Anda di halaman 1dari 14

p-ISSN : 2355-6404 │ e-ISSN : 2685-6360

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea 881


Diversitas Gastropoda Berdasarkan: Tingkat
Jurnal Penelitian Biologi
Kerusakan Biological Research),Vol. 6 (1)
(JournaldiofPulau
Mangrove
Hal. : 881-894,
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara Mei, 2019

Diversitas Gastropoda Berdasarkan Tingkat Kerusakan


Mangrove Di Pulau Towea Kabupaten Muna
Sulawesi Tenggara

La Ode Adi Parman Rudia1*, Bahtiar 2 , Jamili3, Muhsin4, Nasaruddin4


1
Magister Ilmu Perikanan Program Pascasarjana UHO Kendari, Sulawesi Tenggara
2
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan, UHO Kendari
3-4
Jurusan Biologi, FMIPA UHO Kendari
1*
e-mail : parmanady@gmail.com
Diterima : 01 Januari 2019 – Disetujui : 01 September 2019
© 2019 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari

ABSTRAK
Pulau Towea memiliki hutan mangrove yang tersebar di sepanjang pantai dan
merupakan gugusan pulau yang berada di sebelah utara Kabupaten Muna. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui diversitas gastropoda berdasarkan tingkat kerusakan mangrovenya.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2017, berlokasi di kawasan
mangrove Desa Wangkolabu Kecamatan Towea. Penelitian ini menggunakan metode observasi
dan pengamatan langsung di lokasi penelitian untuk mengetahui indeks ekologi gastropoda
seperti indeks keanekaragaman (H’), kepadatan (N), dan kemerataan (E) dari kelas gastropoda
berdasarkan tingkat kerusakan mangrove (KepMenLH, No.201 Tahun 2004). Pengukuran
paramater lingkungan perairan berupa sampel air dan substrat menggunakan metode fraksi
sedimen segitiga Miller dan metode baku APHA (2012) serta dianalisis lebih lanjut di
Laboratorium Biologi Unit Forensik dan Biomolekuler UHO. Identifikasi langsung di lapangan
diberlakukan pada jenis vegetasi mangrove dan organisme gastropoda yang telah diketahui
nama ilmiahnya. Namun jika tidak, maka diambil sampel dan dokumentasinya kemudian
dilakukan analisis lebih lanjut pada Laboratorium Biologi Unit Ekologi dan Taksonomi FMIPA
UHO dengan mengacu pada buku Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia (Noor, et.al,
2006) serta buku Siput dan Kerang Indonesia (Dharma, 1991). Analisis data statistik dilakukan
menggunakan aplikasi Excel Stat 2007 untuk mengetahui diversitas gastropoda pada kawasan
mangrove berdasarkan tingkat kerusakannya. Hasil penelitian didapatkan empat jenis mangrove
pada lokasi penelitian di Desa Wangkolabu, Kecamatan Towea yaitu jenis Rhizophora
mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia alba. Berdasarkan
tingkat kerusakan mangrovenya, maka diperoleh nilai kerapatan bervariasi yaitu untuk kriteria
mangrove baik (Kerapatan/RDi = 1.600 ind/ha), mangrove sedang (Kerapatan/RDi = 1.175
ind/ha), dan mangrove rusak/jarang (Kerapatan/RDi = 375 ind/ha). Gastropoda yang ditemukan
di hutan mangrove Desa Wangkolabu Pulau Towea, sebanyak 1.956 individu dari 21 spesies
dan 11 famili. Jumlah (H’) diversitas gastropoda tertinggi ditemukan pada kondisi mangrove
sedang sebanyak 1,83 ind/m 2, kemudian kepadatan (N) gastropoda tertinggi ditemukan pada
mangrove baik sebanyak 55,3 ind/m2 didominasi oleh jenis Cerithium spp., kemerataan (E)
gastropoda tertinggi pada mangrove sedang sebanyak 0,31. Keterkaitan gastropoda dominan
yaitu jenis Cerithium spp., lebih menyukai hutan mangrove yang memiliki kerapatan tinggi (RDi ≥
1.600 ind/ha). Hal ini didukung dengan tipe substrat berupa lempung berpasir yang menyediakan
sumber bahan organik (BO = 3,47 %). Selain itu pula, diperoleh beberapa jenis gastropoda
seperti Cerithium spp., Nerita costata, Terebralia sulcata, dan Clypeomorus sp., mampu
beradaptasi pada hutan mangrove yang memiliki kerapatan sedang (RDi = 1.000 - 1.500 ind/ha),
dengan tipe substrat mangrove berupa lempung berpasir yang memiliki kandungan organik
tanah (BO = 3,18 %). Sedangkan gastropoda dominan jenis Telescopium telescopium lebih
menyukai hutan mangrove yang memiliki kerapatan rendah (RDi < 1.000 ind/ha) dengan tipe
substrat berupa lempung yang mengandung bahan organik (BO = 2,35 %). Berdasarkan hasil
penelitian tersebut diharapkan perlunya pengelolaan hutan mangrove di wilayah studi untuk
keberlanjutan biota perairan khususnya gastropoda yang dapat dikembangkan sebagai daerah
konservasi dengan melihat tingkat kerusakan mangrove melalui kegiatan budidaya perikanan
non-ikan (kerang-kerangan) yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil di Sulawesi Tenggara.
Kata Kunci : Diversitas gastropoda, tingkat kerusakan mangrove, Pulau Towea, Kabupaten Muna

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research),
Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019
Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research),Vol. 6 (1) 882
Diversitas Gastropoda Berdasarkan
Hal. : 881-894,Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau
Mei, 2019
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara
The Diversity of Gastropods Based on Mangrove Degradation Level in
Towea Island of Muna Regency
Southeast Sulawesi

La Ode Adi Parman Rudia1*, Bahtiar 2 , Jamili3, Muhsin4, Nasaruddin4

1
Masters in Fisheries Science Postgraduate Program, UHO Kendari, Southeast Sulawesi
2
Department of Water Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, UHO
Kendari
3-4
Department of Biology, FMIPA UHO Kendari

