KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah atas karunia dan rahmat-Nya,saya
dapat menyusun makalah yang berjudul “Keanekaragaman Hayati” dengan lancar.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas bahasa
Indonesia. Makalah ini berisi tentang Keanekaragaman Hayati. Indonesia merupakan
salah satu negara yang dijuluki Megabiodiversitas karena memeiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Oleh karena itu, saya ingin mengupas apa
keanekaragaman hayati itu.
Keanekaragaman hayati dapat dikatakan sebagai sebuah aset bagi Indonesia karena
keberagaman yang sangat banyak membuat keunikan tersendiri dan mengundang
perhatian orang lain untuk melihat Indonesia. Oleh karean itu,besarnya keuntungan yang
didapatkan oleh Indonesia terhadap keanekaragaman hayati yang dimilikinya maka
keanekaragaman hayati dapat di sebut sebagai aset.
Rasa terimakasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing saya dalam pengerjaan makalah ini. Saya juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karenanya saya sangat mengharapakan kritikan dan saran sebagai sarana perbaikan
makalah ini agar makalah ini dapat lebih baik. Semoga makalah “Keanekaragaman
Hayati” ini dapat memberikan mamfaat bagi pembaca.
Aulia Ananda
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………… ……… i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..… 2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………….… 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan……………………………………………………………….…. 12
2. Saran………………………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 13
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak kehidupan dimulai di bumi, lima kepunahan massal besar dan peristiwa kecil
telah menyebabkan beberapa tetes besar dan mendadak dalam keanekaragaman hayati. Para
eon Fanerozoikum (yang 540 juta tahun terakhir) ditandai pertumbuhan yang cepat dalam
keanekaragaman hayati melalui ledakan-Kambrium sebuah periode di mana
mayoritas filum multiseluler pertama muncul. 400 juta tahun ke depan termasuk diulang,
kerugian besar keanekaragaman hayati diklasifikasikan sebagai kepunahan massal.
Dalam Karbon, kolaps hutan hujan menyebabkan kerugian besar dari kehidupan tanaman dan
hewan. Peristiwa kepunahan Permian-Trias, 251 juta tahun lalu, adalah yang terburuk;.
Pemulihan vertebrata butuh waktu 30 juta tahun. Yang paling terakhir, peristiwa kepunahan
Cretaceous-Paleogen, terjadi 65 juta tahun lalu, dan sering menarik perhatian lebih dari yang
lain karena mengakibatkan kepunahan dinosaurus .
1
B. Rumusan Masalah
Masalah umum yang terdapat dalam penulisan makalah ini adalah tentang
keanekaragaman hayati. Agar permasalahan tersebut tidak terlalu luas maka dibatasi menjadi
sub-sub masalah sebagai berikut :
C.Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Tingkat Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam suatu jenis
atau spesies mahluk hidup. Contohnya, buah durian (Durio ziberhinus) ada yang berkulit
tebal, berkulit tipis, berdaging buah tebal, berdaging buah tipis, berbiji besar, atau berbiji
kecil. Sementara keanekaragaman genetik pada spesies hewan, misalnya warna rambut pada
kucing (Felis silvestris catus) ada yang berwarna hitam, putih, abu-abu, dan cokelat.
Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh gen-gen yang terdapat
di dalam kromosom yang di milikinya. Kromosom tersebut diperoleh dari kedua induknya
dari pewarisan sifat. Namun demikian, ekspresi gen suatu organisme juga dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan tempat hidupnya.
Peningkatan keanekaraman gen dapat terjadi melalui hibridisasi atau perkawinan
silang antara organisme satu spesies yang berbeda sifat, atau melalui proses domestikasi atau
budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh manusia. Dengan hibridisasi akan diperoleh sifat
genetik baru dari organisme-organisme pada satu spesies. Keanekaragaman gen pada
organisme dalam satu spesies disebut varietas atau ras.
Keanekaragaman jenis atau spesies adalah perbedaan yang dapat ditemukan pada
komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup disuatu tempat. Contohnya disuatu
halaman terdapat pohon mangga, kelapa, jeruk, rambutan, bunga mawar, melati, cempaka,
jahe, kunyit, burung, kumbang, lebah, semut, kupu-kupu, dan cacing.
4
(a) Ekosistem Darat (Terestrial)
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan
letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat yaitu sebagai berikut.
Bioma Gurun
Gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara,
Australia dan Asia Barat. Karakteristik dari bioma ini yaitu curah hujan sangat rendah, +
25 cm/tahun. Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi (siang dapat
mencapai 45˚C, malam dapat turun sampai 0˚C). Vegetasi di daerah gurun di dominasi
oleh tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai tanaman xerofit. Hewan yang menghuni
daerah gurun umumnya adalah serangga, hewan pengerat, ular dan kadal. Contoh bioma
gurun adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo Borrega di
Amerika.
Bioma Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik,
misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Ciri-cirinya adalah suhu di
musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies
seperti konifer (pohon spruce, alder, dan birch), pinus, dan sejenisnya. Semak dan
tumbuhan basah sedikit sekali, Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan
burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
5
Bioma Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan
terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Daerah ini beriklim kutub, sehingga selalu
tertutup salju. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Tumbuhan yang ada
terutama adalah lumut Sphagnum dan lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak ada.
Hewan-hewan yang ada adalah beruang kutub, burung, nyamuk, lalat hitam, serigala
kutub, reinder, dan caribou bull (sebangsa rusa).
Bioma Karst
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan
karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang
subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-
pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori
mikro. Contoh bioma Karst terdapat di daerah Gunung Kidul.
Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan wilayah perairan tempat pertemuan antara sungai dan
laut atau disebut muara sungai. Muara sungai disebut pantai lumpur.
Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air tawar dan laut.
Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut. Beberapa organisme laut
melakukan perkembangbiakan di wilayah ini seperti ikan, ganggang, dan fitoplankton,
udang dan moluska yang dapat dimakan. Estuari banyak terdapat di wilayah Jawa,
Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.
6
Ekosistem Pantai
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion
CI mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan
–
besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah
tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air
yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin. Dinamakan demikian karena
yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes
caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan yang hidup di
ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan
jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara
konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan
garis lintang. Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan
hilir. Di anak sungai sering dijumpai ikan air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan lele dan
gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kurakura dan ular. Khusus sungai di
daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga
yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai
yang dangkal.
Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau
7
hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.
Contoh ekosistem buatan adalah: Bendungan,hutan Jati dan pinus,dll.
8
f. Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya
Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan antara lain : Budaya nyeka
(ziarah kubur) pada masyarakat jawa menggunakan bunga mawar, kenanga, kuntil, dan
melati. Umat islam menggunakan heawan ternak seperti sapi, kambing dan kerbau pada
hari qurban. Upacara ngaben di Bali menggunakan 39 jenis tumbuhan yang mengandung
minyak atsiri yang berbau harum, antara lain kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih,
dan cendana.
Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai perlindungan terhadap
kerusakan lahan karena akar tanaman akan melindungi tanah dari kerusakan, pengikisan,
menyerap air hujan sehingga tidak terjadi banjir atau tanah longsor.
1) Hilangnya Habitat
Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) menunjukkan
bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan manajemen pertanian dan hutan yang tidak
berkelanjutan menjadi penyebab terbesar hilangnya kenaekaragaman hayati.
Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin bertambah pula kebutuhan yang
harus dipenuhi. Lahan yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan dan hewan semakin
sempit karena digunakan untuk tempat tinggal penduduk, dibabat untuk digunakan sebai
lahan pertanian atau dijadikan lahan industri.
3) Perubahan Iklim
Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon
dioksida (CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca. Menurut Raven (1995), “ efek rumah
kaca meningkatkan suhu udara 1-30C dalam kurun waktu 100 tahun.” Kenaikan suhu
9
tersebut menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan permukaan air laut sekitar 1-2
m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan fungsi ekosistem lautan.
Pelestarian sumber daya alam hayati harus dilakukan secara terpadu dan melibatkan
banyak pihak. Beikut ini akan dijelaskan dua jenis pelestarian yaitu pelestarian secara In Situ
dan Pelestarian Ek Situ.
10
a. Pelestarian Secara In Situ
Pelestarian secara in situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan
di habitat asalnya. Contohnya, bunga Rafflesia arnoldi di Bengkulu, badak jawa di Ujung
Kulon, dan komodo di Pulau Komodo. Yang termasuk pelestarian sumber daya alam
hayati secara in situ yaitu :
Perlindungan alam ketat, yaitu perlindungan alam yang membiarkan alam berkembang
secara alamiah.
a) Perlindungan alam terbimbing, yaitu perlindungan alam yang dibina oleh para
ahli.
b) Perlindungan geologi, yaitu perlindungan terhadap formasi geologi (tanah).
c) Perlindungan alam zoologi, yaitu perlindungan terhadap hewan langka dan hampir
punah serta perkembangbiakannya.
d) Perlindungan alam botani, yaitu perlindungan terhadap tumbuhan.
e) Taman nasional, digunakan sebagai tempat rekreasi.
f) Perlindungan pemandangan alam berupa danau dan air terjun.
g) Perlindungan monumen alam berupa perlindungan terhadap benda benda alam
yang terpencil.
h) Perlindungan suaka margasatwa, yaitu perlindungan hewan dari perburuan.
11
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati yaitu memiliki nilai ekonomi sebagai
sumber bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan dan memiliki aspek
budaya. Selain itu keanekaragaman hayati juga memiliki nilai pendidikan dan ekologi.
B.Saran
Didalam kehidupan didunia ini terdapat berbagai jenis keanekaragaman baik hewan
maupun tumbuhan. Untuk mencegah kepunahan maka diperlukan usaha bersama antara
pemerintah dan masyarakat dalam upaya untuk melestarikannya, dan memberikan sanksi
yang tegas kepada oknum-oknum yang bertanggung jawab atas perusakan tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
13