Anda di halaman 1dari 21

FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN

DAN ADAPTASI MANGROVE


LIA KUSUMANINGRUM, S.HUT. M.SC
FAKTOR MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN MANGROVE
Banyak faktor yang memberi pengaruh terhadapt penyebaran dan pertumbuhannya
Mangrove. Berbagai faktor tersebut secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua,
yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terkait dengan kemampuan genetika
dan perkembangbiakan tanaman serta aktivitas tanaman mangrove sendiri seperti terkait
dengan genetika atau spesiesnya, kemampuan adaptasi, kemampuan perkawinan
silang, kemampuan mutasi dan modifikasi, serta kekmapuan melakukan penyebaran dari
jenis tanaman bakau atau faktor biologis tanaman. Terkait dengan faktor ekstern yang
memberi pengaruh pada penyebaran dan pertumbuhan mangrove sebenernya sejalan
dengan berbagai faktor fisik geografis mulai dari jenis tanah, morfologi, landscape, iklim,
suhu, sampai dengan kondiri air dan sejenisnya.
FAKTOR-FAKTOR FISIK MANGROVE

Fisiografi
Salinitas Pantai

Pasang

Tanah
Faktor Fisik
Gelombang
dan arus

Ioksigen
Terlarut

Iklim Hara
1. FISIOGRAFI PANTAI (TOPOGRAFI)
Fisiografi pantai dapat mempengaruhi komposisi,
distribusi spesies dan lebar hutan mangrove.
 Pada pantai yang landai, komposisi ekosistem
mangrove lebih beragam jika dibandingkan
dengan pantai yang terjal. Hal ini disebabkan
karena pantai landa menyediakan ruang yang
lebih luas untuk tumbuhnya mangrove sehingga
distribusi spesies menjadi semakin luas dan lebar.
 Pada pantai yang terjal komposisi, distribusi dan
lebar hutan mangrove lebih kecil karena kontur
yang terjal menyulitkan pohon mangrove untuk
tumbuh.
2. PASANG (LAMA, DURASI, RENTANG)
Pasang surut suatu pantai yang terjadi di kawasan hutan mangrove sangat menentukan zonasi, pertumbuhan,
dan penyebaran kehidupan mangrove. Dalam kondisi seperti itu menjadikan komunitas hewan serta ikan yang
mampu hidup dan berasosiasi dengan ekosistem mangrove menjadi lebih bagus dan beragam jenisnya.
Pengaruh kondisi pasang-surut terhadap pertumbuhan mangrove antara lain dapat dijelaskan sebagaimana
uraian berikut:

Faktor lama pasang air laut dipantai, (a) lama terjadinya pasang di kawasan mangrove dapat mempengaruhi perubahan
salinitas air di mana salinitas akan meningkat pada saat pasang dan sebaliknya akan menurun pada saat air laut surut; (b)
perubahan salinitas sebagai faktor pembatas yang mempengaruhi distribusi spesies secara horizontal dan; (c) perpindahan
massa air antara air tawar dengan air laut mempengaruhi distribusi vertikal organisme.

Durasi pasangnya air laut di pantai yang terkait dengan hal-hal berikut:
(a) struktur dan kesuburan mangrove di suatu kawasan yang memiliki
jenis pasang diurnal, semi diurnal, dan campuran akan berbeda; (b)
komposisi spesies dan distribusi areal yang digenangi berbeda menurut
durasi pasang atau frekuensi penggenangan.

Rentang pasang air laut (tinggi pasang). Hal mana terkait dengan: (a)
akar tunjang yang dimiliki Rhizophora murconata menjadi lebih tinggi
pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi dan sebaliknya;
(b) Pneumatophota sonneratia sp.menjadi lebih kuat dan panjang pada
lokasi yang memiliki pasang yang tinggi.
3. GELOMBANG DAN ARUS
Keberadaan gelombang dan arus laut sangat terkait dengan keberadaan tumbuhan mangrove di
pantai di mana tumbuhan ini berada, keterkaitan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gelombang dan arus dapat merubah struktur dan fungsi ekosistem


mangrove. Pada lokasi-lokasi yang memiliki gelombang dan arus yang
cukup besar dan kuat biasanya hutan mangrove mengalami abrasi
sehingga terjadi pengurangan luasan hutan.

