Anda di halaman 1dari 14

Makalah Konservasi

“Perencanaan Zona Inti , Zona Perikanan Berkelanjutan , Zona


Pemanfaatan Terbatas dan Zona Lainnya”

Oleh :
Muhammad Hanifah
L021181313

Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan


Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau 17.540 dan
panjang garis pantai 95 ribu kilometer yang membentang dari ujung barat ke timur. Karunia
sumber daya alam yang melimpah dan keanekaragaman hayati yang besar membuat Indonesia
menjadi bangsa yang diperhitungkan di dunia. Indonesia menjadi Center of Excellent
keanekaragaman sumber daya hayati
Pemerintah bersama bersama Deputy Administrator of United States Agency for
International Development (USAID), secara resmi menyatakan dimulainya program Marine
Protected Areas Governance (MPAG) di Indonesia.
MPA bukan hanya tentang melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati laut, tetapi
juga untuk mendukung perikanan berkelanjutan, ekowisata bahari, dan keperluan lainnya untuk
kesejahteraan masyarakat pesisir. Dukungan terhadap MPA cukup kuat dengan adanya Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2007, dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17 /
MEN / 2008 yang mengatur kawasan konservasi daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 60/ 2007
tentang Konservasi Sumber Daya Perikanan menjadi dasar program MPA. Hal tersebut mengatur
sistem zonasi perairan yang dibutuhkan dalam MPA. Sistem Zonasi yang digunakan dalam
mengelola MPA terbagi atas empat zona yakni zona inti, zona pemanfaatan, zona perikanan
berkelanjutan, dan zona lainnya. Pembagian zona tersebut merupakan satu kesatuan kawasan
yang dikelola secara efektif, dengan harapan mampu memajukan industri kelautan dan perikanan
(Jompa et al, 2014)
Salah satu komponen mendasar yang harus dimiliki oleh sebuah Kawasan Konservasi adalah
dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi (RPZ) yang akan memandu pengelola dalam
mengembangkan strategi dan melaksanakan kegiatan pengelolaan, baik secara tahunan maupun
dalam jangka-menengah (5 tahunan) dan jangka-panjang (20 tahun). Mengingat pentingnya
dokumen RPZ ini, maka dipandang perlu untuk menyusun sebuah panduan yang dapat
digunakan oleh pengelola untuk menyusun dokumen RPZ secara runtut dan sistematik.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana proses perencanaan zona inti,zona perikanan serta zona pemanfaatan terbatas yang
digunakan dalam mengelola Kawasan perlindungan laut ?
1.3 Tujuan
Memahami proses-proses perencanaan zonasi kawasan dan mengenal aturan dalam zona yang
berbeda – zona inti,zona perikanan berkelanjutan,zona pemanfaatan dan zona lainnya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Zonasi Pada Kawasan Konservasi

Pembentukan kawasan konservasi (perairan) pada dasarnya bertujuan (utama) untuk


melindungi spesies/habitat keanekaragaman hayati dan mempertahankan pemanfaatan sumber
daya secara berkelanjutan.melalui zonasi, perbedaan dalam tujuan pada kawasan konservasi
dapat dibedakan Jadi zonasi bisa juga digunakan sebagai salah satu alat untuk mengenali
kategori kawasan konservasi.

Sistem zonasi khusus pada Kawasan Konservasi Perairan dibedakan menjadi 4 (empat) zona

yang berbeda, ialah (UU No. 31 Tahun 2004)


 Zona inti
 Zona perikanan berkelanjutan
 Zona pemanfaatan
 Zona lainnya

Sedangkan menurut Pereaturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 30 Tahun 2010

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 17 Tahun 2008


Sebutan zona inti ditujukan bagi wilayah di dalam kawasan dengan perlindungan tertinggi –
zona ini sering disebut dengan istilah “no-take, no-go”. Sedangkan zona pemanfaatan
terbatas ialah wilayah dimana tingkat perlindungan relatif rendah, dibandingkan zona inti.
Suatu zona diantara keduanya biasa disebut dengan istilah zona penyangga, buffer zone.
Zona penyangga bisa disebut sebagai wilayah cadangan untuk melindungi zona inti dari
pengaruh aktifitas manusia.

Zona inti diperuntukkan bagi:

(a) perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan

(b)penelitian

(c) Pendidikan

Zona perikanan berkelanjutan diperuntukkan bagi:

(a) perlindungan habitat dan populasi ikan

(b) penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan

(c) budi daya ramah lingkungan

(d) pariwisata dan rekreasi

(e) penelitian dan pengembangan


(f) pendidikan.

Zona Pemanfaatan diperuntukkan bagi:

(a) perlindungan habitat dan populasi ikan

(b) pariwisata dan rekreasi

(c) penelitian dan pengembangan

(d) pendidikan.

Zona lainnya merupakan zona di luar zona inti, zona perikanan berkelanjutan, dan zona
pemanfaatan yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu antara lain:
zona perlindungan, zona rehabilitasi dan sebagainya.

