga dapat menurunkan
keanekaragaman ayati laut. Ikan-ikan serta biota laut yang hidup bersembunyi di dalam
terumbu karangtidak dapat lagi hidup dengan tentram, beberapa di antaranya tidak dapat
menetaskan telurnya karena terumbu karang yang rusak. Menurunnya populasi ikan akan
merugikan nelayan dan mengakibatkan harga ikan meningkat. Kehidupan para nelayan menjadi
terganggu.

2. Penggunaan Pestisida

Yang termasuk pestisida misalnya insektisida, herbisida, dan fungisida. Pestisida yang
sebenarnya hanya untuk membunuh organisme penggangu (hama), pada kenyataannya
menyebar ke lingkungan dan meracuni mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan lainnya.

3. Pencemaran

Bahan pencemar juga dapat membunuh mikroba, jamur, hewan dan tumbuhan penting.
Bahan pencemar dapat berasal dari limbah pabrik dan limbah rumah tangga.

4. Perubahan Tipe Tumbuhan

Tumbuhan merupakan produsen di dalam ekosistem. Perubahan tipe tumbuhan misalnya


perubahan dari hutan hujan tropik menjadi hutan produksi dapat mengakibatkan hilangnya
tumbuh-tumbuhan liar penting. Hilangnya jenis-jenis tumbuhan tertentu dapat menyebabkan
hilangnya hewan-hewan yang hidup bergantung pada tumbuhan tersebut.

5. Masuknya Jenis Tumbuhan dan Hewan Liar

Tumbuhan atau hewan liar yang masuk ke ekosistem dapat berkompetisi bahkan
membunuh tumbuhan dan hewan asli.

6. Penebangan

Penebangan hutan tidak hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang, tetapi juga
merusak pohon-pohon lain yang ada di sekelilingnya. Kerusakan berbagai tumbuh-tumbuhan
karena penebangan akan mengakibatkan hilangnya hewan. Jadi, penebangan akan menurunkan
plasma nutfah.

7. Seleksi

Secara tidak sengaja perilaku kita mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai contoh,
kita sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul misalnya mangga gadung,
mangga manalagi, jambu bangkok. Menurunnya keanekaragaman hayati menimbulkan masalah
lingkungan yang akhirnya merugikan manusia. Misalnya, penebangan hutan mengakibatkan
banjir. Hewan-hewan yang hidup di dalam hutan misalnya babi hutan, gajah, kera, menyerang
lahan pertanian penduduk karena habitat mereka semakin sempit, dan makanan mereka
semakin berkurang. Menurunnya populasi serangga pemangsa (predator) karena disemprot
dengan insektisida mengakibatkan terjadinya ledakan populasi serangga yang dimangsa. Jika
serangga ini memakan tanaman pertanian, maka ledakan serangga tersebut sangat merugikan
petani.

8. Fragmentasi dan hilangnya habitat

Pembuatan bendungan, pembangunan daerah pinggir pantai, ekstensifikasi pertanian,


penebangan hutan.

9. Introduksi Spesies

Introduksi Spesies yaitu upaya mendatangkan spesies asing ke suatu wilayah yang telah
memiliki spesies lokal.

10. Eksploitasi hewan dan tumbuhan berlebih

Eksploitasi yaitu penggunaan secara berlebihan. Misal penggunaan padi unggul


menyebabkan punahnya padi tradisional.

11. Pencemaran tanah, air, dan udara

Mikroorganisme tanah banyak yang mati akibat pencemaran dari limbah logam berat
perindustrian dan pertanian, tumbuhan dan organisme tanah di hutan rusak karena hujan
asam.

12. Perubahan Iklim Global

Pencemaran udara mengakibatkan kenaikan suhu bumi. Tiap kenaikan 1° C akan


menggantikan batas toleransi beberapa spesies di daratan sekitar 125 km ke arah kutub atau
150 m vertikal ke arah gunung. Permukaan air laut akan naik dan beberapa pulau akan
tenggelam.

