Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk : (a). mengevaluasi tingkat kerusakan ekosistem
terumbu karang (kualitas terumbu karang), (b). mengkaji faktor-faktor sosial ekonomi
yang mempengaruhi sikap dan persepsi (perilaku) masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang , dan (c). mengkaji pengaruh kerusakan ekosistem terumbu karang terhadap hasil tangkapan ikan oleh nelayan secara tradisional di Pulau Siompu Kabupaten
Buton Propinsi Sulawesi Tenggara. Data yang diteliti meliputi sifat isik-kimia air laut,
persentase tutupan karang, kemelimpahan ikan karang, indeks keanekaragaman dan variabel sosial ekonomi masyarakat yang dapat mempengaruhi kerusakan terhadap ekosistem
terumbu karang. Metode yang digunakan dalam pengamatan terumbu karang adalah dengan menggunakan metode garis transek dan pengamatan ikan karang dengan melakukan
sensus visual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di perairan desa
Tongali sebagai lokasi penelitian termasuk dalam kategori rusak jelek hingga rusak sedang dengan persentase tutupan karang hidup /karang keras (hard coral) sebesar 11,63 %
sampai 30,25 %. Lokasi pembanding desa Biwinapada dapat dikategorikan rusak sedang
hingga baik dengan persentase tutupan karang hidup/karang keras (hard coral) sebesar
31,45 % hingga 50,81 %. Kerusakan ekosistem terumbu karang pada lokasi penelitian
desa Tongali disebabkan oleh aktivitas manusia terutama penangkapan ikan dengan
menggunakan bahan peledak (bom). Kegiatan lain yang dapat merusak ekosistem terumbu karang dengan menggunakan jala troll, penambang karang, serta jangkar perahu
tidak terlalu dominan pada lokasi penelitian. 2. Faktor sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kesempatan kerja lain berkorelasi positif terhadap sikap
dan persepsi (perilaku) masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang. Tingkat pendidikan yang rendah (53-68 %) dari jumlah responden mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap ekosistem terumbu karang ,bahwa ekosistem terumbu karang tidak mempunyai
manfaat, serta tidak ada hubungannya dengan biota-biota laut lainnya. 3. Kerusakan ekosistem terumbu karang sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan oleh nelayan
secara tradisional yaitu adanya kecenderungan penurunan hasil tangkapan pada lima tahun terakhir yakni 4,30 ton (25,95 %) pada pada tahun 2006 menjadi 2,47 ton (14,91 %)
pada tahun 2010. Hal ini didukung oleh hasil kuesioner, bahwa 100 responden menyatakan hasil tangkapan ikan menurun baik pada musim ikan maupun pada musim paceklik.
Kata Kunci : Terumbu Karang, Penangkapan Ikan, Nelayan Tradisional.
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011
29
A. LATAR BELAKANG
Wilayah pesisir dan lautan merupakan kawasan yang menyimpan kekayaan
sumberdaya alam yang sangat berguna
bagi kepentingan manusia. Secara mikro
sumberdaya kawasan ini dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup esensial penduduk sekitarnya sedangkan secara
makro, merupakan potensi yang sangat
diperlukan dalam rangka menunjang kegiatan pembangunan nasional disegala bidang
(Hutomo,1987). Untuk itu keberadaan
potensi sumberdaya alam hayati dan non
hayati di wilayah ini, perlu dikelola dan
dimanfaatkan secara bijaksana sehingga
dapat lestari dan berkesinambungan. Ekosistem terumbu karang merupakan bagian
dari ekosistem laut yang menjadi tempat kehidupan bagi beraneka ragam biota
laut. Di dalam ekosistem terumbu karang
dapat hidup lebih dari 300 jenis karang,
2000 jenis ikan dan berpuluh puluh jenis
molluska,crustacea, sponge, algae, lamun
dan biota lainnya (Dahuri, 2003).
Menurut Ministery of State for Environment (1986) dalam Supriharyono
(2002), luas terumbu karang di Indonesia
5000 km diperkirakan hanya 7 % terumbu
karang yang kondisinya sangat baik, 33 %
baik, 46 % rusak, dan 15 % dalam kondisi
sangat kritis, sedangkan menurut Moosa
dan Suharsono (1995), secara umum kondisi terumbu karang di kawasan Indonesia
bagian timur dari 31 lokasi hanya 9,80 %
dalam kondisi sangat baik, 29,55 % dalam
kondisi baik, 29,55 % kondisi sedang dan
sisanya 32,74 % dalam kondisi sangat buruk.
Kabupaten Buton merupakan salah
satu kabupaten di Sulawesi Tenggara yang
terdiri dari 6 pulau yang di huni dan 4 pulau
kecil yang tidak di huni, dengan kekayaan
alam lora dan fauna antara lain taman laut
yang menyebar di sekeliling yang di dalamnya hidup berbagai jenis ikan dan tumbuhan laut yang sangat indah, juga jenis
terumbu karang pesisir (fringing reef).
30
31
2005).
niat untuk melakukan kegiatan dalam bentuk nyata, dan merupakan cerminan dari
sikap seseorang. Grenn,(1980) dalam Su
Ritoharyono (2003), mengatakan bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dibedakan menjadi : (1).
Faktor dasar, yang meliputi pandanganhidup, adat istiadat, kepercayaan dan kebiasaan masyarakat; (2). Faktor pendukung,
meliputi, pendidikan, pekerjaan, budaya,
strata sosial; (3). Faktor pendorong, yaitu
informasi yang merupakan faktor yang datang dari luar diri manusia, sejauh mana
penyerapan informasi tersebut oleh seseorang sangat tergantung pada dimensi
kejiwaan dan presepsi seseorang terhadap
lingkungan, untuk selanjutnya direleksikan dalam tatanan perilaku. Disamping
itu perilaku manusia terhadap lingkungan
sangat dipengaruhi oleh persepsi, sikap
dan niat. Secara identik dapat dikemukakan bahwa, perilaku atau kegiatan manusia
terhadap lingkungannya bergantung pada
persepsi mereka terhadap lingkungan,
sikap seseorang terhadap lingkungan, serta
bagaimana dan berapa besar niat seseorang
untuk melakukan kegiatan terhadap lingkungannya.
Sikap mengandung tiga aspek
pokok, yaitu aspek perasaan (efektif), aspek ikiran (kognitif), dan kecenderungan bertindak (konatif). Bila sikap tidak
dinyatakan dalam perilaku, maka sikap
akan menjadi kehilangan makna. Jadi dapat ditemukan bahwa bagaimana perilaku
masyarakat di dalam atau terhadap lingkungannya, bergantung pada seberapa besar pangetahuan mereka terhadap lingkungan itu sendiri (Azwar,1997).
Secara garis besar persepsi mengandung 2 (dua) pengertian yaitu : (1).
Persepsi merupakan suatu proses aktivitas
seseorang dalam memberi kesan, penilaian, pendapat, merasakan, memahami,
menghayati dan mengieterpretasi serta
mengevaluasi terhadap sesuatu hal berdasar informasi yang ditampilkan, (2).
33
2. Hipotesis
Berdasarkan uraian kajian teori dan
kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Tingkat kerusakan ekosistem terumbu karang yang tinggi disebabkan oleh
kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak (bom) di Pulau
Siompu Kabupaten Buton
2. Tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan dan kesempatan kerja lain merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap dan persepsi (perilaku) masyarakat
terhadap kerusakan ekosistem terumbu
karang di pulau Siompu Kabupaten Buton
3. Kerusakan ekosistem terumbu
karang sangat mempengaruhi hasil tangkapan ikan oleh nelayan tradisional di Pulau
Siompu Kabupaten Buton.
METODE PENELITIAN
1. Metode Pengumpulan Data
Data terumbu karang dilakukan
dengan menggunakan transek garis hasil
modiikasi dari Loya (1972) dengan cara
: pemasangan plot transek pada kedalaman masing-masing lokasi pengamatan 3
meter dan 10 meter, sepanjang tali transek
30 meter, penyelam melakukan pencatatan
Keterangan : Secara teoritis kerusakan ekosistem terumbu karang berdampak pada hasil
tangkapan
Gambar. 1. Diagram Kerangka Teoritis Penelitian
34
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011
Parameter
Kriteria Baku Kerusakan terumbu Karang (dalam %)
Prosentase Luas
Buruk
0 24,9
Tutupan Terumbu
Rusak
Sedang
25 49,9
Karang Yang Hidup
Baik
50 75,9
Baik
Baik sekali
76 - 100
Sumber : Gomes et,al, dalam Soekarno,et,al, (1986).
variabel) adalah tingkat pengetahuan (X1),
tingkat pendapatan (X2), dan kesempatan
kerja lain (X3). Variabel terikat (dependent
variabel) adalah perilaku (Y).
Untuk mendapatkan nilai masingmasing variabel digunakan metoda pengharkatan model Likert (Gable,1986 dalam
Azwar,1997) yaitu untuk variabel tingkat
pendidikan (X1) skor 1(rendah), skor 2
(sedang),dan skor 3 (tinggi) demikian pula
dengan variabel tingkat pendapatan (X2),
variabel kesempatan kerja lain (X3) diberi
skor 2 yaitu 1 untuk kategori masyarakat
yang tidak memiliki kesempatan kerja lain,
dan skor 2 untuk kategori masyarakat yang
memiliki kesempatan kerja lain.
2. Metode Analisis Data
2.1 Data Terumbu Karang
Penentuan tingkat kualitas terumbu
karang dilakukan dengan menggunakan
presentase tutupan karang hidup (percent
cover) dengan rumus sebagai berikut :
35
37
39
Tabel 5. Hasil Tangkapan Ikan Oleh Nelayan Tradisional di Sekitar Perairan Desa
gali Tahun 2006-2010.
Ton-
KESIMPULAN
a. Kerusakan Ekosistem terumbu
karang terjadi sebagai akibat pengetahuan
nelayan yang kurang memahami dampak
kegiatan yang ditimbulkan, hal ini dapat
dibuktikan dengan kondisi terumbu karang
di perairan desa Tongali sebagai loksi penelitian termasuk rusak jelek hingga rusak
sedang dengan prosentase tutupan karang
hidup/karang keras (hard coral) sebesar
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011
41