2.2.Penerapan Sistem Kawasan Konservasi Laut di Indonesia

Saat ini, Indonesia menerapkan 3 sistem Kawasan Konservasi Laut yaitu :

a. Sistem Kawasan Konservasi yang dikembangkan Kementerian Kehutanan berdasarkan


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati. Sistem ini
meliputi beberapa jenis kawasan perlindungan, yaitu: Taman Laut Nasional, Kawasan Suaka
Alam Laut, Taman Wisata Laut dan lain-lain.

b. Sistem Daerah Perlindungan Laut (DPL)yang berbasis masyarakat dikembangkan dengan


skala relative kecil dan dikelola di setiap desa dan pengendaliannya berdasarkan Peraturan Desa
(Perdes). Sistem ini dikembangkan oleh beberapa proyekproyek kepesisiran, seperti CRMP,
MCRMP dan COREMAP.

c. Sistem Kawasan Konservasi Perairan (KKP) dikembangkan oleh Kementerian Kelautan


dan Perikanan, KKPD dikelola oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten. Sistem ini
dikembangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang
diperbaharui melalui Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber daya Ikan, Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2002 tentang Otonomi Daerah dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Seiring

2.3.Tumpang tindih fungsi zonasi pada kawasan konservasi


Sistem zonasi melalui ketentuan UU No. 31 tahun 2004 memerlukan penjelasan lebih lanjut
melalui peraturan yang setara dengan Keputusan atau Peraturan Kementerian. Kalau tidak,
beberapa jenis zona akan saling tumpang tindih atau mempunyai fungsi yang sama. Zona
perikanan berkelanjutan kemungkinan mempunyai fungsi yang sama dengan zona pemanfaatan,
dilihat dari jenis kegiatan yang diperbolehkan pada kedua zona tersebut;

2.4 Rencana Pengelolaan dan Zonasi (RPZ) Kawasan Konservasi

Menurut Pasal 30 PerMenKP Nomor 30/2010, tahapan penyusunan rencana pengelolaan


kawasan konservasi perairan jangka panjang dan jangka menengah serta zonasi kawasan
konservasi perairan meliputi:

1. Pembentukan kelompok kerja


2. Pengumpulan data dan informasi
3. Analisis
4. Penataan zonasi kawasan konservasi perairan
5. Penyusunan rancangan rencana jangka panjang dan rencana jangka menengah
6. Konsultasi publik pertama
7. Perumusan zonasi dan rencana pengelolaan kawasan konservasi perairan
8. Konsultasi publik kedua
9. Perumusan dokumen final.
2.5 Alur Proses Perencanaan Pengelolaan dan Zonasi (RPZ) Kawasan Konservasi
Gambar diagram penyusunan zonasi kawasan konservasi
Pada tahapan penetapan zonasi Kawasan perairan salah satu hal penting yang perlu
diperhatikan dalan tahapan ini adalah perlunya memastikan paling tidak, atau lebih dari, 2% dari
luas keseluruhan Kawasan Konservasi merupakan Zona Inti. Sebagai contoh, bila luas total
Kawasan adalah 100 ribu Hektare, maka luas Zona Intinya paling tidak adalah 2% dari 100.000
Hektare atau 2.000 Hektare. Luas Zona Inti yang lebih besar dari luasan minimum ini sangat
disarankan.
Untuk memastikan zonasi yang akan didirikan dapat diterima oleh semua pihak, atau
paling tidak para pemangku-kepentingan setempat, perlu dilakukan konsultasi publik. Disamping
untuk mendorong pengurangan atau penghilangan potensi konflik di masa mendatang, konsultasi
public ini jug amerupakan salah satu cara untuk melibatkan para pemangku-kepentingan dalam
proses pembuatan zonasi dan pengelolaan Kawasan yang terkait zonasi tersebut.
Setelah konsultasi publik pertama dan/atau kedua, disusun dokumen zonasi dan rencana
pengelolaan jangka panjang dan rencana pengelolaan jangka menengah sekurang-kurangnya
memuat:
a. Ringkasan Eksekutif b. Pendahuluan, yang berisi latar belakang, tujuan dan ruang lingkup
penyusunan rencana pengelolaan;
c. Data potensi ekologis, ekonomi dan sosial budaya kawasan serta permasalahan pengelolaan;
d. Penataan Zonasi
e. Kebijakan pengelolaan kawasan konservasi perairan
f. Strategi pengelolaan kawasan konservasi
g. Program pengelolaan kawasan konservasi perairan.
Rencana pengelolaan jangka panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan tahunan.
(KKP, )

2.6 Jenis Pemanfaatan Pada Setiap Zonasi


Pemanfaatan untuk Penangkapan Ikan
Lokasi pemanfaatan ikan dilakukan di zona perikanan berkelanjutan untuk kawasan konservasi
perairan,konservaasi perikanan,sedangkan untuk LLP3K (Kawasan Konservasi Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil) dapat dilakukan di zona pemanfaatan terbatas
Pemanfaatan untuk Budidaya
Sama halnya untuk pemanfaatan untuk penangkapan ikan,lokasi untuk pemanfaatan untuk
budidaya dapat dilakukan di zona perikanan berkelanjutan untuk kawasan konservasi
perairan,konservaasi perikanan,sedangkan untuk LLP3K (Kawasan Konservasi Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil) dapat dilakukan di zona pemanfaatan terbatas.Jumlah unit usaha tidak boleh
melebihi 50 % dari daya dukung zona perikanan berkelanjutan
Pemanfaatan untuk pariwisata
Lokasi pemanfaatan pariwisata dilakukan di zona perikanan berkelanjutan untuk kawasan
konservasi perairan,konservaasi perikanan,sedangkan untuk LLP3K (Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil) dapat dilakukan di zona pemanfaatan terbatas
Pemanfaatan untuk pendidikan dan penelitian
Lokasi pemanfaatam untuk Pendidikan dan penelitian dapat dilakukan di zona inti,,zona
perikanan berkelanjutan ,zona pemanfaatan dan zona lainnya.Kegiatan penelitian dan
pengembangan di zona inti di[eruntukkan bagi:penelitian dasar menggunakan metode
observasi,metode observasi dan pengembangan untuk tujuan rehabilitasi.Namun khusus untuk
kegiatan Pendidikan di zona inti tidak diperbolehkan untuk melakukan pengambilan material
langsung dari alam.Kegiatan penelitian dan pengembangan di zona perikanan berkelanjutan
meliputi:penelitian dasar untuk perikanan berkelanjutan dan konservasi,pengembangan
konservasi, sedangkan kegiatan Pendidikan di zona perikanan berkelanjutan ialah suatu
Pendidikan untuk mendapatkan suatu wawasan mengenai aspek
biologi,ekologi,social ,ekonomi,dan budaya .Kegiatan penelitian dan pengembangan di zona
pemanfaatan meliputi:penelitian dasar,penelitia terapan untuk kepentingan pemanfaatan dan
konservasi
2.7 Kriteria Zonasi
Sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
PER.30/MEN/2012 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan,”
n.d.)Zona Inti ditetapkan dengan kriteria:
a. merupakan daerah pemijahan, pengasuhan dan/atau alur ruaya ikan
b. merupakan habitat biota perairan tertentu yang prioritas dan khas/endemik, langka dan/atau
kharismatik
c. mempunyai keanekaragaman jenis biota perairan beserta ekosistemnya
d. mempunyai ciri khas ekosistem alami, dan mewakili keberadaan biota tertentu yang masih asli
e. mempunyai kondisi perairan yang relatif masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia
f. mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidup jenis-jenis ikan tertentu untuk
menunjang pengelolaan perikanan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses bio-ekologis
secara alami
g. mempunyai ciri khas sebagai sumber plasma nutfah bagi Kawasan Konservasi Perairan.
Zona Perikanan Berkelanjutan ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki nilai konservasi, tetapi dapat bertoleransi dengan pemanfaatan budidaya ramah lingkungan
dan penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan
b. mempunyai karakteristik ekosistem yang memungkinkan untuk berbagai pemanfaatan ramah
lingkungan dan mendukung perikanan berkelanjutan
c. mempunyai keanekaragaman jenis biota perairan beserta ekosistemnya
d. mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk mendukung kegiatan multifungsi dengan
tidak merusak ekosistem aslinya
e. mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin pengelolaan budidaya ramah lingkungan, perikanan
tangkap berkelanjutan, dan kegiatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat
f. mempunyai karakteristik potensi dan keterwakilan biota perairan bernilai ekonomi.
Zona Pemanfaatan ditetapkan dengan kriteria:
a. mempunyai daya tarik pariwisata alam berupa biota perairan beserta ekosistem perairan yang indah
dan unik
b. mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensial dan daya tarik untuk
dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi
c. mempunyai karakter objek penelitian dan pendidikan yang mendukung kepentingan konservasi; dan
d. mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk berbagai kegiatan pemanfaatan dengan
tidak merusak ekosistem aslinya
Zona lainnya merupakan zona di luar Zona Inti, Zona Perikanan Berkelanjutan, dan Zona Pemanfaatan
yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu. Zona tertentu dapat berupa antara
lain zona perlindungan dan zona rehabilitasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap zonaa pada kawasan konservasi memiliki peruntukannya sendiri Perbedaan Kawasan
Konservasi Perairan di Indonesia bisa diketahui melalui zonasi. Pada dasarnya Indonesia
menganut 4 (empat) kategori zona yang berbeda, ialah: zona inti, zona penyangga, zona
pemanfaatan, dan zona lain yang sesuai dengan tujuan pembentukan kawasan,adapun untuk
penentuan setiap zonasi untuk kawasan konservasi harus mememnuhi setiap kriteria yang
telah diatur dalam undang-undang

DAFTAR PUSTAKA
Jompa, J., Nessa, N., Lukman, M., 2014. Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut ( Bunga
Rampai ). J. Unhas 6, 1–98.
KKP, n.d. Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.30/MEN/2012
tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, n.d. 14 p.
Undang-undang Nomor . 31 Tahun 2004,

Anda mungkin juga menyukai