13. Industrialisasi Pertanian dan Kehutanan

Pemuliaan tanaman menyebabkan terjadinya sistem penanaman monokultur sehingga


keanekaragaman hayati di suatu wilayah menurun.

e. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati


Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah dengan cara melakukan
pelestarian (konservasi). Konservasi memiliki tujuan antara lain, sebagai berikut :
 Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan
 Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan
pemanfaatan yang tidak terkendali
 Menyediakan sumber plasma nutfah untuk mendukung pengembangan dan budidaya
kultivar-kultivar tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.

Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No.5 tahun 1990


tentang Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dengan tiga asas, yaitu tanggung jawab, berkelanjutan, dan
bermanfaat.
Konservasi keanekaragaman hayati dapat dilakukan secara eksitu dan insitu
Konservasi eksitu adalah usaha pelestarian yang dilakukan di luar habitat aslinya.
Pelestarian insitu adalah pelestarian yang dilakukan di habitat aslinya.

Upaya untuk melestarikan keanekaragaman hayati, antara lain :

1. Penghijauan

Kegiatan penghijauan meningkatkan keanekaragaman hayati. Kegiatan penghijauan tidak


hanya menanam tetapi yang lebih penting adalah merawat tanaman setelah ditanam.

2. Pembuatan taman kota

Pembuatan taman-taman kota selain meningkatkan kandungan oksigen, menurunkan suhu


lingkungan, mamberi keindahan, juga meningkatkan keanekaragaman hayati.

3. Pemuliaan

Secara tidak sengaja perilaku kita mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai contoh,
kita sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul misalnya mangga gadung,
mangga manalagi, jambu bangkok. Sebaliknya kita menghilangkan tanaman yang kita anggap
kurang unggul, misalnya mangga golek, nangka celeng.

Menurunnya keanekaragaman hayati menimbulkan masalah lingkungan yang akhirnya


merugikan manusia. Misalnya, penebangan hutan mengakibatkan banjir. Hewan-hewan yang
hidup di dalam hutan misalnya babi hutan, gajah, kera, menyerang lahan pertanian penduduk
karena habitat mereka semakin sempit, dan makanan mereka semakin berkurang.

Menurunnya populasi serangga pemangsa (predator) karena disemprot dengan insektisida


mengakibatkan terjadinya ledakan populasi serangga yang dimangsa. Jika serangga ini
memakan tanaman pertanian, maka ledakan serangga tersebut sangat merugikan petani.
4. Pengembangbiakan

Hewan atau tumbuhan langka dan rawan punah dapat dilestarikan dengan pembiakan
secara in situ dan ex situ. Pembiakan secara in situ adalah pembiakan di dalam habitat aslinya.
Misalnya mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo. Pembiakan secara ex
situ adalah pembiakan di luar habitat aslinya, namun suasana lingkungan dibuat mirip dengan
aslinya. Misal penangkaran hewan di kebun binatang (harimau, gajah, burung jalak bali).

5. Memelihara kelestarian hutan

Hutan merupakan habitat berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Oleh sebab itu
kelestariannya harus dijaga. Untuk melindungi hutan perlu dilakukan tindakan, seperti :

a. Reboisasi, yaitu menanami kembali hutan-hutan yang telah gundul.

b. Melakukan tebang pilih, artinya kalau kita memerlukan kayu, pohon yang akan ditebang
harus memenuhi syarat umur dan ukuran.

c. Menghindari kebakaran hutan.

