Anda di halaman 1dari 11

MATERI KULIAH EKOLOGI PERAIRAN

Mata Kuliah : Ekologi Perairan


Dosen Pengampu : Dr. Mustahal ;
Forcep Rio Indaryanto, S.Pi ;
Saifullah, S.Pi
Jurusan : Perikanan – Faperta – Untirta
SKS : 3 sks

A. Kuliah
Sub Topik/Materi
Topik Pengajaran
Pertemuan 1 Pendahuluan Perkenalan & pengertian
ekologi
Pertemuan 2 Ruang Lingkup Makhluk hidup dan
Ekologi,Faktor Pembatas Lingkungannya
Faktor pembatas
Komunitas dan Populasi
Pertemuan 3 Faktor Pembatas, Azas Perkembangan ekosistem
dan konsep ekologi Ekosistem dan energi
Siklus Hidrologi
Pertemuan 4 Azas dan konsep ekologi Siklus Biokimia
Pertemuan 5 Ekologi perairan tawar Komponen abiotik dalam
ekosistem perairan tawar
Pertemuan 6 Ekologi perairan tawar Komponen biotik dalam
ekosistem perairan tawar
Pertemuan 7 Ekologi perairan tawar Ekosistem litoral
Ekosistem air mengalir
Pertemuan 8 Ujian Tengah Semester
Pertemuan 9 Ekologi estuarin Komponen abiotik dan
biotik dalam ekosistem
perairan estuarin
Pertemuan 10 Ekologi laut Zonasi dan komponen
biotik perairan laut
Pertemuan 11 Ekologi laut Komponen abiotik perairan
laut
Pertemuan 12 Pengelolaan ekosistem River Continuum Concept
perairan Pengelolaan pesisir
Pertemuan 13 Pencemaran dan Aspek fisika pencemaran
Kesehatan Lingkungan perairan
Aspek kimia pencemaran
perairan
Aspek biologi pencemaran
perairan
Pertemuan 14 Usaha perikanan dalam Ekologi penangkapan ikan
perspektif ekologi Ekologi Budidaya Ikan
Pertemuan 15 Diskusi Tugas Mandiri Makalah Pencemaran
Pertemuan 16 Ujian Akhir Semester
B. Praktikum
Praktikum lapang di Perairan Bojonegara dan Pulau Panjang, Serang-Banten
Materi Praktikum:Pengukuran Kimia di ekosistem sekitar, diantaranya adalah : pH, Dissolved Oxygen (DO) dan Salinitas

 Pengukuran Fisika di ekosistem sekitar, diantaranya adalah : Suhu dan Kecerahan

 Pendataan Biologi di ekosistem sekitar, diantaranya adalah : Flora (Tumbuhan) dan


Fauna (Hewan)
Mata Kuliah Ekologi Laut Tropis
BAB I. SEJARAH EKOLOGI

Manusia tertarik pada ekologi dalam cara yang praktis sejak awal sejarahnya. Di dalam
masyarakat yang primitif setiap individu, untuk hidupnya, perlu memiliki pengetahuan yang
pasti tentang lingkungannya, yakni mengenai tenaga-tenaga alam dan mengenai tumbuhan serta
binatang di sekitarnya. Ekologi mempunyai ruang lingkup seperti halnya dalam Kendeigh (1980)
yaitu sebagai berikut :

1. Distribusi dan kelimpahan setempat dan secara geografis jenis makhluk (Habitat, Relung,
Komunitas Dan Biogeografi)

2. Perubahan menurut waktu dan keberdaan, kelimpahan serta aktivitas makhluk hidup
(Musiman, Tahunan, Seksional, Seologik)

3. Saling keterkaitan antara makhluk dalam populasi serta komunitas (Ekologi Populasi)

4. Adaptasi struktural dan penyesuaian fungsional oleh makhluk terhadap lingkungan fisik
mereka (Ekologi Fisiologi)

5. Perilaku hewan terhadap kondisi alam (Ethologi)

6. Perkembangan evolusioner semua saling berkaitan (Ekologi Evolusioner)

7. Produktivitas hayati alam bagaimanakah produktivitas ini berguna paling baik bagi
kemanusiaan (Ekologi Ekosistem)

8. Perkembangan model matematik untuk menghubungkan interaksi parameter dan membuat


perkiraan mengenai pengaruh (Analisis Sistem)

Ekologi Laut Tropis

Salah satu kajian menarik yaitu kajian tentang ekologi laut tropis. Habitat air laut (oceanic)
ditandai oleh salinitas yang tinggi dengan ion Cl- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik,
karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan
suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air
yang dingin di bagian bawah disebut daerah termocline. Menurut kedalamannya, ekosistem air
laut dibagi sebagai berikut.

1. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.

2. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar
dalamnya ± 300 meter.

3. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m

4. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).

Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin ke
tengah, laut dibedakan sebagai berikut :

1. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.

2. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200 1000 m. Hewannya
misalnya ikan hiu.
3. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang
hidup di daerah ini misalnya gurita.

4. Abisal pelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat
tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.

5. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000m. Di bagian
ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai
produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.

BAB II. ADAPTASI DAN EVOLUSI

Hampir semua makhluk hidup melakukan adaptasi untuk dapat bertahan hidup, begitu juga
makhluk hidup yang ada di laut. Bentuk adaptasi sendiri lama kelamaan akan menghasilkan
suatu perubahan pada makhluk hidup yang disebut proses evolusi. Kedua hal ini akan saling
berkaitan satu sama lainnya.Berikut ini pengertian lebih mendalam tentang adaptasi dan evolusi
dalam suatu ekosistem.

Adaptasi dapat juga dinyatakan sebagai kemampuan individu untuk mengatasi keadaan
lingkunggan dan menggunakan sumber-sumber alam lebih baik untuk mempertahankan
hidupnya dalam relung (nisia, niche) yang diduduki. Organisme yang mampu beradaptasi
terhadap lingkungannya mampu untuk:

1. memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).

2. mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.

3. mempertahankan hidup dari musuh alaminya.

4. bereproduksi.

5. merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.

Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu
beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis. Bentuk-bentuk adaptasi antara
lain, adaptasi morfologi, fisiologi, tingkah laku.

Dampak dari adaptasi sendiri adalah evolusi. Teori evolusi dikembangkan berdasarkan ide
(gagasan) dan fakta-fakta seperti; fosil, keanekaragaman, homologi, ontogeni dan sebagainya.
Ada dua teori yang sangat mendasar dalam mempelajari teori evolusi. Pertama; Teori Lamarck
tentang penurunan sifat suatu individu, bahwa modifikasi yang diperoleh suatu organisme karena
adaptasi terhadap lingkungan diwariskan kepada keturunannya. Kedua; Teori Darwin; bahwa ada
3 kenyataan dalam mengembangkan teori evolusi; pertama; bukti fosil yang memberi petunjuk
kehidupan di masa lampau; kedua; persamaan tumbuhan dan hewan peliharaan dengan
tumbuhan dan hewan liar; ketiga; setiap spesies cenderung untuk bertambah, sehingga timbul
persaingan untuk mempertahankan keberadaan.

BAB III.  HABITAT, RELUNG (NICHE)


Pada dasarnya makhluk hidup secara alamiah akan memilih habitat dan relung ekologinya sesuai
dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal, tumbuh berkembang dan melaksanakan
fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan kondisi lingkungan (misalnya di laut), nutrien,
dan interaksi antara makhluk hidup yang ada. Relung ekologi bukan konsep yang sederhana,
melainkan konsep yang kompleks yang berkaitan dengan konsep populasi dan komunitas.
Relung ekologi merupakan peranan total dari semua makhluk hidup dalam komunitasnya.

Suksesi

Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem,
suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem
seimbang. Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks
Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu
komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan
berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Berdasarkan kondisi habitat pada awal
suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.

Lalu proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah
hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun. Coba kalian bandingkan
kejadian suksesi pada daerah yang ekstrim (misalnya di puncak gunung atau daerah yang sangat
kering). Pada daerah tersebut proses suksesi dapat mencapai ribuan tahun.

BAB IV.  SIKLUS BIOGEOKIMIA

Di laut terdapat nutrien sebagai sumber makanan bagi biota laut,seperti nitrogen, fosfor, silikat,
karbon, dan oksigen. Ketersediaan nutrien tadi menjadi salah satu faktor pembatas bagi
organisme di laut dikarenakan jumlahnya yang terbatas. Keterbatasan tadi dikarenakan siklus
biogeokomia dari nutrien-nutrien tersebut yang melibatkan komponen biotik dan abiotik. Siklus
biogeokimia terdiri dari beberapa macam siklus ,siklus-silkus tersebut antara lain silkus air,
siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, siklus fosfor, dan siklus sulfur. Tetapi bahasan
yang akan kita bahas adalah hanya 3 macam siklus yaitu, siklus karbon, siklus nitrogen, dan
siklus fosfor.

