Anda di halaman 1dari 3

Nama : Daniela Myleenda Polnaya

NIM : 201963009
Prodi MSP

REVIEW JURNAL PENELITIAN


“Kerapatan Mangrove dan konservasinya di Bacan Kabupaten Halmahera Selatan
Provinsi Maluku Utara”

Hutan mangrove atau hutan bakau ini merupakan hutan yang berada di lingkungan
perairan payau. Hutan ini merupakan hutan yang sangat dipengaruhi okeh keberadaan pasang
surut air laut. Ekosistem hutan ini juga khas. Ke khasan ekosistem hutan mangrove ini salah
satunya karena adanya pelumpuran di wilayah hutan tersebut. Karena  jenis tanah yang dimiliki
oleh hutan ini cenderung berlumpur, maka bisa dibayangkan hanya sedikit jenis tumbuhan yang
bisa hidup di daerah ini. Selain itu juga hutan mangrove juga merupakan perpaduan antara dua
habitat yaitu terrestrial dan aquatic. Karakteristik ini juga didukung dengan perpaduan interaksi
secara alami dan saling mendukung secara serasi dan seimbang dengan masyarakat yang hidup
disekitarnya. Ekosistem mangrove juga sangat bersifat dinamis dan rentan terhadap perubahan
lingkungan disekitar habitatnya. Sebagai contoh yaitu dengan perubahan akibat adanya pasang
surut.
Hutan mangrove pada perkembangannya mengalami proses perluasan maupun degradasi.
Ini diakibatkan oleh kurangnya kesadaran dari masyarakat yang memanfaatkan mangrove untuk
berbagai kepentingan yang kurang bijaksana. Sehingga menyebabkan tingkat kerusakan
mangrove jauh lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan rehabilitasinya. Salah satu
perhatian penelitian ini merujuk pada kerapatan dan konservasi wilayah mangrove di daerah
pulau Bacan, yaitu sebagai salah satu kawasan di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku
Utara yang memiliki ekosistem mangrove yang secara alami telah membentuk interaksi dengan
ciri khas dari kehidupan masyarakat sekitar. Hutan mangrove dikawasan ini dimanfaatkan
sebagai bahan baku kegiatan ekonomi masyarakat, yaitu sebagai tempat penangkapan ikan,
udang, kepiting dan aktifitas lainnya. Namun disisi lain sangat disayangkan keberadaan
masyarakat pesisir ini juga sangat berpotensi mengancam kelestarian ekosistem hutan mangrove
di wilayah tersebut. Dikarenakan pemanfaatan kayu mangrove oleh masyarakat sebagai salah
satu bahan baku kayu bakar dan kebutuhan konstruksi.
Aktifitas masyarakat ini kian meningkat seiring dengan perkembangan mobilitas
penduduk serta kebutuhan yang semakin tinggi, sementra kondisi hutan mangrove yang semakin
terbatas. Dilihat pada kondisi sekarang ini hutan mangrove di Maluku Utara, banyak berubah
jadi perkebunan, tambak, reklamasi maupun pemukiman dan lain-lain. Berbagai kalangan
menyuarakan perlu ada langkah cepat menyelamatkan mangrove, kalau tidak kehidupan warga di
kepulauan itu bakal terancam. Namun kondisi ini juga sangat mengkhawatirkan dimana belum
adanya perhatian pemerintah dalam menyikapi permasalahan tersebut, sehingga dapat
menimbulkan berbagai ancaman degradasi habitat dan kerapatan jenis mangrove di wilayah
tersebut.
Berdasarkan hasil pengukuran kerapatan jenis mangrove di wilayah pulau Bacan yaitu
pada kawasan mangrove alami stasiun IV yang didominasi dengan jenis mangrove
B.gymnorrhiza, sementara stasiun I, II dan III kategori jarang. Hal ini dapat terjadi karena
kawasan mangrove alami ini berada di zona depan yang dinamakan dengan mangrove terbuka.
Kerapatan jenis B.gymnorrhiza pada kawasan mangrove alami (A) dikarenakan masyarakat
