Anda di halaman 1dari 17

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakangs

Toponimi adalah ilmu atau studi tentang nama-nama geografis. Nama

pulau, gunung, sungai, bukit, kota, desa, dan sebagainya. adalah namanama dari

unsur-unsur geografis muka bumi. Pada prinsipnya pemberian nama-nama

geografis pulau-pulau tidak berbeda dengan penamaan unsur-unsur geografis

daratan lainnya. Dalam toponimi dipelajari mengapa suatu unsur dinamakan

demikian oleh penduduk setempat, bagaimana mencatat nama yang diucapkan

oleh penduduk setempat menjadi bahasa tulisan dalam bahasa nasional, karakter

tulisan yang dipakai untuk fonetik suatu nama (BRKP, 2003).

Sebagai negara maritim Indonesia harus mengetahui secara pasti jumlah

pulau yang dimiliki dengan informasi nama dan posisi. Informasi ini sangat

diperlukan dalam pengelolaan pulau sebagai salah satu sumberdaya wilayah.

Pendataan pulau dilakukan dengan mengkaji secara komperhensif data

pulau-pulau berdasar-kan data dari berbagai pihak yang telah melakukan

pendataan pulau selama ini (BRKP, 2003).

Pulau-pulau yang tersebar di perairan laut merupakan salah satu

sumberdaya yang sangat potensial sebagai lokasi pengembangan industri wisata,

perikanan baik laut maupun budidaya, permukiman, lokasi penelitian, konservasi

alam maupun budaya dan lain sebagainya. Pengelolaan yang baik dengan

dukungan data yang lengkap diharapkan akan menghasilkan ketahanan ekonomi

daerah yang mantap dalam menghadapi persaingan regional maupun global

(Dahuri, dkk, 2004).


2

Bungkutoko merupakan pulau kecil yang berada di Kecamatan Abeli Kota

Kendari. Pulau ini merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber

daya hayati. Daerah tersebut mempunyai sumber daya pesisir yang meliputi

ekosistem mangrove, lamun dan karang yang memberikan manfaat kehidupan

ekologi bagi organisme bivalvia untuk berkembang biak dengan baik.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui sejarah nama pulau

Bungkutoko, Administrasi dan Titik Koordinaat pulau tersebut.

Manfaat dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa mengetahui sejarah

nama pulau Bungkutoko, Administrasi dan Titik Koordinat pulau tersebut.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Toponim

Toponimi adalah ilmu atau studi tentang nama-nama geografis. Nama

pulau, gunung, sungai, bukit, kota,desa, dan sebagainya adalah nama-nama dari

unsur-unsur geografis muka bumi, pada prinsipnya pemberian nama-nama

geografis pulau-pulau tidak berbeda dengan penamaan unsur-unsur geografis

daratan lainnya. Dalam toponim dipelajari mengapa suatu unsur dinamakan

demikian oleh penduduk setempat, bagaimana mencatat nama-nama geografis dari

sistem tulisan Non Romawi. (Anonim, 2004).

Toponim merupakan ilmu yang mengkaji masalah penamaan unsur

topografi buatan maupun alamiah termasuk pembakuan tulisan, pengucapan,

sejarah, dan hubungan antara nama dan sumberdaya pada sebuah unsur geografis.

Toponim juga merupakan ilmu terapan terpadu yang melibatkan disiplin geografi,

geodesi, geofisik, linguistik, antropologi, sejarah dan hukum. selanjutnya

keseluruhan kajian toponim akan menghasilkan daftar nama geografis atau

gasetir. Salah satu daftar gasetir adalah pulau, sebagai sumberdaya wilayah yang

dioptimalkan untuk membangun ekonomi, ekologi, sosial, budaya, serta

keamanan. (Anonim, 2004).

B. Pedoman Kaidah Toponim

Awal implementasi pembakuan nama rupabumi secara sistematis sudah

dilakukan oleh Bakosurtanal sejak tahun 1988, yaitu sejak Proyek Pemetaan

Dasar (Base Mapping Project) dilaksanakan dan pada pembuatan peta-peta lain

selalu mengacu pada metoda yang direkomendasi oleh PBB (UNGEGN).


