ABSTRACT
Bioakumulasi merupakan teknik alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi pencemaran lingkungan
yang berasal dari buangan limbah yang mengandung polutan ion logam berat. Penelitian tentang pengaruh
penambahan glutation terhadap bioakumulasi ion Pb2+ dan ion Cr6+ oleh fitoplankton laut Porphyridium
cruentum telah dilakukan. Metode analisis yang digunakan adalah Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
dan Spektrofotometer Infra Merah (IR), persamaan isotermal Langmuir dan Freundlich. Hasil penelitian
menunjukkan waktu pertumbuhan optimum fitoplankton Porphyridium cruentum adalah 12 hari. Konsentrasi
maksimum yang dapat ditoleransi (MTC) adalah 0,25 ppm dan 0,15 ppm untuk ion Cr6+. Konsentrasi
glutation untuk pertumbuhan adalah 0,5 ppm untuk ion Pb2+ dan 0,3 ppm untuk ion Cr6+. Waktu optimum
bioakumulasi adalah 45 menit untuk kedua ion logam dengan kemampuan bioakumulasi ion logam setelah
penambahan glutation sebesar 12,330 mg/g untuk ion Pb2+ dan 41,6363 mg/g untuk ion Cr6+. Gugus fungsi
yang terlibat dalam proses bioakumulasi ion Pb2+ dan ion Cr6+ adalah C-Cl, C-O, SO2, N-H dan OH.
1
penurunan IQ dan kerusakan mental pada balita Tujuan Penelitian
dan anak-anak (Siregar, 2005). 1. Menentukan konsentrasi maksimum ion Pb2+
Penggunaan material biologi kini mulai dan Cr6+ yang dapat ditoleransi (MTC) oleh
dikembangkan untuk menangani masalah fitoplankton Porphyridium cruentum.
pencemaran air yang dikenal dengan metode 2. Menentukan konsentrasi glutation yang
fitoremediasi (Salt, dkk., 1998). Fitoplankton efektif dalam pertumbuhan fitoplankton
diketahui memiliki kemampuan dalam menyerap Porphyridium cruentum pada konsentrasi ion
dan mengakumulasi ion logam berat dari Pb2+ dan Cr6+ yang dapat ditoleransi (MTC).
lingkungannya. Beberapa penelitian menunjukkan 3. Menentukan kapasitas bioakumulasi ion Pb2+
ada beberapa jenis fitoplankton memiliki toleransi dan Cr6+ oleh fitoplankton Porphyridium
yang tinggi terhadap pengambilan ion logam cruentum setelah penambahan glutation.
seperti Nostoc sp. (Maeda dan Ohki, 1998), 4. Mengkaji gugus fungsi yang berperan dalam
Spirulina (Hong dan Shan-shan, 2007), proses bioakumulasi ion Pb2+ dan Cr6+ oleh
Chaetoceros calcitrans, Nannochloris dan fitoplankton Porphyridium cruentum sebelum
Tetraselmis chuii (Muliadi dan Nurhamsiah, dan sesudah penambahan glutation.
2010).
Fitoplankton Porphyridium cruentum Manfaat Penelitian
tergolong kelas dinoflagellata yang membran 1. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan
selnya tersusun oleh selulosa dan senyawa dan teknologi terhadap penggunaan
glikoprotein lainnya yang dimungkinkan dapat fitoplankton laut dalam proses bioakumulasi.
mengikat ion logam berat seperti Pb2+ dan Cr6+. 2. Memberikan pengalaman praktis bagi
Proses ini melibatkan produksi metabolit sekunder peneliti dan menjadi bahan referensi untuk
dari sel fitoplankton seperti fitokelatin. penelitian selanjutnya.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan
bioakumulasi ion Cr6+ dan Pb2+ oleh fitoplankton TINJAUAN PUSTAKA
dapat dilakukan dengan penambahan asam Logam Kromium
organik, glutation dan metalotionin untuk Logam kromium dengan berat atom 51,996
menurunkan tingkat toksisitasnya. Berdasarkan g/mol, berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi
uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang meskipun pada suhu tinggi, mengkilat, keras,
bioakumulasi ion Cr6+ dan Pb2+ oleh fitoplankton memiliki titik cair 1,857 o C dan titik didih 2,672
o
laut Porphyridium cruentum dengan penambahan C (Widowati, dkk., 2008).
glutation. Kestabilan kromium akan mempengaruhi
toksisitasnya terhadap manusia secara berurutan,
Rumusan Masalah mulai dari tingkat toksisitas terendah yaitu Cr(0),
1. Berapakah konsentrasi maksimum ion Pb2+ Cr(III) dan Cr(VI). Kromium trivalen bersifat
dan Cr6+ yang dapat ditoleransi (MTC) oleh kurang toksik dibanding kromium heksavalen,
fitoplankton Porphyridium cruentum? selain itu tidak bersifat iritatif dan tidak korosif
2. Berapakah konsentrasi glutation yang (Drew, dkk., 2006). Paparan logam kromium pada
berperan dalam pertumbuhan fitoplankton manusia dapat menyebabkan gangguan pada alat
Porphyridium cruentum pada konsentrasi ion pernafasan, hati, ginjal, sistem pencernaan dan
Pb2+ dan Cr6+ yang dapat ditoleransi (MTC)? sistem imunitas.
3. Berapakah kemampuan bioakumulasi ion
Pb2+ dan Cr6+ oleh fitoplankton Porphyridium Logam Timbal
cruentum setelah penambahan glutation? Timbal dengan berat atom 207,21 g/mol
4. Bagaimana peranan gugus fungsi dalam dan berat jenis 11,34 dan nomor atom 82 memiliki
proses bioakumulasi ion Pb2+ dan Cr6+ oleh warna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik
fitoplankton Porphyridium cruentum sebelum leleh sebesar 327 oC dan titik didih 1620 oC.
dan sesudah penambahan glutation?
2
Timbal dan persenyawaannya banyak Proses detoksifikasi logam berat oleh
digunakan dalam industri baterai sebagai bahan tumbuhan melibatkan dua tahap, yaitu : (i)
aktif dalam pengaliran arus elektron. Timbal dapat pengaktifan fitokelatin sintase untuk
terakumulasi dalam organ tubuh seperti otak, yang memproduksi fitokelatin akibat peningkatan
dapat menyebabkan keracunan (plumbism) atau konsentrasi logam berat dalam intraseluler, (ii)
bahkan kematian. Timbal juga dapat respon detoksifikasi pengkelatan logam berat oleh
mempengaruhi saluran gastrointestinal, ginjal, dan fitokelatin yang telah tersintesis.
sistem syaraf (Siregar, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Fitoremediasi Bioakumulasi
Fitoremediasi merupakan salah satu Menurut Chojnacka, dkk., (2005) proses
teknologi yang secara biologi yang memanfaatkan bioakumulasi melibatkan dua tahap, yang pertama
tumbuhan atau mikroorganisme yang dapat penyerapan terhadap permukaan sel dan yang
berasosiasi untuk mengurangi polutan lingkungan kedua merupakan proses pengangkutan aktif
baik pada air, tanah dan udara yang diakibatkan melalui membran sel ke bagian dalam sel.
oleh logam atau bahan organik (Firdaus, 2003). Mengacu pada tahap pertama proses
Proses remediasi polutan terjadi karena bioakumulasi, akan diselidiki keberlakuan model
tanaman dapat melepaskan zat pembawa, biasanya adsorpsi dengan persamaan Langmuir dan
berupa senyawa fitokelatin seperti glutation Freundlich. Berikut bentuk linier persamaan
(GSH), protein, glukosida, dan berfungsi isotermal Langmuir :
mengikat zat polutan kemudian dikumpulkan pada
jaringan tanaman (Suhendrayatna, 2001). Ce/q = Ceq/qmax + 1/(qmax/b)
Fitokhelatin (GSH) dalam tumbuhan
Adapun persamaan isotermal Freundlich :
membentuk kompleks dengan logam berat dan
berfungsi sebagai detoksifikan tumbuhan dari
Qe = Kf Ce1/n
logam berat. Fitokhelatin ini dapat disintesis
secara enzimatik dari glutation (GSH) yang Interaksi adsorbat maupun adsorben dalam
memberikan respon terhadap ion logam (Cobbet, proses bioakumulasi juga dipengaruhi oleh sifat
2000). keras lunak kation dan anion. Sifat keras kation
yaitu kemampuan suatu kation untuk
mempolarisasi anion dalam suatu ikatan
sedangkan pengertian keras untuk anion yaitu
kemampuan suatu anion untuk mengalami
polarisasi akibat medan listrik dari kation (Atkins,
dkk., 1990).
4
glutation dengan variasi konsentrasi 0,0; 0,1; 0,20; 800
Populasi Fitoplankton
0,30; 0,40; 0,50; 1,00; 2,50; 5,00; dan 10,0 600
400
mg/mL medium. Pengamatan dilakukan setiap 24
200
jam selama masa pertumbuhan.
(104)
0
Penentuan Faktor Bioakumulasi Ion Pb2+ dan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213
Cr6+ oleh Fitoplankton Laut dengan
Penambahan Glutation Waktu Pertumbuhan (hari)
Untuk menentukan nilai faktor
bioakumulasi fitoplankton, dilakukan dengan Gambar 2. Pertumbuhan sel P. cruentum
memindahkan fitoplankton uji yang telah
dikulturkan selama 3 hari ke dalam labu Secara umum terlihat pertumbuhan sel
Erlenmeyer 500 mL lalu ditambahkan glutation fitoplankton P. cruentum memiliki empat fase
serta larutan Pb2+ dan Cr6+ dengan variasi pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan penelitian
konsentrasi diatas harga MTC. sebelumnya (Muliadi, dkk., 2010; Nurhamsiah,
Untuk menentukan waktu interaksi dkk, 2010), fase pertumbuhan sel fitoplankton P.
fitoplankton yang optimum maka interaksi cruentum yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan
dilakukan dengan variasi waktu 5, 10, 15, 30, 45, eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian.
60, 90, dan 120, dan 150 menit. Fitoplankton
kemudian disentrifuge selama 30 menit. Filtratnya Pertumbuhan fitoplankton P. cruentum pada
diambil untuk diukur dengan AAS, residunya kondisi MTC ion Pb2+
dikeringkan untuk kemudian ditimbang.
5
Penentuan konsentrasi glutation yang efektif cruentum dalam mengakumulasi ion Pb2+ dan
terhadap pertumbuhan fitoplankton pada Cr6+ mengalami peningkatan dari menit ke-5
konsentrasi ion Pb2+ dan ion Cr6+ yang dapat sampai ke-45. Setelah menit ke-60 turun dan naik
ditoleransi (MTC) pada menit ke -75 dan cenderung konstan sampai
menit ke-150 dengan kemampuan bioakumulasi
sebesar 15,3 mg/g untuk ion Pb2+ dan 22,73 mg/g
untuk ion Cr6+.
(a)
Ce /qe
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4
C e(ppm)
(a)
3 y = 0.663x
R² = 0.395
2
1
Ln qe
0
-3 -2 -1 0 1 2
-1
-2
Ln Ce
(b)
7
0.35
0.3 y = 0.034x
0.25 R² = #N/A
0.2
Ce /qe
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Ce (ppm)
(a)
5 y = 1.131x
R² = 0.111
4
3
2
1
Ln qe
0
-3 -2 -1 -1 0 1 2
8
Berdasarkan Gambar 6 dan 7 terlihat bahwa nutrien dengan asam organik selain glutation
efektivitas bioakumulasi ion Pb2+ dan Cr6+ oleh sebagai aktivator pada pertumbuhan fitoplankton.
fitoplankton Porphyridium cruentum tidak
memenuhi isotermal Langmuir maupun DAFTAR PUSTAKA
Freundlich. Hal ini dipahami karena penggunaan
Nayar, S., Goh, B. P. L., dan Chou, L. M., 2004,
kedua model isotermal ini tidak
Environmental Impact of Heavy Metals
mempertimbangkan akumulasi ion logam yang
from Dredged and Resuspended Sediments
melibatkan proses metabolisme seperti produksi
on Phytoplankton and Bacteria Assessed In
metabolit sekunder dan kerja enzim.
Situ Mesocosmos, Environmental Safety,
Model adsorpsi dari Langmuir dan
59 : 349.
Freundlich hanya digunakan pada bioakumulasi
tahap pasif yaitu adsorpsi pada permukaan Salt, D. E., Smith, R. D., dan Raskin, I., 1998,
sedangkan pada bioakumulasi ion Pb2+ dan ion Phytoremediation, Annual Review Plant,
Cr5+ oleh fitoplankton Porphyridium cruentum Physiol. Plant. Mol. Biol., 49 : 643 – 668.
melibatkan proses produksi metabolit sekunder Siregar, E. B. M., 2005, Pencemaran Udara,
dan mekanisme kerja enzim yang dipengaruhi Respon Tanaman dan Pengaruhnya pada
oleh berbagai faktor seperti kondisi pertumbuhan Manusia, Karya Ilmiah, Universitas
meliputi intensitas cahaya, suhu, aerasi, nutrien Sumatera Utara, Medan.
dan faktor-faktor lainnya yang tidak diakomodasi
dalam kedua persamaan isotermal Langmuir dan Muliadi, 2010, Pengaruh Penambahan Glutation
Freundlich. pada Bioakumulasi Ion Cd2+ oleh
Fitoplankton Laut Chaetoceros calcitrans
dan Tetraselmis chuii, Tesis tidak
KESIMPULAN DAN SARAN
diterbitkan, Universitas Hasanuddin,
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah Makassar.
dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal Maeda, S., dan Ohki, A., 1998, Bioaccumulation
sebagai berikut : and Biotransformation of Arsenic,
1. Konsentrasi maksimum ion Pb2+ dan ion Cr6+ Antimony, and Bismuth Compounds by
yang dapat ditoleransi (MTC) oleh sel Freshwater Algae, in Water Treatment with
fitoplankton Porphyridium cruentum masing- Algae, Yuk-shan and Nora F. Y. Tam (eds)
masing sebesar 0,25 ppm dan 0,15 ppm. Springer-Verlag and lands Bioscience, pp
2. Konsentrasi glutation yang berpengaruh 73 – 92.
terhadap bioakumulasi ion Pb2+ dan ion Cr6+
Widowati, W., Sastiono, A., dan Jusuf R., 2008,
oleh sel fitoplankton Porphyridium cruentum
Efek Toksik Logam, Pencegahan dan
masing-masing sebesar 0,5 ppm dan 0,3 ppm.
Penanggulangan Pencemaran, Penerbit
3. Kapasitas bioakumulasi oleh fitoplankton
ANDI, Yogyakarta.
Porphyridium cruentum masing-masing
sebesar 12,330 mg/g untuk ion Pb2+ dan Suhendrayatna, 2001, Bioremoval Logam Berat
41,6363 mg/g untuk ion Cr6+. dengan menggunakan Mikroorganisme,
4. Gugus fungsi yang terlibat dalam proses disampaikan dalam Seminar Bioteknologi
bioakumulasi ion Pb2+ dan ion Cr6+ adalah SO2, untuk Indonesia Abad 21, pada tanggal 14
C-O, C-Cl, OH dan N-H. Februari 2010.
Firdaus, L. N., 2003, Teknologi Fitoremediasi
Saran Lingkungan (online),
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?i
disarankan pada penelitian selanjutnya d=14350.html (diakses tanggal 27 Juli
menggunakan ion logam yang berperan sebagai 2010).
9
Cobbet, C. S., 2000, Phytochelatin Biosynthesis Metallothioneins, Proc. Natl. Acad. Sci.
and Function in Heavy Metal USA, 84 : 439 – 443.
Detoxification, Curr. Opin. Plant. Biol., 3 :
Fuentes Rebolloso, M. M., Aciean Fernandez, G.
211 – 216.
G., Sanchez Perez, J. A., Guil Guerrero, J.
Barron, M. G., 1995, Bioaccumulation and L., Biomass Nutrient Profiles of The
Bioconcentration in Aquatic Organism. In : Microalgae Porphyridium cruentum, Food
Hoffman, D. J., Rattner, G. A., Burton, and Chemistry, 70 : 345 - 353.
Caims, Handbook of Ecotoxicology, Boca
Atkins, P. W., 1990, Kimia Fisika, Jilid 2,
Raton : CRC Press In.
Erlangga, Jakarta.
Chojnacka, K., 2005, Biosorption of Cr(III) Ions
Kabinawa, I. N. K., 2001, Mikroalga Sebagai
by Eggshells, J. Hazard Mater B., 121, 167
Sumber Daya Hayati (SDH) Perairan
- 173.
dalam Perspektif Bioteknologi, Puslitbang
Grill, E., Winnacker, E. L., dan Zenk, M. H., Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
1987, Phytochelatins, a class of Heavy Indonesia, Bogor. Hal: 5 – 13.
Metal Binding Peptides from Plants are
Functionally Analogous to
10