1*
corresponding e-mail : parmanady@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study was to find out the diversity index of molluscs (gastropods & bivalves)
based on mangrove degradation level in Tobea Island of Muna Regency. The data were
collected from May until July 2017, in Wangkolabu municipal area of Tobea sub-district, using
observation method and direct observation in the research location to find out the index of
ecology of molluscs such as index of diversity (H'), evenness (E), density (N), dominance (D),
and dispersion pattern (Id) from both gastropod and bivalve classes based on mangrove
degradation level. Direct identification in the field is applied to the type of mangrove vegetation
and mollusc organisms that have been known by it’s scientific name. But if not, then the samples
are taken and the documentation is then done further analysis at the Laboratory of Biology Unit
of Ecology and Taxonomy of FMIPA UHO with reference to the guide book of Introduction of
Mangrove in Indonesia and book Snail & Shell Indonesian. Then for water environment
parameters in the form of water and substrate samples are further analyzed at Biology
Laboratory of UHO Forensic and Biomolecular Unit using Miller triangle fraction method and
APHA standard method. Statistical analysis is done using Excel Stat to determine the major
components affecting the ecological index of molluscs in degraded mangrove areas. The results
showed four species mangroves in Wangkolabu Village are Rhizophora mucronata, Rhizophora
apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, and Sonneratia alba and that mangrove degradation on the
coast of Tobea Island, Wangkolabu village, Tobea sub-district has varied values for good
mangrove criteria (Density/RDi = 1.600 individuals/hectare), medium mangrove (Density/RDi =
1.175 individuals/hectare), and mangrove broken/rare (Density/RDi = 375 individuals/hectare).
Besides that, Cerithium spp., Nerita costata, Terebralia sulcata, and Clypeomorus sp., type
gastropods is able to adapt to mangrove forests that have moderate density (RDi= 1.000–1.500
individuals/hectare), with mangrove substrate types in the form of sandy loam that has soil
organic content (BO = 3,18%). While the gastropod type Telescopium telescopium prefers low
density mangrove forests (RDi < 1.000 individuals/hectare) with the type of substrate in the form
of clay containing organic matter (BO = 2,35%). Based on the results of the study it is expected
that the need for mangrove forest management in the study area for the sustainability of aquatic
biota, especially molluscs that can be developed as conservation areas by looking at the level of
mangrove damage through non-fish aquaculture activities (shellfish) for the welfare of coastal
communities and islands small in Southeast Sulawesi.

Keywords : Mollusc diversity index, gastropods, bivalves, mangrove degradation, Tobea Island,
Muna district

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research),
Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019
Diversitas Gastropoda Berdasarkan Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau 8
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

Latar Belakang dilakukan seperti (Lumbangaol, 2002),


Hutan mangrove merupakan menyatakan bahwa Kepulauan Towea di
ekosistem alamiah unik, yang mempunyai Kabupaten Muna memiliki keanekaragaman
nilai ekologis dan ekonomis tinggi. Fungsi sumberdaya alam yang cukup kompleks.
ekologis ekosistem mangrove sebagai Namun potensi sumberdaya alam tersebut
pelindung pantai dari serangan angin, arus, belum dimanfaatkan secara optimal. Pada
dan ombak dari laut, habitat mencari makan beberapa lokasi yang memiliki terumbu
(feeding ground), tempat asuhan dan karang dan ekosistem mangrove telah
pembesaran (nursery ground), tempat mengalami kerusakan ekosistem akibat
pemijahan (spawning ground) bagi biota pembukaan lahan industri di wilayah pesisir.
perairan seperti jenis ikan, udang, kepiting, Penelitian selanjutnya juga dilakukan oleh
serta masih banyak biota lainnya termasuk (Rakhfid, 2014), terkait bioekologi moluska
gastropoda dan bivalvia, (Dahuri, et al, di Pulau Towea yaitu menganalisis nisbah
2008). kelamin dan ukuran pertama matang gonad
Kabupaten Muna merupakan daerah pada kerang lumpur (Anadontia edentula
kepulauan, yang terdiri dari 50 pulau Linn., 1758) dengan jumlah populasi
memiliki luas daratan 4.887 km2 dan moluska yang cukup banyak di Pulau
perairan laut seluas 5.625 km2. Panjang Towea. Sehingga potensi untuk
garis pantai 857 km dan memiliki berbagai pengembangan perikanan non-ikan dan
macam potensi sumberdaya hayati di budidaya kerang secara berkelanjutan dapat
wilayah pesisir yang pengelolaanya belum dilakukan di wilayah pesisir Pulau Towea
sesuai dangan pengelolaan wilayah pesisir dengan baik dan optimal.
secara berkelanjutan (Lumbangaol, 2002) . Kajian dalam berbagai studi ilmiah
Listyaningsih, (2013), melakukan masih banyak diperlukan secara lebih
penelitian tentang kajian kerusakan
komprehensif terkait dengan kondisi
ekosistem mangrove terhadap populasi
mangrove serta keberadaan fauna akuatik,
kerang Polymesoda sp. di Segara Anakan,
khususnya organisme gastropoda pada
Cilacap. Hasil penelitiannya menunjukkan
kawasan hutan mangrove. Pengungkapan
bahwa keterkaitan antara kondisi mangrove
aspek-aspek ekologi, akan menambah
dengan populasi kerang sangat lemah
informasi mengenai keanekaragaman
dengan kepadatan individu kerang
gastropoda dan potensinya pada ekosistem
mencapai 9,83 ± 4,68 ind/m2 dan luasan
mangrove di Pulau Towea, sehingga peneliti
mangrove mencapai 8.036,9 ha. Kondisi
tertarik untuk melakukan kajian ini.
mangrove di Sulawesi Tenggara khususnya
di pesisir Teluk Kendari talah mengalami Tujuan Penelitian
kerusakan (Wahidin, et. al, 2013). Selain itu, Tujuan yang ingin dicapai dalam
beberapa data penelitian terkait diversitas penelitian ini adalah sebagai berikut:
gastropoda pada kawasan mangrove di 1. Mengetahui indeks ekologi mangrove
daerah Sulawesi Tenggara yaitu Muhsin, et berdasarkan tingkat kerusakannya di
al, (2016) menemukan jumlah gastropoda di Pulau Towea Kabupaten Muna Sulawesi
Teluk Kendari sebanyak 20 spesies, dan Tenggara
Sinapoy, (2011) menemukan sebanyak 24 2. Mengetahui indeks ekologi gastropoda
spesies gastropoda di Pulau Kaledupa dan pada ekosistem mangrove berdasarkan
Pulau Derawa Kabupaten Wakatobi. tingkat kerusakan mangrove di Pulau
Informasi ilmiah terkait dengan Towea Kabupaten Muna Sulawesi
keanekaragaman hayati dan bioekologi Tenggara
gastropoda pada kawasan mangrove di 3. Mengetahui hubungan keterkaitan antara
Sulawesi Tenggara masih kurang, diversitas gastropoda terhadap tingkat
khususnya di pulau-pulau kecil Kabupaten kerusakan ekosistem mangrove di Pulau
Muna. Beberapa penelitian yang telah

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological
Research), Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019
Diversitas Gastropoda Berdasarkan Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau 8
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

Towea Kabupaten Muna Sulawesi yang berlokasi di Pulau Towea, Desa


Tenggara. Wangkolabu, Kecamatan Towea
Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara.
METODE PENELITIAN Identifikasi sampel dilakukan di
Waktu dan Tempat Laboratorium Forensik Jurusan Biologi
Pengambilan data penelitian FMIPA Universitas Halu Oleo, Kendari.
dilaksanakan mulai bulan Mei-Juli 2017

Gambar 1. Peta lokasi penelitian, (Sumber : Citra Satelit Google Earth & ArcGIS vers.10.4)

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan serta fungsinya
No. Nama Fungsi
1. Termometer alkohol mengukur suhu lingkungan
2. GPS menentukan titik kordinat
3. Timbangan digital mengetahui berat substrat
4. pH meter mengetahui pH air laut
5. Cawan porselen mengoven dan pengeringan substrat
6. Oven dan tanur mengeringkan substrat
7. Topless menyimpan gastropoda yang telah diamati
8. Buku identifikasi mengidentifikasi jenis gastropoda
9. Kamera mendokumentasikan penelitian
10. Parang alat bantu di lokasi penelitian
11. Meteran roll alat bantu pengukuran plot pengamatan
12. Alat tulis menulis mencatat hasil pengamatan
13. Eidmen grab alat mengambil substrat (gastropoda)
14. Mikroskop mengamati gastropoda
15. Alkohol 70% pengawet sampel yang belum diidentifikasi
16. Kertas label menandai sampel pengamatan
17. Kantong sampel menyimpan sampel sebelum diidentifikasi
18. Tali membuat transek dan plot pengamatan
19. Substrat menganalisa kandungan organik tanah
20. Handrafractometer mengetahui salinitas

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological
Research), Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019
Diversitas Gastropoda Berdasarkan Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau 8
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

Prosedur Penelitian tumbuhan darat sampai ke arah


Penentuan Stasiun Penelitian laut.
b. Stasiun II
Survei lapangan dilakukan untuk
Membuat transek pengamatan
mengetahui gambaran awal kondisi
dengan menggunakan metode transek
kawasan mangrove di Pulau Towea,
garis dan petak contoh (transect line
Kabupaten Muna. Penentuan stasiun
plot).
c. Stasiun III
penelitian ditentukan melalui survei
Membuat transek pengamatan
lapangan berdasarkan kondisi ekosistem
dengan menggunakan metode transek
mangrove. Pemilihan stasiun pengambilan
garis dan petak contoh (transect line
data dilakukan berdasarkan keterwakilan
plot). Pembuatan transek I dan II pada
kondisi dan karakteristik ekologi mangrove
stasiun II dan III mengikuti prosedur
di Pulau Towea melalui analisis baku mutu
yang hampir sama pada stasiun I.
kerusakan mangrove (PerMen. LH/ Nomor
Kesimpulan penetapan kriteria
201 Tahun 2004), sehingga ditetapkan
dibuat untuk masing-masing stasiun
beberapa stasiun sebagai berikut:
pengamatan (stasiun I, stasiun II, dan
a. Stasiun I
stasiun III) berdasarkan baku mutu
Metode lapangan yang digunakan
kerusakan mangrove dengan kriteria
untuk analisa vegetasi mangrove
sangat padat, baik, dan rusak (PerMen.
adalah metode transek garis dan petak
LH/ Nomor 201 Tahun 2004).
contoh (transect line plot).
 Transek I adalah komunitas
Metode Pengambilan Data Mangrove
mangrove jenis tegakan
Pengamatan vegetasi mangrove
Rhizophoraceae. Mangrove pada
dilakukan dengan menggunakan metode
transek I didominasi oleh tegakan
jalur transek garis dan petak contoh
mangrove tertentu dengan
(transect line plot) pada setiap stasiun
mengukur ketebalannya yang
pengamatan yang dibuat dengan arah
tumbuh mulai dari wilayah batasan
tegak lurus garis pantai ke arah daratan
dengan tumbuhan darat sampai ke
hingga tidak ditemukan lagi tegakan
arah laut.
mangrove. Setiap jalur ditempatkan
 Transek II adalah komunitas
kuadran pengamatan sesuai tingkat
mangrove jenis tegakan
pertumbuhannya dengan kategori tingkat
Rhizophoraceae. Mangrove pada
sebagai berikut :
transek II didominasi oleh tegakan
 Semai (seedling) : 1 m x 1 m,
mangrove tertentu dengan
menganalisis dan mengukur diameter < 2 cm
ketebalannya yang tumbuh mulai  Pancang (sapling) : 5 m x 5 m,
dari wilayah batasan dengan diameter 2 cm – 10 cm
 Pohon (tree) : 10 m x 10
m, diameter > 10 cm
10 m
10 m
10 m
10 m 10 m

1m 10 m
1m

Gambar 2. Desain unit contoh pengamatan vegetasi dengan metode jalur. Keterangan : (a) Petak untuk
pengamatan semai; (b) petak untuk pengamatan pancang; (c) Petak untuk pengamatan pohon.
Dilanjutkan dengan pengambilan sampel bentos di ukuran 1x1 m.