Gelombang dan arus juga berpengaruh langsung terhadap distribusi


spesies mangrove, misalnya buah mangrove atau sering disebut sebagai
rhizophoza terbawa gelombang dan arus sampai menemukan media
yang cocok atau yang sesuai untuk menancap dan dapat akhirnya
tumbuh.
Gelombang dan arus berpengaruh tidak langsung terhadap sedimentasi
pantai dan pembentukan padatan dan endapan tanah pasir di muara
sungai. Prose sedimentasi semacam itu menimbulkan berbagai padatan
sedimen pasir, hal ini merupakan substrat yang baik untuk menunjang
pertumbuhan mangrove.

Gelombang dan arus laut yang menerpa pantai dapat mempengaruhi


daya tahan organisme akuatik di area pantai, ia melalui
transportasi nutrient-nutrient (unsur hara sebagai “makanan” mangrove)
penting bagi mangrove ke laut.
4. IKLIM (CAHAYA, CURAH HUJAN,
SUHU, DAN ANGIN)
Mempengaruhi perkembangan tumbuhan dan perubahan
faktor fisik(substrat dan air). Pengaruh iklim terhadap pertumbuhan
mangrove senantiasa terkait dengan kondisi cahaya, curah hujam, suhu
dan angin. Penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
Cahaya, diketahui bahwa cahaya matahari senantiasa memberikan pengaruh bagi
tumbuhan mangrove sebagai berikut:
(1) cahaya berpengaruh terhadap fotosintesis, respirasi, fisiologi dan struktur fisik mangrove,
(2) intensitas, kualitas, lama (mangrove adalah tumbuhan long day plants yang
membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi).
(3) Pencahayaan mempengaruhi pertumbuhan mangrove,
(4) cahaya berpengaruh terhadap perbungaan dan germinasi
Curah hujan, memberikan pengaruh bagi tumbuhan mangrove sebagai berikut:
(1) jumlah,lama dan distribusi hujan mempengaruhi perkembangan tumbuhan mangrove;
(2) curah hujan yang terjadi mempengaruhi kondisi udara, suhu air, salinitas air dan tanah;
(3) curah hujan optimum pada suatu lokasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
mangrove adalah yang berada pada kisaran 1500-3000 mm/tahun.
Angin, memberikan pengaruh bagi tumbuhan mangrove
Suhu, senantiasa memberikan pengaruh bagi tumbuhan mangrove sebagai berikut: sebagai berikut:
1)suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis dan respirasi); (1) angin mempengaruhi terjadinya gelombang dan arus
(2) produksi daun baru Avicennia marina terjadi pada suhu 18-20ºC dan jika suhu lebih tinggi (2) angin merupakan agen polinasi dan diseminarsi biji
maka produksi menjadi berkurang; sehingga membantu terjadi proses reproduksi tumbuhan
(3) Rhizophora stlylosa, ceriops, excocaria, Lumnitzera tumbuh optimal pada suhu 26-28°C; mangrove
(4) bruguire tumbuh optimal pada suhu 27°C dan xylocarpus tumbuh optimal pada suhu 21-
26°C.
.