1. Siklus  karbon dan oksigen

Sumber-sumber CO2 di atmosfer berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik,
pembakaran batubara, dan asap pabrik.Di ekosistem air, pertukaran CO2 dengan atmosfer
berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat
yang akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang
memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat
organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat
dalam air adalah seimbang dengan jumlah CO2 di air.
Pada atmosfer proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab atas
perubahan dan pergerakan utama siklus karbon. Naik turunnya CO2 dan O2 atsmosfer secara
musiman disebabkan oleh penurunan aktivitas Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya CO2
dan O2 ke atmosfer melalui proses respirasi yang mnghasilkan CO 2 dan proses  fotosintesis yang
menghasilkan oksigen..

Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih banyak lagi CO 2 ke
atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer meningkat. CO2 dan O2 atmosfer juga
berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem akuatik, dimana CO 2 dan O2 terlibat dalam suatu
keseimbangan dinamis dengan bentuk bahan anorganik lainnya.

2. Siklus Nitrogen

Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein, dan asam
nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan nitrat

Siklus Nitrogen adalah transfer nitrogen yang melibatkan komponen biotik dan abiotik, proses
awalnya adalah nitrogen yang ada di atmosfer ditransfer ke dalam tanah melalui hujan secara
tidak langsung  dan fiksasi nitrogen secara langsung. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat
dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri
Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga memiliki
kemampuan memfiksasi nitrogen.

Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah
menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai
merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+).
Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa
ammonium menjadi nitrit dan nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas,
nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses
yang disebut denitrifikasi.

3. Siklus Fosfor

Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan
hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Herbivora mendapatkan fosfat dari
tumbuhan yang dimakannya dan karnivora mendapatkan fosfat dari herbivora yang dimakannya.
Seluruh hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan feses. Selain itu hewan dan tumbuhan yang
mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang
terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Sehingga, fosfat
banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat
anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap dari air tanah
oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus.

BAB V.  PENGELOLAAN SUMBER DAYA WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN


SECARA TERPADU

A.Wilayah Pesisir

Wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena
pengaruh percikan air laut atau pasang, dan ke arah laut meliputi daerah papaan
benuaPerencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Sektoral: oleh satu instansi
pemerintah untuk tujuan tertentu misal perikanan, konflik kepentingan Perencanaan Terpadu:
mengkoordinasikan mengarahkan berbagai aktivitas kegiatan. Terprogram untuk tujuan
keharmonisan, optimal antara kepentingan lingkungan, pembangunan ekonomi dan keterlibatan
masyarakat, pengaturan tataruang.

B. Kerusakan Pesisir

Beberapa kerusakan yang telah terjadi di wilayah pesisir adalah :

1. Laju sedimentasi menyebabkan pendangkalan,

2. Konversi mangrove menjadi tambak udang, menjadi bahan bakar dan arang
3. Penambangan,Pembangunan pantai (pemukiman), perkebunan (kelapa sawit) dan pertanian,

4. Reklamasi lahan pantai

5. Masuknya limbah yang tidak diolah,

6. Pembangunan pelabuhan dan bangunan laut ,

7. Eksploitasi sumberdaya perikanan,pengambilan karang untuk bahan bangunan dan


pembuangan limbah

C. Ekosistem Terumbu Karang

Salah satu penyangga ekosistem pesisir yaitu terumbu karang. Terumbu karang adalah
sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut
zooxanhellae. Zooxanthellae adalah suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang.
Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan
hewan karang.Terumbu karang memang unik sifatnya yang berasosiasi dengan biota
laut.Terumbu ini dibangun dari proses biologik, ang merupakan timbunan masif dari kapur
CaCO3 yang dihasilkan oleh hewan karang dan juga alga berkapur dan organisme-organisme
penghasil kapur lainnya.

Ekosistem terumbu karang ini umumnya terdapat pada perairan yang relatif dangkal dan jernih
serta suhunya hangat ( lebih dari 22 derjat celcius) dan memiliki kadar karbonat yang tinggi.
Binatang karang hidup dengan baik pada perairan tropis dan sub tropis serta jernih karena cahaya
matahari harus dapat menembus hingga dasar perairan. Sinar matahari diperlukan untuk proses
fotosintesis, sedangkan kadar kapur yang tinggi diperlukan untuk membentuk kerangka hewan
penyusun karang dan biota lainnya..

Manfaat Terumbu Karang :

1. Tempat tinggal ( Habitat ), berkembang biak ( nursery ground ) dan mencari makan( Feeding
ground ) ribuan jenis ikan, tempat mencari ikan ( fishing ground ), dll

2. Ekosistem Terumbu karang memberi manfaat langsung kepada manusia dengan menyediakan
makanan, obat-obatan, bahan bangunan, dan bahan lain

3. Sebagai produktivitas primer di laut , satu terumbu dapat meenunjang 3.000 jenis biota (Sri
Juwana,2009)

Ancaman terhadap terumbu karang


 Pencemaran minyak dan industri,

 Sedimentasi akibat erosi, penebangan hutan, pengerukan serta penambangan karang

 Peningkatan suhu permukaan laut (SPL)

 Pencemaran limbah domestik dan kelimpahan nutrien

 Penggunaan sianida dan bahan peledak untuk menangkap ikan

 Perusakan akibat aktivitas pelayaran

Upaya Pelestarian

 Mengendalikan/ meminimalkan penambangan karang untuk lahan bangunan

 Mencegah kegiatan pengerukan atau kegiatan lainnya yang menyebabkan terjadinya endapan/
sedimentasi

 Penyuluhan terhada masyarakat tentang pentingnya peran terumbu karang bagi ekosistem
pesisir

 Kegiatan transplantasi terumbu karang untuk memulihkan ekosistem terumbu karang yang telah
rusak

D.  Ekosistem Padang Lamun

Lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae),mempunyai akar,batang,daun sejati yang


hidup pada substrat berlumpur, berpasir sampai berbatu yang hidup terendam di dalam air laut 
dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Padang lamun ini merupakan ekosistem yang
mempunyai produktivitas organik yang  tinggi

Fungsi Ekologi

Fungsi ekologi yang penting dari padang lamun yaitu sebagai feeding ground, spawning ground
dan nursery ground beberapa jenis hewan yaitu udang dan ikan baranong, sebagai peredam arus
sehingga perairan dan sekitarnya menjadi tenang

Ancaman Terhadap Ekosistem Padang Lamun

1. Pengerukan dan pengurugan dari aktivitas pembangunan (pemukiman pinggir laut, pelabuhan,
industri dan saluran navigasi)
2. Pencemaran limbah industri terutama logam berat dan senyawa organoklorin

3. Pembuangan sampah organik

4. Pencemaran limbah pertanian

5. Pencemaran minyak dan industri

Upaya Pelestarian

1. Mencegah terjadinya pengrusakan akibat pengerukan dan pengurugan kawasan lamun

2. Mencegah terjadinya pengrusakan akibat kegiatan konstruksi di wilayah pesisir

3. Mencegah terjadinya pembuangan limbah dari kegiatan industri, buangan termal serta limbah
pemukiman

4. Mencegah terjadinya penangkapan ikan secara destruktif yang membahayakan lamun

5. Memelihara salinitas perairan agar sesuai batas salinitas padang lamun

6. Mencegah terjadinya pencemaran minyak di kawasan lamun

E. Ekosistem Mangrove

Sebagai salah satu ekosistem yang ada di pesisir mangrove mempunyai ekosistem  yang unik,
karena karakteristik daerahnya berbeda dengan ekosistem di laut maupun di darat, Ekosistem ini
mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain:

 Sebagai pelindung garis pantai,

 Pencegah intrusi air laut,

 Tempat tinggal (habitat),

 Feeding ground,  nursery ground, spawning ground

 Serta sebagai pengatur iklim mikro.

Sedangkan fungsi ekonominya antara lain sebagai penghasil keperluan rumah tangga, industri,
dan penghasil bibit. Mangrove merupakan produsen primer yang mampu menghasilkan sejumlah
besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove dimana dari sana tersedia banyak makanan
bagi biota-biota yang mencari makan pada ekosistem mangrove tersebut, dan fungsi yang
lainnya adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground) bagi ikan-ikan tertentu agar
terlindungi dari ikan predator, sekaligus mencari lingkungan yang optimal untuk memijah dan
membesarkan anaknya. Selain itupun merupakan pemasok larva udang, ikan dan biota lainnya.

Ancaman terhadap Hutan Mangrove

Perubahan hutan mangrove menyebabkan gangguan fungsi ekologi mangrove:

-          Konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak, pemukiman, pertanian, pelabuhan dan
perindustrian

-          Pencemaran limbah domestik dan bahan pencemar lainnya

-          Penebangan ilegal

Metode Pengukuran dan Penentuan Kerusakan Mangrove


Metode Transek Garis atau Line Intercept Transect (LIT) dan Petak contoh (Transect plot) yaitu
metode pencuplikan contoh populasi suatu komunitas dengan pendekatan petak contoh yang
berada pada garis yang ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut

BAB VI.  EKOSISTEM MANGROVE

Mangrove salah satu tanaman tropis dan komunitasnya yang tumbuh pada daerah intertidal
khususnya daerah laut tropis. Daerah intertidal seperti laguna, estuarin, pantai dan river banks.
Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai pada
pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari ombak, di sepanjang delta dan
estuarin yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari daratan.

Jenis-jenis mangrove :

 Avicenniaceae (api-api, black mangrove, dll)

 Combretaceae (teruntum, white mangrove, zaragoza mangrove, dll)

 Arecaceae (nypa, palem rawa, dll)

 Rhizophoraceae (bakau, red mangrove, dll)

 Lythraceae (sonneratia, dll)

Fungsi mangrove secara umum dapat diuraikan sebagai berikut :

1.  Fungsi Fisik

a.  menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil

b.  mempercepat perluasan lahan

c.   mengendalikan intrusi air laut

d.  melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang

e.  menguraikan/mengolah limbah organik


2.  Fungsi Biologis/Ekologis

1. tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground) dan tempat
berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang dan biota laut lainnya

2. tempat bersarang berbagai satwa liar, terutama burung

3. sumber plasma nutfah

3.  Fungsi Ekonomis

a.    hasil hutan berupa kayu

b.    hasil hutan bukan kayu, seperti madu, bahan obat-obatan, minuman, makanan, tanin

c.    lahan untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lain (pemukiman, pertambangan, industri,
infrastruktur, transportasi, rekreasi)

Jika dibandingkan dengan negara lain di dunia. Jumlah jenis mangrove yang ada di Indonesia
mencapai 89 yang terdiri dari 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis
epifit, dan 2 jenis parasit (Nontji, 1987). Dari 35 jenis pohon tersebut, yang umum dijumpai di
pesisir pantai adalah Avicennia sp,Sonneratia sp, Rizophora sp, Bruguiera sp, Xylocarpus sp,
Ceriops sp, dan Excocaria sp.

Kerusakan Mangrove Saat Ini

Di Indonesia, mangrove tersebar hampir di seluruh pulau besar mulai dari Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua, dengan luas sangat bervariasi bergantung pada kondisi
fisik, komposisi substrat, kondisi hidrologi, dan iklim yang terdapat di pulau-pulau tersebut Pada
tahun 1982, hutan mangrove di Indonesia tercatat seluas 4,25 juta ha, sedangkan menurut
Departemen Kehutanan (1997) dalam Onrizal dan Kusmana (2008) pada tahun 1993 luas hutan
mangrove menjadi 3,7 juta ha, sehingga terjadi penurunan luas 0,55 juta ha dalam kurun waktu
11 tahun atau laju kerusakan 0,05 juta ha/tahun.Penyebabnya salah satunya adalah konversi
lahan mangrove menjadi lahan tambak dan perkebunan kelapa sawit. Eksploitasi dan degradasi
hutan mangrove yang tidak terkontrol dikhawatirkan mengakibatkan terjadinya perubahan-
perubahan ekosistem kawasan pantai seperti intrusi air laut, abrasi pantai dan punahnya berbagai
jenis flora dan fauna. Kerusakan hutan mangrove yang berlangsung secara terus menerus
berpotensi merusak perekonomian lokal, regional dan nasional dalam sektor perikanan.Untuk
jangka panjang kerusakan mangrove dapat menurunkan produksi perikanan laut. Rusaknya hutan
mangrove juga dapat mengakibatkan terputusnya ekosistem (mata  rantai kehidupan mahluk
hidup terganggu) dan sebagai akibatnya akan menimbulkan   3 ketidakseimbangan antara mahluk
hidup dan alam.

Anda mungkin juga menyukai