Anda di halaman 1dari 11

sedimen mangrove

Mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang memiliki peranan yang sangat
penting, bukan hanya bagi kehidupan manusia tetapi juga bagi hewan hewan yang hidupnya
bergantung di daerah kawasan mangrove. Karen banyaknya manfaat yang dapat di ambil dari
mangrove, fungsi mangrove maupun hutan mangrove di bagi menjadi dua, yaitu fungsi ekologis
dan ekonomis. Secara ekologis mangrove berfungsi sebagai tempat ikan mencari makan, tempat
tinggal, tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat memijah. Dan manfaatnya bagi
kehidupan manusia hutan mangrove berfungsi sebagai pelindung garis pantai, mencegah intrusi
air laut, pengatur iklim mikro dan sebagai penghadang terjangan ombak besar. Sedangkan fungsi
ekonominya dapat diperoleh dengan memanfaatkan bagian bagian dari tumbuhan mangrove.
Seperti misalnya batang kayu mangrove dapat dgunakan sebagai kayu bakar, bahan baku
keperluan rumah tangga maupun industri, selain itu juga buahnya dapat dijadikan tepung untuk
bahan makanan. Juga sebagai daerah pariwisata.
Mangrove hanya dapat tinggal di daerah pantai yang selalu tergenang air laut yang
pasang surut. Hutan mangrove merupakan vegetasi yang mampu tumbuh pada pantai yang
terlindung. Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan
untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa
spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh
dalam perairan asin. Sedangkan menurut Bengen (2004), hutan mangrove merupakan komunitas
vegetasi pantai tropis dan subtropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang
mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Lain halnya
dengan Steenis, menurut Steenis (1978) mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara
garis pasang surut. Menurut Hutabarat dan Evans (1986) mangrove adalah tumbuhan yang dapat
membentuk daratan lumpur karena mangrove dapat bertahan dari salinitas yang tinggi dan tahan
terhadap rendaman air. Susunan jenis dan kerapatan tegakan pada wilayah mangrove sangat
dipengaruhi oleh susunan kondisi tanah. Pada umumnya tanah yang terdiri atas liat dan debu
terdapat tegakan yang lebih rapat dibandingkan pada lahan yang konsentrasi liat dan debunya
rendah (Wiaroatmodjo, 1994 dalam Alkaf, 2003). Dalam pertumbuhannya, mangrove memiliki
beberapa faktor lingkungan penting yang harus diperhatikan diantaranya yaitu salinitas,

temperatur, pH, musim, pasang surut air laut dan saluran air. Selain itu yang memberi pengaruh
penting lainnya yaitu substrat atau sedimen.
Sedimentsi merupakan proses terbentuknya endapan dari partikel partikel yang terbawa
oleh air, angin, es maupun gletser. Partikel sedimen ini biasanya merupakan material yang
berasal dari hasil pelapukan batuan dan pengikisan permukaan bumi. Asal sedimen itu sendiri
sebenarnya dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu sedimen Lithogenous (sedimen yang berasal dari
daratan), sedimen Biogenous (sedimen yang berasal dari sisa rangka organisme hidup, terutama
hewan yang memiliki cangkang karbonat dan kalium fosfat), sedimen Hydrogenous (sedimen
yang berasal dari lautan yang terbentuk secara perlahan melalui penyerapan mineral ke dasar
laut), dan sedimen Cosmogenous (yaitu sedimen yang berasal dari luar angkasa). Ukuran
sedimen pun beragam dan mulai dari yang Boulders (yang berukuran > 256 mm) sampai yang
berjenis Dissolved material (dengan ukuran partikel < 0,0005 mm). Sedangkan untuk jenis
partikel yang terendapkan di kawasan hutan mangrove termasuk ke dalam jenis
partikel Clay atau lempung yang memiliki ukuran partikel sebesar 0,0005 0,002 mm.
Dengan ukuran partikel yang sangat kecil, sedimen ini dapat diangkut dengan
cara suspension yang pada umumnya memang terjadi pada sedimen yang sangat kecil ukurannya
seperti lempung sehingga mampu diangkut oleh aliran air ataupun angin. Selain dengan
cara suspension sedimen juga dapat diangkut dengan cara Bed load yaitu dengan cara
menggelinding, menggeser atau mendorong sedimen satu dengan yang lainnya. Cara ini hanya
terjadi pada jenis partikel sedimen yang relatif lebih besar seperti pasir, kerikil, dan bongkahan.
Cara lainnya yaitu Saltation yang berarti meloncat. Biasanya terjadi pada sedimen yang
berukuran sedang seperti pasir, dimana aliran fluida mampu menghisap dan mengangkut
sedimen pasir sampai dapat turun kembali ke dasar akibat adanya gaya gravitasi. Ukuran
partikel memiliki peranan penting dalam proses pengendapan atau sedimentasi. Hal ini dapat
dilihat dari berat jenis pada partikel pembentuk sedimen, dimana berat jenis pada partikel yang
lebih besar kurang bisa diangangkut oleh air sehingga akan diendapkan di dekat daratan,
sedangkan partikel yang lebih kecil yang memiliki berat jenis lebih ringan akan diangkut oleh air
sampai bertemu cekungan ataupun turun ke dasar akibat adanya gravitasi bumi dan membentuk
endapan. Pengendapan partikel tidak hanya bergantung pada ukuran partikel tetapi juga terhadap
arus. Partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat daripada partikel yang lebih kecil dan arus
yang kuat mempertahankan partikel dalam suspensi lebih lama daripada arus yang lemah. Oleh

karena itu, substrat pada tempat yang arusnya kuat akan menjadi kasar (pasir atau kerikil), karena
hanya partikel besar yang akan mengendap; sedang jika perairan yang tenang dan arus lemah,
lumpur halus akan mengendap.
Estuari (muara sungai) adalah tempat hidup mangrove, dimana kebanyakan estuari
dipenuhi oleh substrat berlumpur yang sering sekali sangat lunak. Substrat berlumpur ini berasal
dari sedimen yang di bawa ke dalam estuari baik oleh air laut maupun air tawar. Pengangkutan
partikel pasir yang lebih besar oleh angin ke dalam muara sungai sering kali penting artinya di
beberapa daerah. Sedangkan air tawar, sungai dan kali mengangkut partikel lumpur dalam
bentuk suspensi. Ketika partikel yang telah tersuspensi bercampur dengan air laut di muara
sungai, kehadiran beberapa ion yang berasal dari air laut menyebabkan partikel partikel lumpur
menggumpal, membentuk partikel yang lebih besar dan lebih berat serta mengendap membentuk
dasar lumpur yang memiliki ciri tertentu. Peran partikel yang di bawa oleh air laut maupun air
tawar terhadap pembentukan substrat lumpur tidaklah sama dari satu estuari ke estuari lainnya
dan juga bergantung pada letak geografinya (Nybakken, 1992).
Hutan mangrove dapat menahan gelombang air laut yang tinggi karena memiliki sistem
perakaran yang rumit. Akibat adanya hutan mangrove sebagai penghalang arus laut sehingga
arus yang melewati hutan bakau merupaka arus lemah. Hal ini menyebabkan sedimen atau
substrat ataupun bahan organik tertahan sehingga tidak dapat kembali ke laut dan yang
terendapkan di kawasan ini merupakan sedimen halus. Menurut Nybakken (1992) gerakan air
yang lambat menyebabkan partikel sedimen yang halus cenderung mengendap dan berkumpul di
dasar. Proses ini dapat mengakibatkan terjadinya sirkulasi interstitial (yang merupakan
pergantian atau pergerakan organisme yang hidup diantara butiran butiran pasir) yang minimal
dan banyaknya bakteri yang hidup. Tingginya bahan organik dan bakteri populasi bakteri di
sedimen mengakibatkan besarnya kebutuhan oksigen di perairan interstitial. Ukuran partikel
sedimen yang halus dapat menghambat pertukaran antara air interstitial dan kolom air di atasnya,
sehingga oksigen akan cepat berkurang. Hal ini dapat dikatakan sebagai kondisi anoksik
sehingga menekan mangrove untuk beradaptasi dengan memiliki akar yang dangkal
atau pneumatofor agar dapat memperoleh oksigen. Walaupun memiliki pneumatofora, apabila
jumlah pengendapan partikel sedimen berlebihan dapat menyebabkan tertimbunnya atau
terkuburnya pneumatofora sehingga pada akhirnya dapat mematikan pohon mangrove.
Walaupun dapat menimbulkan keadaan anoksik, pembentukan sedimen di kawasan hutan

mangrove dapat mencegah terjadinya erosi pantai sehingga tidak akan ada penurunan garis
pantai.
Keberadaan sedimen di kawasan hutan mangrove memiliki kandungan nutrien dan bahan
organik yang cukup tinggi. Hal ini dibantu dengan bercampurnya sedimen yang berasal dari laut
yang mengandung banyak mineral dengan serasah (daun mangrove) yang berguguran. Yang
akan teruraikan menjadi bagian yang lebih kecil dan akan tersuspensi dan dikonsumsi oleh
zooplankton. Sebagian besar massa detritus akan tertahan oleh akar mangrove dan terekomposisi
sehingga mendorong akumulasi bahan organik pada sedimen hutan mangrove dan akan
mempengaruhi kondisi tanah. Hasil dekomposisi inilah yang kemudian berubah menjadi bahan
organik dan dapat menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap dan lebih stabil
(Hardjowigeno, 1992). Pertumbuhan dan perkembangan hutan mangrove sangat dipengaruhi
oleh tekstur dan kandungan bahan organik sedimen, yaitu pada daerah yang ukuran partikel
sedimennya lebih halus dan kandungan bahan organik lebih tinggi, pertumbuhan dan
perkembangan hutan mangrovenya lebih bagus.
Unsur unsur hara yang berperan penting bagi organisme di daerah kawasan hutan
mangrove yaitu nitrat (NO3) dan fosfat (PO4), yang juga sebagai nutrien utama yang menentukan
kestabilan pertumbuhan mangrove. Nitrat pada sedimen biasanya di bawa oleh air tawar yang
berasal dari sungai, yang merupakan pemecahan nitrogen organik dan anorganik dalam tanah
yang berasal dari dekomposisi bahan organik dengan bantuan mikroba. Menurut Carpenter dan
Capone (1983) bahwa pada ekosistem mangrove, fikasasi nitrogen ditemukan terjadi pada
sedimen meskipun hanya beberapa sentimeter pada bagian atas lapisan sedimen. Menurut Potts
(1984) bahwa fikasasi nitrogen pada sedimen dengan vegetasi mangrove diatasnya lebih tinggi
daripada sedimen tanpa tumbuhan yang ada di atasnya, hal ini karena perbedaan kandungan
detritus yang ada dalam tanah.
Kandungan fosfor pada sedimen di kawasan hutan mangrove yang berasal dari laut
biasanya terbentuk dari dekomposisi organisme laut yang sudah mati. Sedangkan sumber yang
berasal dari daratan berasal dari endapar terestrial yang mengalami erosi ataupun dari pupuk
pertanian yang di bawa oleh aliran sungai. Pada sedimen lempung seperti yang terdapat pada
sedimen di kawasan hutan mangrove diserap oleh sedimen yang terhidrolisis. Peningkatan
ortofosfat sebanding dengan peningkatan konsentrasi sedimen. Material-material yang
tersuspensi juga dapat membawa fosfat yang terabsorbsi didalamnya ( Stednik, 1991).

Dalam jangka waktu jutaan tahun yang akan datang keberadaan mineral dalam sedimen
akan memberikan manfaat yang besar. Salah satunya sebagai penyumbang energi seperti minyak
dan gas alam. Selain itu sedimen mangrove juga apabila ditambang dapat membuat kualitas pasir
menjadi bagus untuk bahan bangunan dan membuat jalan. Oleh karena itu dengan kita
melestarikan keberadaan mangrove di pesisir pantai kita dapat mencegah terjadinya banjir besar,
abrasi pantai ataupun tsunami. Walaupun keberadaan mangrove mempercepat pembentukan
sedimen, tetapi mangrove dapat menghambat terjadinya abrasi pantai. Bila keberadaan mangrove
dihilangkan maka abrasi pantai akan semakin besar, sehingga garis pantai akan semakin
berkurang. Selain itu sedimen dari daratan yang di bawa oleh air sungai akan ikut terperangkap
di sekitar akar mangrove dan tidak akan ikut kembali ke sungai. Karena apabila ikut terbawa
kembali ke sungai dan terendapkan di hilir sungai maka akan terjadi peninggian dasar sungai dan
menyebabkan banjir. Maka demi melindungi habitat manusia dan oranisme lain dan juga
mencegah terjadinya bencana, maka sebaiknya kita harus melestarikan mangrove yang ada di
pesisir. Sebaiknya dilakukan penghijauan kembali daerah pesisir dengan penanaman mangrove.
Keberadaan tambak tambak liar yang dapat merusak keberadaan mangrove diberikan tindakan
tegas oleh pemerintah. Selain itu juga banyaknya aktivitas manusia yang dilakukan seperti
pembuangan sampah cair yang dapat menurunkan oksigen terlarut akibat sampah sampah cair
ini mengalami dekomposisi anaerobik yang menghasilkan sulfida (H2S) dan amina (NH3).
Sampah padat juga memberikan andil dalam perusakan mangrove. Hal ini terjadi karena sampah
padat menumpuk di hutan mangrove maka akan terjadi kemungkinan
terlapisnya pneumatofor yang mengakibatkan kematian pohon pohon mangrove. Kewajiban
menjaga kelestarian hutan mangrove tidak hanya milik masyarakat pesisir tetapi juga kita
sebagai warga negara Indonesia serta mahasiswa yang sadar akan lingkungan dan sadar akan
keselamatan hidup manusia di masa mendatang.

Sebelum mengetahui apa dan bagaimana dampak sedimentasi atau proses penegendapan, perlu
diketahui bahwa sedimen dalam pengertiannya hampir berbeda dari setiap orangnya, seperti
Pipkin (1977) menyatakan bahwa sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik yang
ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh air dan
juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam air
atau dalam bentuk larutan kimia. Lalu Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebgai proses
pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material
pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa
sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam. Sedangkan Gross (1990)
mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan
batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut serta beberapa
partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut. Walaupun pengertiannya
agak berbeda sati dengan lainnya, dapat ditarik satu hal bahwa sama-sama merelukan proses dan
proses itu adalah proses pengendapan untuk membentuk sedimen/ endapan itu sendiri.
Selanjutnya adalah, daerah pesisir, daerah pesisir adalah Perairan pesisir adalah daerah
pertemuan darat dan laut, dengan batas darat dapat meliputi bagian daratan, baik kering maupun
terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan
intrusi air laut. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari daerahpaparan
benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi didarat, seperti sedimentasi
dan aliran air tawar. Definisi wilayah seperti diatas memberikan suatu pengertian bahwa
ekosistem perairan pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat
beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi. Selain mempunyai potensi besar
wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang mudah terkena dampak kegiatan manusia.
Umumnya kegiatan pembangunan yang menyebabkan terjadinya proses pengendapan atau
sedimentasi secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem
perairan pesisir
Sedangkan sedimentasi sendiri adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh
media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai
adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan
bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari

material-material yang diangkut oleh angin. Proses tersebut terjadi terus menerus, seperti batuan
hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air
mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau
digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat
debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula
daya angkutnya. pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi
membuat terjadinya sedimentasi.
Dalam sedimentasi sendiri, ada jenis dan tempatnya. Jenis-jenis sedimentasi adalah :
Jenis Sedimen Laut
Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang berukuran
sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan
bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang
dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair.
Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur
halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut.
Jenis-jenis Sedimentasi
Lithougenus Sedimen
Sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat
sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus
laut dan akan terendapkan jika energi tertrransforkan telah melemah.
Biogeneuos Sedimen
Sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota
laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.

Hidreogenous Sedimen
Sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk partikel
yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan
sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit
Cosmogerous Sedimen
Sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara atau
angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa , aktifitas gunung api atau berbagai
partikel darat yang terbawa angin.
Sedangkan untuk tempat-tempat terjadinya sedimentasi adalah :
Sedimentasi sungai
Pengendapan yang terjadi di sungai disebut sedimen fluvial. Hasil pengendapan ini biasanya
berupa batu giling, batu geser, pasir, kerikil, dan lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahkan
endapan sungai ini sangat baik dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau pengaspalan jalan.
Oleh karena itu tidak sedikit orang yang bermata pencaharian mencari pasir, kerikil, atau batu
hasil endapan itu untuk dijual.
Sedimentasi Danau
Di danau juga bisa terjadi endapan batuan. Hasil endapan ini biasanya dalam bentuk delta,
lapisan batu kerikil, pasir, dan lumpur. Proses pengendapan di danau ini disebut sedimen limnis.
Sedimentasi Darat
guguk pasir di pantai berasal dari pasir yang terangkat ke udara pada waktu ombak memecah di
pantai landai, lalu ditiup angin laut ke arah darat, sehingga membentuk timbunan pasir yang
tinggi. Contohnya, guguk pasir sepanjang pantai Barat Belanda yang menjadi tanggul laut negara
itu. Di Indonesia guguk pasir yang menyerupai di Belanda bisa ditemukan di pantai Parang Tritis
Yogyakarta.
Sedimentasi Laut
Sungai yang mengalir dengan membawa berbagai jenis batuan akhirnya bermuara di laut,

sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar. Hasil pengendapan di laut
ini disebut sedimen marin
Jika dilihat, Lithougenus Sedimen adalah hasil dari erosi pantai dan hasil erosi daerah upland.
Disini digaris bawahi bahwa salah satu dampak dari sedimentasi adalah erosi pantai. Apakah
hanya sampai erosi pantai? Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi akan terbawa oleh proses
aliran dandiendapkan pada suatu tempat yang kecepatannya terhambat dan lama kelamaan akan
terhenti. Sedimen hasil erosi terjadi sewbagai akibat proses pengelolaan tanah yang tidak
memenuhi kaidah- kaidah konservasi pada darerah tangkapan air bagian hulu. Lalu sedimen laut
menurut asalnya ditentukan. Karakteristik dari sedimen itu sendiri akan mempengaruhi
morfologi, fungsional serta tingkah laku dan nutrient hewan laut. Seperti yang diketahui bahwa
limbah industry masuk ke dalam ekossitem perairan, maka akan terjadi proses pengendapan pada
sedimen. Hal ini mengakibatkan meningkatnya konsentrasi bahan pencemar pada sedimen.
Tinnginya sedimentasi ini mengakibatkan upaya pengerukan di pantai-pantai, terutama yang
berfungsi untuk pelabuhan jadi membutuhkan dana besar. Contohnya, pengerukan di pelabuhan
Tanjung Perak , Surabaya sampai sepanjang 25.000 meter, pelabuhan Belawan, Medan mencapai
13.500 meter, Palembang 28.000 meter, Banjarmasin 15.000 meter, Samarinda 20.000 meter,
Pontianak 11.250 meter, Jambi 17.000 meter, Sampit 27.000 meter dan pelabuhan Pulai Pisa
19.000 meter. Akibat sedimentasi yang tinggi di sungai-sungai di Indonesia ini disamping juga
adanya erosi, tak kurang dari 124 pantai di Indonesia akhirnya mengalami kerusakan.
Pantai di Aceh, contohnya tak kurang dari 34 pantainya mengalami kerusakan. Selain karena
sedimentasi, juga karena adanya pemukiman, pariwisata dan pembukaan tambak. Di Jawa Barat,
pantai yang mengalami erosi mencapai 28 pantai. Sedang DKI Jakarta, tak kurang 8 pantai yang
mengalami erosi. Memang, erosi pantai tak semata-mata karena sedimentasi. Namun,
sedimentasi sungai mempunyai pengaruh besar terhadap erosi pantai. Meningkatnya aktivitas
manusia akhir-akhir ini di sepanjang aliran sungai telah memberi pengaruh terhadap ekosistem
muara. Kegiatan yang memberikan dampak terhadap muara tersebut antara lain penebangan
hutan di bagian hulu. Kegiatan ini menyebabkan meningkatnya pengikisan tanah di sepanjang
aliran sungai. Sebagai dampaknya jumlah sedimen di dalam sungai (suspended solid) bertambah
dan menyebabkan pendangkalan. Faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi yang terjadi di
muara antara lain aktivitas gelombang dan pola arus.

Pendangkalan akibat sedimentasi alamiah Membawa beberapa dampak negatif. Dasar di hilir
sungai akan meninggi akibat sedimentasi ini. Akibatnya, air tidak mengalir dengan baik sehingga
meningkatkan kemungkinan banjir. Jalur air ke laut terhalang oleh sedimentasi. Beberapa
kelurahan di pesisir Surabaya sudah semakin sering kebanjiran, ujarnya. Ekosistem pesisir juga
terancam oleh pendangkalan. Biota-biota perairan dangkal kehilangan habibat. Padahal, biota
laut dangkal sumber makanan utama ikan-ikan di Selat Madura. Jika kehilangan makanan,
populasi ikan menyusut sehingga jumlah tangkapan nelayan berkurang. Bagi pelayaran, dampak
pendangkalan berupa menyempitnya alur. Akibatnya, perahu dan kapal semakin terbatas ruang
geraknya.
Walaupun tidak semua dampak yang ditimbulkan adalah dampak negatif, seperti dalam jangka
panjang sedimentasi dalam jutaan tahun kembali akan mengahasilkan mineral yang berguna
untuk energy seperti minyak dan gas alam atau seperti pengendapan yang terjadi di sungai,
banyak yang menggali dan menambang pasir di darerah sungai karena sedimentsi menyebabkan
kualitas pasir menjadi bagus untuk bahan bangunan dan untuk membuiat jalan. Tetapi yang kita
lihat selama ini adalah terjadinya abrasi pantai, terlalu banyak organisme yang mati akibat
tercemar logam berat, habitat dan ekosistem banyak yang rusak disebabkan pengikisan pantai
yang diakibatkan oleh proses sedimentasi. Oleh karena ide saya adalah kembali menghijaukan.
Apa yang dimaksud dengan kembali menghijaukan dimana tepatnya terjadi proses pengendapan
yang mengakibatkan kerugian baik pada organisme, habitat, ekosistem maupun pada lingkungan
seluruhnya. Contoh kecilnya adalah jangan merusak bahkan menghilangkan mangrove yang
dapat mempercepat sedimentasi di daerah pesisir. Mungkin ini terlihat sepele atau kecil. Tetapi
ternyata mangrove punya andil besar sebagai ;penahan gelombang dan angin. Khususnya
gelombang, dengan adanya mangrove, maka proses pengendapan tidak akan menyebabkan abrasi
dan erosi pantai dalam skala besar, walaupun tetap saja abrasi akan terjadi hanya saja dalam
skala yang kecil. Saya yakin dengan menghijaukan daerah pesisir, siapapun orangnya, akan
dapat berkontribusi besar untuk menjaga daerah pesisir dari segala dampak negatif yang
ditimbulkan oleh sedimentasi.
Daftar Pustaka
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/02/pengertian-wilayah-pesisirpantai.html
http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/02/transportasi-sedimen_23.html

http://doddys.wordpress.com/2007/02/08/mekanisme-transportasi-sedimen/
http://www.omtimo.org/archives/konsep-dan-definisi-pengelolaan-wilayah-pesisir
http://oseanografi.blogspot.com/2006/08/sedimen-di-laut-dalam-ideal-untuk.html
http://indrayaksa.wordpress.com/2009/09/15/pengertian-sedimen/
http://rageagainst.multiply.com/journal/item/33

Anda mungkin juga menyukai