6. Menetapkan daerah perlindungan alam

Pemerintah di bawah Menteri Kehutanan mempunyai suatu badan yang menangani daerah-
daerah perlindungan alam, yaitu PHDA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam). Di
Indonesia terdapat sekitar 350 daerah perlindungan alam yang tersebar di berbagai propinsi.
Daerah perlindungan alam tersebut digolongkan berdasarkan ukuran, keunikan, ekosistem, dan
fungsinya

a. Hutan Suaka Alam

Hutan Suaka Alam adalah hutan yang mempunyai fungsi sebagai pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan hewan serta ekosistemnya, dan sebagai wilayah penyangga
kehidupan. Penyangga kehidupan artinya harus mampu memenuhi kebutuhan makhluk yang
hidup di dalamnya. Kawasan suaka alam dibagi menjadi dua wilayah, yaitu:

a.1 Cagar Alam

Cagar Alam, mempunyai ciri berupa tumbuhan, hewan, dan ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, yang berlangsung secara
alami.

a.2 Suaka Margasatwa

Mempunyai ciri khas berupa keragaman dan atau keunikan jenis hewan bagi ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Untuk kelangsungan hidupnya, dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya.
b. Hutan Pelestarian Alam

Hutan Pelestarian Alam merupakan hutan dengan ciri khas tertentu, fungsi utamanya untuk
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
hewan, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Hutan ini
terbagi atas wilayah, yaitu taman nasional , taman hutan raya, dan taman wisata alam.

b.1. Taman Nasional

Merupakan kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem wilayah. Sistem wilayah
ini terdiri atas wilayah inti dan wilayah lain yang dimanfaatkan untuk tujuan ilmu pengetahuan,
pariwisata, rekreasi, dan pendidikan. Contoh taman nasional yaitu taman nasional Gunung
Gede Pangrango di Pulau Jawa dan Taman Nasional Kerinci Seblat di Sumatra.

b.2. Taman Hutan Raya

Merupakan kawasan pelestarian alam, terutama dimanfaatkan untuk koleksi tumbuhan atau
hewan; baik alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli. Taman hutannya dibuat untuk tujuan
ilmu pengetahuan, pendidikan dan pelatihan, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Contoh taman
hutan raya, yaitu Kebun Raya Bogor di Jawa Barat

b.3. Taman Wisata Alam

Merupakan hutan wisata yang memiliki keindahan alam, baik keindahan tumbuhan, hewan,
maupun keindahan alam yang mempunyai corak khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
rekreasi dan kebudayaan. Contoh taman wisata alam, antara lain Pulau Kembang di Kalimantan,
Danau Towuti, Danau Matano dan Mahalono di Sulawesi, Danau Lebu, dan Pulau Menipo di
Nusa Tenggara. Pemerintah juga menetapkan taman laut, sebagai wilayah lautan yang
mempunyai ciri khas berupa keindahan dan keunikan. Taman laut khusus digunakan sebagai
kawasan laut untuk dibina dan dipelihara guna perlindungan ekosistem laut, rekreasi,
pariwisata, pendidikan, dan kebudayaan. Contohnya Taman Nasional Laut Bunaken, Taman
Wisata Laut di Sulawesi, Taman Wisata Laut Teluk Kupang, dan Taman Wisata Laut Teluk
Maumere di Nusa Tenggara.

f. Klasifikasi Makhluk Hidup


Klasifikasi makhluk hidup adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan cirri-ciri
tertentu yang dimilikinya. Cabang biologi yang mempelajari tentang klasifikasi makhluk hidup
disebut taksonomi (Yunani, taxis=susunan, nomos=aturan).
Dengan mengklasifikasi makhluk hidup dapat diperoleh beberapa manfaat, antara lain :
1. Menyederhanakan objek studi biologi yang beranekaragam sehingga lebih mudah untuk
mempelajarinya.
2. Dapat mengetahui hubungan kekerabatan antara organism yang satu dengan organism
yan lainnya.
3. Memudahkan studi biologi
4. Penggunaan nama ilmiah akan menghindari kesalah pahaman tentang organism yang
dimaksud
5. Nama ilmiah berlaku secara” Universal” (berlaku diseluruh dunia)
6. Nama ilmiah selalu menyatakan kekerabatan karena klasifikasi disusun berdasarkan
persamaan cirri-ciri organisme.

Beberapa ahli yang pernah melakukan klasifikasi makhluk hidup, antara lain Aristoteles
(tahun 384-322 SM, mengklasifikasi hewan), Theophrastus (tahun 371-287 SM,
mengklasifikasi tumbuhan), Jhon Ray (tahun 1627-1705, mengklasifikasi tumbuhan
kedalam kelompok yang lebih kecil dan mengenalkan istilah spesies), Carolus Linnaeus
(tahun 1707-1778, mengemukakan pemberian nama ilmiah untuk setiap jenis
organisme), Ernst Haeckel (tahun 1834-1919, mengusulkan dikelompokanya Protista
kedalam kingdom tersendiri), Edouard Chatton (tahun 1883-1937, menguraikan
perbedaan prokariota dan eukariota), R.H. Whittaker (tahun 1920-1980), mengusulkan
klasifikasi 5 kingdom), dan Carl Woese (tahun 1928-2012, mengusulkan klasifikasi 6
kingdom).

1. Dasar –dasar Klasifikasi

 Klasifikasi Sistem Alamiah

klasifikasi system alamiah adalah klsifikasi untuk membentuk takson-takson yang bersifat
alamiah. Klasifikasi system alamiah dikemukakan pertama kali oleh Aristoteles. Aristoteles
mengelompokan organisme di bumi ini menjadi dua kingdom, yaitu hewan dan tumbuhan. Lalu
hewan dikelompokan lagi berdasarkan persamaan habitat dan perilakunya, sedangkan
tumbuhan dikelompokan berdasarkan ukuran dan strukturnya.

 Klasifikasi Sistem Artifisial (Buatan)

Klasifikasi system artificial adalah klasifikasi untuk tujuan praktis, misalnya berdasarkan
kegunaannya. Klasifikasi system artificial diperkenalkan pertama kali oleh seorang naturalis
berkebangsaan Swedia, Carl von Linne yang lebih dikenal dengan nama Carolus Linnaeus.
Mengemukakan makalah yang berjudul Systema Naturae pada tahun 1735. Dalam makalah
tersebut dikemukakan tumbuhan dikelompokkan berdasarkan alat reproduksinya (bunga).
Kelompok mamalia dikelompokan berdasarkan keberadaan kelenjar susu (mammae).

 Klasifikasi Sistem Filogentik

Pada system filogentik, klasifikasi didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan
antarorganisme atau kelompok organism, yang dilihat dari persamaan ciri morfologi, struktur
anatomi, fisiologi dan etologi (perilaku). Klasifikasi system filogentik diperkenalkan sejak
munculnya teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin pada tahun 1859.

 Klasifikasi Sistem Modern

Klsifikasi system modern dibuat berdasarkan hubungankekerabatan organisme (filogentik),


cirri-ciri gen atau kromosom, serta cirri-ciri biokimia. Pada klasifikasi system modern, selain
menggunakan dasar perbandingan cirri-ciri morfologi, struktur anatomi, fisiologi, etologi, juga
dilakukan perbandingan struktur molekuler dari organism yang diklasifikasi.

2. Tingkatan Takson dalam Klasifikasi


Tingkatan takson adalah tingkatan unit atau kelompok makhluk hidup yang disusun mulai
dari tingkat tertinggi hingga terendah. Urutan tingkatan dari tingkat tertinggi ke tingkat yang
rendah, yaitu kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia), phylum (filum) atau divisio (divisi), class
(kelas), ordo (bangsa), familia (family/ suku), genus (marga), species (spesies/ jenis) dan varietas
(ras).

a. Kingdom (Kerajaan) atau Regnum (Dunia)

Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi dengan jumlah anggota takson terbesar.
Organisme di kelompokan menjadi beberapa kingdom, antara lain kingdom Animalia (hewan),
kingdom Plantae (tumbuhan), kingdom Fungi (jamur), kingdom Monera (organisme uniseluler
tanpa nucleus) dan kingdom Protista (eukariotik yang memiliki jaringan sederhana).

b. Phylum (Filum) atau Divisio (Divisi)

Filum digunakan untuk takson hewan sedangkan divisi digunakan untuk takson tumbuhan.
Kingdom animalia dibagi menjadi beberapa filum, antara lain filum Chordata (memiliki
notokorda saat embrio), filum Echinodermata (hewan berkulit duri), dan filum
Plantyhelminthes (cacing pipih). Nama devisi pada tumbuhan menggunakan akhiran- phyta.
Contoh, kingdom Plantae dibagi menjadi tiga devisi, antara lain Bryophyta (tumbuhan lumut),
Pteridophyta (tumbuhan paku) dan Spermatophyta (tumbuhan berbiji).

c. Classis (Kelas)

Berdasarkan persamaan cirri tertentu. Nama kelas tumbuhan menggunakan akhiran yang
berbeda-beda, antara lain : -edoneae (untuk tumbuhan berbiji tertutup), -opsida (untuk lumut),
-phyceae (untuk alga), dan lain –lain. Contohnya, divisi Angiospermae dibagi menjadi dua kelas,
yaitu Monocotyledoneae dan kelas Dicotyledoneae; divisi Bryophyta diklasifikasikan menjadi 3
kelas, yaitu Hepaticopsida (lumut hati), Antocheratopsida (lumut tanduk) dan Bryopsida (lumut
daun); dan filum Chrysopphyta (ganggang keemasan ) dikelompokan menjadi 3 kelas, yaitu
Xanthophyceae, Chrysophyceae, dan Bacillariophyceae.

d. Ordo (Bangsa)

Berdasarkan persamaan cirri tertentu yang lebih khusus. Nama ordo pada takson tumbuhan
biasanya menggunakan akhiran –ales. Sebagai contoh, kelas Dicotyledoneae dibagi menjadi
beberapa ordo, antara lain ordo Solanales, Cucurbitales, Malvales, Rosales, Artesales dan
Poales.

e. Family (Famili / Suku)

Family berasal dari bahasa latin familia. Nama family pada tumbuhan biasanya
menggunakan akhiran –aceae, misalnya family Solanaceae, Cucutbitaceae, Malavaceae,
Rosaceae, Asteraceae, dan Poaceae. Namun ada pula yang tidak memiliki akhiran kata –aceae ,
misalnya Compositae (nama lain Asteraceae) dan Graminae (nama lain Poaceae). Nama family
pada hewan yang neggunakan akhiran kata –idea, misalnya Homonidae (manusia), Felidae
(kucing) dan Canidae (anjing).

f. Genus (Marga)

Kaidah penulisan nama genus, yaitu huruf besar pada kata pertama dan dicetak miring atau
digaris bawahi. Contoh family Poaceae terdiri atas genus Zea (jagung), Saccharum (tebu),
Triticum (gandum) dan Oryza (padi-padian).

g. Species (Spesies/ Jenis)

Spesies merupakan tingkatan takson paling dasar atau terendah. Anggota takson spesies
memiliki banyak persamaan cirri dan terdiri atas organisme yang bila melakukan perkawinan
secara alamiah dapat menghasilkan keturunan yang fertile (subur). Nama spesies terdiri atas
dua kata; kata pertama menunjukkan nama genusnya dan kata kedua menunjukkan nama
spesifiknya. Contoh pada genus Rosa terdapat spesies Rosa multiflora, Rosa canina, Rosa alba,
Rosa gigantean, Rosa rugosa, dan Rosa dumalis.

h. Varietas atau Ras

Istilah varieas dan kultivar digunakan dalam spesies tumbuhan, sedangkan istilah ras
digunakan dalam spesies hewan. Varietas dapat diartikan secara botani dan agronomi.

Varietas secara botani adalah populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan
perbedaan cirri yang jelas. Penamaannya diatur oleh ICBN (international code of Botanical
Nomenclature). Penulisan varietas secara botani didahului dengan singkatan var dan nama
varietas dicetak miring atau digarisbawahi. Contoh Oryza sativa var indicia (padi) dan Zea mays
L. var tunicate (jagung).

Varietas secara agronomi adalah sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih cirri
khas yang dapat dibedakan secara jelas dan cirri tersebut dapat dibedakan secara jelas dan
tersebut dapat dipertahankan bila dikembangkan secara vegetatif (aseksual) maupun secara
generatif (seksual). Varietas dalam agronomi dapat disebut juga kultivar. Istilah kultivar
diajukan oleh L.H. Bailey pada tahun 1923. Cara penamaan kultivar diatur oleh ICNCP
(International Code of Nomenclature for Cultivated Plants). Cara penulisan kultivar adalah
dengan member tanda petik dan tidak dicetak miring. Contoh Oryza sativa ‘Cisadane’ (padi);
kultivar pada spesies Rosa alba, antara lain Rosa alba ‘Mormors rose’, Rosa alba ‘Blush hip’ dan
Rosa alba ‘Clestial’

3. Sistem Tata Nama Makhluk Hidup

Pemberian nama ilmiah pada makhluk hidup bertujuan agar lebih mudah dikenali dan
menghindari kesalah pahaman. Pada tahun 1735, Carolus Linnaeus memperkenalkan system
pemberian nama ilmiah untuk setiap jenis spesies dengan menggunakan system tata nama
ganda, yang disebut binominal nomenklatur. System tata nama binominal nomenklatur
mengikuti beberapa kaidah, yaitu

 Menggunakan bahasa latin atau bahasa yang dilatinkan


 Terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan nama genus, sedangkan kata kedua
merupakan nama spesies yang spesifik
 Huruf pertama pada kata pertama ditulis dengan huruf besar, huruf selanjutnya ditulis
dengan huruf kecil
 Nama genus dan nama spesies dicetak miring atau digarisbawahi secara terpisah
 Nama atau singkatan descriptor dapat ditulis di belakang nama spesies, dengan
menggunakan huruf tegak dan tanpa garis bawah

4. Perkembangan Klasifikasi Makhluk Hidup

a. Sistem Dua Kingdom

Klasifikasi dua kingdom dikemukakan oleh Aristoteles. Sistem klsifikasi ini membagi
organisme di bumi menjadi dua kelompok besar (kingdom), yaitu Plantae dan Animalia.

b. Sistem Tiga Kingdom

Klasifikasi tiga kingdom dikemukakan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1866, setelah
ditemukannya mikrosop cahaya untuj mengungkap adanya organisme uniseluler (bersel satu).
Sistem klasifikasi ini membagi organisme di bumi menjadi tiga kelompok besar, yaitu Protista,
Plantae, dan Animalia

c. Sistem Empat Kingdom

Klasifikasi system empat kingdom dikemukakan oleh Herbert Copeland, sejak


dikemukakannya mikroskop electron untuk nmengungkap struktur ultramikroskopik sel,
misalnya ada atau tidak adanya membran inti. Organisme yang tidak memiliki membran inti
disebut prokariota, sedangkan organisme yang memiliki membrane inti disebut eukariota.
Sistem klasifikasi ini membagi organisme di bumi menjadi empat kelompok besar, yaitu
Monera, Protista, Plantae dan Animalia.

d. Sistem Lima Kingdom

Klasifikasi system lima kingdom dikemukakan oleh R.H. Whittaker pada tahun 1969. Dasar
klasifikasi yang digunakan, yaitu cirri struktur sel dan cara memperoleh makanannya. Jamur
dipisahkan dari kingdom Plantae, dengan alasan jamur tidak dapat membuat makanannya
sendiri. Oleh sebab itu, klasifikasi system lima kingdom terdiri atas Monera, Protista, Fungi,
Plantae, dan Animalia.

