Abstrak
Bulu babi, bintang laut biru, teripang, kima, lola, siput drupella, lobster, dan bintang laut berduri merupakan organisme
megabentos yang berasosiasi dengan terumbu karang. Terumbu karang adalah habitat bagi ribuan biota, baik yang hidup
sementara maupun menetap selamanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dan keanekaragaman
megabentos serta untuk mengetahui hubungan persentase tutupan karang dengan kepadatan dan keanekaragaman jenis
megabentos di Perairan Desa Buton, Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2019, yang
meliputi pengambilan data dan pengolahan data. Pengambilan data megabentos dilakukan dengan menggunakan metode
Belt Transect yang ditarik sejajar garis pantai dengan luasan 150 m2. Untuk pengambilan data persentase tutupan karang
menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT) dengan menarik transek sejajar garis pantai sepanjang 60 m2. Nilai
kepadatan megabentos yang tertinggi dengan nilai 2,37 ind/m2 berada pada kondisi karang yang baik dengan nilai tutupan
persentase 73,03% dan yang terendah dengan nilai 2,13 ind/m2 berada pada kondisi karang yang sedang dengan nilai
tutupan persentase 48,32%. Hasil indeks keanekaragaman jenis megabentos pada kondisi karang yang baik diperoleh 1,73,
untuk kategori kondisi karang yang sedang diperoleh nilai 1,59, danuntuk kategori karang yang buruk diperoleh nilai 1,32.
Hasil perhitungan korelasi kepadatan megabentos dengan persentase tutupan karang diperoleh nilai r = 0,57 dengan
kategori hubungan sedang, sedangkan untuk hubungan keanekaragaman jenis dengan persentase tutupan karang sangat
kuat diperoleh nilai r = 0,99.
Abstract
Sea urchin, blue sea star, sea cucumber, clam, lola, drupella snail, lobster, and spiny sea star are megabenthos associated
with coral reefs. Coral reef is a habitat for thousands of biota, both those who live temporarily and permanently. This study
aims to determine the density and diversity of megabenthos and to determine the relationship between the percentage of
coral cover and the density and diversity of megabenthos species in the Buton Village Waters, Central Sulawesi. This
research was conducted in January-April 2019, which included data retrieval and data processing. Megabenthos data
retrieval was done using belt transect method which was drawn parallel to the coastline with an area of 150 m2. Collecting
coral cover percentage data used Line Intercept Transect (LIT) method by drawing a transect along the coastline along 60
m2. The highest megabenthos density with good coral conditionwas 2,37 ind./m2 and percentage cover was 73,03% and the
lowest with moderate coral condition was 2,13 ind./m2and percentage cover was 48, 32%. The results of the diversity index
of megabenthos on good coral category was obtained 1,73, for the moderate category was obtained 1,59, and for the bad
category was obtained 1,32. The results of the calculation of the megabenthos density correlation with the percentage of
coral cover was obtained r = 0.57 with a medium relationship category, while for the relationship of species diversity with
a very strong percentage of coral cover was obtained r = 0.99.
Pendahuluan
Keanekaragaman hayati yang paling ribuan biota, baik sementara maupun menetap
produktif dan paling kaya yaitu terumbu sepanjang hidupnya. Terumbu karang
karang sebagai ekosistem yang memiliki memiliki struktur fisik yang rumit, bercabang-
peran sangat penting bagi kelangsungan hidup cabang dan bergua-gua membuat ekosistem
biota laut (Oktarina et al., 2014). Ekosistem ini menarik bagi banyak jenis biota laut baik
terumbu karang merupakan habitat bagi flora dan fauna. Salah satu biota yang hidup
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jsl
Sapa Laut Mei 2019. Vol.4(2): 89-97
pada ekosistem terumbu karang yaitu dijadikan sebagai sumber mata pencaharian
megabentos (Tuhumena et al., 2013). bagi sebagian besar masyarakat yang
Megabentos merupakan organisme umumnya bekerja sebagai nelayan dengan
yang berukuran lebih dari 1 cm yang hidup di cara menjaring, memancing, dan melakukan
atas atau di dalam dasar laut, meliputi biota penangkapan yang tidak ramah lingkungan
menempel, merayap dan meliang serta yakni aktivitas pengeboman ikan. Adanya
memiliki peran sebagai sumber bahan kegiatan tersebut dapat menimbulkan dampak
makanan bagi organisme yang lain. bagi biota-biota yang berasosiasi dan dampak
Megabentos terdiri dari beberapa organisme terhadap kondisi ekosistem terumbu karang
seperti teripang, kima, lobster, lola, bintang yang ada di Perairan Desa Buton.
laut berduri, siput drupella, bulu babi, dan Berdasarkan latar belakang tersebut,
bintang laut biru (COREMAP LIPI, 2014). maka perlunya dilakukan penelitan mengenai
Megabentos dijadikan sebagai indikator kepadatan dan keanekaragaman megabentos
pemantauan kondisi kesehatan karang pada ekosistem terumbu karang dan hubungan
sehingga dibagi menjadi tiga kelompok besar persentase tutupan karang dengan kepadatan
berdasarkan manfaatnya bagi manusia dan dan keanekaragaman megabentos yang
ekosistem terumbu karang yaitu terdapat di Perairan Desa Buton, Kecamatan
echinodermata, moluska dan krustasea. Bungku Selatan, Kabupaten Morowali.
Kelompok pertama, megabentos yang Penelitian ini bertujuan memberikan
dimanfaatkan oleh manusia yaitu teripang, informasi bagi masyarakat mengenai dampak
kima, lobster dan lola. Kelompok kedua yaitu yang ditimbulkan oleh kegiatan penangkapan
fauna megabentos yang bersifat merugikan yang tidak ramah lingkungan yakni aktivitas
terhadap terumbu karang yaitu bintang laut pengeboman ikan terhadap biota-biota yang
berduri dan siput drupella. Kedua jenis ini berasosiasi dan terhadap ekosistem terumbu
memakan polip karang dan koloni karang karang, serta menjadi bahan acuan bagi
sehingga populasi hewan ini dapat peneliti selanjutnya.
menyebabkan kerusakan karang yang cukup
ekstensif. Sedangkan kelompok ketiga yaitu Bahan dan Metode
bulu babi dan bintang laut biru dapat hidup Penelitian ini telah dilaksanakan pada
berdampingan dengan terumbu karang tanpa bulan Januari – April 2019. Pengambilan data
menimbulkan kerugian, tetapi dengan dan sampel, bertempat di Perairan Desa Buton
meningkatnya populasi bulu babi akan Kecamatan Bungku Selatan, Kabupaten
mempengaruhi terumbu karang yang dapat Morowali, Sulawesi Tengah (Gambar 9).
mengakibatkan kematian karang muda Analisa sampel bahan organik tanah (BO),
(COREMAP LIPI, 2014). dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan
Perairan Desa Buton merupakan salah Lingkungan Perairan, Fakultas Perikanan dan
satu perairan yang terdapat di Kecamatan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo. Analisa
Bungku Selatan Kabupaten Morowali, sampel substrat dilakukan di Laboratorium
Sulawesi Tengah. Desa ini memiliki Mekanika Tanah, Fakultas Teknik,
keanekaragaman hayati laut sehingga Universitas Halu Oleo.
Tabel 3. Kategori Persentase Tutupan Karang koefisien korelasi menurut Sugiyono (2007)
mengikuti Gomes dan Yap (1984) disajikan pada Tabel 5.
Persentase Kondisi terumbu
Tutupan Tabel 5. Kriteria Koefisien Korelasi
Karang
Karang (%) Interval Tingkat
Koefisen Hubungan
0 – 24,9 Buruk 0,00 – 0,199 Sangat rendah
25 – 49,9 Sedang 0,20 – 0,399 Rendah
50 – 74,9 Baik 0,40 – 0, 599 Sedang
75 – 100 Baik Sekali 0,60 – 0,799 Kuat
0.80 – 1,00 Sangat Kuat
Analisis ukuran butir substrat dilakukan
dengan metode saringan bertingkat Hasil dan Pembahasan
menggunakan skala Wenworth (Hutabarat dan Kepadatan megabentos sangat
Evans, 2000). dipengaruhi oleh keadaan dan kondisi
lingkungan karena jika kepadatan megabentos
Tabel 4. Skala Wenworth untuk meng- tinggi maka lingkungan tempat hidupnya itu
klasifikasikan partikel-partikel Sedimen sesuai, tetapi jika sebaliknya kepadatan
(Hutabarat dan Evans, 2000) megabentos rendah maka kondisi lingkungan
Ukuran (mm) Keterangan tersebut tidak sesuai dengan kelangsungan
>256 Kerakal hidup megabentos.