5. SALINITAS
Salinitas atau kadar garam air laut memberikan
pengaruh bagi tumbuhan mangrove sebagai berikut:

 Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove


untuk tumbuh berkisar antara 10-30 ppt
 Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi
laju pertumbuhan dan zonasi mangrove, hal ini
terkait dengan frekuensi penggenangan
 Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari
cuaca panas dan dalam keadaan pasang
 Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air
6. OKSIGEN TERLARUT
Oksigen terlarut sebagimana diketahui bahwa
keberadaan oksigen yang ada atau yang
terkandung oleh air memberikan pengaruh bagi
tumbuhan mangrove sebagai berikut:
 Oksigen terlarut berperan penting dalam
dekomposisi serasah karena bakteri dan fungsi
yang bertindak sebagai dekomposer
membutuhkan oksigen untuk kehidupannya.
 Oksigen terlarut juga penting dalam proses
respirasi dan fotosintesis
 Oksigen terlarut berada dalam kondisi tertinggi
pada siang hari dan kondisi terendah pada
malam hari
7. TANAH
 Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas
terhadap pertumbuhan mangrove Rhizophora
mucronata dapat tumbuh baik pada substrat
yang dalam/tebal dan berlumpur Avicennia marina dan
Bruguiera sp hidup pada tanah lumpur berpasir.
 Tekstur dan konsentrasi ion mempunyai susunan jenis dan
kerapatan tegakan. Misalnya jika komposisi substrat lebih
banyak liat (clay) dan debu (silt) maka tegakan menjadi
lebih rapat
• Konsentrasi kation Na>Mg>Ca atau K akan membentuk
konfigurasi hutan
Avicennia/Sonneratia/Rhizophora/Bruguiera
• Mg>Ca>Na atau K yang ada adalah Nipah
• Ca>Mg, Na atau K yang ada adalah Melauleuca
8. HARA
 Hara merupakan faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ekosistem mangrove, hara dalam ekosistem
mangrove dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu :
(a) Hara anorganik, penting untuk kelangsungan hidup
organisme mangrove. Sumber utama hara anorganik
adalah curah hujan, limpasan sungai, endapan, air laut,
dan bahan organik yang terurai di mangrove. Hara
Anorganik : P, K, Ca, Mg, Na
(b) Hara organik, merupakan bahan organic yang berasal
dari bioorganik yang melalui beberapa tahap pada
proses microbial. Hara Organik : fitoplankton, bakteri, alga
 Kandungan unsur hara yang terdapat di dalam daun-daun
berbagai jenis mangrove terdiri atas karbon, nitrogen,
fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium.
KANDUNGAN HARA MANGROVE

ALLOCH Limbah, dsb


TONOUS
ORGANIK
AUTOCH Plankton, bakteri,
TONOUS alga, dsb
HARA

P, K, Ca, Mg,
ANORGANIK
Na
ADAPTASI MANGROVE
• Pada kondisi lingkungan berubah, makhuk hidup akan menyesuaikan diri
terhadap kondisi yang baru, berupa perubahan tingkah laku maupun
morfologi. Penyesuaian diri ini disebut aklimatisasi.
• Sebaran spesies tumbuhan mangrove terkait dengan kemampuan
beradaptasi terhadap kondisi lingkungan (faktor abiotik)pada umumnya
memiliki bentuk morfologi dan mekanisme fisiologi tertentu untuk
beradaptasi terhadap lingkungan mangrove.
• Faktor lingkungan seperti substrat, salinitas, suhu, pH yang baik menjadi
beberapa faktor yang mendukung kehidupan jenis mangrove. Meskipun
demikian, ada faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
mangrove, yaitu unsur keterlibatan manusia .
ADAPTASI MANGROVE
Ekosistem mangrove memiliki lingkungan yang sangat kompleks sehingga diperlukan beberapa
adaptasi baik morfologi, fisiologi, maupun reproduksi terhadap kondisi tersebut. Beberapa
adaptasi yang dilakukan terutama untuk beberapa aspek sebagai berikut :
a. Bertahan dengan konsentrasi garam
tinggi

b. Pemeliharaan Air Desalinasi

c. Spesialisasi akar

d. Reproduktif

e. Respon Terhadap Cahaya


A. BERTAHAN DENGAN KONSENTRASI GARAM TINGGI
 Vegetasi mangrove memiliki adaptasi anatomi dalam merespon berbagai kondisi ekstrim tempat tumbuhnya, seperti
adanya kelenjar garam pada golongan secreter, dan kulit yang mengelupas pada golongan non-secreter sebagai
tanggapan terhadap lingkungan yang salin. Beberapa jenis tumbuhan mangrove toleran terhadap konsentrasi garam di
jaringannya dan garam ini dikeluarkan melalui kelenjar-kelenjar khusus yang terdapat pada daunnya.

 Tumbuhan mangrove terbagi atas dua golongan, yaitu:


(a) secreter, yakni jenis- jenis mangrove yang memiliki struktur kelenjar garam (salt gland) seperti Avicennia spp., Aegiceras
spp., dan Aegialitis spp.,
(b) non-secreter, yaitu jenis-jenis mangrove yang tidak memiliki struktur kelenjar garam seperti Rhizophora spp., Bruguiera
spp., Lumnitzera spp., dan Sonneratia spp.

 Pada umumnya adaptasi terhadap salinitas tergolong rumit yang merupakan formasi dari struktur kelenjar garam yang
terdapat pada daun atau permukaan epidermis batang.