e. Sistem Enam Kingdom

Klasifikasi enam kingdom dikemukakan oleh Carl Woese pada tahun1977, setelah
menemukan adanya perbedaan pada kelompok prokariota (tidak memiliki membrane inti sel)
berdasarkan perbandingan RNA ribosom dan urutan lengkap genom pada bakteri yang hidup.
Woese mengelompokkan prokariota menjadi dua kingdom, yaitu Archaebacteria dan
Eubacteria.
Klasifikasi enam kingdom terdiri atas Archaebacteria, Eubacteria, Protista, Fungi, Plantae, dan
Animalia

f. System Delapan Kingdom

Klasifikasi delapan kingdom diajukan oleh Thomas Cavalier Simth pada tahun 1993
membagi kingdom tunggal Protista menjadi tiga kingdom, yaitu Archezoa, Protozoa, dan
Chromista. Dengan demikian terdapat kingdom makhluk hidup, yaitu Archaebcteria,
Eubacteria, Archezoa, Protozoa, Chromista, Fungi, Plantae dan Animalia.

g. System Tiga Domain

Domain adalah tingkatan taksonomi di atas kingdom. System tiga domain dikemukakan
oleh Carl Woese dan beberapa ahli sistematika lainnya. Makhluk hidup dibagi menjadi tiga
domain, yaitu Archaea, Bacteria, dan Eukarya (Eukariota). Domain Eukariota terdiri atas
Archezoa, Euganozoa, Alveolata, Stramenopolia, Rhodophyta, Plantae, Fungi dan Animalia.

5. Identifikasi Makhluk Hidup

Bila di temukan suatu organisme baru atau yang belum dikenal, maka organisme perlu di
identifikasi. Dalam melakukan identifikasi diperlukan hal-hal berikut

 Pengetahuan tentang klasifikasi makhluk hidup


 Buku referensi (pustaka) atau sumber referensi lainnya
 Pedoman atau determinasi
 Gambar organisme yang sudah diketahui dan telah memiliki nama
 Specimen acuan (berupa organisme yang telah diawetkan)

Kunci Determinasi

Kunci determinasi adalah petunjuk praktis untuk mengidentifikasi atau mengklasifikasi


suatu organisme ke dalam suatu tingkatan takson tertentu. Setiap langkah dalam kunci
determinasi disusun berdasarkan cirri-ciri organisme yang merupakan bentuk alternative
(berlawanan) sehinnga disebut kunci dikotom. Kunci dikotom pertama kali diperkenalkan oleh
Carolus Linnaeus.

Kunci determinasi dapat digunakan untuk mengetahui dan menentukan tingkatan takson
suatu makhluk hidup. Penentuan tingkatan takso didasarkan atas cirri-ciri morfologi yang
dimiliki oleh suatu makhluk hidup.
BAB III

PENUTUP
a. Kesimpulan

Keanekaragaman hayati atau biodiversitas merupakan variasi organisme hidup pada tiga
tingkatan, yaitu tingkat gen , spesies dan ekosistem. Menghilangnya keanekaragaman disuatu
wilayah disebabkan oleh beberapa fakto, yaitu hilangnya habitat, pencemaran tanah, udara, dan
air, perubahan iklim, eksploitasi secara berlebihan, adanya spesies pendatang, dan factor
industrialisasi dan lain-lain. Klasifikasi makhluk hidup adalah pengelompokan makhluk hidup
berdasarkan cirri tertentu yang dimilikinya.

b. Saran
1.) Sebagai manusia hendaknya kita melestarikan semua yang telah diciptakan oleh Sang
Pencipta.
2.) Adanya kesadaran diri individual untuk tidak mementingkan keegoisan diri masing-
masing.
3.) Sebagai makhluk tuhan yang beriman hendaknya kita mempergunakan sumber daya
hayati secara baik dan benar serta terus bersyukur atas karunianya.,

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Mengingat banyaknya
kekurangan yang kami miliki, baik dari segi isi, penyajian maupun tulisan itu sendiri. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan pendapat, saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi inspirasi dan memberikan
manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Biologi SMA kelas x, kurikulum 2013. Jakarta : Penerbit Erlangga


Buku Biologi kelas x, kurikulum KTSP. Bogor : CV Regina
Google , keanekaragaman hayati.

Anda mungkin juga menyukai