4

Pedoman dalam pembakuan nama rupabumi mengacu pada PBB (Jacub

Rais. 2005).

1. Pembakuan internasional bertumpu pada pembakuan nasional

2. Dalam wilayah kedaulatan masing-masing negara, adalah hak masing-masing

Negara untuk menentukan nama-nama unsure geografisnya.

3. Di luar wilayah kedaulatan masing-masing Negara, pembakuan internasional

diterapkan dengan persetujuan semua Negara anggota PBB. Ini dilakukan

melalui Resolusi dari United Nations Conference on Standar dization of

Geographical Names (UNCSGN), yang diadakan setiap 5 tahun sekali sejak

tahun 1967.

4. Salah satu Resolusi UNCSGN No. 4 tahun 1967 adalah di tiap Negara anggota

PBB diusulkan mempunyai Otoritas Nama-Nama Geografis (National

Geographical Names Authority) yang mempunyai tugas pokok dan fungsi

serta anggaran yang jelas untuk kegiatan pembakuan nama rupa bumi,

pedoman pengumpulan data dan publikasi nama baku yang disebut gasetir

(gazetteer) nama rupa bumi untuk dipakai secara resmi oleh semua pihak

(pemerintah, masyarakat)

5. Pembakuan menyangkut tidak hanya menetapkan nama bakunya tetapi juga

tata cara penulisan nama dan fonetiknya, sehingga diucapkan yang sama oleh

semua orang.

Berikut adalah beberapa pedoman kaidah penulisan nama unsur rupabumi:

1) Nama generik dan nama spesifik ditulis secara terpisah. Contoh: Selat Sunda,

pulau Jawa, sungai Musi;


5

2) Jika nama spesifik memakai nama sifat dan atau arah di depan atau di

belakangnya, maka nama tersebut ditulis secara terpisah. Contoh: Jawa Barat,

Kebayoran Lama, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir.

3) Jika nama spesifik memuat nama generik didalamnya dan berbeda dari nama

generik yang bersangkutan, maka nama spesifik yang memuat nama generik

harus ditulis dalam satu kata. Contoh: Tanjungpandan, Kotamubago,

Bukittinggi, Gunungsitoli;

4) Jika nama spesifik terdiri dari kata berulang, maka nama spesifiknya ditulis

dalam satu kata tanpa tanda penghubung. Contoh Kota Parepare, Kota

Baubau, Tanjung Apiapi;

5) Apabila nama spesifik terbentuk dari dua atau tiga kata benda, atau nama

spesifik terbentuk dari dua atau tiga kata keterangan, dan angka yang

bermakna penomoran, maka penulisan nama rupabuminya ditulis secara

terpisah dan angka yang bermakna penomoran ditulis dengan huruf bilangan.

Contoh: Kecamatan Tigokoto Aua Malintang di Kabupaten Agam Sumatera

Barat, Kecamatan Madang Suku Satu, Kecamatan Madang Suku Dua

di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Provinsi Sumatera Selatan;

6) Apabila nama spesifik diikuti dengan angka yang bermakna penomoran, maka

angka penomoran tersebut ditulis dengan huruf. Contoh: Depok Satu, Depok

Dua, Depok Tiga di provinsi Jawa Barat;

7) Apabila nama spesifik yang diikuti dengan angka yang bukan bermakna

penomoran, maka penulisannya digabung. Contoh: Jatitujuh (di Kabupaten

Majalengka), Manggadua (kawasan perdagangan di Jakarta), Muaradua

(kecamatan di Kabupaten OKU);


6

8) Apabila nama spesifik terdiri dari dua kata sifat atau dua kata benda, maka

penulisan nama rupabuminya ditulis menjadi satu kata. Contoh: Pagaralam,

Sukamiskin, Banyuwangi, Jatinegara;

9) Apabila nama spesifik berasal dari nama seorang tokoh masyarakat, maka

nama spesifiknya ditulis sebagaimana nama tokoh tersebut. Contoh: Jalan

Jenderal Soedirman, Bandara Halim Perdana Kusuma

10) Apabila nama spesifik berasal dari nama dua orang tokoh, maka nama

spesifiknya ditulis dengan menggunakan tanda penghubung di antara kedua

nama tokoh tersebut. Contoh Bandara Soekarno-Hatta.

