SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Susanti M Y Salu
NIM C251160111
RINGKASAN
Gastropods are the largest class of mollusc phyla. Some gastropod species
have delicious meat and high economic value such as Abalone haliotis, Achatina
fulica and have beautiful shell colors that can be used as raw material for
handicrafts, have ecological functions, which can be used as bioindicators of
heavy metals in a waters. Gastropoda is one type of snail that lives in the
mangrove ecosystem.
Mangrove ecosystems have many roles both physically and biologically.
The physical and biological functions of mangrove ecosystems improve water
quality by filtering and assimilating pollutants, stabilizing and repairing land and
protecting coastlines from erosion, maintaining biodiversity and genetic resources,
providing food, reproduction, shelter and nurseries to several terrestrial species
and waters, regulate important chemical cycle processes and capture carbon
dioxide. Studies of mangrove habitat show high biological productivity and are
rich in biodiversity in tropical and subtropical regions.
The purpose of this study was to analyze the characteristics of gastropods
and analyze the relationship between the type and density of mangroves and the
gastropod community in the mangrove ecosystem of Belu District. Sampling was
carried out in March 2018. Sampling was carried out at three stations where
station 1 and station 2 were adjacent to the port while station 3 was to the east.
Gastropods found as many as 20 families 48 species. Stations that have the
highest density are at station 3 (634 individuals / m2), while the lowest density is
at station 1 (335 individuals / m2). Mangroves found on three stations consist of 6
species and 2 families. The highest density tree category is found at station 3 of
the Sonneratia alba type while the lowest density is in station 2 in the Ceriops
tagal mangrove species. The highest density sapling category was found in station
3 of the Rhizophora stylosa type while the lowest density was found in station 2
of type Avicennia alba. The highest density seedling category was found at station
3 of mangrove Rhizophora stylosa while the lowest density was found in stations
2 and 3 of Rhizophora stylosa and Avicennia alba.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KARAKTERISTIK BIOEKOLOGI GASTROPODA PADA
EKOSISTEM MANGROVE DI PERAIRAN KABUPATEN
BELU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Nurlisa A Butet, MSi
Judul Tesis : Karakteristik Bioekologi Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di
Kabupaten Belu Provinsi Nusa tenggara Timur
Nama : Susanti Maria Yosefa Salu
NIM : C251160111
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Ucapan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bunda Maria dan Tuhan
Yesus Kristus atas kasih karunia, segala rahmat dan penyertaan yang diberikan
kepada penulis, sehingga penulisan Tesis dengan judul Karakteristik Bioekologi
Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Perairan Kabupaten Belu Provinsi Nusa
Tenggara Timur dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh
studi di Program studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, FPIK.
2. Direktur Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, Kementerian Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI) Dalam
Negeri atas biaya pendidikan selama masa studi.
3. Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku ketua komisi pembimbing dan Prof
Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc selaku anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan saran selama penyusunan tesis.
4. Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc selaku Ketua Program Studi
Pengelolaan sumberdaya Perairan pada ujian tesis atas saran yang diberikan
untuk penyempurnaan tulisan ini.
5. Dr Ir Nurlisa A Butet, MSc sebagai dosen penguji luar komisi pembimbing
pada ujian tesis yang telah banyak membantu serta memberikan masukan dan
saran dalam penyempurnaan tulisan ini.
6. Keluarga; Bapak Benediktus Salu dan Ibu Sista Sila serta saudara-saudara
tercinta Adrianus Salu, Maria bernadina Salu, Kornelia Salu atas doa, kasih
sayang dan dukungan yang diberikan dalam penyelesaian perkuliahan.
7. Staf TU Program studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan (Mas Muchlis) yang
telah memberikan serta membantu penulis dalam berbagai keperluan
administrasi.
8. Seluruh rekan SDP 2016 dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan
satu per satu atas dukungan yang telah diberikan.
