Anda di halaman 1dari 17

COVER

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah atas karunia dan rahmat-Nya,saya
dapat menyusun makalah yang berjudul “Keanekaragaman Hayati” dengan lancar.

Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas bahasa
Indonesia. Makalah ini berisi tentang Keanekaragaman Hayati. Indonesia merupakan
salah satu negara yang dijuluki Megabiodiversitas karena memeiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Oleh karena itu, saya ingin mengupas apa
keanekaragaman hayati itu.

Keanekaragaman hayati dapat dikatakan sebagai sebuah aset bagi Indonesia karena
keberagaman yang sangat banyak membuat keunikan tersendiri dan mengundang
perhatian orang lain untuk melihat Indonesia. Oleh karean itu,besarnya keuntungan yang
didapatkan oleh Indonesia terhadap keanekaragaman hayati yang dimilikinya maka
keanekaragaman hayati dapat di sebut sebagai aset.

Rasa terimakasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing saya dalam pengerjaan makalah ini. Saya juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.

Saya menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karenanya saya sangat mengharapakan kritikan dan saran sebagai sarana perbaikan
makalah ini agar makalah ini dapat lebih baik. Semoga makalah “Keanekaragaman
Hayati” ini dapat memberikan mamfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 09 November 2019

Aulia Ananda

i
DAFTAR ISI

 
KATA PENGANTAR …………………………………………………… ………  i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………..… 2

C. Tujuan Penulisan………………………………………………………….… 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Keanekaragaman Hayati………………………………………… 3

B. Tingkat Keanekaragaman Hayati……………………………………………. 4

C. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia………………… 8

D. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati………………… 9

E. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati…………………….…………… 10

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan……………………………………………………………….…. 12

2. Saran………………………………………………………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 13
 

 
 
 
 
 
 

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman hayati adalah tingkat variasi bentuk  kehidupan dalam,


mengingat ekosistem bioma spesies,  atau seluruh planet. Keanekaragaman hayati adalah
ukuran dari kesehatan ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah sebagian fungsi dari iklim.
Pada habitat darat,daerah tropis biasanya kaya sedangkan spesies dukungan daerah kutub 
sedikit lebih sedikit. Perubahan lingkungan yang cepat biasanya menyebabkan kepunahan
massal. Salah satu perkiraan adalah bahwa kurang dari 1% dari spesies yang ada
di Bumi adalah yang masih ada.

Sejak kehidupan dimulai di bumi, lima kepunahan massal besar dan peristiwa kecil
telah menyebabkan beberapa tetes besar dan mendadak dalam keanekaragaman hayati. Para
eon Fanerozoikum (yang 540 juta tahun terakhir) ditandai pertumbuhan yang cepat dalam
keanekaragaman hayati melalui ledakan-Kambrium sebuah periode di mana
mayoritas filum multiseluler pertama muncul. 400 juta tahun ke depan termasuk diulang,
kerugian besar keanekaragaman hayati diklasifikasikan sebagai kepunahan massal.
Dalam Karbon, kolaps hutan hujan menyebabkan kerugian besar dari kehidupan tanaman dan
hewan. Peristiwa kepunahan Permian-Trias, 251 juta tahun lalu, adalah yang terburuk;.
Pemulihan vertebrata butuh waktu 30 juta tahun. Yang paling terakhir, peristiwa kepunahan
Cretaceous-Paleogen, terjadi 65 juta tahun lalu, dan sering menarik perhatian lebih dari yang
lain karena mengakibatkan kepunahan dinosaurus .

Periode sejak munculnya manusia telah menunjukkan pengurangan keanekaragaman


hayati yang sedang berlangsung dan kerugian atas keragaman genetik. Dinamakan kepunahan
Holocene, pengurangan ini disebabkan terutama oleh dampak manusia, terutama kerusakan
habitat. Sebaliknya, keanekaragaman hayati dampak kesehatan manusia dalam berbagai cara,
baik secara positif maupun negatif.

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yangmenunjukkan


keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Adadua faktor penyebab
keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar.  Faktor genetik bersifat relatif
konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologiorganisme. Sebaliknya, faktor luar relatif
stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Keanekaragaman hayati dapat terbentuk
karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau ciri makhluk hidup.
Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan. Saat ini tekanan
terhadap keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan tekhnologi telah mengubah fungsi
berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan
degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.