pesisir yang sangat jarang mengambil kayu dari jenis mangrove tersebut, dengan alasan bahwa
kayu jenis tersebut bila dibakar cepat menghasilkan abu dan panasnya tidak bertahan lama.
Dibandingkan dengan mangrove jenis R.apiculata, S.alba dan A.alba yang lebih banyak
digunakan oleh masyarakat sebagai kayu bakar karena bahan kayu yang memiliki kualitas panas
yang baik untuk mengasap ikan. Inilah yang menyebabkan kerapatan jenis mangrove di wilayah
tersebut berkurang (kategori jarang). Bila kerapatan jenis mangrove di kawasan alami (A) dan
kaasan rehabilitasi (B), dibandingkan maka dapat disimpulkan bahwa kerapatan jenis mangrove
di lokasi (B) jauh lebih padat. Hal ini terjadi karna kawasan tersebut sengaja ditanam sehingga
dengan upaya tersebut dapat meningkatkan kerapatan mangrove serta keberhasilan
perkembangan mangrove kedepannya. Namun hal itu haru didukung juga oleh kesadaran
masyarakatan dalam melesstarikan potensi mangrove di wilayan tersebut, serta turut serta dalam
melakukan rehabilitasi kawasan mangrove yang telah mengalami kerusakan.
Akibat dari aktifitas masyarakat ini maka sangat diperlukan tindakan nyata untuk
menyelamatkan ekosistem mangrove di wilayah Bacan. Salat satu cara yang diupayakan saat ini
adalah dengan menunjuk suatu kawasan mangrove untuk menjadi kawasan hutan konservasi, dan
suatu bentuk sabuk hijau disepanjang pantai dan sungai. Dan yang paling utama dalam
konservasi mangrove didaerah tersebut adalah dengan melibatkan langsung masyarakat dalam
aktifitas dimaksud. Strategi yang akhirnya dipilih sebagai salah satu upaya konservasi mangrove
di wilayah Bacan yaitu dengan menerapkan pengelolaan berbasis masyarakat (Community Based
Management). Tujuan mendasar dari program ini yaitu untuk meningkatkan konservasi,
rehabilitasi, dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem mangrove. Sebagai pihak yang
bersentuhan langsung dengam ekosistem mangrove, masyarakat sekitar perlu dilibatkan dalam
pengelolaannya. Pemerintah perlu memberi kesempatan kepada masyarakat sekitar kawasan
untuk turut berpartisipasi dalam upaya pengelolaan mangrove dan pengawasannya, juga untuk
meminimalisasi konflik yang menjadi penghambat dalam pengelolaan mangrove. Maka dari itu,
diperlukan strategi pengelolaan mangrove berbasis masyarakat yang partisipatif dan
memperhatikan persepsi dan nilai magrove bagi masyarakat. Pemerintah daerah memiliki peran
penting dalam pengelolaan hutan mangrove. Pemerintah daerah berwenang dalam mengeluarkan
ijinijin yang berada di wilayah mangrove seperti ijin pembangunan tambak, pengembangan
pariwisata, dan pengembangan pemukiman. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan bahwa mangrove merupakan suatu ekosistem hutan, maka pemerintah
bertanggung jawab untuk mengelola mangrove berdasarkan asas manfaat dan lestari, kerakyatan,
keadilan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah
daerah dalam pengelolaan mangrove akan memengaruhi kelestarian dan keberadaan hutan
mangrove.

Literatur Tambahan :
 https://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/Techno/article/download/566/401
 http://simlit.puspijak.org/files/other/4_mangrove.pdf
 https://www.mongabay.co.id/2020/07/25/hutan-mangrove-maluku-utara-kian-terdesak/
 http://etheses.uin-malang.ac.id/2582/6/07620060_Bab_2.pdf
 https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/hutan-mangrove

Anda mungkin juga menyukai