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological
Research), Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019
Diversitas Gastropoda Berdasarkan Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau 8
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

Pengambilan Data Makrozoobentos e. Frekuensi (F)


(Gastropoda)
Jumlah Plot Dimana Suatu Jenis Terdapat
F= Total Seluruh Plot Pengamatan
Pengambilan sampel bentos f. Frekuensi Relatif (FR)
dilakukan di dalam transek pengamatan Frekuensi Suatu Jenis x 100%
FR = Total Frekuensi Suatu Jenis
vegetasi mangrove 10 m x 10 m, g. Indeks Nilai Penting (INP)
kemudian di dalam setiap plot transek INP = KR + DR + FR
tersebut dibuat sub petak dengan lima h. Penutupan Mangrove (RCi)
titik. Setiap titik tersebut menggunakan RCi = Perbandingan antara luas
plot 1 x 1 m2. Metode yang digunakan area penutupan jenis I (Ci)
dan luas total area penutupan
untuk bentos yang terdapat di dalam untuk seluruh jenis (∑C) :
substrat adalah metode core sampling (KepMen/LH/No/201/2004)
yaitu dengan cara membenamkan core
sampler ke dalam substrat kurang lebih 20 RC i = (C i /∑C) x 100
cm kemudian sedimen dan moluska yang
C i = ∑BA/A
telah terperangkap di dalam core di setiap
stasiun dimasukkan ke dalam kantong Keterangan :
plastik dan diawetkan dengan formalin ∑C = luas area penutupan
10% serta diberi label kemudian seluruh jenis
diidentifikasi di laboratorium. Pemisahan Ci = luas area penutupan
sedimen dan spesimen dilakukan melalui jenis
BA = πDBH2/4 (cm2)
penyaringan dengan menggunakan π (3,1416) = suatu
saringan bertingkat dimulai dari ukuran 2 konstanta
mm, 500 μm, dan 150 μm (Setyobudiandi, DBH = diameter batang
et. al, 2009). pohon dari jenis I
A = luas total area
Analisis Data pengambilan contoh
a. Tabulasi data terdiri dari : (luas total petak
contoh/plot).
1. Komposisi jenis vegetasi
DBH = CBH/π (cm),
diperoleh dengan melakukan CBH = lingkaran pohon
identifikasi jenis dari setiap plot setinggi dada.
pengamatan.
2. Struktur vegetasi dianalisis i. Kerapatan (Rdi)
dengan menggunakan rumus Rdi = Perbandingan antara
yang dikemukakan oleh Cox jumlah tegakan jenis I
(1971) dengan mengacu pada (ni) dan jumlah total
tegakan seluruh jenis
rumus-rumus sebagai berikut :
(∑n):
a. Kerapatan (K)

K=
Jumlah Individu Suatu Jenis (KepMen/LH/No/201/2004)
Luas Area Sampel
b. Kerapatan Relatif (KR) Rdi = (ni/∑n) x 100
KR =
Kerapatan Suatu Jenis x 100%
Total Densitas Seluruh Jenis
c. Dominansi (D) Keterangan :
ni = jumlah tegakan jenis
Jumlah Basal Area Suatu Jenis
D = Luas Area Sampel ∑n = jumlah total tegakan
BA (Basal Area) = (d/2)2 x 3,14 seluruh jenis
d = Diameter batang.
d. Dominansi Relatif (DR) Keputusan Menteri Negara
Dominansi Suatu Jenis Lingkungan Hidup
DR = Total x 100%
Dominansi Seluruh Jenis
Nomor : 201 Tahun 2004
Tanggal : 13 Oktober 2004

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological
Research), Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019
Diversitas Gastropoda Berdasarkan Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau 8
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

Tabel 2. Kriteria Baku Kerusakan Kemerataan dapat dikatakan


Mangrove di Indonesia
sebagai keseimbangan, yaitu
komposisi individu tiap spesies yang
Kriteria
Penutupan Kerapatan terdapat dalam suatu komunitas.
(%) (pohon/ha)
Rumus indeks kemerataan (Krebs,
Sangat Padat > 75 > 1500 1989) dinyatakan sebagai berikut :
Baik /Sedang >50 – < 75 > 1000 – < 1500

Rusak /Jarang < 50 < 1000 𝑯′ 𝑯′


E = 𝑯′𝑴𝒂𝒙 = 𝐥𝐧 𝑺
Kepadatan dan Diversitas Keterangan :
Gastropoda
S = jumlah keseluruhan dari spesies
Kepadatan adalah jumlah H’ = indeks Shannon Wiener
individu per satuan luas (Brower & H’max = keragaman maksimum (ln S)
Zar, 1977) dengan formulasi sebagai
berikut : Nilai Indeks kemerataan
∑n berkisar antara 0-1. Jika indeks
D= A
kemerataan mendekati 0, maka
dalam ekosistem tersebut ada
Keterangan :
D : kepadatan gastropoda kecenderungan terjadi dominansi
n : jumlah individu gastropoda spesies yang disebabkan oleh
A : luas area pengambilan sampel adanya ketidakstabilan faktor-faktor
lingkungan dan populasi. Bila indeks
Keanekaragaman jenis menurut mendekati 1, maka hal ini
Shannon & Wiener : menunjukkan bahwa ekosistem
tersebut dalam kondisi relatif stabil
H’ = - ∑ pi Ln pi (Michael, 1995) yaitu jumlah individu tiap spesies
sama (Budiman, 1991).
Keterangan :
H' : indeks keanekaragaman
c. Indeks Dominansi Spesies (D)
Shannon-Wiener
Pi : proporsi spesies ke-i (ni)
Ada atau tidaknya dominansi
terhadap jumlah total individu (N) dari spesies tertentu, maka
Ln : logaritma nature digunakan Indeks Dominansi
S : jumlah total spesies di dalam Simphson (JE, Brower; JH, 1988),
komunitas sebagai berikut :

Kriteria indeks
keanekaragaman (H’) (Odum and
Barrett, 1993) adalah sebagai Keterangan :
berikut : ni = jumlah individu dari
 H’ < 1 : spesies ke-i
keanekaragaman rendah N = jumlah keseluruhan dari
 1,0 ≤ H’ ≤ 1,5 : individu
keanekaragaman sedang
 1,6 ≤ H’ ≤ 3 :
keanekaragaman tinggi Analisis Fraksi Sedimen/ Bahan
 H’ > 3 : Organik (BO)
keanekaragaman sangat tinggi
b. Indeks Kemerataan Spesies Analisis fraksi sedimen
Evenness (E) mengikuti petunjuk dan penamaan
jenis sedimen berdasarkan aturan

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological
Research), Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019
Diversitas Gastropoda Berdasarkan Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau 8
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

segitiga Miller dan untuk mengetahui mengungkapkan tujuan yang


kandungan bahan organik total diinginkan dari penelitian.
maka dilakukan perhitungan dengan
rumus sebagai berikut : HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Hutan Mangrove
Pulau Towea
BO = 𝒅−𝒂 x 10
𝒄
Keterangan :
Ekosistem mangrove
BO = bahan organik
a = berat cawan dan sampel
merupakan salah satu ekosistem
sedimen sesudah pesisir yang mempunyai banyak
pembakaran 550 peranan. Tingkatan taksonomi
d = berat cawan dan berat mangrove terdiri dari 9 ordo, 20 famili,
sampel sedimen sebelum 27 genus dan 70 spesies. Terdapat
pembakaran 550
sekitar 202 jenis mangrove di
atau sesudah pengeringan
105.
Indonesia dengan 166 jenis di Pulau
c = berat sampel (sebelum Jawa, 157 jenis di Pulau Sumatera,
pembakaran dalam furnes) 150 jenis di Pulau Kalimantan, 142
jenis di Pulau Irian Jaya, 135 jenis di
d. Analisis Kondisi Habitat Pulau Sulawesi, 133 jenis di Pulau
Maluku dan 120 jenis di Kepulauan
Pengukuran parameter fisik Sunda Kecil (Noor, et. al, 2006).
kimia perairan mengikuti metode Perubahan ekosistem sebagai
baku (APHA, 2005). Analisis akibat dari konversi hutan mangrove,
karakteristik parameter kualitas air pencemaran akibat sampah domestik,
dilakukan secara deskriptif, yaitu bencana alam, penggunaan racun
dengan membandingkan hasil maupun sebab-sebab lain,
pengukuran dengan baku mutu menyebabkan terjadinya kerusakan
kualitas air laut untuk biota laut habitat organisme di perairan yang
berdasarkan Keputusan Menteri merupakan habitat dari berbagai
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun organisme laut, termasuk Gastropoda.
2004 (Peraturan Pemerintah R.I., Kondisi seperti ini terjadi di perairan
2004). pesisir Pulau Towea dan Pesisir
Penentuan korelasi antar Lambiku, Kecamatan Napabalano,
parameter kualitas air dan indeks Kabupaten Muna (Rakhfid, 2014).
ekologi berdasarkan tingkat Kabupaten Muna merupakan
kerusakan mangrove menggunakan daerah kepulauan, yang terdiri dari 50
pendekatan analisis dengan bantuan pulau memiliki luas daratan 4.887 km2
perangkat lunak Excel Stat. dan perairan laut seluas 5.625 km2.
Berdasarkan gambaran ini Panjang garis pantai 857 km2 dan
diharapkan dapat mengungkapkan memiliki berbagai macam potensi
faktor indeks ekologi utama yang sumberdaya hayati di wilayah pesisir
mempengaruhi keberadaan seperti ekosistem mangrove misalnya,
gastropoda pada kawasan yang pengelolaanya belum sesuai
mangrove yang mengalami dangan pengelolaan wilayah pesisir
kerusakan di perairan tersebut. secara berkelanjutan (Lumbangaol,
Semua data yang telah 2002).
diperoleh akan diinterpolasikan baik Pulau Towea secara
dalam bentuk peta, gambar, grafik, administratif berada di wilayah
dan juga tabel. Kemudian dianalisis Kecamatan Towea, Kabupaten Muna
secara deskriptif sehingga dapat Provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau
Towea meliputi 8 desa, antara lain

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological
Research), Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019
Diversitas Gastropoda Berdasarkan Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau 8
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

Desa Renda, Desa Bontu-bontu, Desa Komposisi Jenis dan


Wangkolabu, Desa Lakarama, Desa Keanekaragaman Mangrove Pulau
Tanjung Harapan, Desa Bontu-bontu Towea
Barat, Desa Tangkalalo, dan Desa
Moasi. Luas Pulau Towea 29,02 km 2 Data jumlah individu, jumlah
atau seluas 2.902 ha. Secara spesies, kerapatan, dan
geografis terletak antara 04o50’ – keanekaragaman mangrove di Pulau
04o36’ Lintang Selatan dan 122o41’ – Towea, dapat dilihat dan disajikan
121o45’ Bujur Timur (BPS-Muna, pada Tabel 1.
2017).

Tabel 2. Komposisi, kerapatan, dan keanekaragaman jenis mangrove pada tingkat pohon di
Pulau Towea, Kabupaten Muna, (dbh ≥ 10 cm, mengacu pada PERKEP BIG,
(Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial, No. 03 Tahun. 2014, tentang
Pedoman Teknis Pengumpulan dan Pengolahan Data Geospasial Mangrove).

Stasiun Pengamatan
No Mangrove I II III
1 Jumlah individu 64 47 15
2 Jumlah spesies 2 2 3
4 Kerapatan (ind/ha) (RDi) 1600 1175 375
5 Keanekaragaman (H') 0,682 0,493 0,957
(Sumber : Hasil Olahan Data Primer oleh Rudia, 2017).

Jumlah individu mangrove jumlah jenisnya sebanyak 2 yaitu


mengalami perbedaan pada tiap Sonneratia alba Smith., dan Rhizophora
stasiun pengamatan. Stasiun 1, jumlah
mucronata Poir, sedangkan pada
individu pohon mangrove yang
stasiun III jumlah individu yang
dihasilkan sebanyak 64 individu dengan
dihasilkan sebanyak 15 ind/ha dengan
jumlah jenis sebanyak 2 individu yakni
jumlah jenisnya sebanyak 3 yaitu
Rhizophora mucronata Poir., dan
Rhizophora apiculata Blume.,
Bruguiera gymnorrhiza Lamk.
Rhizophora mucronata Poir., dan
Kemudian pada stasiun II jumlah
Bruguiera gymnorrhiza Lamk (Tabel 1).
individu sebanyak 47 individu dengan

STASIUN 1

1600 R. mucronata
Kerapatan Pohon/ Ha

1300 B. gymnorrhiza
∑ RDi
300

R. mucronata B. gymnorrhiza ∑ RDi

STASIUN 2
1175
R. mucronata
Kerapatan Pohon/ Ha

1050
S. alba
∑RDi
125

R. mucronata S. alba ∑RDi

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological
Research), Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019
Diversitas Gastropoda Berdasarkan Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau 8
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara
STASIUN 3
375 R. mucronata
R. apiculata

Kerapatan Pohon/ Ha
250 B. gymnorrhiza
∑ RDi
100
25

R. mucronata R. apiculata B. gymnorrhiza ∑ RDi

Gambar 3. Kerapatan/kepadatan jenis pohon mangrove (ind/ha) pada tiap stasiun pengamatan,
dengan kondisi sangat padat, sedang, dan rusak di hutan mangrove Pulau Towea
Kabupaten Muna.

Nilai kerapatan/kepadatan individu yang dihasilkan sebanyak 12


pohon mangrove tertinggi di Pulau individu.
Towea berada pada stasiun 1 dengan
nilai kerapatan (RDi) sebesar 1.600 Komposisi Spesies Gastropoda pada
ind/ha (Gambar 5.1). Hal ini Tingkat Kerusakan Mangrove Pulau
mengindikasikan bahwa stasiun 1 dapat Towea
dijadikan sebagai stasiun pengamatan
untuk kriteria mangrove kondisi padat Gastropoda yang ditemukan di
yang mengacu pada peraturan hutan mangrove Pulau Towea
KepMen. LH. No.201,Thn. 2004. sebanyak 1.956 individu dari 21 spesies
Jumlah spesies yang dihasilkan yaitu dan 11 famili. Berdasarkan tingkat
sebanyak 2 sepesies terdiri dari kerusakan mangrove, maka dihasilkan
Rhizophora mucronata Poir., dan jumlah gastropoda yang bervariasi yaitu
Bruguiera gymnorrhiza Lamk. untuk kriteria mangrove baik sebanyak
Kerapatan jenis yang diperoleh pada 1.106 individu dari 10 spesies dan 6
stasiun 1 juga menunjukkan jumlah famili. Kemudian berturut kriteria
yang padat dan didominasi oleh jenis mangrove sedang ditemukan
Rhizophora mucronata Poir., sebesar gastropoda sebanyak 366 individu dari
1.300 ind/ha dengan jumlah individunya 12 spesies dan 8 famili. Selanjutnya
sebanyak 52 individu, dibandingkan untuk kriteria mangrove rusak/jarang
jenis Bruguiera gymnorrhiza Lamk., ditemukan gastropoda sebanyak 484
hanya sebesar 300 ind/ha dan jumlah individu dari 9 spesies dan 6 famili.

A
1106
366 484
Komposisi Jumlah Individu

Gastropoda Gastropoda Gastropoda

Mangrove Baik Mangrove Sedang Mangrove Rusak

B
0,31 Kemerataan (E)
0,23 0,27 Keanekaragaman (H')
1,83
1,59 1,68
Indeks Keanekaragaman

Gastropoda
Gastropoda Gastropoda

Mangrove Baik Mangrove Sedang Mangrove Rusak

Gambar 4. [A] Jumlah Spesies Gastropoda (ind/m ) & [B] Indeks Keanekaragaman Gastropoda 2

pada Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau Towea Kabupaten Muna.

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological
Research), Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019
Diversitas Gastropoda Berdasarkan Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau 8
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

Spesies gastropoda yang paling


ditemukan pada kondisi mangrove yang
banyak ditemukan pada kondisi mangrove
sedang yaitu (H’) sebesar 1,86. Pada
baik adalah Cerithium sp., sebanyak 493
kondisi mangrove yang baik (H’) sebesar
individu. Pada kondisi mangrove sedang
1,6 dan pada kondisi mangrove yang
juga ditemukan gastropoda jenis Cerithium
rusak/jarang (H’) sebesar 1,68 (Gambar
alveolum sebanyak 167 individu. Sedangkan
pada kondisi mangrove yang rusak/jarang, 5.6). Menurut (Clark, 1984) menyatakan
gastropoda yang banyak ditemukan adalah bahwa, penurunan kelimpahan dan
Telescopium telescopium Linn. 1758, keanekaragaman dari moluska biasanya
sebanyak 156 individu. merupakan indikator adanya tekanan
Indeks keanekaragaman spesies ekologi yang terjadi pada perairan.
(H’) tertinggi untuk kelompok Gastropoda

Tabel 3. Tipe Substrat, Bahan Organik (BO), dan Parameter Kualitas Perairan Berdasarkan
Tingkat Kerusakan Mangrove di Desa Wangkolabu, Pulau Towea.
Kondisi Mangrove
No. Parameter Satuan Metode Analisis
Baik Sedang Rusak
1 Bahan Organik (BO) % 3,47 3,18 2,35 Segitiga Miller
2 Porositas % 44,15 43,99 42,16 Gravimetri
3 Teksture :
*Debu % 11,32 11,52 43,15 Volumetric
*Liat % 65,85 55,88 46,88 Volumetric
*Pasir % 22,82 32,58 9,95 Volumetric
Liat Liat
Tipe Substrat Liat
Berpasir Berpasir
4 pH Air − 7,0 7,1 7,4 pH-Meter
5 pH Tanah − 6,47 6,37 6,9 pH-Meter
6 Suhu o
C 29 31,7 32,1 Termometer Alkohol
7 Salinitas ‰ 33 31 32 Handrafractometer

(Sumber : Data Laboratorium, diolah oleh Rudia, 2017)

Berdasarkan tingkat kerusakan mangrove di Pulau Towea diperoleh nilai


mangrove di Pulau Towea, diperoleh tipe yaitu sebesar 7,0 – 7,4. Selanjutnya untuk
substrat untuk kondisi mangrove baik yaitu pH tanah/pH air tanah diperoleh kisaran nilai
liat berpasir dengan nilai persentase sebesar 6,37 - 6,9. Kisaran suhu di lokasi
sebesar 99,9% dan rata-rata nilai Bahan penelitian diperoleh nilai yang berkisar
Organik (BO) sebesar 3,47%. Kemudian antara 29oC – 32,1oC. Kemudian tingkat
berturut pada kondisi mangrove yang salinitas di lokasi penelitian diperoleh nilai
sedang juga diperoleh tipe substrat liat yang berkisar antara 31 ‰ – 33 ‰.
berpasir dengan nilai persentase sebesar Hal ini mengindikasikan bahwa,
99,8 % dan rata-rata nilai Bahan Organik kisaran toleransi organisme gastropoda
(BO) sebesar 3,18 %. Selanjutnya, pada terhadap parameter kualitas perairan di
kondisi mangrove rusak diperoleh tipe kawasan mangrove Pulau Towea masih
substrat Liat dengan nilai persentase berada pada kondisi yang layak. Sesuai
sebesar 99,8 % dan rata-rata nilai Bahan dengan pernyataan Odum (1993) bahwa,
Organik (BO) sebesar 2,35 %. Data organisme moluska termasuk gastropoda
parameter kualitas perairan di Pulau Towea dan bivalvia membutuhkan pH air antara
berdasarkan tingkat kerusakan mangrove 6,5–8,5 dan pH tanah sebesar 6,0 – 8,5
meliputi pH air & pH tanah, salinitas, serta untuk kelangsungan hidup dan reproduksi.
suhu yang dapat dilihat dan telah disajikan Selain itu, kisaran suhu untuk gastropoda
pada Tabel 3. Kisaran pH air untuk dan bivalvia pada umumnya berkisar antara
kehidupan organisme moluska (gastropoda 25 oC – 32 oC. Selanjutnya parameter
dan bivalvia) berdasarkan tingkat kerusakan salinitas menurut (Odum, 1993), yang layak

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological
Research), Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019
Diversitas Gastropoda Berdasarkan Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau 8
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

untuk pertumbuhan dan reproduksi moluska 1. Mangrove yang terdapat pada lokasi
adalah 28 ‰ – 34 ‰. Selain itu pula, data
penelitian di Desa Wangkolabu,
nilai kualitas perairan di Pulau Towea
seperti suhu, salinitas, dan pH masih berada Kecamatan Towea terdiri dari 4 jenis
di bawah baku mutu lingkungan perairan yaitu Rhizophora apiculata, R.
untuk biota laut (KepMen LH, No. 51 Tahun mucronata, Sonneratia alba, dan
2004). Hal ini mengindikasikan bahwa, Bruguier gymnorrhiza. Beberapa lokasi
kondisi lingkungan perairan di wilayah mengalami kerusakan akibat adanya
tersebut masih dapat ditolerir bagi aktivitas penebangan oleh penduduk
kehidupan organisme Moluska (Bivalvia dan
Gastropoda). sekitar, baik itu untuk pembukaan lahan
Keterkaitan gastropoda dominan tambak, maupun dimanfaatkan kayunya
terhadap tingkat kerusakan mangrove yaitu untuk dijadikan kayu bakar dan pagar
jenis Cerithium spp., lebih menyukai hutan rumah.
mangrove yang memiliki kerapatan tinggi 2. Keanekaragaman gastropoda yang tinggi
(RDi ≥ 1.600 ind/ha). Hal ini didukung ditemukan pada lokasi mangrove yang
dengan tipe substrat berupa lempung kondisinya relatif masih baik. Cerithium
berpasir yang menyediakan sumber bahan spp., sebanyak 493 (ind/m2) merupakan
organik (BO = 3,47 %). Selain itu pula, spesies dari kelas Gastropoda.
diperoleh beberapa jenis gastropoda seperti Kemudian pada mangrove kondisi rusak
Cerithium spp., Nerita costata, Terebralia banyak ditemukan spesies Telescopium
sulcata, dan Clypeomorus sp., mampu telescopium sebanyak 156 (ind/m2).
beradaptasi pada hutan mangrove yang 3. Keterkaitan antara diversitas gastropoda
memiliki kerapatan sedang (RDi = 1.000 - dengan kondisi kerusakan mangrove di
1.500 ind/ha), dengan tipe substrat Pulau Towea dapat dilihat dari
mangrove berupa lempung berpasir yang keberadaan Gastropoda jenis Cerithium
memiliki kandungan organik tanah (BO = spp. yang lebih menyukai hutan
3,18 %). Sedangkan gastropoda dominan mangrove yang memiliki kerapatan tinggi
jenis Telescopium telescopium lebih (RDi ≥ 1.600 ind/ha). Hal ini didukung
menyukai hutan mangrove yang memiliki dengan tipe substrat berupa lempung
kerapatan rendah (RDi < 1.000 ind/ha) berpasir yang menyediakan sumber
dengan tipe substrat berupa lempung yang bahan organik (BO = 3,47 %). Selain itu
mengandung bahan organik (BO = 2,35 %). pula, gastropoda jenis Cerithium spp.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut mampu beradaptasi pada hutan
diharapkan perlunya pengelolaan hutan mangrove yang memiliki kerapatan
mangrove di wilayah studi untuk sedang (RDi = 1.000 - 1.500 ind/ha),
keberlanjutan biota perairan khususnya dengan tipe substrat mangrove berupa
gastropoda yang dapat dikembangkan lempung berpasir yang memiliki
sebagai daerah konservasi dengan melihat kandungan organik tanah (BO = 3,18 %).
tingkat kerusakan mangrove melalui Sedangkan gastropoda jenis
kegiatan budidaya perikanan non-ikan Telescopium telescopium lebih menyukai
(kerang-kerangan) yang dapat hutan mangrove yang memiliki kerapatan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat rendah (RDi < 1.000 ind/ha) dengan tipe
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di substrat berupa lempung yang
Sulawesi Tenggara. mengandung bahan organik (BO = 2,35
%).
PENUTUP
Kesimpulan Saran
Beberapa saran sesuai hasil
Berdasarkan hasil penelitian ini,
penelitian ini untuk pengelolaan ekosistem
maka dapat diambil beberapa kesimpulan
mangrove bagi keberlanjutan organisme
sebagai berikut :
gastropoda di Pulau Towea, yaitu :

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological
Research), Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019
Diversitas Gastropoda Berdasarkan Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau 8
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

1. Perlu dilakukan penelitian dan Lumbangaol, R. (2002). Kajian Pengelolaan


pengembangan teknologi terapan terkait Pesisir dan Pulau Kecil (Studi Kasus
model pengelolaan hutan mangrove Kepulauan Tobea Kabupaten Muna
untuk kegiatan konservasi dan budidaya Propinsi Sulawesi Tenggara) (hal. 1–
ditinjau dari tingkat kerusakan 109). hal. 1–109. Diambil dari
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstre
mangrovenya serta berdasarkan pola am/123456789/7722/7/cover_
musim yang berbeda, sehingga dapat 2002rlu.pdf
dilihat struktur dan dinamika komunitas Michael, P. (1995). Metode Ekologi untuk
gastropoda pada kawasan mangrove Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium = Ecological methods for
tersebut.
field and laboratory investigations (Y.
2. Perlu dilakukan penguatan lembaga baik R. Koestoer, Ed.). Diambil dari
dari pemerintah, masyarakat, serta http://lib.ui.ac.id/detail?id=10152&loka
seluruh stakeholder terkait pemanfaatan si=lokal#parentHorizontalTab1
hutan mangrove secara lestari dan Muhsin, Jamili, H. (2016). Distribusi Vertikal
Gastropoda Pada Mangrove
berkelanjutan. Rhizophora apiculata. BioWallacea :
Jurnal Penelitian Biologi (Journal of
Biological Research), 3(1), 349–361.
DAFTAR PUSTAKA Muna, B. K. (2017). Kecamatan Towea dalam
Angka 2017 (2017 ed.; B. Tim, Ed.).
APHA. (2005). Standard Methods for the Raha-Muna: BPS Kabupaten Muna.
Examination of Water and Noor, Yus Rusila; Khazali, M.; Suryadiputra, I.
Wastewater, 21st ed.; N. N. (2006). Panduan Pengenalan
APHA:Washington, DC, USA, 2005. Mangrove di Indonesia (Indonesia).
American Water Works Bogor: Wetlands International
Association/American Public Works Indonesian Programe.
Association/Water Environment Odum, E. P., & Ph, D; Barrett, Garry W, P. .
Federation, 552. (1993). Fundamental of Ecology (Fifth
https://doi.org/10.2105/AJPH.51.6.940 Edit, hal. 1–534). Fifth Edit, hal. 1–
-a 534. Diambil dari
Budiman, A. (1991). Penelaahan beberapa https://www.academia.edu/2545805/B
gatra ekologi maluska bakau ook_Review_Fundamentals_of_Ecolo
gy._Eugene_P._Odum?auto=downloa
Indonesia. Diambil dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak- d
74591.pdf Peraturan Pemerintah R.I., M. N. L. H. (2004).
Clark, R. B. (1984). Impact of oil pollution on Baku Mutu Kerusakan Mangrove di
seabirds. Environmental Pollution. Indonesia. Jakarta.
Series A, Ecological and Biological, Rakhfid, A. R. (2014). ANALISIS NILAI
33(1), 1–22. EKONOMI HUTAN MANGROVE DI
https://doi.org/10.1016/0143- KABUPATEN MUNA (Studi Kasus di
1471(84)90159-4 Desa Labone Kecamatan Lasalepa
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M. J., S. dan Desa Wabintingi Kecamatan
(2008). Pengelolaan Sumberdaya Lohia). Jurnal Ilmiah Agribisnis dan
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Perikanan (AGRIKAN-UMMU
Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita. Ternate), 6(khusus), 1–24.
Setyobudiandi I, Sulistiono, Yulianda F,
JE, Brower; JH, Z. C. V. E. (1988). Field and
Kusmana C, Hariyadi S, Damar A,
Laboratory Methods for General
Sembiring A, B. (2009). Sampling dan
Ecology (hal. 1–28). hal. 1–28. Diambil
Analisis Data Perikanan dan Kelautan;
dari
Terapan Metode Pengambilan Contoh
http://www.sisal.unam.mx/labeco/LAB
di Wilayah Pesisir dan Laut.
_ECOLOGIA/Ecologia_de_Poblacione
MAKAIRA-Fakultas Perikanan dan
s_y_Comunidades_files/GeneralEcolo
Ilmu Kelautan IPB., 410.
gy.pdf
Sinapoy, J. (2011). Distribusi Vertikal
Listyaningsih, D. D. (2013). Kajian Degradasi
Gastropoda pada Mangrove Tingkat
Ekosistem Mangrove Terhadap
Sapihan di Pulau Kaledupa dan
Populasi Polymesoda erosa di Segara
Derawah Kabupaten Wakatobi.
Anakan , Cilacap. IPB-Bogor.
Wakatobi.

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological
Research), Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019
Diversitas Gastropoda Berdasarkan Tingkat Kerusakan Mangrove di Pulau 8
Towea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

Wahidin, L. O., Ola, O. La, & Yusuf, S. (2013). Kendari, Kota Kendari, Provinsi
Valuasi ekonomi tegakan pohon Sulawesi Tenggara. Jurnal Mina Laut
mangrove (Soneratia alba) di Teluk
Indonesia, 02(06), 120–127.

Rudia, L.O.A.P., et. al., BioWallacea: Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological
Research), Vol. 6 (1) : Hal : 881-894, Mei, 2019

Anda mungkin juga menyukai