1
B. Rumusan Masalah

Masalah umum yang terdapat dalam penulisan makalah ini adalah  tentang
keanekaragaman hayati. Agar permasalahan tersebut tidak terlalu luas maka dibatasi menjadi
sub-sub masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati?


2. Apa saja tingkat keanekaragaman hayati?
3. Apa fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati di Indonesia?
4. Apa faktor penyebab menghilangnya keanekaragaman hayati?
5. Bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati?

C.Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang pengertian keanekaragaman hayati.


2. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman hayati.
3. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati.
4. Untuk mengetahui faktor penyebab hilangnya keanekaragaman hayati.
5. Untuk mengetahui bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Keanekaragaman Hayati

a. Menurut UU No. 5 Tahun 1994, “keanekaragamana hayati adalah


keanekaragaman diantara mahluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya
daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang
merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam
spesies, antara spesies dengan ekosistem.”

b. Menurut Soerjani (1996), “keanekaragaman hayati menyangkut keunikan suatu


spesies dan genetik di mana mahluk hidup tersebut berada.”

c. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman genetik merupakan


variasi genetik dalam satu spesies baik di antara populasi-populasi yang terpisah
secara geografik maupun di antara individu-individu dalam satu populasi.”

d. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman spesies mencakup


seluruh spesies yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan protista serta
spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak
atau multiseluler). Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang
menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari kelompok-kelompok
lain baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia.”

e. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman ekosistem


merupakan komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan
fisik (ekosistem) masing masing.”

f. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang


menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada
daerah. Keanekaragaman makhluk hidup ini merupakan kekayaan bumi yang
meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan semua gen yang terkandung di
dalamnya, serta ekosistem yang dibangunnya.

g. Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga


macam yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies (jenis), dan
Keanekaragaman ekosistem.

3
B. Tingkat Keanekaragaman Hayati

a. Keanekaragaman Tingkat Gen

Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam suatu jenis
atau spesies mahluk hidup.  Contohnya, buah durian (Durio ziberhinus) ada yang berkulit
tebal, berkulit tipis, berdaging buah tebal, berdaging buah tipis, berbiji besar, atau berbiji
kecil. Sementara keanekaragaman genetik pada spesies hewan, misalnya warna rambut pada
kucing (Felis silvestris catus) ada yang berwarna hitam, putih, abu-abu, dan cokelat.
Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh gen-gen yang terdapat
di dalam kromosom yang di milikinya. Kromosom tersebut diperoleh dari kedua induknya
dari pewarisan sifat. Namun demikian, ekspresi gen suatu organisme juga dipengaruhi oleh
kondisi  lingkungan tempat hidupnya.
Peningkatan keanekaraman gen dapat terjadi melalui hibridisasi atau perkawinan
silang antara organisme satu spesies yang berbeda sifat, atau melalui proses domestikasi atau
budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh manusia. Dengan hibridisasi akan diperoleh sifat
genetik baru dari organisme-organisme pada satu spesies. Keanekaragaman gen pada
organisme dalam satu spesies disebut varietas atau ras.

b. Keanekaragaman Tingkat Jenis (Spesies)

Keanekaragaman jenis atau spesies adalah perbedaan yang dapat ditemukan pada
komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup disuatu tempat. Contohnya disuatu
halaman terdapat pohon mangga, kelapa, jeruk, rambutan, bunga mawar, melati, cempaka,
jahe, kunyit, burung, kumbang, lebah, semut, kupu-kupu, dan cacing.

c. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem

Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan


interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju
kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme
dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem,
organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai
suatu sistem. Semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa faktor
biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup lain, sedangkan yang
termasuk faktor abiotik adalah iklim, cahaya, suhu, air, tanah, kelembapan, dan sebagainya.
Baik faktor biotik maupun abiotik sangat bervariasi. Oleh karena itu, ekostem yang
merupakan kesatuan dari biotik dan abiotik pun bervariasi pula.
Didalam ekosistem, komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan komponen
biotik lainnya dan juga dengan komponen abiotik agar tetap bertahan hidup. Jadi, interaksi
antar organisme didalam ekosistem ditentukan oleh komponen biotik dan abiotik yang
menyusunnya.Komponen biotik sangat beranekaragam dan komponen abiotik berbeda kulitas
dan kuantitasnya, perbedaan komponen-komponen penyusun tersebut mengakibatkan
perubahan dari interaksi yang ada sehingga menciptakan ekosistem yang berbeda pula. Jadi
jelaslah bahwa keanekaragaman hayati pada tempat yang berlainan akan menyusun ekosistem
yang berbeda.
Di bumi ada bermacam-macam ekosistem, yaitu ekosistem alam dan buatan. Secara
garis besar ekosistem alam dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan.
Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.