 Mekanisme penting dalam pengaturan keseimbangan garam pada mangrove, sehingga tidak lagi meracuni tumbuhan,
meliputi: (a) kapasitas akar untuk melawan NaCl yang berbeda, (b) pemilihan kelenjar-kelenjar khas sekresi garam dari
beberapa jenis pada daunnya, (c) akumulasi garam pada berbagai bagian tumbuhan, dan (d) hilangnya garam ketika
daun dan bagian tumbuhan lainnya gugur.
B. PEMELIHARAAN AIR DESALINASI
 Hampir semua jenis mangrove tumbuh di tanah yang jenuh air, yang potensi airnya diatur oleh potensi osmotik substrat.
Akibatnya status air mangrove dipengaruhi secara nyata oleh salinitas substrat. Pada daerah yang selalu tergenangi air laut,
potensi air maksimum dari daun dan organ lainnya diperkirakan sebesar ± -2,5 Mpa. Meskipun demikian banyak sedimen
mangrove yang mempunyai daya hantar hidrolik yang rendah dan drainase yang jelek, akibatnya salinitas air yang
terkandung di dalamnya lebih tinggi daripada salinitas air dari air pasang yang datang menggenangi

 Pengeluaran garam oleh akar selama pengambilan air diduga karena penurunan gradasi kadar garam jauh dari perakaran.
Berarti secara normal akar-akar mangrove terkondisi dengan potensi osmotik yang rendah pada substratnya, yang dapat
dilihat dengan pengukuran potensi osmotik daripada kejenuhan air pada substrat atau air pasang yang menggenangi

 Halopita merupakan tumbuhan yang mekanisme pengeluaran garamnya kurang kuat pada sistem akar, seringkali memiliki
suatu proses desalinasi pada parenkim daun melalui pengeluaran yang aktif. Pada umumnya pengeluaran garam dalam
jumlah kecil saja sudah dapat memperbesar kelangsungan hidup dari tumbuh-tumbuhan yang keberadaannya stres pada
garam. Sementara salt- excretion secara normal sangat selektif terhadap ion Na+ dan Cl-, tetapi berlawanan dengan ion-ion
hara .

 Pada jenis-jenis mangrove non-secreter kehilangan garam terjadi ketika daun atau bagian tumbuhan lain gugur. Jenis-jenis
mangrove non-secreter memiliki kulit luar yang mati yang jauh lebih tebal dibandingkan jenis-jenis mangrove yang memiliki
kelenjar garam. Kulit luar yang mati dan tebal tersebut kemudian mengelupas dan lepas dari tumbuhan serta digantikan oleh
kulit yang baru. Mekanisme hilangnya kulit yang mati dan tebal pada jenis-jenis mangrove non-secreter merupakan salah satu
mekanisme hilangnya garam dari tumbuhan tersebut.
C. SPESIFIKASI AKAR
 Akar merupakan organ yang kontak secara langsung dengan lingkungan salin, oleh karena itu akar merupakan suatu
struktur dan berfungsi mengatur pengambilan dan transpor ion. Akar merupakan barrier utama terhadap pergerakan
larutan ke dalam tumbuhan dan sebagai hasilnya konsentrasi ion yang diantarkan ke tunas sangat berbeda dari konsentrasi
ion pada medium eksternal

 Selain bentuk akar yang khas dan adanya lentisel di berbagai organ tumbuhan mangrove, kekurangan oksigen juga dapat
diatasi dengan adanya lubang-lubang dalam tanah yang dibuat oleh hewan-hewan, misalnya kepiting. Lubang-lubang ini
membawa oksigen ke bagian akar tumbuhan mangrove. Kondisi ini terjadi saat air laut surut, sehingga lantai hutan
mangrove saat air laut surut tersebut tidak tergenang air secara keseluruhan.

 Akar merupakan organ yang kontak secara langsung dengan lingkungan salin, oleh karena itu akar merupakan suatu
struktur dan berfungsi mengatur pengambilan dan transpor ion. Akar merupakan barrier utama terhadap pergerakan
larutan ke dalam tumbuhan dan sebagai hasilnya konsentrasi ion yang diantarkan ke tunas sangat berbeda dari konsentrasi
ion pada medium eksternal

 Anatomi akar dari jenis Avicennia marina yang mempunyai kelenjar garam (salt gland) pada daunnya sebagai kelompok
salt-excrete dan jenis Bruguiera gymnorrhiza yang tidak mempunyai kelenjar garam pada daunnya sebagai kelompok non-
secreter (salt-excluder). Perbedaan terlihat pada panjang dan tebalnya pembuluh akar, perkembangan dan posisi dari
lapisan kaspari (casparian strip), dan diferensiasi jaringan vaskuler. Sub-erisasi sel endodermal dan hipodermal dari salt-
excluder dimulai dan diakhiri di belakang ujung akar.
D. REPRODUKTIF
 Mangrove dapat tumbuh di wilayah yang berlumpur dan dipengaruhi oleh pasang surut yang relatif asin, antara lain dengan
daur hidup yang khas yaitu vivipari pada jenis Rhizophoraceae, dimana fase perkecambahan terjadi dipohon induk
sedangkan Aegiceras dan Avicennia memiliki bentuk reproduksi yang disebut kriptovivipari, dimana fase perkecambahan
(germination) terjadi dipohon induk tetapi masih tertutup oleh kulit buahnya.

 Untuk bisa bertahan dan berkembang menyebar di kondisi alam yang keras, jenis-jenis bakau sejati mempunyai cara yang
khas yaitu mekanisme reproduksi dengan buah yang disebut vivipar. Cara berbiak vivipar adalah dengan menyiapkan bakal
pohon (propagule) dari buah atau bijinya sebelum lepas dari pohon induk.

 Mangrove menghasilkan buah yang mengecambah, mengeluarkan akar sewaktu masih tergantung pada ranting pohon
dan berada jauh di atas permukaan air laut. Bijinya mengeluarkan tunas akar tunjang sebagai kecambah sehingga pada
waktu telah matang dan jatuh lepas dari tangkai nanti, telah siap untuk tumbuh.

 Buah ini akan berkembang sampai tuntas, siap dijatuhkan ke laut untuk dapat tumbuh menjadi pohon baru. Bakal pohon
yang jatuh dapat langsung menancap di tanah dan tumbuh atau terapung-apung terbawa arus, sampai jauh dari tempat
pohon induknya, mencari tempat yang lebih dangkal.

 Setelah matang dan jatuh ke dalam air, bakal pohon bakau ini terapung-apung sampai mencapai tepi yang dangkal. Pada
saat menemukan tempat dangkal, posisi bakal pohon menjadi tegak vertikal, kemudian menumbuhkan akar-akar, cabang
dan daun-daun pertamanya.
E. RESPON TERHADAP CAHAYA
 Sebagian besar hutan mangrove tumbuh baik di daerah tropis yang memiliki radiasi sinar matahari dan suhu
yang umumnya tinggi. Sehingga tumbuhan mangrove juga mengalami cekaman radiasi sinar matahari dan
suhu yang tinggi.

 Keunikan daun mangrove sebagai adaptasi terhadap lingkungan yang biasanya mempunyai suhu dan radiasi
sinar matahari yang tinggi terlihat pada daun-daun yang posisinya terbuka pada tajuk teratas secara tajam
condong, kadang-kadang posisinya mendekati vertikal, sedangkan daun yang ternaungi yang berada jauh di
antara tajuk, cenderung posisinya horizontal. Akibatnya radiasi sinar matahari terseleksi sepanjang permukaan
fotosintetik luas, sementara pemasukan panas per unit luas daun dan suhu menjadi berkurang.

 Hampir semua jenis mangrove, daun-daunnya mempunyai sejumlah kenampakan anatomi yang membatasi
hilangnya uap air. Hal ini mencakup kutikula yang tebal, lapisan lilin, dan stomata yang tersembunyi, yang
semuanya terdapat hanya pada permukaan abaksial dari beberapa jenis, seperti Sonneratia spp., Osbornia
spp., Lumnitzera spp., dan Laguncularia spp.,

 Anatomi daun mangrove demikian merupakan adaptasi terhadap kondisi lingkungan mangrove yang memiliki
radiasi sinar matahari dan suhu udara yang umumnya tinggi, oleh karena mangrove tumbuh di daerah pesisir
dan sebagian besar di wilayah garis lintang rendah/tropis
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai