Anda di halaman 1dari 28

KAJIAN VEGETASI MANGROVE DI WILAYAH PESISIR KOTA

KUPANG MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

Maria Megawati Doloksaribu


NIM 1713020025

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
MARET 2021
KAJIAN VEGETASI MANGROVE DI WILAYAH PESISIR KOTA
KUPANG MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan pada Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana –
Kupang
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Perikanan (S.Pi)

Oleh

Maria Megawati Doloksaribu


NIM 1713020025

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
MARET 2021
ii

LEMBAR PEMERIKSAAN

Mahasiswa dengan
Nama : Maria Megawati Doloksaribu
NIM : 1713020025
telah melaksanakan Proposal dengan
Judul : KAJIAN VEGETASI MANGROVE DI WILAYAH PESISIR
KOTA KUPANG MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH
Dan telah diuji oleh penguji.

Seluruh isi dalam karya ilmiah ini telah di periksa dan disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Chaterina A. Paulus, S.Pi., M.Si Dr. Alexander L. Kangkan, S.Pi., M.Si
NIP. 19840819 201012 2 003 NIP. 19740831 200003 1 001

MENGETAHUI

Fakultas Kelautan dan Perikanan, Program Studi Manajemen Sumberdaya


Dekan, Perairan,
Ketua,

Dr. Ir. Marcelien Dj. Ratoe Oedjoe, M.Si Dr. Ir. Yahyah, M.Si
NIP. 19580122 198702 2 001 NIP. 19660108 199203 1 002
iii

PERSEMBAHAN

Proposal ini penulis persembahkan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Keluarga (Ayah, Ibu, Kakak dan Adik) serta keluarga besar yang mendukung.

3. Teman-teman angkatan 2017 yang membantu dalam penulisan proposal ini.

4. Semua pihak yang membantu dan mendukung penulis selama perkuliahan.

‘’Dream, though your beginning maybe humble, may the end be properous’’ –BTS

God Bless
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat
dan Anugerah-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian
dengan judul ‘’Kajian Vegetasi Mangrove di Wilayah Pesisir Kota
Kupang Menggunakan Pendinderaan Jauh’’ tepat pada waktunya. Tujuan
dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis,
kerapatan, dan juga vegetasi dari mangrove di pesisir kota kupang. Proposal
penelitian ini adalah salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Perikanan
(S.Pi). Dalam menyusun proposal penelitian ini, banyak hambatan dan
kesulitan yang dialami, namun berkat dukungan dan dorongan saya dapat
menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Marcelien Dj. Ratoe Oedjoe, M.Si sebagai Dekan Fakultas
Kelautan dan Perikanan Universitas Nusa Cendana Kupang.
2. Bapak Dr. Ir. Yahyah, M.Si selaku ketua Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan.
3. Ibu Dr. Chaterina A. Paulus, S.Pi., M.Si sebagai Dosen Pembimbing I
dan Bapak Dr. Alexander L. Kangkan, S.Pi., M.Si sebagai dosen
Pembimbing II yang telah mendidik, mengajar, dan membimbing saya
dalam menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini.
4. Keluarga, Ayah Maniur Doloksaribu, Ibu Bagekin Br Karo, Ardiansyah
Doloksaribu, David Doloksaribu, Nora Doloksaribu, keluarga yang
mendukung dan memberikan doa selama penyusunan proposal
penelitian ini.

Saya menyadari bahwa dalam proposal penelitian ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
v

membangun dari para pembaca untuk memperbaiki kekurangan dalam


penulisan proposal penelitian ini dan juga untuk menambah wawasan penulis.
Akhir kata semoga penulisan proposal ini dapat berguna bagi para pembaca
dan pihak terkait lainnya. Terima kasih.

Kupang, Maret 2021


Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana, Kupang

Maria Megawati Doloksaribu


vi

DAFTAR ISI

Halaman
COVER LUAR..........................................................................................................
COVER DALAM.......................................................................................................
LEMBAR PEMERIKSAAN......................................................................................ii
PERSEMBAHAN......................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iv
DAFTAR ISI..............................................................................................................vi
DAFTAR TABEL......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................2
D. Kerangka pikir.......................................................................................................2
E. Manfaat Penelitian.................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................4
A. Pengertian Mangrove.............................................................................................4
B. Jenis dan Sebaran..................................................................................................5
C. Penginderaan Jauh.................................................................................................6
D. Landsat 8...............................................................................................................7
E. Tahapan Pengolahan Data.....................................................................................7
F. Indeks Vegetasi.....................................................................................................8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................................10
A. Waktu dan Lokasi..................................................................................................10
B. Alat dan Bahan......................................................................................................10
C. Penentuan Lokasi...................................................................................................11
D. Prosedur Kerja.......................................................................................................11
E. Analisis Data.........................................................................................................11
vii