C. Lingkup Kaidah Toponim

1. Penamaan Daratan (format regular)

Nama Negara, Propinsi, Kabupaten, Kota, Kecamatan, Kelurahan/

Desa.mNama Benua, Pulau, Kepulauan, Gunung, dan Penggunaan Tanah

(misalHutan, Perkebunan, Sawah, Pemukiman, Perkantoran, Industri). Nama Man

Made Feature, misal Jalan, dan batas administrasi.

Contoh-contohnya :Republik Indonesia, Propinsi Jakarta, Kota Jakarta

Timur, Kecamatan Durensawit, Kelurahan Durensawit. PulauJawa, Ciliwung,

GunungSalak, Perkebunan PTP 8 Parakansalak

2. Penamaan Perairan (format italic)

Nama Samudera, Laut, Selat, Laguna/Lagoon dan Palung. Nama Danau,

Sungai, RawadanSetu. Nama Man Made Feature, misalWaduk, Kanal,

danlainnya.

Contoh : Samudera Hindia, Laut Jawa, Selat Sunda, Laguna Atol

Kepulauan Seribu, Danau Toba, Aek Godang, Ciliwung, Rawa Bunga, Setu
7

Cipondoh . Waduk Jatiluhur, Kanal Kalimalang dll.

3. Penulisan Posisi geografis (format numeric/angka dan superscript)

Lintang dan Bujur Titik Ketinggian (point) Luasan Area (polygon) Isoline

(misal kontur) Grid (X,Y) Contoh: Letak Kabupaten Dati 2 Sukabumi 06o45’-

07o22’ Lintang Selatan (LS) 106o25’-107o02’ Bujur Timur (BT).


8

III. METODE PRAKTEK

A. Peta Lokasi Penilitian

B. Waktu dan Tempat

Pratek lapang survey toponim dilaksanakan pada hari Senin, 31 Desember

2018 Pada pukul 08:00 WITA-Selesai, Bertempat di Pulau Bungkutoko.

C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktek lapang Survey Topoim dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Bahan serta Kagunaannya


No. AlatdanBahan Kegunaan
1 Alat
- GPS Memgamib titik kordiat
- Laptop Mengolah data
- Alat Tulis Menulis laopran sementara
- Camera Mendokumentasi

2 Bahan
- Titik kordinat Bahan Pembutan Peta
9

D. Prosedur Kerja

- Melakukan wawancara kepada toko masyarakat

- Menentukan titik lokasi

- Mengambil gambar dokumentasi dan fasilitas yang ada di desa Bungkutoko.


10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Gambar 2. Pulau Bungkutoko


(Sumber: Google earth, 2016)

Wilayah Bungkuto terbagi atas bungkutoko timur, bungkutoko selatan

dan bungkutoko. Pulau bungkutoko termasuk kecamatan abeli secara astronomi

terletak dibagian selatan garis khatulustiwa berada di antara 3˚59’20’’-4˚00’’

lintang selatan membentang barat ke timur 122˚34’00’’-122˚38’40’’ Bujur timur,

dengan luas 2,25 KM2.

Kondisi geografis perairan Pantai Pulau Bungkutoko Timur sebagai

berikut:

- Sebelah Selatan berbatas Kel. Nambo


- Sebelah Barat berbatas Kel. Talia
- Sebelah Utara berbatas Teluk Kendari
- Sebelah Timur Laut Banda
11

B. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan Lapangan pratikum Survey Toponimi dapat di

lihata pada Tabel II. Hail pengamatan yaitu sebaigai berikut :

Tabel II. Hasil pengamatan Lapangan


No Gambar Keterangan

a.

Pelabuhan Bungkutoko

2.
Kantor Lurah
Bungkutoko

3.
Wawancara Bersama
Bapak Lurah dan
Sekretaris Lurah
Bungkutoko

4.

Mesjid ATTAQWA
Kel. Bungkutoko
12

5.

Wawancara Bersama
Tokoh Masyarakat

6.