2-256 Kerikil
Tabel 6. Kepadatan Jenis Megabentos pada
1-2 Pasir Sangat Kasar
Lokasi Penelitian
0,5-1 Pasir Kasar Kepadatan Jenis
0,25-1 Pasir Agak Kasar Stasiun
Megabentos (ind/m2)
0,125-0,25 Pasir Halus I 2,37
0,0625-0,125 Pasir Sangat Halus II 2,13
0,0039-0,00625 Lanau III 2,22
<0,0039 Lempung
Tingginya kepadatan megabentos yang
Pengolahan analisis hubungan terdapat di stasiun I dipengaruhi oleh kondisi
persentase tututpan karang dengan kepadatan terumbu karang yang baik dengan persentase
dan keanekargaman megabentos tutupan karang yang termasuk dalam kategori
menggunakan rumus Sugiyono (2007) sebagai tinggi/baik sehingga stasiun I merupakan
berikut: habitat yang sesuai dengan keberlangsungan
NƩXY−(ƩX)(ƩY) hidup dari megabentos yang berasosiasi di
𝑟=
√NƩX2 − (∑ ƩX)² (NƩY2 − (ƩY²)) dalamnya. Hal ini sesuai dengan penelitian
Keterangan : Dahlan (2014) yang menyatakan kehadiran
r = koefisien korelasi megabentos dalam keanekaraga-man jenis
X = Variabel yang diukur yang tinggi dapat dipengaruhi oleh kondisi
N = Jumlah total sampel atau kualitas ekosistem terumbu karang yang
Y = Variabel yang diukur artinya bahwa semakin baik kondisi terumbu
Hasil yang diperoleh disesuaikan karang maka semakin besar peluang tingginya
dengan pedoman interpretasi terhadap keanekaragaman megabentos, begitu juga
sebaliknya.
COREMAP LIPI, (2014) yang menyatakan yang baik dengan nilai 2,37 ind/m2 dan
jenis-jenis megabentos yang secara umum yang paling rendah berada pada persentase
dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu teripang, tutupan karang dengan kategori sedang.
kima, lobster dan lola. Selain daripada itu, di 2. Hubungan persentase tutupan karang
lokasi penelitian juga ditemukan A. planci dengan kepadatan dan keanekaragaman
dimana jenis megabentos ini memiliki jenis megabentos yaitu semakin tinggi
hubungan yang tidak baik dengan terumbu tutupan karang maka semakin tinggi juga
karang karena jenis megabetos ini menjadi kepadatan dan keanekaragaman jenis
predator polip karang dengan memakan megabentos.
jaringan hidup dari karang keras sehingga
menyebabkan kematian bagi koloni karang. Daftar Pustaka
Hal ini sesuai dengan pernyataan Mauliza et Alustco S. 2009. Kajian Kualitas Tutupan
al., (2016) yang menyatakan bahwa kepadatan Karang Hidup dan kaitannya dengan
populasi A. planci di daerah terumbu karang Achancaster Planci di Kabupaten
akan memberikan dampak negatif bagi Bintan.
kehidupan karang. Aziz, A. 1996. Makanan dan Cara Makan
Jenis megabentos yang mendominasi Berbagai Jenis Bulu Babi Jilid - 2.
dari ketiga stasiun pada lokasi penelitian yaitu Osena 12(4): 91 – 100.
L. laevigata dan D. sitosum sebagai salah satu COREMAP II LIPI. 2014. Panduan
kelompok dari echinodermata yang dipilih Monitoring KesehatanTerumbuKarang
sebagai indikator karena kehadirannya hampir .
disetiap terumbu karang. Menurut Giyanto et Dahlan. 2014. Penilaian Ekosistem Terumbu
al., (2014) yang menyatakan bahwa kehadiran Karang Di Kepulauan Aruri Kabupaten
organisme ini sebagai objek yang tidak di Supiori. The Journal of Fisheries
manfaatkan oleh masyarakat dan tidak pula Development. Vol. 1(1) : 61-82.
merugikan terumbu karang, menjadikannya English, S., C. Wilkinson and V. Baker. 1994.
biota yang diharapkan dapat memberi Survey manual for tropical marine
informasi mengenai kondisi terumbu karang. resources. – Australia Institute of
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Marine Science. Townsville, 368 pp.
terjadinya ledakan populasi D. sitosum dalam Giyanto, A. E.W., Manuputty, M., Abrar, R.
satu kawasan dapat dikaitkan sebagai deteksi M., Siringoringo, S. R., Suharti K. W.,
adanya zat pencemar dalam kawasan tersebut. Nagib, I. E., Ucu, Y., Arbi, H. A. W.,
Fungsi lain dari D. sitosum pada ekosistem Cappenberg, H.F., Sihaloho, Y., Tuti
terumbu karang yaitu untuk membersihkan dan Anita, D. Z. 2014. Panduan
algae yang tumbuh pada karang mati yang Monitoring Kesehatan Karang.
telah ditumbuhi algae, sesuai dengan sifatnya COREMAP-CTI LIPI. Hal. 33-36.
dalam mencari makan sebagai algae feeder. Gomez, E. D. and H. Yap. 1984. Monitoring
Kehadiran D. sitosum ini memiliki peran yang Reef Condition. Dalam Kenchington,
menguntungkan bagi ekosistem terumbu R.A. and B. Hudson E.T. (ed). Coral
karang karena turut membersihkan algae, Reef Management Hand Book. Unesco
sehingga memungkinkan karang untuk Regional Office for Science and
tumbuh dengan baik setelah substrat Technology for South East Asia.
dibersihkan oleh bulu babi dari keberadaan Jakarta, 187-195 pp.
algae. Hal ini didukung oleh pernyataan Azis Hernandez J.C., Brito A. N., Garcia M. C.,
(1996) menyatakan bahwa bulu babi dapat Gil-Rodriguez G., Herrera A. C. Reyes
hidup pada substrat yang keras yaitu pada J.M., Falcon. 2006. Spatial and
karang hidup, karang mati ataupun pecahan seasonal variation of the gonad index of
karang. Diademaantillarum
(Echinodermata:Echinoidea) in the
Simpulan Canary Islands. Scientia Marina. Vol.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah 70(4).
dilakukan maka dapat ditarik kesimpalan Hutabarat dan Evans. 2000. Pengantar
bahwa: Oseanografi. Universitas Indonesia
1. Kepadatan megabentos yang tertinggi Press Jakarta.
berada pada persentase tutupan karang
Jaluddin dan Ardeslan. 2017. Identifikasi dan Simanjuntak M. Dan Kamlasi Y. 2012.
Klasifikasi Phylum Echinodermata Di Sebaran Horizontal Zat Hara di
Perairan Laut Desa Sembilan Perairan Lamalera, Nusa Tenggara
Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Timur. Ilmu Kelautan.Vol. 17 (2) 99-
Simeulue. Jurnal Biology Education. 108.
Vol. 6(1). Souhoka, J., Patty S. 2013. Pemantauan
Matsuura, K., Sumadhiharga, O. K., Kondisi Hidrologi Dalam Kaitannya
Tsukamoto, K. 2000. Field Guide to Dengan Kondisi Terumbu Karang Di
Lombok Island. Identification Guide to Perairan Pulau Talise, Sulawesi Utara.
Marine Organisms in Seagrass Beds of Jurnal Ilmiah. Vol. 1:(3).
Lombok Island, Indonesia. University Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
of Tokyo, Tokyo. Administasi. Bandung : Alfabeta.
Mauliza R., Prihadi D. J., dan Syamsuddin M Tarzan. 2016. Laju Predasi Drupella Cornus
. L. 2016. Keterkaitan Kepadatan (Roding,1798) Pada Beberapa Jenis
Predator Karang Bintang Laut Berduri Karang Acropora Di Hatchery Pulau
(Acanthaster Planci) Terhadap Kondisi Barranglompo.
Terumbu Karang Di Perairan Pulau Tuhumena J. R., Kusen J. D., Paruntu C. P.
Batu Malang Penyu, Kepulauan 2013. Struktur Komunitas Karang dan
Belitung. Jurnal Perikanan Kelautan Biota Asosiasi Pada Kawasan Terumbu
Vol. 7(2) : 58-64. Karang di Perairan Desa Minanga
Munro, C. (2013) Diving. Methods for the Kecamatan Malayang II dan Desa
Study of Marine Benthos (ed. by A. Mokupa Kecamatan Tombariri. Jurnal
Eleftheriou), pp.125-173. John Wiley & Pesisir dan Laut Tropis. Vol. 3(1).
Sons, Ltd. Wulandewi, N. L. E., Subagio, J. N., &
Nuriya H., Hidayah Z., Syah A. F. 2010. Wiryatno, J. 2015. Jenis dan Densitas
Analisis Parameter Fisika Kimia di Bulu Babi (Echinoidea) Di Kawasan
Perairan Sumenep Bagian Timur Pantai Sanur dan Serangan Denpasar -
dengan Menggunakan Citra Landsat Bali.SIMBIOSIS Journal of Biological
TM 5. Jurnal Kelautan. Vol. 3(2). Sciences, 3(1), 269- 280.
Odum E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi.
Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi
Ketiga Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Oktarina A., Kamal E., Suparno. 2014. Kajian
KondisiTerumbu Karang dan Straegi
Pengelolaannya di Pulau Panjang, Air
Bangis, Kabupaten Pasaman Barat.
Jurnal Natur Indonesia. Vol. 16(1) : 23-
31.
Riza S. 2016. Tingkat Tutupan Ekosistem
Terumbu Karang Di Perairan Pulau
Terkulai.
Saleh. 2009. Teknik Pengukuran dan Analisis
Kondisi Ekosistem Terumbu
Karang.www.coremap.or.id. Diakses
pada [16/06/2016].
Saputra A. 2016. Pola Sebaran Kima Di
Perairan Laut Pulau Berhala
Kecamatan Jemaja Kabupaten
Kepulauan Anambas Provinsi
Kepulauan Riau.
Saputra, W. S. 2009. Status Pemanfaatan
Lobster (Panulirus sp) di Perairan
Kebumen. Jurnal Saintek
Perikanan Vol. 4, No. 2: 10 – 15.