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13
LAMPIRAN...............................................................................................................15
viii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Alat dan Bahan.............................................................................................10
ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian..........................................................................3
Gambar 2 Peta lokasi penelitian.................................................................................10
x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pra penelitian.........................................................................................15


Lampiran 2. Tools ArcGis 10.7..................................................................................16
Lampiran 3. Pengambilan titik kordinat.....................................................................16
1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan mangrove adalah hutan yang umumnya terdapat di pantai dan hidup serta
tumbuh berkembang di lokasi sepanjang pantai atau muara sungai yang sangat erat
kaitannya dengan pasang surut air laut. Mangrove merupakan ekosistem utama pendukung
aktivitas kehidupan di wilayah pantai dan memegang peranan penting dalam siklus
keseimbangan biologis lingkungannya. Bengen (2003) menyatakan bahwa hutan mangrove
memiliki fungsi dan manfaat, antara lain; sebagai peredam gelombang dan angin badai,
pelindung dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen; penghasil sejumlah besar
detritus dari daun dan pohon mangrove; daerah asuhan (nursery grounds), daerah mencari
makan (feeding grounds) dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan,
udang, dan biota laut lainnya; penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar, bahan
baku arang, dan bahan baku kertas (pulp), pemasok larva ikan, udang dan biota laut
lainnya dan juga sebagai tempat pariwisata. Di sisi lain, besarnya fungsi dan manfaat
tersebut terdapat konsekuensi bagi ekosisstem tersebut, dimana semakin tinggi
pembangunan ekonomi dan pertambahan penduduk akan mengakibatkan pemanfaatan
sumberdaya alam secara berlebihan.
Kota Kupang memiliki wilayah pesisir yang cukup kaya sumber daya alamnya, salah
satunya adalah hutan mangrove. Dahulunya areal hutan mangrove ini cukup luas, namun
berbagai aktifitas masyarakat seperti penebangan jenis – jenis flora mangrove oleh
penduduk di sekitarnya untuk keperluan kayu bakar, dan kebutuhan rumah tangga lainnya
sehingga menyebabkan area ini semakin berkurang luasan hutan mangrovenya. Namun
seiring perjalanan waktu serta adanya aktivitas manusia di sekitar vegetasi mangrove,
sehingga perlu dilakukan survey/penelitian untuk mendapatkan data dan informasi tentang
vegetasi mangrove di pesisir Kota Kupang. Vegetasi mangrove dapat dikaji dengan
bantuan teknologi penginderaan jarak jauh dalam vegetasi mangrove yang didasarkan
dalam dua hal penting, yaitu mangrove mempunyai klorofil dan hidup di daerah pesisir.

Perkembangan teknologi digital semakin bisa dirasakan manfaatnya sekarang ini.


Salah satunya adalah dengan adanya teknologi penginderaan jauh sangat membantu dalam
2

mengidentifikasi potensi kelimpahan dan kerusakan sumberdaya alam. Dengan


penginderaan jauh dapat memperoleh data mengenai kondisi fisik suatu objek atau lahan
tanpa adanya kontak langsung dengan objek tersebut. Hutan mangrove dapat diidentifikasi
dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dan memberikan efek perekaman yang
khas jika dibandingkan obyek vegetasi darat lainnya (Faizal et al., 2005). Oleh karena itu
penting untuk dicoba penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk memetakan
struktur komunitas vegetasi mangrove yang ada di pesisir Kota Kupang khususnya yang
merupakan salah satu pusat kegiatan perikanan. Tujuan dari penelitian vegetasi mangrove
adalah untuk mengkaji mengenai jenis, kerapatan, perubahan distribusi mangrove dan
menentukan tingkat kesehatan dari vegetasi mangrove di Pesisir Kota Kupang.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian adalah

1. Apa saja jenis sebaran mangrove yang ada di pesisir Kota Kupang?
2. Bagaimana kondisi, nilai kerapatan serta dominansi sebaran mangrove di pesisir
Kota Kupang?
3. Bagaimana vegetasi mangrove di pesisir Kota Kupang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengidentifikasi sebaran jenis mangrove yang ada di pesisir Kota Kupang


2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi, nilai kerapatan serta dominani sebaran
mangrove di pesisir Kota Kupang
3. Untuk mengetahui vegetasi mangrove di pesisir Kota Kupang

D. Kerangka Pikir

Hutan mangrove mengalami vegetasi seiring dengan waktu. Vegetasi mangrove dapat
dikaji menggunakan penginderaan jauh. Sifat penting dari vegetasi mangrove yaitu
mangrove mempunyai zat klorofil dan juga tumbuh di daerah pesisir. Zat klorofil
mangrove menyerap spektrum sinar merah yang dipantulan sprektrum infra merah. Nilai
NDVI dibagi menjadi beberapa kelas kerapatan, yaitu mangrove dengan kerapatan jarang,
mangrove dengan kerapatan sedang dan mangrove dengan kerapatan padat.
3

Hutan Mangrove

Penginderaan Jauh

Citra Landsat 8

Transformasi Indeks NDVI

Klasifikasi

Jenis, Sebaran Kerapatan, dominansi, konisi Vegetasi

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti dalam meningkatkan pemahaman mengenai perubahan vegetasi


mangrove serta menjadi acuan di masa mendatang bagi peneliti lain.
2. Acuan dalam pemanfaatan dan pelestarian bagi pemerintahan di kawasan pesisir
Kota Kupang.
3. Memberikan informasi bagi mayarakat untuk menyadari pentingnya ekosistem
mangrove.
4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Mangrove

Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai
yang sangat erat kaitannya dengan pasang surut air laut. Hutan mangrove tersusun dari
berbagai jenis mangrove yang hidup di daerah pertemuan antara sungai dan laut. Mangrove
tersebar di sepanjang pantai di daerah tropik dan subtropik yang terlindung dari gerakan
gelombang dan angin atau daerah belakang terumbu karang. Tumbuhan mangrove bersifat
unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut.
Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas
(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang
miskin oksigen atau bahkan anaerob. Pepohonan mangrove mampu tumbuh di daerah yang
landai dan berlumpur, serta tahan terhadap hempasan ombak karena memiliki akar – akar
yang kuat. Akar mangrove mangumpulkan sedimen dan memperlambat aliran air,
membantu melindungi garis pantai dan mencegah erosi (Suwargana, 2008). Selain itu juga
dapat menimbulkan tanah timbul dan menjadikan lahan baru untuk vegetasi mangrove.

Ekosistem hutan mangrove memiliki beberapa fungsi yang di kemukakan Nontji


dalam (Malik et al., 2017), yaitu:

1. Fungsi fisik, meliputi: pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, pencegah


intrusi garam, dan sebagai penghasil energi serta hara.
2. Fungsi biologis, meliputi: sebagai tempat bertelur dan tempat asuhan berbagai
biota.
3. Fungsi ekonomis, meliputi: sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar dan arang),
bahan bangunan (balok, atap, dan sebagainya), perikanan, pertanian, makanan,
minuman, bahan baku kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintesis,
penyamakan kulit, obat-obatan, dan lain-lain.

Mangrove juga memiliki peranan sebagai daerah asuhan (nursery grounds), daerah
mencari makan (feeding grounds) dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai
jenis ikan, udang dan biota laut lainnya. Disamping itu mangrove juga dapat dijadikan
tempat pariwisata. Ekosistem mangrove berperan besar dalam menjaga keberlanjutan dan
5

keseimbangan ekosistem pantai dan pesisir (Momo et al., 2018). Mengingat besarnya
manfaat ekosistem mangrove, terkadang pemanfaatannya tidak memperhatikan daya
dukung lingkungan. Bagi keberlanjutan sumberdaya, baik secara biologis, fisik, ekologi,
maupun ekonomi. Perkembangan di setiap sektor dapat menjadi ancaman jika pengelolaan
hutan mangrove tersebut tidak baik (Mulyadi & Amin, 2016). Tekanan yang terjadi di
lingkungan hutan mangrove dapat berdampak langsung dan tidak langsung terhadap
masyarakat. Faktor yaitu kurangnya pemahaman tentang fungsi dan manfaat mangrove
juga berpengaruh terhadap kerusakan ekosistem mangrove. Tekanan ini bisa menjadi
konflik bagi hutan mangrove tersebut dan juga masyarakat yang masih sangat tergantung
dengan hasil dari hutan mangrove tersebut. Potensi ekosistem mangrove yang sangat besar
tersebut memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat khususnya bagi masyarakat
pesisir (Cintya Pradipta Hapsari & Ayu Permatasari, 2020). Selain masyarakat, biota
pesisir yang menjadikan hutan mangrove sebagai habitat juga terancam. Maka dari itu
sangat dibutuhkan pantauan laju dari vegetasi mangrove untuk mencatat keberadaan dan
kelimpahan mangrove dan pelestarian mangrove sebagai kawasan yang tetap terjaga
(Koswara et al., 2017).

Vegetasi mangrove merupakan kumpulan mangrove yang terdiri dari beberapa


spesies yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Vegetasi di suatu tempat akan
berbeda-beda karena perbedaan dari faktor ligkungan. Vegetasi mangrove merupakan
suatu sistem yang selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Vegetasi
mangrove memperlihatkan adanya pola zonasi. Hal ini berkaitan dengan tipe substrat
(lumpur, pasir atau lainnya), keterbukaan terhadap hempasan gelombang, salinitas, serta
pengaruh pasang surut air laut.

B. Jenis dan sebaran Mangrove

Hutan mangrove di pesisir sangat beragam. Masyarakat pesisir saat ini sebagian
sangat tergantung dengan hutan tersebut yang dapat digunakan sebagai obat, bahan bakar,
dan lainnya. Namun, dengan aktivitas masyarakat tersebut dapat mengakibatkan ekosistem
mangrove menjadi rusak dan terganggu. Sebagain masyarakat juga yang sangat peduli
dengan ekosistem mangrove yang ada disekitar mereka.

Untuk mempertahankan kondisi mangrove diperlukan tindakan pengelolaan yang


melibatkan pihak – pihak tertentu. Pemerintah Nusa Tenggara Timur khususnya Dinas
6

Kelautan dan Perikanan Kota Kupang sering melakukan usaha penambahan tanaman
mangrove di sepanjang pesisir pantai ini dengan program penanaman anakan mangrove.

C. Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan tanpa adanya kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji
(Malik et al., 2017). Lo (1996) mendefinisikan inderaja sebagai suatu teknik untuk
mengumpulkan informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa
sentuhan fisik. Paine (1992) mendefinisikan inderaja sebagai identifikasi dan pengkajian
obyek pada daerah jauh dengan menggunakan energi elektromagnetik yang dipantulkan
atau dipancarkan obyek.

Pemanfaatan data satelit penginderaan jauh untuk memetakan sumberdaya saat ini
telah banyak digunakan. Penginderaan jauh adalah salah satu teknologi yang sangat efektif
untuk menentukan perubahan luas lahan. Pemanfaatan citra satelit dengan resolusi spasial
yang tinggi sangat diperlukan di daerah perkotaan yang mempunyai tingkat keragaman
tutupan lahan yang heterogen dan daerah yang memiliki potensi sumberdaya tinggi (Liang
S et al, 2007). Estimasi didasarkan pada pantulan dari kanopi vegetasi. Intensitas pantulan
tergantung pada panjang gelombang yang digunakan dan tiga komponen vegetasi, yaitu
daun, substrat dan bayangan. Menurut Susilo (2000) penginderaan jauh untuk vegetasi
mangrove didasarkan atas dua sifat penting yaitu bahwa mangrove mempunyai zat hijau
daun (klorofil) dan mangrove tumbuh di pesisir. Dua hal ini akan menjadi pertimbangan
penting didalam mendeteksi mangrove melalui satelit. Sifat optik klorofil sangat khas yaitu
bahwa klorofil menyerap spektrum sinar merah dan memantulkan dengan kuat spektrum
inframerah. Untuk menyatakan titik koordinat pada kawasan waktu dan bidang dan untuk
menyatakan nilai atau warna suatu citra. Penginderaan jauh ini digunakan untk mengetahui
jenis vegetasi dan pemantauan hutan mangrove (Irawan et al., 2017). Dalam Pemantauan
nilai indeks vegetasi menggunakan resolusi spasial yang tinggi dapat digunakan asalkan
citra tersebut memiliki kanal-kanal yang dibutuhkan dalam algoritma perhitungan indeks
vegetasi.
7

D. Landsat 8

Landsat adalah salah satu wahana penginderaan jauh yang diluncurkan pertama kali
pada tahun 1972. Citra landsat sangat bermanfaat dalam membantu yang berhubungan
dengan inventarisasi SDA. Landsat Data Continuity Mission (LDCM) atau dikenal juga
dengan landsat 8 merupakan satelit generasi terbaru dari program landsat. Jenis citra ini
adalah resolusi sedang dan merupakan evolusi dari misi satelit 7 (ETM +) sebelumnya.
citra landsat adalah salah satu citra satelit sumberdaya yang mempunyai resolusi 30m x
30m (kecuali saluran inftramerah thermal), dan merekam dalam 7 saluran spektral. Masing
masing saluran citra satelit memliki tanggapan spektral obyek terhadap panjang gelombang
tertentu, hal ini menyebabkan nilai tanggapan setiap spektral bervariasi. Nilai spektral yang
bervariasi tersebut merupakan salah satu keuntungan dari citra landsat. Keberadaan pita
NIR yang dapat membantu dalam mengidentifikasi hutan bakau. Citra landsat 8 dapat
digunakan untuk mendeteksi hutan bakau. Landsat 8 ini dapat digunakan untuk mengetahui
kerapatan dan luasan vegetasi. Kegunaan satelit landsat diantaranya adalah untuk pemetaan
penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan tanah pemetaan geologi,
pemetaan suhu permukaan laut (Purwanto & Asriningrum, 2019).

E. Tahapan Pengolahan Data

1. Koreksi radiometrik bertujuan untuk memperbaiki nilai-nilai piksel yang tidak


sesuai dengan nilai pantulan atau pancaran spektral obyek yang sebenarnya, dan
faktor gangguan atmosfer adalah gangguan yang utama. Dengan adanya sensor
maka dari gangguan tersebut nilai akan lebih besar oleh karena adanya proses
serapan. Koreksi radiometrik terdiri dari dua tahap, antara lain kalibrasi radiometrik
dan koreksi atmosfer.
2. Koreksi Geometrik merupakan proses perbaikan posisi citra agar sesuai dengan
koordinat di lapangan yang disebabkan adanya distorsi geometrik seperti kesalahan
sistem optik, meknisme penyiaman, ditorsi panoramik berupa sudut pandang sensor
terhadap bumi (Laremba 2014). Koreksi geometrik pada Landsat 8 menggunakan
bantuan peta RBI dengan metode Image to Map. Dalam koreksi geometrik harus
memperhatikan nilai RMSE. Apabila nilai RMSE lebih kecil dari 1 piksel
(Purwadhi, 2001), maka koreksi tersebut telah berhasil dilakukan dan dapat
dipergunakan untuk tahap selanjutnya.
8

3. Cropping atau image cutting merupakan kegiatan memotong citra dengan tujuan
memilih area yang diinginkan. Kegunaan cropping adalah memperkecil ukuran file
dari citra sehingga pemrosesan data menjadi lebih ringan dan cepat sesuai dengan
kebutuhan data citra yang akan dianalisa.
4. Penajaman citra dilakukan untuk lebih memudahkan interpretasi visual dan
pemahaman terhadap suatu citra. Keuntungan dari citra digital yaitu
memungkinkan kita untuk melakukan manipulasi nilai pixel suatu citra.
5. Kompilasi Citra, dilakukan untuk mengklasifikasi, dimana band yang dipilih akan
digunakan sesuai dengan tujuan klasifikasi. Untuk proses identifikasi vegetasi
mangrove digunakan komposit RGB (Red, Green, and Blue).
6. Klasifikasi pada citra, setelah citra komposit dibuat, proses klasifikasi dilakukan
untuk mengelompokkan objek atau kenampakan yang homogen yaitu dengan
menempatkan piksel-piksel ke dalam suatu kelas menurut kesamaan nilai digital
dari tiap piksel. Pada penelitian ini digunakan klasifikasi tak terbimbing dengan
dukungan data lapangan. Klasifikasi ini didasarkan pada kesamaan nilai digital tiap
piksel. Semua nilai piksel yang sama akan dikelompokkan secara otomatis ke
dalam beberapa kelas yang diinginkan. Selanjutnya dilakukan pengkelasan ulang
(reclass) berdasarkan peta dan data lapangan agar diperoleh informasi yang lebih
detail mengenai lokasi mangrove di daerah penelitian.

F. Indeks Vegetasi

Indeks vegetasi merupakan suatu algoritma yang diterapkan terhadap citra satelit,
untuk menonjolkan aspek kerapatan vegetasi ataupun aspek lain yang berkaitan dengan
kerapatan, misalnya biomassa, Leaf Area Index (LAI), konsentrasi klorofil. Pengertian
lainnya adalah Indeks vegetasi adalah suatu formulasi pengolahan data inderaja secara
digital yang dapat diarahkan secara khusus untuk mengkaji informasi tematik dari lahan
bervegetasi. Indeks vegetasi merupakan suatu ukuran kuantitatif berdasarkan nilai digital
citra satelit untuk mengukur biomassa suatu vegetasi. Salah satu metode dalam indeks
vegetasi adalah metode skala lanskap (NDVI) adalah metode yang memperhitungkan
besaran nilai kehijauan vegetasi yang diperoleh dari pengolahan sinyal digital data nilai
kecerahan (brightness) beberapa kanal data sensor satelit dari citra satelit. Nilai vegetasi
menggunakan dengan dua band digunakan untuk mempermudah perbedaan antara lahan
bervegetasi.
9

NDVI mengukur kemiringan (slope) antara nilai asli band merah dan band infra
merah di angkasa dengan nilai band merah dan infra merah yang ada dalam tiap piksel
citra. Nilai NDVI berkisar dari -1 sampai dengan 1 dengan klasifikasi -1 sampai 0
termasuk ke dalam kelompok bukan vegetasi dan 0 sampai dengan 1 termasuk kelompok
vegetasi. Zonasi vegetasi mangrove menurut pasang surut meliputi (Noor et al., 1999 in
Wahyudi, 2005):

1. Areal yang selalu digenangi walaupun pada saat pasang rendah.


2. Areal yang digenangi oleh pasang sedang.
3. Areal yang digenangi hanya saat pasang tinggi. Areal ini lebih ke daratan.
10

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2021 berlokasi di pesisir pantai
Kota Kupang yang memiliki ekosistem mangrove. Lokasi penelitian ada di 3 wilayah
antara lain Mangrove Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Ekowisata
Mangrove, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, dan juga Mangrove Paradiso,
Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang.

Gambar 2. Lokasi penelitian


B. Alat dan Bahan

Penelitian vegetasi mangrove ini memerlukan beberapa alat dan bahan untuk
mendukung penelitian. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian sebagai berikut:

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

No Alat dan Bahan Kegunaan


1 GPS Hp Menentukan titik koordinat dalam penelitian
11

2 Laptop Asus Untuk mengolah data


4 ArcGIS 10.7 Membuat peta lokasi dan pengolahan data
5 Data Citra Satelit Landsat 8 Memetakan sumberdaya
tahun 2010, 2015, 2020

C. Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi penelitian dilakukan di pesisir Kota Kupang yang memiliki


ekosistem mangrove. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survei
lapangan. Survei lapangan dilakukan secara langsung untuk mengambil titik koordinat
lokasi menggunakan aplikasi dari handphone.

D. Prosedur Kerja

Data yang diperoleh akan di olah dengan langkah – langkah pra pengolahan tahap
awal dalam pengolahan data citra yakni melakukan perbaikan citra untuk memudahkan
identifikasi mangrove.

1. Tahapan awal ialah memperoleh data citra Landsat dari situs resmi USGS (U.S
Geological Survey) dari website http://earthexplorer.usgs.gov. Untuk memperoleh
data tersebut kita harus mempunyai akun untuk login di website tersebut.
2. Melakukan Koreksi Radiometrik Koreksi radiometrik bertujuan untuk memperbaiki
nilai-nilai piksel yang tidak sesuai dengan nilai pantulan atau pancaran spektral
obyek yang sebenarnya, dan Koreksi Geometrik merupakan proses perbaikan posisi
citra agar sesuai dengan koordinat di lapangan yang disebabkan adanya distorsi
geometrik seperti kesalahan sistem optik.
3. Penajaman dan pemotongan citra untuk mempermudah menginterpretasikan pada
lokasi yang diinginkan.
4. Klasifikasi untuk menentukan penutupan lahan pada lokasi.
5. Membuat hasil dalam bentuk vektor dan dijadikan menjadi file shp dengan
menggunakan ArcGis.

E. Analisis Data

Analisis data akan dilakukan dalam dua tahap yaitu pra pengolahan dimana
dilakukan pemotogan citra untuk membatasi wilayah penelitian, koreksi radiometrik untuk
memperbaiki nilai pixel yang sesuai, dan juga koreksi geometrik untuk memperbaiki
12

kesalahaan yang terjadi pada objek yang terekam di citra. Tahap pengolahan data dimana
dilakukan komposit warna untuk mempertajam objek, interpretasi data menjadi digital
dengan ArcGIS, dan juga transpormasi NDVI.

Perhitungan Indeks vegetasi merupakan suatu algoritma yang dapat mencerminkan


kondisi kesehatan dan kerapatan vegetasi. Indeks vegetasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah NDVI. Berikut adalah algoritma NDVI:

2 - 1
𝑁𝐷𝑉𝐼 =
2 + 1

Dimana,
NDVI = Normalized Difference Vegetation Index
ρ2 = Band Inframerah Dekat (Band 5)
ρ1 = Band Merah (Band 4)
Nilai kerapatan mangrove ditentukan dengan menggunakan hasil dari
perhitungan NDVI, maka nilai kelas NDVI tersebut diklasifikasi ulang (reclass)
menjadi tiga kelas, yaitu kerapatan jarang, sedang dan padat.
a. Klasifikasi Citra Landsat 8 diklasifikasi berdasarkan rentang nilai indeks vegetasi
NDVI. Klasifikasi citra terbagi menjadi empat kelas yakni mangrove rapat,
mangrove sedang, mangrove jarang.
b. Penggabungan Klasifikasi Lahan dan Indeks Vegetasi. Citra penutupan lahan dapat
di overlay dengan citra hasil analisis indeks vegetasi (NDVI) untuk
memperlihatkan distribusi mangrove menurut kerapatannya. Overlay dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Overlay suatu data grafis adalah
menggabungkan dua atau lebih data grafis untuk memperoleh data grafis baru yang
memiliki satuan pemetaan (unit pemetaan). Dalam proses overlay akan diperoleh
satuan pemetaan baru (unit baru). Proses overlay ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi. Syaratnya data-data yang akan di overlay harus mempunyai sistem
kordinat yang sama. Sistem kordinat tersebut dapat berupa hasil transformasi nilai
koordinat meja digitizer, nilai koordinat lapangan, ataupun nilai kordinat pada peta.
13

DAFTAR PUSTAKA

-, R., -, I., & -, S. (2015). Struktur dan Kepadatan Vegetasi Mangrove di Teluk Kupang.
Jurnal Segara, 11(2). https://doi.org/10.15578/segara.v11i2.9091

APPLICATION OF REMOTE SENSING IN MANGROVE STUDIES : A LITERATURE


REVIEW Zainul Hidayah MANGROVE STUDIES USING REMOTE. (2010). 3(1),
48–54.

Cintya Pradipta Hapsari, K., & Ayu Permatasari, D. (2020). Changes of mangrove area in
Pangpang Bay, Banyuwangi 2014-2018 using Landsat-8 imagery. Journal of Physics:
Conference Series, 1528(1), 0–6. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1528/1/012063

Hartoko, A., Hendrarto, I. B., Merici, A., & Widiyanti, D. (2011). JOURNAL OF
MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES . Online di : http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/maquares PERUBAHAN LUAS VEGETASI MANGROVE DI
PULAU PARANG , KEPULAUAN KARIMUNJAWA MENGGUNAKAN CITRA
SATELIT Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index. 2(2004).

Hidayah, Z., Rosyid, D. M., & Armono, H. D. (2015). GIS application in monitoring
distribution of mangrove ecosystem of Southern Madura. Ecology, Environment and
Conservation, 21(1), 487–493.

Irawan, S., Kurniawan, D. E., Anurogo, W., & Lubis, M. Z. (2017). Mangrove Distribution
in Riau Islands Using Remote Sensing Technology. Journal of Applied Geospatial
Information, 1(2), 58–62. https://doi.org/10.30871/jagi.v1i2.456

Koswara, S. D., Ardli, E. R., & Yani, E. (2017). the Monitoring of Mangrove Vegetation
Community Structure in Segara Anakan Cilacap for the Period of 2009 and 2015.
Scripta Biologica, 4(2), 113. https://doi.org/10.20884/1.sb.2017.4.2.414

Laremba, S. (2014). Sebaran Dan Kerapatan Mangrove Di Teluk Kota Kendari Sulawesi
Tenggara.

Malik, A., Toknok, B., Kehutanan, J., Kehutanan, F., Tadulako, U., Fakultas, M.,
Universitas, K., Pengajar, S., Kehutanan, F., & Tadulako, U. (2017). Potensi Vegetasi
Hutan Mangrove Di Wilayah Pesisir Pantai. 5, 63–70.

Momo, O. H., Ode, W., Rahayu, S., Kehutanan, P. S., Tinggi, S., Pertanian, I., Raha, W.,
Letjend, J., Subroto, G., & Lasalepa, K. (2018). Akuatikisle Analisis vegetasi hutan
mangrove di Desa Wambona Kecamatan Wakorumba Selatan , Kabupaten Muna ,
Indonesia Analysis of mangrove forest vegetation in Wambona Village , South
Wakorumba District , Muna Regency , Indonesia. 2(1), 10–16.

Mulyadi, A., & Amin, B. (2016). Vegetation structure and mangrove ecosystem threats in
the coastal zone of Dumai, Riau, Indonesia. Int. J. Appl. Environ. Sci, 11(3), 785–798.
14

Philiani, I., Saputra, L., Harvianto, L., & Muzaki, A. A. (2016). Pemetaan Vegetasi Hutan
Mangrove Menggunakan Metode Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di
Desa Arakan, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Surya Octagon Interdisciplinary
Journal of Technology, 1(2), 211–222.
https://www.researchgate.net/publication/314430543_PEMETAAN_VEGETASI_HU
TAN_MANGROVE_MENGGUNAKAN_METODE_NORMALIZED_DIFFERENC
E_VEGETATION_INDEX_NDVI_DI_DESA_ARAKAN_MINAHASA_SELATAN
_SULAWESI_UTARA

Purwanto, A. D., & Asriningrum, W. (2019). Identification of Mangrove Forests Using


Multispectral Satellite Imageries. International Journal of Remote Sensing and Earth
Sciences (IJReSES), 16(1), 63. https://doi.org/10.30536/j.ijreses.2019.v16.a3097

Sukojo, B. M., & Arindi, Y. N. (2018). ANALISA PERUBAHAN KERAPATAN


MANGROVE BERDASARKAN NILAI NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION
INDEX MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 ( STUDI KASUS : PESISIR UTARA
SURABAYA ) Pembangunan wilayah pesisir menyebabkan perubahan fungsi lahan
menjadi kawasan pemukiman , i. 8, 1–5.

Suwargana, N. (2008). Analisis Perubahan Hutan Mangrove Menggunakan Data


Penginderaan Jauh Di Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi. Jurnal
Penginderaan Jauh, 5, 64–74.

Winarso, G., & Purwanto, A. D. (2017). Evaluation of Mangrove Damage Level Based on
Landsat 8 Image. International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences
(IJReSES), 11(2), 105. https://doi.org/10.30536/j.ijreses.2014.v11.a2608
15

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pra penelitian

No Hari Foto Kegiatan Keterangan


1 Selasa, Turun lapangan di
28 Juli 2020
Paradiso, Kecamatan
(Hari ke-1)
Kelapa Lima untuk
penentuan untuk
penurunan transsek dan
mengambil titik
koordinat.

2 Rabu, Turun lapangan di


29 Juli 2020
Paradiso, Kecamatan
(Hari ke-2)
Kelapa Lima untuk
memasang transek dan
mulai menghitung
jumlah tegakan dan
jenis mangrove (3 plot).

3 Kamis, 30 Turun lapangan di


Juli 2020
Paradiso, Kecamatan
(Hari ke-3)
Kelapa Lima untuk
memasang transek dan
mulai menghitung
jumlah tegakan dan
jenis mangrove
(lanjutan 1 plot).
Keterangan: Dilakukan saat pkl survei dan turun lapngan secara langsung di salah satu
lokasi penelitian Lampiran 2. Tampilan tools ArcGis 10.7
16

Lampiran 3. Pengambilan titik koordinat di lapangan

No Hari / Gambar / Dokumentasi Lokasi


Tanggal /
Kegiatan
1 Selasa, Mangrove
16/02/2021 Oesapa Barat,
Kecamatan
Mengambil Kelapa Lima,
titik koordinat
Kota Kupang
lokasi
penelitian
Ekowisata
Mangrove,
Kecamatan
Kelapa Lima,
Kota Kupang

Mangrove
Paradiso,
Kecamatan
Kelapa Lima,
Kota Kupang
17

2 Minggu,
28/02/2020

Penggabungan
3 titik kordinat
dengan
software
google earth
3 Senin,
01/03/2021

Citra google
earth setelah
ditambahkan
ke layer

Anda mungkin juga menyukai