4
(a) Ekosistem Darat (Terestrial)

Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan
letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat yaitu sebagai berikut.

 Bioma Gurun
Gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara,
Australia dan Asia Barat. Karakteristik dari bioma ini yaitu curah hujan sangat rendah, +
25 cm/tahun. Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi (siang dapat
mencapai 45˚C, malam dapat turun sampai 0˚C). Vegetasi di daerah gurun di dominasi
oleh tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai tanaman xerofit. Hewan yang menghuni
daerah gurun umumnya adalah serangga, hewan pengerat, ular dan kadal. Contoh bioma
gurun adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo Borrega di
Amerika.

 Bioma Padang Rumput


Bioma padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke sub    tropika.Ciri-
ciri bioma padang rumput yaitu curah hujan 25 – 50 cm per tahun dan hujan turun tidak
teratur. Vegetasi yang mendominasi adalah rerumputan. Hewannya adalah bison, Zebra,
kanguru, singa, harimau, anjing liar, ular, rodentia, belalang dan burung. Contoh bioma
padang rumput antara lain Amerika Utara, Rusia, Afrika Selatan, Asia dan Indonesia
(Sumbawa).

 Bioma Hutan Hujan Tropis


Bioma ini berada di daerah tropik, yaitu di Indonesia, India, Thailand, Brazil, Kenya,
Costa Rica, dan Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200 – 255 cm per tahun, matahari
bersinar sepanjang tahun. Jenis tumbuhan sangat banyak dan komunitasnya sangat
kompleks. Tumbuhan tumbuh dengan subur, tinggi, serta banyak cabang dengan daun
yang lebat sehingga membentuk tudung atau kanopi. Tumbuhan khas adalah kelompok
liana, yaitu tumbuhan yang merambat, misalnya rotan, dan tumbuhan epifit yaitu
tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain, misalnya anggrek. Binatang yang
menghuni hutan hujan tropik adalah berbagai macam burung, kera, babi hutan, tupai,
macan, gajah, dan rusa dan hewan yang bersifat nokturnal.

 Bioma Hutan Gugur


Hutan gugur terdapat di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang utara, dan
Amerika Timur. Bioma ini memiliki curah hujan 75 – 100 cm per tahun. Mempunyai 4
musim: musim panas, musim dingin, musim gugur dan musim semi. Keanekaragaman
jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan tropis. Tumbuhan yang ada terutama
mapel, oak, beech, yang selalu menggugurkan daunnya pada musim gugur. Hewan-hewan
yang umum adalah rusa, beruang, dan rubah, racoon, burung pelatuk, dan serangga.

 Bioma Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik,
misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Ciri-cirinya adalah suhu di
musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies
seperti konifer (pohon spruce, alder, dan birch), pinus, dan sejenisnya. Semak dan
tumbuhan basah sedikit sekali, Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan
burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.

5
 Bioma Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan
terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Daerah ini beriklim kutub, sehingga selalu
tertutup salju. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Tumbuhan yang ada
terutama adalah lumut Sphagnum dan lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak ada.
Hewan-hewan yang ada adalah beruang kutub, burung, nyamuk, lalat hitam, serigala
kutub, reinder, dan caribou bull (sebangsa rusa).

 Bioma Karst
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan
karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang
subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-
pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori
mikro. Contoh bioma Karst terdapat di daerah Gunung Kidul.

(b) Ekosistem Perairan (Akuatik)

Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang komponen abiotiknya sebagian besar


terdiri atas air.

 Ekosistem Air Tawar


Ekosistem air tawar memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki
kemampuan menyerap panas dari cahaya matahari sehingga perubahan suhu tidak terlalu
besar. Berdasarkan ada tidaknya arus, ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem
lentik (air tidak mengalir) misalnya danau, kolam, rawa, serta ekosistem lotik (air
mengalir) misalnyasungai.Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan tawar meliputi
tumbuhan yang berukuran besar (makrohidrofita) serta tumbuhan yang berukuran kecil,
yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya teratai dan eceng gondok.
Sedangkan tumbuhan yang berukuran mikroskopik misalnya ganggang biru, ganggang
hijau, dan diatomae. Hewan yang menghuni air tawar adalah udang-udangan, ikan, dan
serangga.

 Ekosistem Air Laut


Bioma air laut luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air laut
kurang terpengaruh oleh perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut adalah mempunyai
kadar garam yang tinggi. Kadar garam rata-rata air laut adalah 35 ppm (part per million).
Di daerah khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi daripada di daerah yang jauh dari
khatulistiwa.Organisme laut memiliki pola adaptasi terhadap tekanan osmosis sir laut
yang tinggi dengan cara yang berlawanan dengan organisme air tawar.

 Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan wilayah perairan tempat pertemuan antara sungai dan
laut atau disebut muara sungai. Muara sungai disebut pantai lumpur.
Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air tawar dan laut.
Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut. Beberapa organisme laut
melakukan perkembangbiakan di wilayah ini seperti ikan, ganggang, dan fitoplankton,
udang dan moluska yang dapat dimakan. Estuari banyak terdapat di wilayah Jawa,
Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.

6
 Ekosistem Pantai
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion
CI mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan

besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah
tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air
yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin. Dinamakan demikian karena
yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes
caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan yang hidup di
ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.

 Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan
jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara
konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan
garis lintang. Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan
hilir. Di anak sungai sering dijumpai ikan air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan lele dan
gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kurakura dan ular. Khusus sungai di
daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.

 Ekosistem Terumbu Karang


Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri
dari karang batu clan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu
karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga foto-
sintesis dapat berlangsung.
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria
yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-
macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain
dan ganggang.Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan
sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di antara karang
clan ganggang. Herbivor seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita,
bintang laut, dan ikan karnivor.

 Ekosistem Laut Dalam


Merupakan zona pelagik laut. Ekosistem ini berda pada kedalaman 76000 m dari
permukaan laut. Sehingga tidak ada lagi cahaya matahari, oleh karena itu produsen utama
di ekosistem ini merupakan organisme kemoautrotof. Biasanya terdapat lele laut dan ikan
laut yang dapat mengeluarkan cahaya (bioluminisensi). Sebagai produsen terdapat bakteri
yang bersimbiosis dengan karang tertentu.

 Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga
yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai
yang dangkal.

 Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau

7
hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.
Contoh ekosistem buatan adalah: Bendungan,hutan Jati dan pinus,dll.

C. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan anugrah terbesar dati Tuhan Yang


Maha Kuasa. Keanekaragaman hayati memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.

1. Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati

Nilai ekonomi keanekaragaman hayati merupakan nilai kemanfaatan dari berbagai


sumber hayati yang dapat menghasilkan keuntungan bagi penggunaanya, yaitu dapat di
perjual belikan. Keanekaragaman hayati yang memiliki nilai ekonomi antara lain sebagai
bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan, dan memiliki aspek budaya.

a. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan pangan.


Keanekaragaman hayati di jadikan sebagai makanan pokok yang di konsumsi oleh
manusia misalnya dari tumbuhan yaitu padi, jangung, singkong, ubi jalar, talas kentang,
sorgum dan lain lain sedangkan dari hewan misalnya daging sapi, daging ayam, ikan laut
dan telur.

b. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan obat-obatan


Keanekaragaman hayati yang berasal dari tumbuhan sebagai sumber obat-obatan,
misalnya : mengkudu untuk menurunkan tekanan darah tinggi, kina untuk obat malaria,
buah merah untuk mengobati kanker, kolesterol tinggi, dan diabetes. Sedangkan yang
berasal dari hewan contohnya madu lebah dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh, dan bagian daging dan lemak ular dipercaya dapat mengobati penyakit kulit.

c. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan kosmetik


Beberapa tumbuhan  digunakan untuk kosmetika, antara lain sebagai berikut misalnya
: Bunga mawar, melati, cendana, kenanga, dan kemuning dimanfaatkan untuk wewangian
(parfum). Kemuning, bengkoang, alpukat, dan beras digunakan sebagai lulur tradisional
untuk menghaluskan kulit. Sedangkan urang aring, mangkokan, pandan, minyak kelapa,
dan lidah buaya digunakan untuk pelumas dan penghitam rambut.

d. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan sandang


Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang, misalnya : rami, kapas,
pisang hutan atau abaca, dan jute, dimanfaatkan seratnya untuk membuat kain atau bahan
pakaian, ulat sutera untuk membuat kain sutera yang memiliki nilai ekonomi sangat
tinggi, kulit sapi dan kambing untuk membuat jaket, bulu burung untuk membuat
aksesoris pakaian.

e. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan papan


Sebagai bahan papan, keanekaragaman hayati dimanfaatkan untuk membuat rumah
dan sejenisnya misalnya kayu jati, kelapa, nangka, meranti keruing, rasamala, ulin dan
bambu dimanfaatkan kayunya untuk membuat jendela, pintu, tiang dan atap rumah.

8
f. Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya
Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan antara lain : Budaya nyeka
(ziarah kubur) pada masyarakat jawa menggunakan bunga mawar, kenanga, kuntil, dan
melati. Umat islam menggunakan heawan ternak seperti sapi, kambing dan kerbau pada
hari qurban. Upacara ngaben di Bali menggunakan 39 jenis tumbuhan yang mengandung
minyak atsiri yang berbau harum, antara lain kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih,
dan cendana.

2. Nilai Pendidikan Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati dapat menambah pemahaman dan pengetahuan manusia.


Pemanfaatan hewan dan tumbuhan digunakan untuk bahan percobaan untuk kedokteran dan
eksperimen eksperimen tertentu.

3. Nilai Ekologi Keanekaragaman Hayati

Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai perlindungan terhadap
kerusakan lahan karena akar tanaman akan melindungi tanah dari kerusakan, pengikisan,
menyerap air hujan sehingga tidak terjadi banjir atau tanah longsor.

D. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati

Menghilangnya kanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan oleh


beberapa faktor berikut ini :

1) Hilangnya Habitat
Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) menunjukkan
bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan manajemen pertanian dan hutan yang tidak
berkelanjutan menjadi penyebab terbesar hilangnya kenaekaragaman hayati.
Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin bertambah pula kebutuhan yang
harus dipenuhi. Lahan yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan dan hewan semakin
sempit karena digunakan untuk tempat tinggal penduduk, dibabat untuk digunakan sebai
lahan pertanian atau dijadikan lahan industri.

2) Pencemaran Tanah, Udara, dan Air


Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas
manusia. Polutan tersebut dapat mencemari air, tanah, dan udara. Beberapa polutan
berbahaya bagi organisme misalnya, nitrogen dan sulfur oksida yang dihasilkan dari
kendaraan bermotor jika bereaksi dengan air akan membentuk hujan asam yang merusak
ekosistem. Pembuangan chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan menyebabkan lapisan
ozon di atmosfer berlubang. Akibatnya intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi
meningkat dan menyebabkan banyak masalah, antara lain berkurangnya biomassa
fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan rantai makanan
organisme.

3) Perubahan Iklim
Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon
dioksida (CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca. Menurut Raven (1995), “ efek rumah
kaca meningkatkan suhu udara 1-30C dalam kurun waktu 100 tahun.” Kenaikan suhu

9
tersebut menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan permukaan air laut sekitar 1-2
m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan fungsi ekosistem lautan.

4) Eksploitasi Tanaman dan Hewan


Eksploitasi Hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan terhadap
komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya kayu hutan yang digunakan
untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang harganya mahal dan banyak
diminati oleh pencinta makanan laut. Eksploitasi yang berlebihan dapat menyebabkan
kepunahan spesies-spesies tertentu, apalagi bila tidak diimbangi dengan usaha
pengembangbiakannya.

5) Masuknya Spesies Pendatang


Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang
sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut. Beberapa spesies
asing tersebut dapat menjadi spesies invasif yang menguasai ekosistem. Contohnya ikan
pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) merupakan spesies endemik Danau Ayamaru,
Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah karena dimangssa oleh ikan mas (Cyprinus
carpio) yang dibawa dari jepang dan menjadi spesies invasif di danau tersebut.

6) Industrilisasi Pertanian dan Hutan


Para petani cendrung menanam tumbuhan dan memelihara hewan yang bersifat
unggul dan menguntungkan, sedangkan tumbuhan dan hewan yang kurang unggul dan
kurang menguntungkan akan disingkirkan. Selain itu, suatu lahan pertanian atau hutan
industri umumnya hanya ditanami satu jeis tanaman (monokultur) misalnya teh, karet,
dan kopi. Hal ini dapat menurunkan keanekaragaman hayati tingkat spesies.

E. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula manfaat


yang dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah dengan
melakukan pelestarian (konservasi) keanekaragaman hayati. Konservasi keanekaragaman
hayati memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut :

1. Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan;

2. Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan


pemanfaatan yang tidak terkendali;

3. Menyediakan sumber plasma nuftah untuk mendukung pengembangan dan budidaya


tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.

4. Konservasi  keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No. 5 tahun 1990


tentang Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dengan tiga azas, yaitu tanggung jawab, berkelanjutan, dan
bermanfaat.

Pelestarian sumber daya alam hayati harus dilakukan secara terpadu dan melibatkan
banyak pihak.  Beikut ini akan dijelaskan dua jenis pelestarian yaitu pelestarian secara In Situ
dan Pelestarian Ek Situ.

10
a. Pelestarian Secara In Situ
Pelestarian secara in situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan
di habitat asalnya. Contohnya, bunga Rafflesia arnoldi di Bengkulu, badak jawa di Ujung
Kulon, dan komodo di Pulau Komodo. Yang termasuk pelestarian sumber daya alam
hayati secara in situ yaitu :
Perlindungan alam ketat, yaitu perlindungan alam yang membiarkan alam berkembang
secara alamiah.
a) Perlindungan alam terbimbing, yaitu perlindungan alam yang dibina oleh para
ahli.
b) Perlindungan geologi, yaitu perlindungan terhadap formasi geologi (tanah).
c) Perlindungan alam zoologi, yaitu perlindungan terhadap hewan langka dan hampir
punah serta perkembangbiakannya.
d) Perlindungan alam botani, yaitu perlindungan terhadap tumbuhan.
e) Taman nasional, digunakan sebagai tempat rekreasi.
f) Perlindungan pemandangan alam berupa danau dan air terjun.
g) Perlindungan monumen alam berupa perlindungan terhadap benda benda alam
yang terpencil.
h) Perlindungan suaka margasatwa, yaitu perlindungan hewan dari perburuan.

b. Pelestarian Secara Ek Situ


Pelestarian secara ek situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan
di luar habitat asalnya atau dipelihara di tempat lain. Pelestarian secara ek situ ada
beberapa macam, misalnya kebun koleksi, kebun plasma nuftah, dan kebun raya.

11
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

 Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang


menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada daerah.
Tingkat keanekaragaman hayati terdiri dari tiga yaitu keanekaragaman gen,
keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem.

 Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga


tingkatan yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies (jenis), dan
Keanekaragaman ekosistem.

 Fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati yaitu memiliki nilai ekonomi sebagai
sumber bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan dan memiliki aspek
budaya. Selain itu keanekaragaman hayati juga memiliki nilai pendidikan dan ekologi.

 Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati di suatu daerah


disebabkan oleh hilangnya habitat, pencemaran tanah, udara dan air, perubahan iklim,
eksploitasi tanaman dan hewan, masuknya spesies pendatang dan industrilisasi
pertanian dan hutan.

 Untuk mencegah kepunahan keanekaragaman hayati diperlukan usaha untuk


melestarikannya baik usaha untuk perlindungan maupun pengawetan alam serta
pelestarian keanekaragaman hayati yang meliputi pelestarian secara in situ maupun ek
situ.

B.Saran

Didalam kehidupan didunia ini terdapat berbagai jenis keanekaragaman baik hewan
maupun tumbuhan. Untuk mencegah kepunahan maka diperlukan usaha bersama antara
pemerintah dan masyarakat dalam upaya untuk melestarikannya, dan memberikan sanksi
yang tegas kepada oknum-oknum yang bertanggung jawab atas perusakan tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA
 

Anonim. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.


Henny Riandari. (2014). Biologi untuk Kelas X SMA dan MA. Solo : Global.
Irnaningtyas. (2013). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Mochamad Indrawan. (2007). Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Nunung Nurhayati, Mukhlis, & Agus Jaya. (2014). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. (cetakan
ke-1). Bandung : Yrama Widya.
Supardi. (1994). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Alumni.
 

 
 

13

Anda mungkin juga menyukai