Susanti M Y Salu
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
3 METODE 3
Waktu dan lokasi 3
Bahan dan Alat 4
Pengumpulan Data 4
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Hasil dan Pembahasan 10
5 SIMPULAN DAN SARAN 24
Simpulan 24
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 29
RIWAYAT HIDUP 36
DAFTAR TABEL
1 Rerata hasil pengukuran kualitas perairan pada tiga lokasi penelitian 12
2 Kepadatan spesies gastropoda pada ketiga stasiun 13
3 Nilai Korelasi korelasi sperman antara kepadatan rata-rata gastropoda
dengan kerapatan jenis mangrove 22
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian 3
2 Lokasi Penelitian 4
3 Desain penarikan contoh pada setiap sub stasiun pengamatan 5
4 Point-centered Quarter method yang digunakan dalam penelitian 5
5 Pengukuran panjang dan lebar gastropoda 6
6 Kepadatan Gastropoda berdasarkan stasiun 16
7 Kepadatan Gastropoda berdasarkan spesies stasiun 1 16
8 Kepadatan Gastropoda berdasarkan spesies stasiun 2 16
9 Kepadatan Gastropoda berdasarkan spesies stasiun 3 17
10 Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener, Kemerataan, Dominasi
Simpson 18
11 Kerapatan mangrove pada lokasi penelitian 19
12 Hubungan Panjang Bobot siput Terebralia sulcata 21
12 Hubungan Panjang Bobot siput Terebralia palustris 21
DAFTAR LAMPIRAN
1 Stasiun Pengamatan 29
2 Pengukuran parameter lingkungan di lapangan 30
3 Perhitungan C-Organik dan hasil perhitungan 30
4 Spesies Gastropoda di Perairan Kabupaten Belu 31
5 Jenis mangrove pada lokasi penelitian 35
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
- Kepadatan
- Kelimpahan
- Biomassa
- Hubungan panjang dan
bobot
- Kerapatan jenis
gastropoda - Hubungan kerapatan
mangrove dengan
gastropoda
Fisika : suhu
Kekayaan Kimia :
salinitas, pH,
fauna
C-organik,
tekstur, DO
Kerapatan
mangrove mangrove
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Gastropoda di ekosistem
mangrove Kabupaten Belu
2 METODE
Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi cool box, plastik sampel,
botol sampel, refraktometer, pH meter, DO meter, roll meter, sekop, petak kuadrat
1 m x 1 m, buku identifikasi, furnace, desikator, oven, timbangan digital dengan
skala terkecil 0.01 gram, GPS, jangka sorong digital dengan ketelitian 0.005 mm
dan skala 0.01 gram untuk penimbangan bobot gastropoda dan cangkangnya, alat
tulis, kamera digital. Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi gastropoda,
mangrove, sedimen, aquades, formalin 10 %.
200 m
mm
50 m Kuadran
Garis transek
...................................................................................................
Garis pantai
-------------------------------------------------------------------------
Gambar 3 Desain penarikan contoh pengambilan gastropoda pada setiap sub
stasiun pengamatan
Pada masing-masing stasiun pengamatan dilakukan pengukuran faktor
lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, DO sedangkan tekstur sedimen di ambil
pada kedalaman ±20 cm di bagian tengah pada tiga stasiun pengamatan untuk
selanjutnya diuji di laboratorium. Contoh biota diambil dengan menggunakan
sekop (infauna) dan tangan (epifauna), selanjutnya biota tersebut dimasukkan
kedalam plastik sampel yang telah diberi larutan formalin 10% dan disertakan
juga label keterangan lokasi stasiun, transek, plot dan tanggal pengambilan sampel
dan selanjutnya diidentifikasi di laboratorium. Pengambilan data gastropoda
dilakukan dengan membuat kuadran 1 m x 1 m.
Pengamatan Mangrove
Mangrove yang diukur adalah mangrove yang berada di titik Point Centered
Quarter (Gambar 4) dimana dipilih mangrove yang paling dekat di setiap kuarter
(Mitchell 2001). Mengukur mangrove yang termasuk di dalam kuadran sesuai
ukuran plot yaitu 10 m x 10 m untuk kelompok pohon (diameter >10 cm), 5 m x 5
m untuk kelompok pancang (diameter 2-10 cm) dan 1 m x 1 m untuk kelompok
semai (diameter < 2 cm) (English et al. 1994).
Pengamatan Laboratorium
Analisis C-organik
Pengamatan C-organik dilakukan di laboratorium Proling Institut Pertanian
Bogor dengan perhitungan :
( )
Keterangan:
Ppm kurva =
Cara kerja :
1. Dilakukan penimbangan sampel tanah dengan ukuran pori < 0,5 mm
sebanyak 0,5 gram kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 100 mL
2. Dilakukan penambahan K2Cr2O7 2 N sejumlah 5 mL, lalu dikocok
3. Dilakukan penambahan H2SO4 pekat sejumlah 7,5 mL, lalu dikocok
4. Dilakukan pemanasan dalam penangas air suhu 120-135°C selama 30
menit
5. Setelah dingin dilakukan pengenceran dengan air suling hingga tanda tera
6. Dilakukan pengukuran absorbansi larutan jernih dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 561 nm
Analisis Biomassa
Pengukuran biomassa dilakukan pada spesies yang dimanfaatkan sebagai
bahan makanan. Analisis biomassa gastropoda yang ditimbang adalah berat basah,
berat kering dan berat abu menggunakan timbangan analitik ketelitian 0,01 gram.
7
Analisis Data
Analisis Biomassa
Berat material organik = Wd-Wf
Di mana : Wd = berat kering (g/m2)
Wf = berat abu (g/m2)
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel lalu dianalisis secara
statistik dan diinterprestasikan secara deskriptif.
Kepadatan Gastropoda
Kepadatan adalah jumlah individu persatuan luas atau volume (Brower et al.
1990) dihitung dengan rumus :
D=
Keterangan :
D = Kepadatan jenis (ind/m2)
= Jumlah individu jenis gastropoda pada kuadran yang diukur (ind)
m = Luas kuadran pengambilan contoh (m2)
Keterangan :
= Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
= Jumlah spesies ke-i per jumlah total (ni/N)
n = Jumlah spesies
N = Jumlah total individu
Log 2 = 3.321928
Penentuan kriteria :
H’ < 3.32 = Keanekaragaman rendah
8
Indeks Keseragaman
Keseragaman dapat dikatakan sebagai keseimbangan yaitu komposisi
individu tiap spesies yang terdapat dalam suatu komunitas. Rumus indeks
keseragaman (Krebs 1989) sebagai berikut :
Keterangan :
= Indeks keseragaman
= Indeks Shanon
= S
S = Jumlah taksa/spesies
Log 2 S = Log 2 x Log S = 3,321928 x Log (S)
( )
Keterangan :
C = Indeks dominansi Simpson
= Jumlah individu spesies ke - i
N = Jumlah individu total semua spesies
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1; indeks 1 menunjukan dominansi
oleh satu spesies sangat tinggi (hanya terdapat satu spesies pada satu stasiun),
sedangkan indeks 0 menunjukan bahwa diantara spesies-spesies yang ditemukan
tidak ada yang mendominasi.
W = aLb
∑ ∑ ∑
∑ (∑ )
sb adalah galat baku dugaan dari nilai b yang merupakan akar dari S2b. Nilai S2b
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
S2b =
∑ (∑ )
Selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan
95%. Pengambilan keputusan jika thitung > ttabel maka tolak hipotesis nol (H0) dan
jika thitung < ttabel gagal tolak atau terima hipotesis nol (H0) (Walpole 1995).
Keterangan :
𝜌 : nilai korelasi rank spearman
b : jumlah kuadrat selisih ranking variabel x dan y
n : jumlah sampel
Berikut merupakan deskripsi nilai 𝜌 :
0,00 : Tidak ada hubungan
0,01-0,30 : Hubungan lemah
0,31-0,60 : Hubungan moderat
0,61-0,90 : Hubungan kuat
>0,90 : Hubungan mendekati sempurna
Kualitas Perairan
fitoplankton dan tumbuhan air (lamun) serta dari limpasan air permukaan (runn
off) maupun dari air hujan. Oksigen merupakan salah satu persyaratan utama
kehidupan yang tanpanya, mustahil organisme aerobik dapat bertahan hidup.
Untuk organisme heterotrofik air, oksigen terlarut (DO) adalah satu-satunya
sumber oksigen dan bertindak sebagai faktor dalam mengatur aktivitas metabolik
dan trofinamika berikutnya. Konsentrasi DO yang menurun menyebabkan
hilangnya keanekaragaman biotik.
Karakteristik substrat yang menjadi faktor penentuan keberlangsungan
hidup komunitas mangrove adalah bahan organik. Hasil uji kandungan C-organik
disajikan pada Tabel 1. Stasiun 1 memiliki kandungan C-organik sebesar 2.67 %,
stasiun 2 sebesar 2.64% sedangkan pada stasiun 3 sebesar 1.75. Hasil pengamatan
didapati bahwa tekstur substrat pada stasiun 1 dan 2 cenderung halus sedangkan
stasiun 3 cenderung kasar sehingga kadar C-organik lebih rendah. Adanya
perbedaan kandungan C-organik pada setiap stasiun ini karena adanya perbedaan
struktur komunitas vegetasi mangrove di ketiga stasiun ini. Tingginya kandungan
C-organik pada substrat karena substrat menerima sumbangan dari perakaran
mangrove yang mati, daun dan ranting yang berguguran. Diketahui bahwa
kerapatan mangrove yang bagus dapat memproduksi serasah yang tinggi sehingga
aktivitas dekomposisi dapat terjadi. Hasil dekomposisi serasah ini mampu
menyumbangkan C-organik yang lebih besar ke substrat yang ada di daerah
habitat mangrove disekitarnya. Ferreira et al. (2006) mengatakan bahwa
dekomposisi bahan organik pada lahan mangrove sangat dipengaruhi oleh
frekuensi dan lama perendaman serta distribusi ukuran partikel substratnya.
Kandungan C-organik pada substrat mangrove berhubungan dengan kerapatan
mangrove pada lokasi pengamatan. Ketiga lokasi pengamatan menunjukkan nilai
kerapatan mangrove yang rendah pada kategori semai dan pancang. Rendahnya
kerapatan mangrove menyebabkan sedikitnya produksi serasah yang berperan
penting sebagai penghasil C-organik. Menurut Brown (1996) sumber utama bahan
organik di perairan ekosistem mangrove adalah serasah yang dihasilkan oleh
tumbuhan mangrove seperti daun, ranting, buah dan bunga. Serasah dari vegetasi
mangrove yang telah terurai melalui proses dekomposisi, sebagian akan
digunakan oleh vegetasi mangrove itu sendiri sedangkan yang lainnya menjadi
masukkan bahan organik bagi sub ekosistem perairan estuari disekitarnya.
Total biomassa dari dua jenis siput yaitu 224.55 ± 48.334 g/m2. Biomassa
jenis Terebralia sulcata memiliki kandungan biomassa terbesar (116.31 ± 22.046
g/m2) daripada Terebralia palustris (108.24 ± 26.288 g/m2) (Tabel 1). Hal
tersebut dikarenakan jenis Terebralia sulcata paling banyak diperoleh saat di
lapangan meskipun memiliki morfologi jenis yang kecil dibandingkan Terebralia
palustris. Ketersediaan sumber makanan yang lebih tinggi biasanya secara positif
mempengaruhi biomassa yang menghuni mikrohabitat tertentu.
Tabel 1 Rerata hasil pengukuran kualitas perairan pada ketiga lokasi penelitian di
Desa Jenilu, Desa Kenebibi, Desa Silawan.
No Parameter Satuan Stasiun pengamatan
1 2 3
1 pH - 6,63±0,15 6,73±0,11 6,97±0,20
2 Salinitas ‰ 30,2±1,04 30,7±0,57 30,3±0,57
3 Suhu °C 28,5±0,50 28,3±0,28 28,2±0,76
13
Tabel 1 (Lanjutan)
4 Oksigen terlarut mg/l 6,9±0,03 6,2±0,11 6,1±0,05
(DO)
5 C-organik % 2,67±1,06 2,64±0,83 1,75±0,17
6 Biomassa
Terebralia sulcata g/m2 33,70±9,36 35,55±5,55 47,06±7,12
Terebralia 35,67±9,89 45,59±5,99 26,98±10,39
palustris
Kepadatan Gastropoda
Tabel 2 Kepadatan spesies gastropoda pada ketiga stasiun di Desa Jenilu, Desa
Kenebibi, Desa Silawan
Stasiun
Spesies gastropoda
1 2 3 Total
Familia Potamididae
Terebralia palustris 7 49 45 101
Terebralia sulcata 114 67 60 241
Telescopium telescopium 32 28 11 71
Subtotal 153 144 116 413
Familia Cerithiidae
Cerithidae weyersi 44 16 49 109
Clypeomorus inflata 33 25 38 96
Cerithium kobelti 12 27 24 63
Subtotal 89 68 111 268
Familia Thiaridae
Melanoides maculata 4 9 2 15
Subtotal 4 9 2 15
Familia Littorinidae
Littoraria scabra 4 45 67 116
Subtotal 4 45 67 116
Familia Nassariidae
Nassarius acuticostus - 3 - 3
Nassarius semisulcatus 3 5 9 17
Hebra corticata 21 23 97 141
Nassarius olivaceus - 9 11 20
Nassarius dorsatus 5 14 4 23
Nassarius pullus - - 8 8
Subtotal 29 54 129 212
Familia Ellobiidae
Cassidula sulculosa - - 16 16
14
Tabel 2 (Lanjutan)
Cassidula vespertilionis - - 14 14
Cassidula aurisfelis - - 3 3
Cassidula nucleus - - 3 3
Subtotal 0 0 36 36
Familia Cypraeidae
Cypraea annulus - - 2 3
Cypraea moneta - 1 - 4
Subtotal 0 1 2 3
Familia Ranellidae
Gyrineum natator 13 9 27 49
Subtotal 13 9 27 49
Familia Turridae
Lophiotoma polytropa 8 16 6 30
Subtotal 8 16 6 30
Familia Volutidae
Cymbiola vespertilio - 1 - 1
Subtotal 0 1 0 1
Familia Muricidae
Muricodrupa fenestrata - - 14 14
Chicoreus capucinus - 6 1 7
Morula anaxeres - - 1 1
Subtotal 0 6 16 22
Familia Calliostoma Tidae
Calliostoma katherina 5 - - 5
Subtotal 5 0 0 5
Familia Trochidae
Monodonta canalifera - - 2 2
Subtotal 0 0 2
Familia Pyramidellidae
Otopleura auriscati 3 - - 3
Subtotal 3 0 0 3
Familia Conidae
Conus zebra - 2 - 2
Conus frigidus 2 - 2 4
Conus consors 1 - - 1
Conus ebracus 1 - - 1
Conus artoptus - - 1 1
Subtotal 4 2 3 9
Familia Costellariidae
Vexillum coloreum - 2 - 2
Subtotal 0 2 0 2
Familia Neritidae
Nerita chamaeleon - 16 - 16
Nerita undata 22 7 88 117
Nerita insculpta 16 16
Nerita signata - 1 - 1
15
Tabel 2 (Lanjutan)
Subtotal 22 24 104 150
Familia Strombidae
Strombus mutabilis 1 2 2 5
Laevistrombus canarium - - 1 1
Strombus microurceus - - 1 1
Subtotal 1 2 4 7
Familia Mitridae
Pterygia crenulata - - 1 1
Domiporta praestantissima - - 1 1
Subtotal 0 0 2 2
Familia Naticidae
Polinices duplicatus - - 3 3
Subtotal 0 0 3 3
Familia Neritidae
Vittoida aquatilis - - 4 4
Clithon oualaniense - 6 - 6
Vittina turrita - 1 - 1
Subtotal 0 7 10 17
Total 335 390 634 1359
Keterangan : (-); tidak ditemukan.
700
600
Kepadatan (ind/m2)
500
400
300
200
100
0
2 1 3
Stasiun
Gambar 6 Kepadatan Gastropoda berdasarkan Stasiun di Desa Jenilu, Desa
Kenebibi, Desa Silawan
140
Stasiun 1
120
Kepadatan (Ind/m2)
100
80
60
40
20
0
Cw
Ci
Ck
Ce
Sm
Mm
Cf
Tp
Ts
Tt
Lp
Ls
Ns
Lc
Hc
Nd
Gn
Oa
Nu
Spesies gastropoda
Gambar 7 Kepadatan Gastropoda berdasarkan spesies di Desa Jenilu
stasiun 2
80
70
Kepadatan (Ind/m2)
60
50
40
30
20
10
0
Cw
Ci
Ck
Cv
Cm
Cz
Sm
Co
Mm
Tp
Lp
Ts
Tt
Ls
Ns
Vc
Ns
Lc
Na
Hc
No
Nd
Gn
Nc
Nu
Vt
Spesies gastropoda
Gambar 8 Kepadatan Gastropoda berdasarkan spesies di Desa Kenebibi
17
Stasiun 3
120
100
80
Kepadatan (ind/m2)
60
40
20
Ma
Mc
Tp
Mm
Ts
Tt
Lp
Mf
Sm
Sc
Sm
Pc
Pd
Ci
Ck
Ls
Cv
Ca
Cn
Ca
Cc
Ca
Cw
Ns
Hc
Cs
No
Nd
Np
Gn
Cf
Nu
Ni
Dp
Va
Gambar 9 Kepadatan Gastropoda berdasarkan spesies di Desa Silawan
Keterangan :
2,5
1,5
0,5
0
1 2 3
H 3,24 3,95 4,02
E 0,75 0,83 0,78
C 0,75 0,79 0,72
Mangrove yang terdapat pada tiga stasiun terdiri dari 6 spesies dan 2
famili. Kategori pohon dengan kerapatan tertinggi terdapat pada stasiun 3 jenis
Sonneratia alba (1340 individu/10m2), sedangkan kerapatan terendah terdapat
pada stasiun 2 pada jenis mangrove Ceriops tagal (85 individu/10m2).
2000
Individu/hektar
1500
1000 pohon
Pancang
500
semai
0
Sa Bg Rs Ao Ct Aa Sa Bg Rs Ao Ct Rs Sa Ao Bg Aa
1 2 3
Gambar 11 Kerapatan mangrove pada lokasi penelitian di Desa Jenilu, Desa
Kenebibi, Desa Silawan
Keterangan :
Bg = Bruguiera gymnorrhiza
Ao = Avicennia officinalis
Sa = Sonneratia alba
Ct = Ceriops tagal
Aa = Avicennia alba
Rs = Rhizophora stylosa
stasiun 3 memiliki tipe substrat liat berpasir. Perbedaan jenis substrat tersebut
berkaitan dengan proses pencucian air laut.
Stasiun 1 mempunyai kandungan liat yang tinggi dikarenakan lokasi yang
terlindung dan pencucian kurang maksimal. Menurut Duursma & Caroll (1996),
partikel pasir dapat berpindah tempat karena arus yang kuat, sedangkan partikel
liat akan menumpuk pada lokasi yang terlindung. Kepadatan moluska berkorelasi
positif dengan kepadatan mangrove (Vilardy & Polania 2002; Ashton et al. 2003;
Fujioka et al. 2007;) dan menemukan 44 spesies moluska yang didominasi
gastropoda pada area mangrove di Sarawak, Malaysia. Beasley et al. (2005)
menemukan 19 spesies gastropoda di kawasan mangrove utara Brazil dengan
kepadatan yang lebih tinggi ditemukan pada kerapatan mangrove yang lebih
tinggi pula. Lebih lanjut dari hasil penelitian Macinthos et al. (2002)
menunjukkan bahwa gastropoda jenis Littoraria memiliki kepadatan dan
keragaman yang lebih tinggi pada komunitas mangrove yang lebih muda dan
gastropoda jenis pulmonata (famili Ellobiidae) diketahui berasosiasi dengan
mangrove yang lebih tua.
Asthon et al. (2003) juga menemukan kepadatan gastropoda yang lebih
tinggi pada mangrove jenis anakan. Hal ini kemungkinan pohon yang muda
menyediakan sumber makanan dan habitat yang lebih baik dibandingkan pohon
yang lebih tua. Linse (1999) menyatakan bahwa perbedaan kepadatan dapat pula
disebabkan oleh pemilihan sumber pakan yang disukai tergantung dari jenis
moluska yang ada, sehingga ketersediaan pakan di lokasi tersebut menjadi faktor
penting yang berhubungan dengan tingkat kepadatan. Selain itu, kisaran
kedalaman perairan umumnya berkaitan pula dengan cara hidup dan mencari
makan dari beberapa famili gastropoda.
20
Bobot (gr)
15 15
10
10
5
5
0
0 20 40 60 80 100 120 0
0 20 40 60 80 100 120
Panjang (mm) Panjang (mm)
stasiun 1 stasiun 2
21
25 W = 0,871929129L0,4311
R² = 75,99%
20 N = 60
Bobot (gr)
15
10
0
0 20 40 60 80 100
Panjang (mm)
stasiun 3
Gambar 12 Hubungan panjang dan bobot siput Terebralia sulcata di Desa Jenilu,
Desa Kenebibi, Desa Silawan
140 100
W = 1,246046831L0,9924 W = 2,418654793L0,8284
120 R² = 89,27% 90 R² = 91,08%
N = 114 N = 49
100 80
Bobot (gr)
Bobot (gr)
80 70
60 60
40 50
40
20
30
0
30 40 50 60 70 80
0 20 40 60 80 100
Panjang (mm)
Panjang (mm)
stasiun 2
stasiun 1
90
W = 1,122678891L1,0181
80 R² = 93,52%
N = 45
Bobot (gr)
70
60
50
40
30
30 40 50 60 70
Panjang (mm)
stasiun 3
Gambar 13 Hubungan panjang dan bobot siput Terebralia palustris di Desa
Jenilu, Desa Kenebibi, Desa Silawan
22
Analisis hubungan antara panjang dan bobot siput Terebralia sulcata dan
Terebralia palustris dilakukan perstasiun. Berdasarkan hasil yang didapat
Terebralia sulcata pada ketiga stasiun ditemukan koefisien b adalah masing-
masing sebesar 1.549 pada stasiun 1; 1.004 pada stasiun 2; dan 0.431 pada stasiun
3. Sedangkan Terebralia palustris pada ketiga stasiun ditemukan koefisien b
adalah masing-masing sebesar 0.992 pada stasiun 1; 0.8282 pada stasiun 2; dan
1.018 pada stasiun 3. Nilai koefisien b pada ketiga stasiun yang didapat
menunjukkan bahwa nilai tersebut adalah kurang dari 3, sehingga disimpulkan
pada ketiga stasiun, pola pertumbuhan siput Terebralia sulcata dan Terebralia
palustris adalah alometrik negatif, dimana pertambahan panjang lebih cepat
daripada pertambahan berat. Hal ini diduga, faktor lingkungan dapat
mempengaruhi pertumbuhan cangkang pada gastropoda, seperti pH dan
kandungan kalsium yang terdapat pada substrat mangrove. Marshall (2008)
menyatakan bahwa pembentukan cangkang dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor lain selain tersedianya nutrisi, di antaranya pH dan kandungan kalsium
yang terdapat pada substrat. Keasaman yang tinggi dalam substrat akan
menyebabkan erosi pada cangkang dan kandungan kalsium yang rendah akan
mempercepat pembentukan cangkang.
kepadatan total gastropoda dengan nilai korelasi 0.49. Nilai tersebut muncul
karena setiap peningkatan kerapatan mangrove tidak selalu diikuti dengan
kepadatan gastropoda. Kerapatan mangrove hanya menjadi stimulan pembentukan
lingkungan yang ideal bagi gastropoda. Menurut Tis’in (2008) Kerapatan
mangrove tidak berpengaruh secara langsung terhadap kepadatan individu
melainkan berpengaruh langsung terhadap kandungan bahan organik di daerah
mangrove yang akan berpengaruh langsung terhadap kepadatan moluska. Hasil
penelitian Vilardy dan Polania 2002; Ashton et al. 2003; Fujioka et al. 2007
menunjukkan bahwa kepadatan moluska berkorelasi positif dengan kepadatan
mangrove.
Kerapatan mangrove jenis Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza dan
Rhizophora stylosa memiliki nilai korelasi 0.83, 0.70 dan 0.49 dengan kepadatan
gastropoda. Nilai korelasi yang tinggi disebabkan oleh setiap peningkatan
kerapatan Sonneratia alba diikuti dengan peningkatan kepadatan gastropoda.
Jenis mangrove S. alba banyak ditemukan pada tiga stasiun pengamatan. Substrat
berpasir pada stasiun 3 cocok bagi S. alba. Jesus (2012) menyatakan bahwa
Bruguiera gymnorrhiza banyak ditemukan pada zona yang menjorok ke arah
daratan dan substratnya berliat.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agresti. 1984. Analysis of ordinal categorical data. John Wiley and Sons. New
York
Allen B, Arne T, Corine ET, Martin AN. 2012. How mutation affects
evolutionary games on graphs. Jorunal of Theoretical Biology. 299:97-105
Alongi DM, Perillo GME, Wolanski E, Cahoon DR & Brinson MM. 2009.
Paradigm shifts in mangrove biology. Coastal Wetlands: An integrated
ecosystem approach. Elsevier, Londres, Inglaterra.60(4):615-640
Amado LL, Rosa CE, Castro MR, Votto AP, Santos LC, Marins LF, Trindade GS,
Fraga DS, Dame RC, Barros DM, Geracitano LA, Bianchini A, de la Torre
FR, Monserrat JM. 2011. Integrated biological responses of zebrafish
(Danio rerio) to analyze water quality in regions under anthropogenic
influence. Chemosphere. 82(11): 1563-1570
Ashton EC, Macintosh DJ. 2002. Preliminary assessment of the plant diversity
and community ecology of the Sematan mangrove forest, Sarawak,
Malaysia. Forest Ecology and Management. 166(1):111-129
Ashton EC, Hogarth PJ, Macintosh DJ. 2003. A comparison of brachyuran crab
community structure at four mangrove locations under different
management systems along the Melaka Straits-Andaman Sea coast of
Malaysia and Thailand. Estuaries. 26:1461-1471
Beasley CR, Fernandes CM, Gomes CP, Brito BA, Santos SML, Tagliaro CH. 2005.
Molluscan diversity and abundance among coastal habitats of northern Brazil.
Ecotropica. 11:9-20
25
Valiela I, Bowen JL, York JK. 2001. Mangrove forests: one of the world’s
threatened major tropical environments. BioScience. 51(10):807-815
Vilardy S, Polania J. 2002. Mollusc fauna of the mangrove root-fouling community at
the Colombian Archi-pelago of San Andr´es and Old Pro-vidence. Wetlands
Ecology and Management. 10:273-282
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama
Wells FE. 2003. Ecological separation of the mudwhelks Terebralia sulcata (Born,
1778) and T. semistriata (Mörch, 1852) (Gastropoda: Potamididae) from
northern Australia. The Nautilus. 117(1):1-5
Wells FE, Lalli CM. 2003. Aspects of the ecology of the mudwhelks Terebralia
palustris and T. semistriata in northwestern Australia. In: Wells, F.E., D.I.
Walker and D.S. Jones (eds.) 2003. The Marine Flora and Fauna of
Dampier, Western Australia. Western Australian Museum, Perth. pp 193-
208
Zhang CG, Leung IKK, Wong YS, Tam NFY. 2007. Germination, growth and
physiological responses of mangrove plant (Bruguiera gymnorrhiza) to
lubricating oil pollution. Environmental and Experimental Botany. 60:127-
136
29
RIWAYAT HIDUP