Tracking Mangrove
Pulau Bungkutoko

7.

SDN 03 ABELI
Kel. Bungkutoko

8.

Tower Telkomsel
Kel. Bungkutoko
13

9.

Jalan Dari Pelabuhan


Bungkutoko Menuju
Rumah Warga

10.

Vegetasi (Pohon Kelapa)


Kel. Bungkutoko

11.

Pantai Pulau Bungkutoko

12.

Kapal Bersandar di
Pelabuhan Bungkutoko
14

C. Pembahasan

Bungku toko menurut bahasa bugis (bumbu doko) yang artinya di

belakang toko seiring berjalannya waktu nama bumbu doko sendiri berubah

menjadi bungku toko, masyarakat yang pertama kali ada di bungku toko

merupakan suku bugis dan sekitar tahun 60-70an masyarakat bungku toko hidup

di daerah pesisir dan bermata pencaharian sebagai nelayan namun pemerintah

daerah mengarahkan masyarakat tersebut untuk naik kedarat dan membuat rumah

di daerah tersebut, mayoritas masyarakat yang berada di pulau bungku toko

tersebut merupakan suku bugis yang berlokasi di RW I dan RW II.

Panre kasi dalam baha mandar pesta nelayan yang di lakukan tiap tahun

oleh orang mandar, orang mandar sendiri merupakan pendatang yang datang di

pulau bungku toko untuk mengunjungi kerabatnya tiap tahun dan selalu

mengadakan ritual dan menyediakan sesajen yang kemudian di hanyutkan kelaut,

sebelum sesajen di hanyutkan terlebih dahulu di doakan.

Pendapat masyarakat dengan adanya pembangunan pelabuhan yaitu ada

yang berdampak positif dan ada juga yang berdampak negatif, dampak positif

adanya pembangunan tersebut dapat dapat menambah perekonomian masyarakat

setempat serta memperkerjakan sekitar 200+ orang. Serta nampak negatifnya

yaitu sebagian masyarakat yang ada di bungu toko bermata pencaharian sebagai

nelayan dengan adanya pembangunan tersebut mengakibatkan masyarakat susah

mendapatkan ikan karena adanya penimbunan yang di lakukan di bagian pesisir

yang jaraknya ± 8 ha dan 2 kilo lebih dibuakan jalanan.

Obyek wisata yang ada di bungku toko yaitu treking mangrove, daerah ini

merupakan daerah yang banyak terdapat tanaman mangrove ada sekitar 9 jenis
15

mangrove yang hidup di darah tersebut dan mengarah kelaut treking mangrove

sendiri sering di datangi oleh para pengunjung yang ingin berwisata di daerah

tersebut, namun seiring berjalannya waktu tempat wisata ini sudah kurang

diminati oleh pengunjung. Hal ini di sebabkan karena penimbunan yang di

lakukan di sekitar treking mangrove dan terlalu banyak pembangunan yang

mengarah kelaut.
16

V. PENUTUP

A. Simpulan

Pulau Bungkutoko merupakan salah satu pulau kecil yang memiliki

potensi yang besar terutama bagi penduduk yang tinggal atau menetap di pulau

tersebut. Tempat wisata yang ada di pulau Bungkutoko adalah Tracking

Mangrove, adanya pelabuhan kontener membantu perekonomian masyarakat

terutama masyarakat yang bekerja di pelabuhan tersebut.

B. Saran

Diharapkan penelitian selanjutnya peralatan untuk melakukan survey

pulau-pulau kecil agar di sediakan oleh pihak Universitas, agar data yang

diperoleh benar-benar akurat dan sesuai kenyataan yang ada.


17

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004, Daftar Pulau-Pulau Bernama di Kepulauan Togean, Diskanla


Kabupaten Poso.

Badan Riset Kelautan dan Perikanan,2003, Buku Panduan Survei ToponimPulau


Pulau. JakartaDahuri R, Jacub R,

Dahuri R, Jacub R, Sapta PG. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Rais Jacub, 1992, Country Report –Indonesia, 6 th Meeting of TheUNGEGN for
Asia

Anda mungkin juga menyukai