Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungan. Berasal dari kata Yunani oikos "habitat"
dan logos " ilmu ". Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan
ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya yaitu faktor abiotik dan
biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi,
sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan.
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi. Ekosistem perairan merupakan suatu unit ekologis yang
mempunyai komponen biotik dan abiotik yang saling berhubungan di habitat
perairan. Komponen biotik terdiri atas komponen flora dan fauna. Sedangkan
komponen atbiotik terdiri atas komponen tidak hidup misalnya air dan sifat
fisik dan kimianya. Ilmu yang mempelajari peranan laut terbuka tersebut
oceanografi, sedangkan ilmu yang mempelajari perairan tawar dan asin di
bawah pesisir disebut hymnologi.
Ekosistem perairan berarti hubungan makhluk hidup perairan, seperti
ikan, buaya dan lainnya dengan makhluk tak hidup, misal batu, air, udara dan
lainnya. Ekosistem perairan meliputi ekosistem air tawar dan ekosistem air
laut . Ekosistem perairan (akuatik) sebagian besar komponen biotik dan
abiotiknya berada di air.

1
B. Rumusan Masalah
Dari setiap penulisan suatu makalah pasti adanya manfaat yang bisa
didapatkan seperti halnya penulisan makalah ini, antara lain:
1. Bagaimana Konsep Pengelolaan Ekosistem Air tawar?
2. Bagaimana Konsep Pengelolaan Ekosistem Danau?
3. Bagaimana Konsep Pengelolaan Ekosistem laut ?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui ekosistem akuatik yang meliputi pengertian dan apa saja
yang ada pada ekosistem akuatik tersebut. Dari penulisan ini diharapkan apa
yang kita ketahui tentang ekosistem akuatik agar mahasiswa maupun
masyarakat umum untuk melindungi dan melestarikan ekosistem akuatik
yang semakin hari semakin hancur.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekosistem Air Tawar

2
Ekosistem air tawar adalah suatu bentuk menyeluruh atau tatanan yang
ada di dalam air tawar dan sekitarnya yang terdiri dari makhluk hidup di
dalam air tersebut dan lingkungan air tawar itu sendiri. Ekosistem air tawar
sering dikatakan juga sebagai perairan darat (Kimball, 1991).1
1. Penggolongan Ekosistem Air Tawar Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya ekosistem air tawar dapat digolongkan
menjadi:
a. Kolam
Kolam merupakan ekosistem buatan dan sebuahperairan yang cukup
dangkal sehingga cahaya dapat menembus sampai ke dasarnya.
Tumbuhan yang hidup dihabitat kolam antara lain teratai dan enceng
gondok. Organisme lain yang berada di dalam kolam adalah berbagai
jenis plankton, crustacea kecil, molusca, beberapa jenis ikan, serta
insecta.
b. Danau
Danau adalah perairan darat yang ukurannya lebih besar daripada
kolam. Akan tetapi batas-batas ukuran danau tidak jelas. Para ahli
menyebutkan danau adalah perairan darat yang mempunyai kedalaman
air sedemikian rupa, sehingga dasar perairannya selalu gelap karena
tidak dapat tercapai oleh cahaya matahari.
c. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai
dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan.
Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada
air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.

d. Rawa
Ekosistem air tawar berupa rawa memiliki habitat dengan ciri-cirinya
adalah variasi temperatur atau suhu rendah, kadar garam rendah,
penetrasi cahaya yang kurang, dipengaruhi iklim dan cuaca di sekitar,
danmemiliki tumbuhan-tumbuhan tingkat tinggi (dikotil dan
monokotil), tumbuhan tingkat rendah (alga, jamur, gulma, ganggang

1
W. Kimball, John Biologi Edisi Kelima-Jilid 3. (Jakarta : Erlangga 1991.), h.101

3
hijau) yang berfungsi sebagai produsen, serta memiliki ikan air tawar
yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan protein hewani.

B. Danau
Ekologi Perairan Danau Karakteristik morfometri danau yang
menunjukkan kondisi komponen ekosistem abiotik sebagai habitat kehidupan
kelompok biota di air danau, sangat berkaitan dengan komponen ekosistem
biotik. Informasi ekosistem akuatik danau sangat diperlukan sebagai salah
satu dasar pertimbangan pada pengelolaan danau. Ekosistem danau boleh
juga dikatakan dengan ekosistem komplek, karena tidak hanya komponen
biota di air dana namun juga komponen biotik dan abiotik didaratan memiliki
ketergantungan dan interaksi, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan ekosistem danau.2
1. Umum Pengelolaan Ekosistem Danau
Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang, Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam dan sumber daya buatan. Strategi dan arahan
kebijaksanaan pengembangan kawasan lindung tersebut meliputi langkah-
langka h untuk memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan
hidup, sebagaimana yang diatur dalam PP No. 47 Tahun 1997 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pasal 6 ayat (1).
Pengelolaan ekosistem danau pada saat ini belum terpola
berdasarkan pengaturan dan perencanaan yang komprehensif, sehingga
tidak menjamin kesinambungan fungsi dan pemanfaatannya. Pengetahuan
dan informasi tentang karakteristik danau juga belum banyak difahami
oleh pihak pengelola dan pengguna danau sehingga pengelolaan danau dan
pemanfaatan sumber dayanya kurang berwawasan ekosistem. Oleh karena
itu strategi pengelolaan ekosistem danau sebagai landasan penyusunan
program pengelolaanya adalah sebagai berikut:
a. Penataan, pengendalian dan pengembangan ekosistem danau:
Pengelolaan ekosistem danau oleh instansi pada Pemerintah Pusat dan
2
S.A.Leksono, Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. (Malang: Bayumedia.
2007.),h.55

4
oleh Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota dilakukan sesuai dengan
kewenangannya, yang terdiri dari studi, penataan, serta perencanaan
dan pelaksanan untuk keperluan pengendalian dan pemulihan akibat
kerusakan dan pencemaran ekosistem danau.
b. Pengaturan, pengawasan dan penertiban ekosistem danau: Instansi pada
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi serta Pemerintah
Kabupaten dan Pemerintah Kota perlu melakukan pengaturan dan
pelaksanaan penertiban pada danau yang berada pada wewenangnya
dan yang berada pada wilayah pemerintahannya. Landasan
suprastruktur peraturan perundang-undangan tersebut diperlukan bagi
instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk penyusunan
program kerja; serta diperlukan bagi masyarakat agar dapat
memanfaatkan sumber daya air danau secara baik.
c. Penyediaan sistem informasi ekosistem danau: Berbagai pihak yang
berkepentingan dengan pengelolaan ekosistem danau dan masyarakat
pengguna sumber daya danau memerlukan informasi tentang danau
tersebut. Oleh karena itu diperlukan pemantauan ekosistem danau yang
dilaksanakan oleh instansi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Provinsi/ Kabupaten/ Kota sesuai dengan kewenangannya, dengan
dukungan keahlian dan fasilitas laboratorium. Data hasil pemantauan
tersebut perlu dipublikasikan serta dikelola dalam bentuk sistem
informasi ekosistem danau, sehingga dapat diakses dengan mudah
untuk keperluan pengelolaan danau tersebut.
Strategi umum pengelolaan ekositem danau tersebut digunakan
untuk penyusunan program secara spatial dan fungsional, yaitu sebagai
berikut:
a. Penetapan tata ruang ekosistem danau
b. Pengelolaan ekosistem perairan danau
c. Pengelolaan ekosistem lahan sempadan danau
d. Pengelolaan ekosistem DAS atau DTA
e. Pemanfaatan sumber daya air danau
f. Pengembangan sistem informasi
g. Pengembangan kelembagaan dan koordinasinya
h. Peningkatan partisipasi masyarakat

5
i. Pendanaan sebagai sumber dana untuk pembiayaan program dan
rencana tindak.
2. Program Pengelolaan Ekosistem Danau
a. Penetapan Tata Ruang Ekosistem Danau
Secara umum perencanaan tata ruang adalah suatu proses
penyusunan rencana tata ruang untuk meningkatkan kualitas
lingkungan hidup dan manusianya serta kualitas pemanfaatan ruang
yang secara struktural menggambarkan keterikatan fungsi lokasi yang
terpadu bagi berbagai kegiatan. Perencanaan tata ruang dilakukan
melalui proses dan prosedur penyusunan serta penetapan rencana tata
ruang berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku (UU
No. 24 Tahun 1992, Pasal 13 ayat 1).
Penetapan tata ruang ekosistem danau secara terpadu meliputi
ekosistem perairan danau, ekosistem daerah sempadan danau, dan
ekosistem daerah tangkapan air (DTA) atau daerah aliran sungai
(DAS). RTRW dan RDTR yang mengatur penggunaan lahan wilayah
kabupaten dan wilayah kecamatan perlu sinkron dengan tata ruang
ekosistem danau atau mengakomodasikan kebijakan yang tertuang
pada tata ruang ekosistem danau.
Kewenangan penetapan tata ruang ekosistem danau berada pada
pemerintah daerah atau pemerintah pusat, tergantung kepada letak
geografis danau dan ekosistemnya:
b. Tata ruang ekosistem danau yang berada dalam satu kabupaten atau
kota ditetapkan oleh pemerintah kabupaten atau pemerintah kot
c. Tata ruang ekosistem danau yang berada pada beberapa kabupaten dan
atau kota ditetapkan oleh pemerintah provinsi
d. Tata ruang ekosistem danau yang berada pada beberapa provinsi
ditetapkan oleh pemerintah pusat.
3. Pengelolaan Ekosistem Perairan Danau
a. Kualitas Air
Perairan danau menampung berbagai bahan pencemaran air dari DAS
dan DTA termasuk daerah sempadan danau, yang disebut pencemaran
allochthonous. Sumber pencemarannya adalah limbah domestik,
pertanian, peternakan, dan industri. Selain itu terdapat juga sumber

6
pencemaran air yang bersumber dari berbagai kegiatan pada perairan
danau, yang disebut pencemaran autochthonous
b. Keanekaragaman Hayati
Danau merupakan habitat bagi sejumlah besar organisme akuatis
dan mendukung keanekaragaman hayati pada wilayah perairan dan
daratan di sekelilingnya, termasuk sejumlah spesies burung.
Keanekaragaman hayati ini banyak diantaranya yang menjadi penopang
kehidupan masyarakat setempat penghuni daerah tangkapan air danau
terutama nelayan.
Sistem penangkapan ikan dengan cara yang merusak (misalnya
penggunaan racun ikan dan bahan peledak), serta penangkapan ikan
secara berlebihan dalam menyebabkan menurunya populasi anak ikan
yang masih muda sehingga berakibat pada penurunan keanekaragaman
ikan danau. Perubahan fungsi lahan di daerah tangkapan air dan
pembangunan jalan di tepian danau dapat berakibat pada rusaknya
keanekaragaman hayati. Demikian juga pembersihan tanaman air dan
reklamasi lahan dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati
perairan danau.
Perlu program pendataan dan evaluasi spesies endemik danau,
pemetaan jenis dan wilayah perkembangbiakan spesies-spesies
terpenting. Hasil pemetaan tersebut dapat digunakan untuk penetapan
kawasan prioritas perlindungan khusus. Konservasi yang benar dan
pemanfaatan yang bijak atas keanekaragaman hayati danau dapat
menjamin berfungsinya ekosistem secara efektif yang pada akhirnya
mampu memberi berbagai manfaat bagi manusia.
c. Gulma Air
Pertumbuhan gulma air berkembang dengan cepat apabila terpicu oleh
kesuburan air danau, yaitu kadar Nitrogen dan Phosphor. Tumbuhan ini
berfungsi melindungi biota air danau termasuk ikan dan sebagai habitat
pertumbuhannya. Namun demikian apabila tumbuh tanpa kendali
tumbuhan ini menjadi gulma air dan mempengaruhi kuantitas dan

7
kualitas air. Gulma air dapat dikendalikan secara mekanis, biologis dan
kimiawi. Pengendalian secara kimia tidak disarankan karena dapat
menimbulkan pencemaran air danau.
e. Erosi dan Pendangkalan
Sedimen yang berasal dari erosi lahan DAS dan DTA serta lahan
sempadan danau yang terakumulasi mengendap pada perairan danau.
Sedimentasi tersebut menyebabkan menurunnya kualitas air dan daya
dukung kehidupan biota akuatik. Dampak penting lainnya adalah
pendangkalan danau, khususnya pada tipe danau dangkal dan tipe
danau paparan banjir. Program pengerukan sedimen sangat mahal,
sehingga lebih baik pengendaliannya pada sumber erosi yaitu
konservasi lahan.

D. Laut
1. Ekosistem Air Laut
Menurut Pillay (2003) Ekosistem laut sebagai salah satu ekosistem
di dunia, merupakan suatu dunia sendiri, di mana ada di dalamnya terdapat
proses dan komponen-kompenen kehidupan yang serupa dengan proses
yang terjadi pada ekosistem daratan. Ekosistem air laut luasnya lebih dari
2/3 permukaan bumi (+ 70 %), karena luasnya dan potensinya yang sangat
besar, ekosistem laut menjadi perhatian banyak orang. Ekosistem laut
disebut juga ekosistem bahari yang merupakan ekosistem yang terdapat di
perairan laut, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir
dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang surut.
Habitat laut (oceanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang
tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena
suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar
25°C.Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi.Di daerah dingin, suhu
air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut
tetap subur dan banyak plankton serta ikan.Gerakan air dari pantai ke

8
tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya,
sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung
balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah
permukaannya secara horizontal.
2. Laut
Menurut Lucas (201I), laut adalah kumpulan air asin yang sangat
luas yang memisahkan benua yang satu dengan benua yang lainnya, dan
juga memisahkan pulau yang satu dengan yang lainnya Laut adalah
kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi
dan membagi daratan atas benua atau pulau. Lautan yang merupakan
wilayah air pada dasarnya dapat dibagi dalam 3 bagian:3
a. Permukaan lautan
b. Dalam lautan
Ketiga bagian tersebut merupakan satu kesatuan yang berada pada
satu pengawasan, berdasarkan kedaulatan suatu negara atau hukum
internasional. Bagi wilayah perairan teritorial suatu negara, berarti
segala pengelolaan kepentingan pemeliharaan dan pengawasan pada
prinsipnya tanggung jawab ada pada negara tersebut dalam
pelaksanaannya tetap memperhatikan hukum kebiasaan maupun
konvensi internasional yang berlaku (Muthalib, 2007)
Laut memiliki banyak fungsi / peran / manfaat bagi kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya karena didalam dan diatas laut
terdapat kekayaan sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan
diantaranya yaitu :
a. Tempat rekreasi dan hiburan,
b. Tempat hidup sumber makanan kita,
c. Pembangkit listrik tenaga ombak, pasang surut, angin, dsb,
d. Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laut, dll,
e. Tempat barang tambang berada,
f. Salah satu sumber air minum (desalinasi),
g. Sebagai jalur transportasi air,
h. Sebagai tempat cadangan air bumi,
i. Tempat membuang sampah berbahaya (fungsi buruk),
j. Sebagai objek riset penelitian dan pendidikan.
3
Muthalib, Abdul Tahar. Hukum Laut Internasional menurut KHL PBB 1982 dan
perkembangan Hukum Laut di Indonesia. (Fakultas Hukum Internasional Bagian Hukum
Internasional 2007),h.66

9
3. Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatsan dengan ekosistem darat, laut
dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian
pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi
struktural sehingga dapat melekat erat pada substrat yang keras (leksono,
2007).
Istilah pantai sering rancu dalam pemakainya antara pesisir (coast)
dan pantai (shore). Definisi pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang
masih mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air laut. Sedang pantai adalah daerah di tepi perairan yang
dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Daerah
daratan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan
dimulai dari batas garis pantai. Daerah lautan adalah daerah diatas dan
dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah,
termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai adalah
garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak
tetap dan dapat berpindah sesuai pasang surut air laut dan erosi yang
terjadi.
Secara ekologis, wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan
antara ekosistem darat dan laut, dimana batas ke arah daratan mencakup
daerah-daerah yang tergenang air dan maupun tidak tergenang air yang
masih dipengaruhi oleh proses-proses laut, seperti : pasang surut, percikan
gelombang, angin laut dan interusi garam, sedangkan batas ke laut adalah
daerah - daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alamiah dan kegiatan
manusia di daratan seperti : aliran air tawar (river run off and surface run
off), sedimentasi, pencemaran dan lainnya (Dahuri, 2003).
Menurut Nybakken (2001) di lihat dari struktur tanah dan bahan penyusunnya,
pantai intertidal dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
a. Pantai Berbatu
Pantai berbatu merupakan salah satu jenis pantai yang tersusun oleh
batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras
atau secara umum tersusun oleh bebatuan. Keadaan ini berlawanan
dengan penampilan pantai berpasir dan pantai berlumpur yang hampir

10
tandus. Dari semua pantai, pantai ini memiliki berbagai organisme
dengan keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun
tumbuhan.

Pantai berbatu menyediakan habitat untuk tumbuhan dan hewan.


Habitat ini berperan sebagai substrat, tempat mencari makan, tempat
persembunyian serta tempat berinteraksinya berbagai macam organisme
khususnya yang memiliki hubungan rantai makanan. Daerah intertidal
khususnya pantai berbatu meruapakan zona yang penting untuk
manusia dan organisme lain. Daerah ini banyak dihuni hewan
coelenterata, molusca, crustaceae dan tumbuhannya adalah alga bersel
tunggal, alga hijau, dan alga merah.
b. Pantai Berpasir

Pantai berpasir merupakan lingkungan yang sangat dinamis,


dimana struktur fisik habitatnya digambarkan dengan adanya interaksi
antara pasir, gelombang, dan pasang surut air laut. Pantai berpasir
merupakan salah satu jenis pantai yang dinamis karena kemampuannya
untuk menyerap energy gelombang. Energy gelombang ini dikeluarkan
melalui pergerakan airnya yang membawa pasir pantai ke luar wilayah

11
pantai pada saat gelombang besar dan membawanya kembali ke
wilayah pantai pada saat gelombang dalam keadaan tenang.
Pantai berpasir merupakan tempat yang dipilih untuk melakukan
berbagai aktivitas rekreasi. Pantai pasir kelihatan tidak dihuni oleh
kehidupan makroskopik. Organisme tentu saja tidak tampak karena
faktor-faktor lingkungan yang beraksi di pantai ini membentuk kondisi
dimana seluruh organisme mengubur dirinya dalam substrat. Adapun
kelompok makhluk hidup yang mendiami habitat ekosistem pantai
berpasir terdiri dari kelompok invertebrate dan makrofauna bentik.
d. Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur ini merupakan pantai yang lebih terlindung dari
gerakan ombak, keduanya cenderung mempunyai butiran yang lebih
halus dan mengakumulasi lebih banyak bahan organik sehingga
menjadi “berlumpur”. Pantai berlumpur memiliki substrat yang sangat
halus dengan diameter kurang dari 0.002 mm. Pantai berlumpur tidak
dapat berkembang dengan hadirnya gerakan gelombang. Karena itu,
pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal yang benar-
benar terlindungi dari aktivitas gelombang laut terbuka.

Pantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada suatu


sumber partikel sedimen yang butirannya halus. Pantai berlumpur
berada di berbagai tempat, sebagian di teluk yang tertutup, gobah,
pelabuhan, dan terutama estuaria. Pantai berlumpur cenderung untuk
mengakumulasikan bahan organik, yang berarti bahwa tersedia cukup
banyak makanan yang potensial untuk organisme penghuni pantai,
tetapi berlimpahnya partikel organik yang halus yang mengendap di
daratan lumpur juga mempunyai kemampuan untuk menyumbat
permukaan alat pernapasan.
4. Estuari

12
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.
Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur interdial yang luas atau
rawan garam. Faktor abiotic yang penting dalam ekosistem ini adalah
kadar garam (salinitas). Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari
daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian
dengan psang surutnya air. Nutrient dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa,
ganggang, dan fitoplankton terutama diatom. Komunitas hewannya antara
lain berbagai cacing, kerang, kepiting dan ikan, bahkan ada beberapa
invertebrate laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau
bermigrasi menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat
mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas (Leksono, 2007).
5. Terumbu Karang
Terumbu karang (coral reefs) merupakan masyarakat organisme
yang hidup didasar perairan laut dangkal terutama di daerah tropis.
Terumbu karang terutama disusun oleh karang-karang jenis anthozoa dari
klas Scleractinia, yang mana termasuk Hermatypic coral atau jenis-jenis
karang yang mampu membuat bangunan atau kerangka dari kalsium
karbonat. Struktur bangunan batuan kapur tersebut (CaCO3) cukup kuat
sehingga koloni karang mampu menahan gaya gelombang air laut
(Supriharyono, 2000).

BAB III

13
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekosistem air tawar adalah suatu bentuk menyeluruh atau tatanan yang
ada di dalam air tawar dan sekitarnya yang terdiri dari makhluk hidup di
dalam air tersebut dan lingkungan air tawar itu sendiri. Ekosistem air tawar
sering dikatakan juga sebagai perairan darat. Pada ekosistem air tawar juga
mencakup tentang ekosistem danau, daerah lotik dan lentik, dan ekosistem
perairan lainnya.
Ekologi Perairan Danau Karakteristik morfometri danau yang
menunjukkan kondisi komponen ekosistem abiotik sebagai habitat kehidupan
kelompok biota di air danau, sangat berkaitan dengan komponen ekosistem
biotik. Informasi ekosistem akuatik danau sangat diperlukan sebagai salah
satu dasar pertimbangan pada pengelolaan danau
Laut adalah kumpulan air asin yang sangat luas yang memisahkan
benua yang satu dengan benua yang lainnya, dan juga memisahkan pulau
yang satu dengan yang lainnya Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah
yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua
atau pulau.

DAFTAR PUSTAKA

14
Kimball, John W. 1991. Biologi Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Leksono, A., S. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Malang:
Bayumedia.
Lucas, J. S. And Southgate, P. C. 2011. Aquaculture Farming Animals and Plants.
Australia: Willey-Blackwell.
Muthalib, Abdul Tahar.2007. Hukum Laut Internasional menurut KHL PBB 1982
dan perkembangan Hukum Laut di Indonesia. Fakultas Hukum
Internasional Bagian Hukum Internasional

DAFTAR ISI

15
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
............................................................................................................

B. Rumusan Masalah
............................................................................................................

C. Tujuan Masalah
............................................................................................................

BAB II PEMBAHASA
A. Konsep Pengelolaan Ekosistem Air tawar.....................................
B. Bagaimana Konsep Pengelolaan Ekosistem Danau.......................
C. Bagaimana Konsep Pengelolaan Ekosistem laut ..........................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

16
KATA iiPENGANTAR

Bismillahirahmanirahim, Wb
Alhamdulillah, Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini berisikan tentang penjelasan “Konsep Pengelolaan Ekosistem
Perairan (Aquitik)
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini .
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita . Amin .

Sungai Penuh, September 2018

17
i
KONSEP PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN (AQUITIK)
MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah
Ekologi

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Elita Putri Ulan (1710204107)
Eking Gustian (1710204088)

Dosen Pembimbing:
INDAH KENCANA WATI, S.Si, M.Pd

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

18
T.A.2018/2019

19

Anda mungkin juga menyukai