Anda di halaman 1dari 18

KEANEKARAGAMAN HAYATI

Disusun Oleh:
Nama : Mizatul Khaira
Kelas : X4

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1


ACEH UTARA
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Keanekaragaman Hayati ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Biologi.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah Keanekaragaman Hayati ini. Dan kami juga menyadari
pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu
dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Keanekaragaman Hayati ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah
Keanekaragaman Hayati ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Panton Labu, 14 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Keanekaragaman Hayati........................................................ 3
B. Tingkat Keanekaragaman Hayati............................................................. 3
C. Keanekaragaman Hayati di Indonesia..................................................... 6
D. Peranan Keanekaragaman Hayati dalam Kehidupan Manusia................ 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………………………………………...14
B. Saran………………………………………………………………..…14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diperkirakan lebih dari satu juta jenis makhluk hidup mendiami atau
pernah mendiami planet bumi kita. Baik jenis-jenis tumbuhan, hewan, jamur,
jasad renik maupun organisme lain merupakan sumber kekayaan
keanekaragaman hayati yang tak ternilai harganya. Kegiatan penelitian dan
pengumpulan data tentang sumber daya alam hayati, yang dikenal dengan
istilah bioprospeksi, terus digalakkan. Ini merupakan upaya yang
berkelanjutan baik untuk tujuan pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam
ataupun untuk kepentingan komersial. Dari kegiatan eksplorasi yang
dilakukan oleh para ilmuwan yang diikuti dengan pengembangan ilmu
pengetahuan memberikan potret biodiversitas, gambaran tentang kekayaan
keanekaragaman sumber daya alam hayati.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tidak ternilai.
Indonesia memiliki jumlah spesies mamalia tertinggi di dunia, sekitar 515
spesies atau 12% dari mamalia dunia. Dengan sekitar 600 spesies reptilia dan
sekitar 270 spesies amfibi yang ada, menempatkan Indonesia di posisi ke tiga
di dunia untuk kekayaan keanekaragaman reptilia dan pada posisi ke lima
untuk kekayaan keanekaragaman amfibi. Jumlah spesies kupu-kupu di
Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia, 121 spesies, 44% di antaranya
endemik (Djalal Tanjung, 2002).
Masih banyak potensi lain yang perlu digali dan dimanfaatkan untuk
kesejahteraan masyarakat. Hal itu menunjukkan bahwa Indonesia merupakan
negeri dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Tinggal bagaimana
kita mengelola dan memanfaatkan potensi tersebut. Dengan mempelajari
keanekaragaman hayati, diharapkan kalian mengetahui potensi kekayaan
keanekaragaman hayati, mampu memanfaatkan dengan bijak dan ikut
berperan aktif dalam melestarikan keanekaragaman hayati demi kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah tentang Keanekaragaman Hayati ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian keanekaragaman hayati?
2. Bagaimana tingkat keanekaragaman hayati?
3. Bagaimana keanekaragaman hayati di Indonesia?
4. Bagaimana peranan keanekaragaman hayati dalam kehidupan manusia?
5. Bagaimana peranan manusia terhadap keanekaragaman hayati?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Keanekaragaman
Hayati ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian keanekaragaman hayati.
2. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman hayati.
3. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati di Indonesia.
4. Untuk mengetahui peranan keanekaragaman hayati dalam kehidupan
manusia.
5. Untuk mengetahui peranan manusia terhadap keanekaragaman hayati.
6. Untuk mengetahui usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati disebut juga biodiversitas. Kata ini merupakan
serapan langsung dari kata biodiversity. Keanekaragaman hayati terbentuk
karena adanya keseragaman (kesamaan) dan keberagaman (perbedaan) sifat
atau ciri makhluk hidup. Keanekaragaman hayati merupakan pernyataan
mengenai berbagai macam (variasi) bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat
yang terdapat pada berbagai tingkatan makhluk hidup.
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994, keanekaragaman
hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua
sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik
(perairan) lainnya, serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian
dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara
spesies dengan ekosistem. Berdasarkan definisi dari undang-undang tersebut,
keanekaragaman hayati terdiri atas tiga elemen, yaitu keanekaragaman gen,
keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.
Keanekaragaman dapat dilihat antara lain dari perbedaan bentuk,
ukuran, warna, jumlah, dan faktor fisiologis. Makhluk hidup yang ada di dunia
ini beraneka ragam dalam berbagai tingkatan. Makhluk hidup berbeda-beda
pada tingkat genetik, spesies, bahkan pada tingkat yang lebih luas, yaitu pada
tingkat ekosistem.

B. Tingkat Keanekaragaman Hayati


Dari sekian banyak organisme yang menghuni bumi, tidak ada
sepasang pun yang benar-benar sama untuk segala hal. Kenyataan tersebut
menunjukkan kepada kita, bahwa di alam raya dijumpai keanekaragaman
makhluk hidup atau disebut juga keanekaragaman hayati. Keanekaragaman
hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan
keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah.
Keseluruhan gen, jenis dan ekosistem merupakan dasar kehidupan di bumi.

3
Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati bagi kehidupan maka
keanekaragaman hayati perlu dipelajari dan dilestarikan. Tingginya tingkat
keanekaragaman hayati di permukaan bumi mendorong ilmuwan mencari cara
terbaik untuk mempelajarinya, yaitu dengan klasifikasi.
1. Keanekaragaman Gen
Gen atau plasma nutfah adalah substansi kimia yang menentukan
sifat keturunan yang terdapat di dalam lokus kromosom. Setiap individu
makhluk hidup mempunyai kromosom yang tersusun atas benang-benang
pembawa sifat keturunan yang terdapat di dalam inti sel. Sehingga seluruh
organisme yang ada di permukaan bumi ini mempunyai kerangka dasar
komponen sifat menurun yang sama. Kerangka dasar tersebut tersusun atas
ribuan sampai jutaan faktor menurun yang mengatur tata cara penurunan
sifat organisme. Walaupun kerangka dasar gen seluruh organisme sama,
namun komposisi atau susunan, dan jumlah faktor dalam kerangka bisa
berbeda-beda. Perbedaan jumlah dan susunan faktor tersebut akan
menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen.
Di samping itu, setiap individu memiliki banyak gen, bila terjadi
perkawinan atau persilangan antar individu yang karakternya berbeda akan
menghasilkan keturunan yang semakin banyak variasinya. Karena pada
saat persilangan akan terjadi penggabungan gen-gen individu melalui sel
kelamin. Hal inilah yang menyebabkan keanekaragaman gen semakin
tinggi. Contoh keanekaragaman tingkat gen ini adalah tanaman bunga
mawar putih dengan bunga mawar merah yang memiliki perbedaan, yaitu
berbeda dari segi warna bunga.
Dalam perkembangannya, faktor penentu tidak hanya terdapat pada
gen saja, melainkan ada juga faktor lain yang berperan mempengaruhi
keanekaragaman hayati ini, yaitu lingkungan. Sifat yang muncul pada
setiap individu merupakan interaksi antara gen dengan lingkungan. Dua
individu yang memiliki struktur dan urutan gen yang sama, belum tentu
memiliki bentuk yang sama pula karena faktor lingkungan mempengaruhi
penampakan (fenotipe) atau bentuk. Misalnya, orang yang hidup di daerah
pegunungan dengan orang yang hidup di daerah pantai memiliki

4
perbedaan dalam hal jumlah eritrositnya. Jumlah eritrosit orang yang
hidup di daerah pegunungan lebih banyak dibanding yang hidup di pantai
disebabkan adaptasi terhadap kandungan oksigen di lingkungannya. Di
daerah pegunungan lebih rendah kandungan oksigennya dibandingkan di
daerah pantai. Sehingga fenotipe pipi orang pegunungan umumnya lebih
kemerahan dibanding orang pantai.
2. Keanekaragaman Jenis
Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunyai
persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling
kawin dengan sesamanya (inter hibridisasi) yang menghasilkan keturunan
yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Keanekaragaman jenis
menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar
jenis. Perbedaan antar spesies organisme dalam satu keluarga lebih
mencolok sehingga lebih mudah diamati daripada perbedaan antar
individu dalam satu spesies.
Dalam keluarga kacang-kacangan kita kenal kacang tanah, kacang
buncis, kacang hijau, kacang kapri, dan lain-lain. Di antara jenis kacang-
kacangan tersebut kita dapat dengan mudah membedakannya karena di
antara mereka ditemukan ciri khas yang sama. Akan tetapi, ukuran tubuh
atau batang, kebiasaan hidup, bentuk buah dan biji, serta rasanya berbeda.
Contoh lainnya terlihat keanekaragaman jenis pada pohon kelapa, pohon
pinang dan juga pada pohon palem.
3. Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal
balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan
juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Setiap makhluk hidup
hanya akan tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang sesuai. Pada
suatu lingkungan tidak hanya dihuni oleh satu jenis makhluk hidup saja,
tetapi juga akan dihuni oleh jenis makhluk hidup lain yang sesuai.
Akibatnya, pada suatu lingkungan akan terdapat berbagai makhluk hidup
berlainan jenis yang hidup berdampingan secara damai. Mereka seolah-
olah menyatu dengan lingkungan tersebut. Pada lingkungan yang sesuai

5
inilah setiap makhluk hidup akan dibentuk oleh lingkungan. Sebaliknya,
makhluk hidup yang terbentuk oleh lingkungan akan membentuk
lingkungan tersebut. Jadi, antara makhluk hidup dengan lingkungannya
akan terjadi interaksi yang dinamis.
Perbedaan kondisi komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu
daerah menyebabkan jenis makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi
dengan lingkungan tersebut berbeda-beda. Akibatnya, permukaan bumi
dengan variasi kondisi komponen abiotik yang tinggi akan menghasilkan
keanekaragaman ekosistem. Ada ekosistem hutan hujan tropis, hutan
gugur, padang rumput, padang lumut, gurun pasir, sawah, ladang, air
tawar, air payau, laut, dan lain-lain. Komponen biotik dan abiotik di
berbagai daerah bervariasi baik mengenai kualitas komponen tersebut
maupun kuantitasnya. Hal inilah yang menyebabkan terbentuknya
keanekaragaman ekosistem di muka bumi ini. Antar komponen ekosistem
hidup berdampingan tanpa saling mengganggu, dan apabila terjadi
kepunahan atau gangguan terhadap salah satu anggotanya maka akan
mengganggu kelangsungan hidup organisme lainnya. Suatu perubahan
yang terjadi pada komponen-komponen ekosistem ini akan berpengaruh
terhadap keseimbangan (homeostasis) ekosistem tersebut.
Sebagai suatu sistem, di dalam setiap ekosistem akan terjadi proses
yang saling terkait. Misalnya, pengambilan makanan, perpindahan energi
atau energetika, daur zat atau materi, dan produktivitas atau hasil
keseluruhan ekosistem. Contoh keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
adalah pohon kelapa banyak tumbuh di daerah pantai, pohon aren tumbuh
di pegunungan, sedangkan pohon palem dan pinang tumbuh dengan baik
di daerah dataran rendah.

C. Keanekaragaman Hayati di Indonesia


Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kekayaan
keanekaragaman hayati (biodiversitas) terbesar di dunia. Hal ini dipengaruhi
oleh posisi geografis Indonesia yang sangat menguntungkan, yaitu terletak di
antara dua benua. Benua yang mengapitnya ini adalah benua Asia dan benua

6
Australia. Selain itu, Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas
beribu-ribu pulau. Setiap pulau di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati
yang berbeda, baik hewan maupun tumbuhannya. Hal ini pulalah yang
menyebabkan adanya hewan maupun tumbuhan yang endemik.
Endemik merupakan makhluk hidup yang hanya hidup di satu daerah
saja atau khas di suatu daerah. Contohnya, bunga bangkai (Amorphophallus
titanum) yang dapat ditemukan di daerah Sumatra dan bunga Rafflesia
(Rafflesia arnoldii) yang ditemukan di Bengkulu. Keanekaragaman hayati di
Indonesia ini tidak hanya mencakup hewan dan tumbuhan saja, akan tetapi
mencakup lima kingdom, yaitu keanekaragaman Protista, Monera, Fungi
(jamur), Plantae (tumbuhan), dan Animalia (hewan). Di Indonesia, jenis jamur
yang telah diidentifikasi berkisar antara 4.250–12.000 jenis; tumbuhan berbiji,
sekitar 20.000 spesies; lumut 3.000 spesies; tumbuhan paku 4.000 spesies;
Mammalia 515 spesies; kupu-kupu 121 spesies; Reptilia, lebih dari 600
spesies; burung 1.519 spesies; dan Amphibia 270 spesies (Indonesian
Heritage: Wild live, 1996).
1. Keanekaragaman Tumbuhan di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan
tumbuhan (flora) terbesar di dunia. Hal ini dipengaruhi letak geografis
Indonesia seperti telah disebutkan sebelumnya. Letak geografis ini pun
memengaruhi persebaran tumbuhan di setiap daerah atau pulau. Berikut ini
adalah beberapa keanekaragaman tumbuhan Indonesia berdasarkan dari
jenisnya.
a. Bryophyta (Lumut)
Kondisi dasar hutan yang basah dan lembap di hutan hujan
tropis merupakan habitat yang sangat cocok untuk habitat Bryophyta.
Indonesia memiliki iklim tropis dan memiliki hutan hujan tropis yang
sangat luas, sehingga dapat menampung cukup banyak spesies anggota
Bryophyta. Kurang lebih 1.500 spesies Bryophyta terdapat di
Indonesia yang terdiri atas golongan lumut daun, lumut hati, dan lumut
tanduk. Berikut adalah beberapa contoh Bryophyta yang ada di
Indonesia.

7
b. Pterydophyta (Tumbuhan Paku)
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang cukup
mendominasi di hutan hujan tropis. Dengan kondisi lingkungan yang
basah dan lembap, tumbuhan paku tersebar di seluruh wilayah hutan
hujan tropis Indonesia. Di wilayah Malesiana, termasuk Indonesia di
dalamnya, terdapat 4.000 spesies tumbuhan paku. Tumbuhan paku ini
dapat ditemukan di mana-mana karena tumbuhan paku dapat hidup di
tanah, kayu mati, pohon, bahkan di batu. Beberapa contoh paku yang
ada di Indonesia antara lain Selaginella sp., Lycopodiella cernua,
Hymnophillum, dan Gleichenia. Beberapa jenis tumbuhan paku
memiliki nilai ekonomis. Misalnya, Asplenium nidus (paku sarang
burung) dan Platycerium (paku tanduk rusa) yang digunakan sebagai
tanaman hias.
c. Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)
Tumbuhan berbiji ini merupakan tumbuhan yang banyak
dijumpai dengan berbagai jenis dan bentuknya. Pada vegetasi
Malesiana saja terdapat kurang lebih 25.000 spesies yang termasuk
golongan spermatophyta. Tumbuhan berbiji ini dibagi ke dalam dua
kelompok yaitu angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan
gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka). Indonesia dengan iklim
tropisnya memiliki cukup banyak spesies dari kedua golongan tersebut
seperti familia Dipterocarpaceae, familia ini merupakan tumbuhan
yang cukup mendominasi hutan hujan tropis, tingginya bisa mencapai
70 meter. Selain itu, bunga-bunga yang khas dari Indonesia, antara lain
bunga bangkai yaitu (Amorphophallus titanum) Raflesia arnoldii, dan
bunga cempaka (Michellia sp.). Beberapa contoh Gymnospermae yang
ada di Indonesia adalah Pinus merkusii, Ginkgo biloba, dan Cycas.
2. Keanekaragaman Hewan di Indonesia
Jenis-jenis hewan yang ada di Indonesia diperkirakan berjumlah
sekitar 220.000 jenis yang terdiri atas lebih kurang 200.000 serangga
(±17% fauna serangga di dunia), 4.000 jenis ikan, 2.000 jenis burung, serta

8
1.000 jenis reptilia dan amphibia. Pembagian fauna menjadi dua kelompok
didasarkan pada adanya Paparan Sunda dan Paparan Sahul menjadi lebih
jelas lagi daripada pembagian flora. Di sini dapat ditarik garis pemisah
yang lebih jelas yang disebut garis Wallace (ditemukan oleh Alfred Russel
Wallace).
Beberapa jenis hewan, seperti ikan tawar dari kelompok timur dan
barat penyebarannya tidak pernah bertemu. Akan tetapi, ada pula hewan-
hewan, seperti burung, amphibia, dan reptilia yang sering kali antara
penyebaran kelompok timur dan barat saling tumpang-tindih. Paparan
sunda sangat kaya akan berbagai jenis mamalia dan burung, diperkirakan
di kawasan ini terdapat ratusan jenis burung dan 70% di antaranya
merupakan penghuni hutan primer darat, keanekaragaman ini jauh lebih
tinggi daripada di Afrika.
Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh garis
Wallace. Garis Wallace membelah Selat Makassar menuju ke selatan
hingga ke Selat Lombok. Jadi, garis Wallace memisahkan wilayah
Oriental (termasuk Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah
Australia (Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
Tenggara Timur).
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Weber, seorang ahli zoologi
dari Jerman. Menurut Weber, hewan-hewan yang ada di Sulawesi tidak
semuanya tergolong kelompok hewan Australia karena ada juga yang
memiliki sifat-sifat Oriental sehingga Weber berkesimpulan bahwa
hewan-hewan Sulawesi merupakan hewan peralihan. Weber kemudian
membuat garis pembatas yang berada di sebelah timur Sulawesi
memanjang ke utara menuju Kepulauan Aru yang kemudian dikenal
dengan nama garis Weber. Sebagai bukti, Sulawesi merupakan wilayah
peralihan, contohnya, di Sulawesi terdapat Oposum dari Australia dan kera
Macaca dari Oriental.
a. Persebaran Fauna Daerah Oriental

9
Fauna daerah Oriental yang meliputi Sumatra, Jawa, dan
Kalimantan serta pulau-pulau di sekitarnya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1) Banyak spesies mamalia berukuran besar, seperti badak, gajah,
banteng, dan harimau. Terdapat pula mamalia berkantung, tetapi
jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
2) Terdapat berbagai macam kera, terutama di Kalimantan yang
paling banyak memiliki primata, misalnya, orang utan, kukang, dan
bekantan.
3) Burung-burung yang dapat berkicau, tetapi warnanya tidak seindah
burung Australia, misalnya, jalak bali (Leucopsar rothschildi),
murai (Myophoneus melurunus), ayam hutan berdada merah
(Arborphila hyperithra), dan ayam pegar (Lophura bulweri).
b. Persebaran Fauna Daerah Indonesia Bagian Timur
Fauna daerah Indonesia bagian timur, yaitu Irian, Maluku, dan
Nusa Tenggara relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri yang
dimilikinya adalah sebagai berikut.
1) Mamalia berukuran kecil. Di Irian dan Papua terdapat kurang lebih
110 spesies mamalia, misalnya, kuskus (Spilocus maculates) dan
Oposum. Di Irian juga terdapat 27 hewan pengerat (rodensial), dan
17 di antaranya merupakan spesies endemik.
2) Banyak hewan berkantung. Di Irian dan Papua banyak ditemukan
hewan berkantung, seperti kanguru (Dendrolagus ursinus).
3) Tidak terdapat spesies kera. Spesies kera tidak ditemukan di daerah
Australia, tetapi di Sulawesi ditemukan banyak hewan endemik,
misalnya, primata primitif Tarsius spectrum, musang (Macrogalida
musschenbroecki), babirusa, anoa, maleo, dan beberapa jenis kupu-
kupu.
4) Jenis burung berwarna indah dan beragam. Papua memiliki koleksi
burung terbanyak dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia, kira-
kira 320 jenis, dan setengah di antaranya merupakan spesies
endemik, misalnya, burung cenderawasih.

10
D. Peranan Keanekaragaman Hayati dalam Kehidupan Manusia
Di muka bumi ini, tidak ada satu pun makhluk hidup yang bisa hidup
sendiri, termasuk manusia. Dalam hidupnya, manusia selalu membutuhkan
makhluk hidup lain, misalnya manusia akan membutuhkan pasangan hidup
dari jenisnya, manusia juga sangat membutuhkan tumbuhan dan hewan
sebagai sumber makanan atau bahan tempat tinggalnya, dan masih banyak
peranan tumbuhan dan hewan bagi kehidupan manusia. Beraneka ragam jenis
tumbuhan dan hewan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia,
antara lain, sebagai sumber pangan, sumber sandang, bahan bangunan untuk
tempat tinggal, sumber pendapatan, sumber plasma nutfah, sumber bahan
obat-obatan, sumber keilmuan, dan keindahan.
1. Sumber Pangan
Setiap hari kita membutuhkan makanan dan minuman agar kita
memperoleh energi untuk aktivitas hidup kita. Manusia tidak dapat
membuat makanannya sendiri. Manusia memperoleh makanan dari
makhluk hidup lain, yaitu tumbuhan dan hewan. Sumber bahan makanan
dari berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang dimanfaatkan manusia di
antaranya sebagai berikut.
a. Bahan makanan yang berfungsi sebagai makanan pokok, misalnya
padi, jagung, gandum, sagu, umbi, singkong, dan talas.
b. Bahan makanan yang berfungsi sebagai lauk-pauk, misalnya ikan,
ayam, sapi, kambing, dan udang.
c. Bahan makanan yang berfungsi sebagai sayuran, seperti bayam,
kangkung, kubis, sawi, tomat, wortel, buncis, dan jagung.
d. Bahan yang makanan berfungsi sebagai buah-buahan, misalnya
mangga, apel, durian, rambutan, stroberi, kelengkeng, dan anggur.
2. Sumber Sandang
Manusia hidup selalu membutuhkan pakaian, walaupun pakaian
yang dikenakan penduduk di dunia memiliki bentuk, model, dan bahan
yang berbeda-beda. Bahan pakaian yang dimanfaatkan manusia antara lain

11
berasal dari berbagai jenis tumbuhan atau hewan, misalnya kapas, pisang
abaka, ulat sutera, bulu dan biri-biri.
3. Sumber Bahan Bangunan dan Alat-alat Rumah Tangga
Sebagian besar komponen barang-barang itu terbuat dari bahan
besi, plastik, atau kayu. Bahan kayu berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Beberapa jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber bahan
bangunan dan alat-alat rumah tangga antara lain jati, mahoni, sonokeling,
bangkirai, sengon, kruing, ulin, kelapa, dan bambu.
4. Sumber Pendapatan
Saat ini banyak orang yang berwirausaha dengan mengembangkan
usaha di bidang keanekaragaman hayati, baik hewan maupun tumbuhan.
Berbagai hewan dikembangkan manusia sebagai sumber pendapatan,
misalnya dengan memelihara ayam petelur, pedaging, sapi perah, usaha
perikanan air tawar, dan sebagainya. Selain hewan, banyak pula orang
yang menggantungkan sumber pendapatannya dari usaha pembudidayaan
tanaman, seperti tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias, tanaman
perkebunan, dan lain-lain.
Selain itu, keanekaragaman hayati yang tinggi dapat pula dijadikan
masyarakat sebagai sumber pendapatan misalnya sebagai bahan bangunan
dan alat-alat rumah tangga, bahan baku industri, dan rempah-rempah.
Sumber pendapatan manusia misalnya jati dan mahoni dapat dijadikan
sebagai bahan baku industri ukir, teh dan kopi sebagai bahan baku industri
minuman, kenanga dan nilam sebagai bahan baku industri minyak wangi,
rempah-rempah sebagai bahan baku industri makanan, dan sebagainya.
5. Sumber Plasma Nutfah
Plasma nutfah atau sering disebut gen merupakan substansi atau
sumber sifat keturunan makhluk hidup yang dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan jenis unggul baru. Di Indonesia terdapat keanekaragaman
hayati yang tinggi, di antaranya banyak jenis tumbuhan maupun hewan
yang memiliki sifat-sifat unggul seperti perakarannya kuat, tahan terhadap
hama dan penyakit, tahan terhadap kekeringan, maupun tahan terhadap air
asin.

12
6. Sumber Keilmuan
Telah disebutkan sebelumnya bahwa kehidupan manusia sangat
tergantung dari tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikembangkan manusia
melalui usaha pertanian, sedangkan hewan dikembangkan melalui
kegiatan peternakan. Salah satu cara yang dilakukan manusia untuk
meningkatkan hasil pertanian adalah dengan mengupayakan
perkembangbiakan secara vegetatif buatan seperti mencangkok,
menempel, menyambung, merunduk, dan stek.
7. Sumber Bahan Obat-obatan
Banyak jenis tumbuhan dan hewan yang dapat dijadikan bahan
obat-obatan seperti jahe, kencur, temu lawak, temu giring, adas, sirih,
mengkudu, remujung, tempuyung, mahkota dewa, buah merah, dan
sebagainya. Contoh pemanfaatan tumbuhan dan hewan sebagai obat-
obatan adalah sebagai berikut.
a. Buah mengkudu (pace) diketahui berkhasiat untuk mencegah dan
mengobati penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit
lainnya.
b. Remujung dan tempuyung diketahui berkhasiat untuk menghancurkan
batu ginjal.
c. Cacing tanah berkhasiat untuk mengobati penyakit tipes.
8. Sumber Keindahan
Tanaman hias, seperti anggrek, mawar, aneka jenis bonsai, serta
yang saat ini banyak digemari adalah tanaman gelombang cinta dan
anturium. Tanaman-tanaman tersebut dimanfaatkan sebagai hiasan karena
dapat menjadikan pemandangan sekitar terlihat indah dan asri. Selain
tanaman yang dapat dimanfaatkan keindahannya, hewan pun dapat
dimanfaatkan pula untuk keindahan. Hewan yang dapat dimanfaatkan
keindahannya misalnya burung beo dapat dinikmati keindahan suaranya
dan burung merak serta burung cenderawasih dinikmati keindahan warna
tubuhnya.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keanekaragaman hayati yang ada di dunia ini meliputi berbagai variasi
bentuk, ukuran, jumlah (frekuensi), warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk
hidup. Jadi, setiap sistem lingkungan mempunyai keanekaragaman masing-
masing. Keanekaragaman tersebut berlangsung mulai dari tingkatan gen, jenis,
sampai ekosistem.
Beragam tumbuhan, hewan, jamur, bakteri, dan jasad renik lain banyak
terdapat di Indonesia. Sekitar 40.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis hewan,
5.000 jenis jamur, dan 1.500 jenis Monera berada di Indonesia. Bahkan
banyak jenis makhluk hidup yang merupakan makhluk hidup endemik atau
hanya ditemukan di suatu daerah saja.
Alam merupakan tempat manusia hidup sekaligus tempat untuk
memperoleh bahan kebutuhannya. Dari alam, manusia mendapatkan makanan
dan energi. Kebutuhan manusia yang diperoleh dari lingkungannya bukan
hanya sesaat, melainkan selama spesies itu ada sehingga kebutuhan itu tetap
ada, bahkan makin meningkat. Untuk dapat menyediakan kebutuhan hidup
secara berkesinambungan itu, manusia harus selalu berusaha menjaga
kelestarian keanekaragaman hayati.

B. Saran
Perlu diingat bahwa kelangsungan hidup manusia juga bergantung dari
kelestarian ekosistem tempat manusia hidup. Untuk menjaga terjaminnya
kelestarian ekosistem, manusia harus dapat menjaga keserasian hubungan
timbal balik antara manusia dengan lingkungannya sehingga keseimbangan
ekosistem dapat terjaga.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Moch. dan Djoko Martono. 2009. Biologi 1: Untuk Sekolah Menengah
Atas (SMA) - Madrasah Aliah (MA) Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.

Ferdinand P., Ficktor dan Moekti Ariebowo. 2009. Praktis Belajar Biologi 1:
Untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.

Firmansyah, Rikky, dkk. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1: Untuk Kelas X
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.

Kistinnah, Idun dan Endang Sri Lestari. Biologi 1: Makhluk Hidup dan
Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.

Loveless A.R. 1998. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropis.


Jakarta: PT Gramedia.

Rigg, Jonathan. 2002. Indonesia Heritage: Manusia dan Lingkungan. Jakarta:


Bumi Antar Bangsa.

Sastrapraja, Didin S. 1989. Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup


Bangsa. Bogor: Pusat Pendidikan dan Pengembangan Bioteknologi LIPI.

Setijati, D.S et al. 1992. Khazanah Flora dan Fauna Nusantara. Jakarta: Yayasan
Obor.

Subardi, Nuryani, Shidiq Pramono. 2009. Biologi 1: Untuk Kelas X SMA dan MA.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sulistyorini, Ari. 2009. Biologi 1: Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah


Aliyah Kelas X. Jakarta: PT. Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai