Anda di halaman 1dari 10

Jurnal TRITON Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017, hal.

105 – 114 105

DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP


EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PESISIR
DUSUN KATAPANG KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

(Community Activity Impact on Coral Reefs Ecosystem in


The Coastal Waters Katapang Orchard West Seram District)

Dicky Sahetapy, Sri Widayati dan M. Sangadji

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimnura
Jln. Mr, Chr Soplanit-Kampus Poka Ambon
dicky_sahetapy@yahoo.com

ABSTRAK : Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2015 di perairan pesisir
Dusun Katapang. Kondisi terumbu karang di perairan pesisir Dusun Katapang berada dalam
kategori baik. Penambangan terumbu karang, pemanfaatan sumberdaya terumbu karang
dengan menggunakan metode dan alat tangkap yang merusak, bameti, penambangan,
pembuangan akhir sampah dan limbah pemukiman, pemanfaatan lahan atas yang
menghasilkan sedimentasi merupakan dampak tertinggi yang dapat mengakibatkan degradasi
terumbu karang, kekayaan spesies dan stok ikan karang, begitu pula fauna bentik pada
ekosistem terumbu karang. Terdapat lima strategi pengelolaan yang diformulasikan untuk
mengelola ekosistem terumbu karang di perairan pesisir Dusun Katapang.

Kata Kunci : ekosistem, terumbu karang, kondisi karang, degradasi

ABSTRACT : Research was conducted in the coastal waters of Katapang Orchard on March
to June 2015. The coral reef of Katapang Orchard coastal waters was in good condition
category. Stony corals mining, utilization of coral reef resources using destructive methods
and fishing gears, bameti, anchoring, garbage dismissal and resident waste, upland utilization
with sedimentation are the community activities with the highest impact level on degradation
of coral reef condition, species richness and stock of coral fishes, as well as benthic faunas of
these coral reef ecosystem. Five management strategies were formulated to manage coral
reef ecosystem in the coastal waters of Katapang Orchard.
Keywords : ecosystem, coral reef, reef condition, degradation

PENDAHULUAN oleh penetapan Indonesia sebagai pusat


keanekaragaman hayati terumbu karang dunia.
Terumbu karang adalah ekosistem utama
Terumbu karang berfungsi sebagai tempat
perairan laut tropis dengan kehadiran yang
tinggal sementara atau tetap, mencari makan,
menonjol di perairan pesisir dan pulau-pulau
memijah, asuhan dan berlindung biota laut,
kecil wilayah Republik Indonesia. Luas terumbu
berlangsungnya siklus biologi, kimiawi dan
karang Indonesia mencapai 58.707 km2, dimana
fisik global. Terumbu karang memiliki
sekitar 70% adalah terumbu karang tepi, 20%
produktivitas yang tinggi, sebagai sumber bahan
terumbu penghalang, 2,5% atol dan 7,5% Patch
makanan, obat-obatan dan bahan konstruksi
Reef (Tuwo, 2011). Kenyataan ini dibuktikan
106 Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu Karang …

(Suharsono, 2008). Terumbu karang memiliki ekosistem terumbu karang kawasan perairan
fungsi strategis sebagai pelindung pantai dan pesisir ini sangat kurang, tetapi Rahim (2010)
ekosistem pesisir dari ancaman gelombang yang telah meneliti dampak aktivitas pemanfaatan
menyebabkan degradasi ekosistem pesisir, dan sumberdaya ikan karang pada terumbu karang
pengatur iklim global (Sahetapy, 2010; 2011). Dusun Olas dan strategi pengelolaan terumbu
Selain itu, terumbu karang memiliki nilai dan karang Dusun Olas (Lanaini, 2011).
arti penting ditinju dari sisi sosial, ekonomi dan Perairan pesisir Dusun Katapang pada
budaya karena hampir sepertiga penduduk wilayah administratif Kecamatan Huamual
Indonesia bermukim di wilayah pesisir dan Depan, memiliki ekosistem terumbu karang
menggantungkan hidupnya pada perikanan laut lebih menonjol dibanding hutam mangrove dan
dangkal, termasuk perikanan ekosistem terumbu padang lamun. Kenyataannya, belum ada
karang. Masyarakat masih menggunakan cara- penelitian untuk mengungkap berbagai hal
cara tradisional dan terbatas di perairan pesisir menyangkut eksistensi ekosistem terumbu
yang relatif dangkal, termasuk terumbu karang karang ini. Sebaliknya, aktivitas pemanfaatan
untuk pemanfaatan sumberdaya perikanannya. ekosistem terumbu karang Dusun Katapang
Terumbu karang di Indonesia mengalami telah berlangsung lama tanpa didukung data dan
penurunan kualitas sangat cepat (Monk et.al., informasi keberadaannya. Fakta yang diuraikan
2000 dan Sahetapy, 2006) karena sifat alami di atas menjadi motivasi untuk dilaksanakannya
terumbu karang yang sensitif dan mudah penelitian ini dengan tujuan untuk menganalisis
hancur. Berbagai penelitian menunjukan kondisi eksisting terumbu karang,
penyebab utama penurunan kualitas terumbu mengidentifikasi bentuk-bentuk pemanfaatan
karang adalah tekanan pemanfaatan sumberdaya dan memprakirakan dampaknya terhadap
perikanan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi ekosistem terumbu karang, dan merumuskan
dan konsumsi, dan aktivitas manusia di wilayah strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang
teresterial (Hopley and Suharsono, 2000; di perairan pesisir Dusun Katapang.
Dutton, et.al., 2000). Terkait fungsi dan peran
terumbu karang, pertambahan jumlah penduduk
dan peningkatan kebutuhan hidup, maka METODE PENELITIAN
tekanan pemanfaatan sumberdaya terumbu Penelitian dampak aktivitas masyarakat
karang terus meningkat yang menyebabkan terhadap ekosistem terumbu karang dilakukan
kondisi terumbu karang terdegradasi menurut
di perairan pesisir Dusun Katapang, Kabupaten
waktu. Oleh karena itu, Tuwo (2011) Seram Bagian Barat (Gambar 1) yang
mengatakan 70% terumbu karang Indonesia berlangsung pada bulan Maret hingga Juni
dalam kondisi Rusak dan hanya 30% dalam 2015. Data komponen penyusun terumbu
kondisi Baik. karang diperoleh dari tiga lokasi (stasiun)
Perairan pesisir dan pulau-pulau Provinsi terumbu karang menggunakan Metode Transek
Maluku ditempati tiga ekosistem perairan tropis, Perpotongan Garis yang dikemukakan oleh
dan kehadiran terumbu karang sangat menonjol. English et.al. (1997). Dan dan informasi tentang
Hal ini diperkuat posisi Provinsi Maluku di bentuk-bentuk pemanfaatan kawasan terumbu
tengah Segi Tiga Terumbu Karang Dunia karang dilakukan melalui pencatatan pada
(Sahetapy, 2010). Akan tetapi Sahetapy (2010) observasi lapangan, wawancara dan diskusi
menemukan 49,7% lokasi terumbu karang kelompok terfokus, serta pengedaran daftar
perairan pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi kuesioner bagi responden.
berada dalam kondisi rusak akibat tekanan Nilai persen tutupan substrat dasar
antropogenik, yaitu aktivitas pemanfaatan terumbu oleh bentuk-bentuk tumbuh karang
sumberdaya terumbu karang. Perairan pesisir batu, biota bentik lain, dan komponen abiotik
Kecamatan Huamual Depan memiliki tiga penyusun terumbu karang dihitung memakai
ekosistem utama perairan pesisir tropis, dan formula yang diusulkan English et.al. (1997).
kehadiran terumbu karang lebih menonjol dari Kondisi terumbu karang di perairan pesisir
hutan mangrove dan padang lamun. Penelitian
Jurnal TRITON Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017, hal. 105 – 114 107

Dusun Katapang ditentukan memakai nilai HASIL DAN PEMBAHASAN


persen tutupan karang batu yang diperoleh dan
Kondisi Eksisting Terumbu Karang
Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang Terumbu karang tepi Dusun Katapang
(Keputusan Meneteri Negara Lingkungan Hidup memiliki 24 bentuk tumbuh bentik, dimana
Nomor 4 Tahun 2001). Prakiraan dampak bentuk tumbuh bentik pada areal terumbu
terfokus pada ada-tidaknya dampak, serta
Stasiun 2 lebih tinggi dibanding Stasiun 1 dan
bagaimana sifat dampak yang dinyatakan dalam Stasiun 3 (Tabel 1). English et al (1997)
bentuk dampak positif, dampak negatif dan mengatakan total bentuk tumbuh bentik pada
tidak berdampak. suatu terumbu karang alami sebanyak 29
Prakiraan tingkat dampak aktivitas kategori. Berbasis hasil inventarisasi bentuk
pemanfaatan kawasan dan terumbu karang tumbuh bentik, dapat dikatakan keragaman
tersebut juga diuraikan berbasis pandangan bentuk tumbuh bentik di terumbu karang tepi
berbagai lapisan responden, termasuk penilaian Dusun Katapang tergolong tinggi mencapai
pakar dengan mengacu pada kriteria tingkat
83% dari total bentuk tumbuh bentik pada
dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan terumbu karang. Namun pengamatan sepanjang
terumbu karang dari Sukmara, dkk (2001). tiga garis Transek menunjukan keragaman
Prakiraan dampak dideskripsikan, kemudian bentuk tumbuh bentik pada terumbu karang
dimasukan dalam matriks komponen kegiatan Dusun Katapang tergolong sedang karena hanya
dan prakiraan dampaknya pada parameter mencapai 65,5% dari total bentuk tumbuh
kondisi terumbu karang. Model prakiraan bentik terumbu karang alami. Keragaman
dampak ini dimodifikasi dari Soemarwoto bentuk tumbuh bentik terumbu karang Dusun
(2005). Analisis SWOT (Rangkuti, 2006)
Katapang lebih tinggi dari terumbu karang
digunakan untuk merumuskan stategi Dusun Olas dengan 16 bentuk tumbuh bentik
pengelolaan ekosistem terumbu karang Dusun (Rahim, 2010), terumbu karang Pulau Hatala
Katapang. (Latif, 2012) dengan 15 bentuk tumbuh bentik.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian


108 Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu Karang …

Terumbu karang Dusun Katapang karang tepi ini. Dengan demikian, variasi
memiliki 87,5% komponen biotik dan 60% bentuk tumbuh karang batu lebih tinggi dari
komponen abiotik terumbu alami. Semua bentuk tumbuh biotik lain dan komponen
bentuk tumbuh karang Non-Acropora abiotik.
menempati terumbu karang Dusun Katapang, Hasil analisis (Tabel 2) menunjukan
tetapi hanya 80% bentuk tumbuh karang karang Acropora bentuk tumbuh ACE dan ACS
Acropora, 80% bentuk tumbuh algae dan 75% tidak ditemukan pada jalur transek, tetapi ACS
fauna lain menempati terumbu karang ini. Fakta ditemukanm melalui inventarisasi. Kenyataan
ini menunjukan terumbu karang Dusun yang sama terjadi pada karang Non-Acropora
Katapang hampir mendekati terumbu karang dari bentuk tumbuh CHE. Berbasis hasil analisis
alami. Sekitar 60% bentuk tumbuh karang dan inventarisasi pada areal transek, CE) tidak
Acropora dan 75% fauna lain menempati areal menempati areal terumbu Syasiun 1, sementara
terumbu Stasiun 1 hingga Stasiun 3. Variasi CS, CMR dan CME tidak ditemukan di areal
bentuk tumbuh karang Non-Acropora dan terumbu karang Stasiun 3. Komponen biotik
komponen biotik lain lebih tinggi di areal memiliki persen tutupan lebih tinggi dibanding
terumbu Stasiun 2 dan Stasiun 1. komponen abiotik pada semua areal terumbu
Sesuai hasil analisis dalam Tabel 2, (Tabel 2), sehingga dapat dikatakan komponen
ternyata kategori bentuk tumbuh bentik di areal biotik merupakan penyusun utama terumbu
terumbu karang Stasiun 1 lebih tinggi (19 karang tepi Dusaun Katapang. Karang batu
kategori) dari Stasiun 2 (18 kategori) dan memiliki persen tutupan yang tinggi dibanding
Stasiun 3 (15 kategori). Hal ini disebabkan komponen biotik lain pada semua areal
adanya kesesuaian substrat di areal terumbu terumbu. Bila diamati secara rinci, maka persen
Stasiun 1 yang menunjang kehadiran bentuk- tutupan karang batu di areal terumbu Stasiun 3
bentuk tumbuh bentik dengan variasi yang lebih tinggi karena nilai persen tutupan karang
tinggi. Kenyataan sebaliknya, variasi bentuk batu dari bentuk tumbuh ACB, ACF, dan CM
tumbuh yang rendah pada areal terumbu Stasiun lebih tinggi pada areal terumbu karang ini.
3 karena substrat dasar terumbu relatif kurang Terumbu karang Dusun Katapang hanya
sesuai untuk kehadiran bentuk-bentuk tumbuh disusun oleh tiga komponen abiotik, yaitu pasir,
bentik tertentu. Bila ditelusuri menurut patahan karang mati dan batuan. Persen tutupan
kelompok bentuk tumbuh, maka 60% dari pasir lebih tinggi pada semua areal terumbu
bentuk tumbuh karang Acropora dan 88,9% dari dengan persen tutupan tertinggi di areal terumbu
bentuk tumbuh karang Non-Acropora Stasiun 1. Persen tutupan patahan karang mati
ditemukan di terumbu karang tepi Dusun terendah pada areal terumbu Stasiun 2 dan lebih
Katapang. Selain itu, hanya 40% dari bentuk tinggi pada areal terumbu Stasiun 1 (Tabel 2)
tumbuh Algae, 50% fauna lain dan 40% bentuk yang yeng telah mendapat tekanan pemanfaatan.
tumbuh komponen abiotik menempati terumbu

Tabel 1. Kekayaan bentuk tumbuh bentik di terumbu karang Dusun Katapang


Jumlah Kategori Bentuk Tumbuh Bentik
Komponen Penyusun
Terumbu Terumbu
Terumbu Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
alami Katapang
Komponen Biotik 24 21 18 19 14
Karang Acropora 5 4 3 3 3
Karang Non-Acropora 8 8 6 7 4
Dead Coral with algae 2 2 2 2 1
Algae 5 4 4 4 3
Fauna bentik lain 4 3 3 3 3
Komponen Abiotik 5 3 3 3 3
Total Bentuk Tumbuh 29 24 21 22 17
Jurnal TRITON Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017, hal. 105 – 114 109

Tabel 2. Persen penutupan komponen penyusun terumbu Dusun Katapang


Kategori Bentuk Pertumbuhan Persen Penutupan
Kode
Bentik Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
BIOTIK 83,64 84,62 87,94
Hard Corals 51,58 57,70 63,22
Acropora
Acropora Branching ACB 9,48 7,30 11,08
Acropora Digitate ACD 6,24 9,98 9,90
Acropora Encrusting ACE ◆
Acropora Submassive ACS ◆
Acropora Tabulate (meja) ACT 4,80 9,16 8,76
Non Acropora
Coral Branching CB 9,88 7,08 8,06
Coral Encrusting CE ◆ 8,50
Coral Foliose CF 5,10 4,14 8,14
Coral Massive CM 5,02 4,74 8,78
Coral Submassive CS 1,08 6,74
Coral Mushroom CMR 2,26 2,80
Coral Millepora CME 7,72 5,76
Coral Heliopora CHL ◆
Dead Corals
Dead Corals DC 7,38 3,48 3,58
Dead Corals with Algae DCA 2,80 5,36
Algae
Algal Assemblage AA
Coralline Algae CA ◆ ◆ ◆
Halimeda HA 4,68 4,68 6,32
Macroalgae MA 6,24 4,18 3,84
Turf Algae TA ◆ ◆
Other Fauna
Soft Coral SC 6,38 4,94 5,72
Sponges SP 3,46 4,28 5,26
Zoanthids ZO
Others OT 1,12 ◆ ◆
ABIOTIK 16,36 15,38 12,06
Sand S 6,22 5,28 4,60
Rubble R 5,90 5,32 3,80
Silt SI
Water WA
Rock RCK 4,24 4,78 3,66
Jumlah pada garis Transek 19 100 100 100
Keterangan : ◆ (tidak ditemukan di jalur transek)

Persen tutupan karang batu di areal ACT pada areal terumbu Stasiun 2, serta ACB
terumbu Stasiun 3 lebih tinggi dibanding areal dan ACD pada areal terumbu Stasiun 3.
terumbu Stasiun 2 dan terumbu Stasiun 1 (Tabel Hasil analisis menunjukan kontribusi
2). Kontribusi persen tutupan karang Non- persen tutupan karang Acropora dari bentuk
Acropora lebih besar dibanding karang tumbuh ACB dan ACT tergolong kecil,
Acropora pada semua areal terumbu karang. sehingga nilai persen tutupan karang batu pada
Secara spasial. karang batu dari bentuk tumbuh areal terumbu Stasiun 1 dan Stasiun 2 tergolong
CB dan ACB memiliki persen tutupan yang rendah karena ukuran koloni dari kedua bentuk
besar pada areal terumbu Stasiun 1, ACD dan terumbu karang Acropora ini termasuk kecil.
110 Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu Karang …

Uraian tersebut didukung Sahetapy dan Far-Far terjadi pada terumbu karang Dusun Katapang,
(2008) yang mengatakan karang Acropora spp, sehingga kondisinya telah menurun ke kategori
terutama bentuk tumbuh ACB dan ACT pada Baik. Kondisi terumbu karang ini akan terus
areal terumbu karang alami akan tumbuh dan menurun menjadi kategori Rusak bila tekanan
berkembang baik dengan diameter koloni yang antropogenik tersebut terus berlanjut tanpa
besar, sehingga memiliki persen tutupan dasar disertai upaya pengelolaan dan perlindungan.
terumbu yang besar. Kondisi terumbu karang Dusun Katapang masih
Berbasis nilai persen tutupan karang batu tergolong kategori Baik dibanding Dusun Olas
(Tabel 3) dan Kriteria Kerusakan Terumbu dengan satatus Sangat Rusak (Rahim, 2010).
Karang (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Penyebab penurunan kondisi terumbu karang
Hisup Nomor 4 Tahun 2001), maka kondisi Dusun Olas relatif sama dengan terumbu karang
terumbu karang di perairan pesisir Dusun Dusun Katapang, yaitu tekanan pemanfaatan
Katapang berada pada kategori Baik (Good). sumberdaya ikan karang memakai metode dan
Selain itu, nilai persen tutupan karang pada alat tangkap destruktif (Sularso, 2009).
terumbu Stasiun 1 telah mendekati batas bawah
kondisi terumbu kategori Baik, sehingga bila Bentuk-Bentuk Pemanfaatan Terumbu
tekanan antropogenik terus terjadi di areal Karang Dan Dampaknya
terumbu ini, maka kondisi terumbunya akan Teridentifikasi tujuh bentuk pemanfaatan
masuk kategori Rusak (Fair). Secara alamiah, kawasan terumbu karang tepi Dusun Katapang,
sesungguhnya kondisi terumbu karang tepi dan sesuai pengamatan ternyata 85,7% dari
Dusun Katapang berada pada kategori Sangat aktivitas pemanfaatan tersebut berdampak pada
Baik, tetapi akibat tekanan aktivitas kondisi terumbu karang ini. Berbasis
pemanfaatan terumbu karang dan lahan pengamatan, pendapat pakar yang secara
teresterial (lahan atas) dan aktivitas pemukiman konseptual tertuang dalam literatur, maka uraian
penduduk maka kondisi terumbu karang ini aktivitas pemanfaatan dan prakiraan dampak
telah menurun ke kategori Baik. Fakta ini yang ditimbulkan terhadap terumbu karang tepi
didukung pendapat Suharsono (2002) dan ini dapat diuraikan berikut ini.
Alamendah (2009) bahwa kerusakan terumbu Sebanyak 20 nelayan mengoperasikan
karang akibat ulah manusia, yaitu penangkapan tujuh unit jaring insang di terumbu karang
ikan dengan alat dan cara tangkap yang Dusun Katapang. Nelayan mengatakan operasi
merusak, pengambilan karang, sedimentasi, jaring insang merusak karang karena saat
pembangunan di lahan teresterial dan over operasi penangkapan, jaring insang tersangkut
fishing. koloni karang dan ketika hauling maka koloni-
Aktivitas manusia yang mengancam koloni karang akan patah, terbalik dan mati,
penurunan kondisi terumbu karang adalah sehingga persen penutupan karang menurun.
pembangunan di wilayah pesisir, pencemaran Kerusakan terumbu karang akibat jaring insang
dari laut dan daratan, sedimentasi, penangkapan ini berpengaruh pada kekayaan parameter
ikan berlebihan dan memakai alat dan cara kondisi terumbu karang, sumberdaya ikan
tangkap yang merusak (Burke et.al., 2002). karang dan fauna bentik.
Penyebab penurunan kondisi terumnu karang ini

Tabel 3. Penentuan kondisi terumbu karang tepi Dusun Katapang


Penutupan Karang Batu Kriteria Baku Kategori Kondisi
Areal Terumbu Karang
(%) Penutupan Karang Terumbu Karang
Stasiun 1 51,58 50 – 74.9 Baik
Stasiun 2 57,70 50 – 74.9 Baik
Stasiun 3 63,22 50 – 74.9 Baik
Jurnal TRITON Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017, hal. 105 – 114 111

Sekitar 13 nelayan menangkap ikan fotosintesis, sehingga bila koloni karang


karang dengan pancing ulur dan sekitar 30 tertutup sampah maka karang mati. Dampaknya
orang menggunakan panah di terumbu karang adalah penurunan parameter kondisi terumbu
Dusun Katapang. Nelayan pancing dan panah karang dan tutupan karang mati meningkat.
berpendapat penggunaan pancing ulur dan Akibatnya, kondisi terumbu karang menurun
panah untuk menangkap ikan karang tidak dengan dampak negatif, yaitu penurunan
merusak terumbu karang. Berbasis pernyataan spesies, kepadatan dan populasi ikan, serta
responden, wawancara dengan informan kunci fauna bentik terumbu karang.
dan pengamatan lapangan, ternyata Masyarakat yang mengambil batu/karang
penangkapan ikan dengan pancing ulur dan untuk membangun rumah dan fasilitas publik
panah tidak berdampak pada kondisi terumbu mengatakan kegiatan ini berdampak negatif
karang dan sumberdaya hayatinya. pada abrasi pantai, merusak terumbu karang,
Sebanyak 20-53 orang penduduk menurunkan sumberdaya terumbu karang.
melakukan aktivitas Bameti di terumbu karang Menurut Pemerintah Dusun Katapang,
saat surut untuk memanfaatkan siput dan pengambilan karang berdampak negatif
kerang, ikan, gurita, cumi, teripang dan bulu terhadap pantai, merusak terumbu karang, tidak
babi. Aktivitas bameti ini merusak karang akibat ada aturan dan ijin pengambilan karang.
berjalan dan menginjak karang, sehingga karang Kegiatan ini berdampak negatif pada abrasi
patah-patah. Kenyataan ini ditunjang pendapat pantai, kerusakan terumbu karang, penurunan
Sukmara., dkk (2001) yang mengatakan bahwa biota penghuninya (Sukmara dkk, 2001). Jika
dampak akibat berjalan di atas karang adalah penambangan karang terus dilakukan akan
karang patah-patah. Sesuai hasil wawancara terjadi sedimentasi saat gelombang yang
dengan informan kunci, observasi langsung dan mematikan karang polip kecil. Akibat
pernyataan pakar, maka jika kegiatan bameti penurunan pondasi terumbu maka koloni karang
berlangsung intensif akan berdampak pada bercabang dan meja akan patah, roboh dan mati
penurunan parameter kondisi terumbu karang saat gelombang yang menurunkan persen
dan peningkatan persen tutupan patahan karang tutupan karang, dan peningkatan persen tutupan
mati (rubble) di zona rataan hingga pertengahan rubbles. Dampak lanjutannya, terjadi penurunan
terumbu. Bila habitat terumbu karang rusak kekayaan spesies, kepadatan dan potensi ikan
akibat kegiatan Bameti, maka akan karang, serta fauna bentik.
mempengaruhi biota penghuni terumbu karang Pemanfaatan lahan teresterial
dan potensi sumberdaya ikan karang. menyebabkan banjir dan longsor, terjadi
Areal terumbu menjadi tempat jangkar sedimentasi yang menyebabkan kematian
kapal/perahu nelayan dan speed boat, dimana karang dan rusak, potensi ikan karang menurun,
aktivitas ini sangat merusak terumbu karang. kematian fauna bentik. Kekeruhan air
Fakta ini disokong Sukrama., dkk (2001) bahwa berdampak negatif pada karang dan karang
dampak negatif dari kegiatan buang jangkar berpolip kecil akan mati sehingga kondisi
kapal, yaitu karang hancur, patah, terbongkar, terumbu menurun. Danpak lanjutannya,
sehingga persen tutupan karang, kelimpahan penurunan potensi sumberdaya ikan dan biota
dan diameter koloni karang menurun, penghuni terumbu karang. Menurut
peningkatan persen tutupan karang mati dan Supriharyono (2000), sedimentasi mengurangi
patahan karang mati (rubbles). kelimpahan spesies dan koloni karang karena
Masyarakat Dusun Katapang masih mati dan menghambat rekruitmen karang akibat
membuang sampah ke pantai. Sampah di substrat tertutup sedimen yang menghambat
perairan pantai Dusun Katapang juga berasal penempelan juvenile dan karang muda, serta
dari luar yang hanyut melalui arus pasut. penurunan jumlah spesies karang.
Sebagian sampah ini tenggelam dan menutupi Berdasarkan tingkat dampak pemanfaatan
koloni karang, menurunkan kondisi terumbu kawasan terumbu karang terhadap kondisi
karang, sumberdaya ikan dan fauna bentiknya. terumbu karang Dusun Katapang, sumberdaya
Karang membutuhkan cahaya matahari untuk ikan karang dan fauna bentik di terumbu karang,
112 Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu Karang …

maka dapat dikemukakan beberapa hal sebagai ekosistem terumbu karang di perairan pesisir
berikut: Dusun Katapang berikut ini.
 Aktivitas penambangan karang dan  Menjalin kerjasama dengan lembaga dan
pemanfaatan lahan teresterial diprakiraan badan terkait untuk menjamin eksistensi,
berdampak negatif pada kondisi terumbu serta peran dan fungsi ekosistem terumbu
karang, ikan karang, dan fauna bentik. karang.
 Operasi jaring insang, Bameti, jangkar  Peningkatan sosialisasi Peraturan
kapal/perahu/speed boat diprakirakan Perundang-Undangan Konservasi,
berdampak negatif pada 92,3% parameter Pengelolaan Perairan Pesisir dan Laut,
kondisi terumbu karang, sumberdaya ikan penggunaan alat tangkap destruktif serta
karang dan fauna bentik, tetapi tidak metode pemanfaatan yang merusak
berdampak pada persen tutupan pasir. lingkungan dan sumberdaya terumbu karang.
 Diprakirakan pembuangan sampah  Menjalin kerjasama dengan pemerintah
berdampak negatif pada 84,6% parameter daerah dan lembaga terkait untuk konservasi
kondisi terumbu, sumberdaya ikan karang dan rehabilitasi terumbu karang, dan
dan fauna bentik di terumbu karang. penataan pemanfaatan areal terumbu karang.
 Penangkapan ikan dengan pancing dan  Peningkatan peran Pemerintah Kecamatan
panah diprakirakan tidak berdampak pada Huamual, Desa Loki, Dusun Katapang dan
semua parameter kondisi terumbu, masyarakat dalam pemanfaatan,
sumberdaya ikan dan fauna bentik. perlindungan dan pengelolaan terumbu
 Diprakirakan pemanfaatan kawasan terumbu karang.
karang berdampak negatif pada 80,2%  Peningkatan kesadaran masyarakat tentang
parameter kondisi terumbu karang, fungsi terumbu karang, serta peningkatan
sumberdaya ikan karang, dan tidak partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan
berdampak pada 19,8% parameter kondisi dan pengelolaan terumbu karang.
terumbu, sumberdaya ikan karang dan fauna
bentik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Strategi Pengelolaan Ekosistem Terumbu Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan
Karang beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Uraian hasil dan pembahasan yang
 Terumbu karang Dusun Katapang memiliki
dikemukakan memberi gambaran tentang
keragaman bentuk tumbuh bentik yang
kondisi eksisting terumbu karang di perairan
tinggi. Semua bentuk tumbuh karang Non-
pesisir Dusun Katapang, termasuk bentuk-
Acropora dan 80% bentuk tumbuh karang
bentuk pemanfaatan kawasan ekosistem
Acropora menempati areal terumbu karang.
terumbu karang ini. Melalui identifikasi faktor-
Persen penutupan komponen biotik lebih
faktor lingkungan SWOT, ditemukan lima
tinggi dari komponen abiotik, dan persen
faktor kekuatan dan lima faktor kelemahan
penutupan karang batu lebih tinggi dari
internal ekosistem terumbu karang, serta empat
komponen biotik lain. Kondisi terumbu
faktor peluang dan tiga faktor ancaman
karang termasuk Kategori Baik dan areal
eksternal terhadap ekosistem terumbu karang
terumbu Stasiun 1 telah mendekati kondisi
perairan pesisir Dusun Katapang.
terumbu karang Kategori Rusak.
Berbasis analisis TOWS terhadap faktor-
 Teridentifikasi tujuh bentuk pemanfaatan
faktor lingkungan SWOT terumbu karang, serta
ekosistem terumbu karang yang diprakirakan
sembilan kebijakan dan sembilan strategi
berdampak negatif pada 80,2% parameter
Nasional pengelolaan terumbu karang Indonesia
kondisi terumbu karang, sumberdaya ikan
(Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2004),
dan fauna bentik. Aktivitas penambangan
maka dirumuskan lima strategi pengelolaan
karang, pemanfaatan lahan atas, operasi
jaring insang dasar, jangkar perahu nelayan
Jurnal TRITON Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017, hal. 105 – 114 113

dan speed boat, bameti, dan pembuangan Marine Science, Townsvile, Queensland,
sampah diprakirakan berdampak negatif pada Australia.
penurunan kondisi terumbu karang. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
 Lima strategi pengelolaan dirumuskan untuk Nomor 04 Tahun 2001, Tentang Kriteria
Baku Kerusakan Terumbu Karang.
mengelola ekosistem terumbu karang tepi
Lanaini, D.M., 2011. Strategi Pengelolaan Terumbu
Dusun Katapang guna menjamin Karang di Dusun Olas, Kecamatan Sram
keberlanjutan fungsi ekologis, ekonomi, serta Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat.
pemanfaatannya secara berkelanjutan. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Adapun saran yang dapat diberikan untuk Kelautan Universitas Pattimura.
menjamin eksistensi dan fungsi-fungsi terumbu Latif, W.W., 2012. Strategi Pengelolaan Terumbu
karang di perairan pesisir Dusun Katapang Karang Pulau Hatala Negeri Assilulu,
sebagai berikut : Kabupaten Maluku Tengah. Skripsi. Fakultas
 Melakukan monitoring dan evalusi kondisi Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
terumbu karang, potensi sumberdaya Pattimura.
Monk, A. K., Y. de Fretes dan G. Reksodiharjo-
perikanan dan valuasi ekonomi terumbu
Lilley. 2000. Ekologi Nusa Tenggara dan
karang. Maluku. Prehallindo Jakarta. Hal: 143-147.
 Melaksanakan Konservasi dan Rehabilitasi Nanariain, J.C., 2009. Kondisi Terumbu Karang Dan
terumbu karang, serta pengawasan dan Permasalahannya di Perairan Pesisir Desa
penegakan hukum terkait Peraturan Rumahkay, Kecamatan Kairatu Kabupaten
Perundang-Undangan formal, Peraturan Seram Bagian Barat. Skripsi. Fakultas
Adat tentang pemanfaatan dan pengelolaan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
ekosistem terumbu karang Pattimura.
Rahim, Y., 2010. Aktivitas Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan Karang Konsumsi Yang
Berdampak Pada Terumbu Karang Di
DAFTAR PUSTAKA
Perairan Pesisir Dusun Olas, Kabupaten
Alamendah. 2009. Berkenalan Dengan Terumbu Seram Bagian Barat. Skripsi. Fakultas
Karang Indonesia. www.alamendah. Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
wordpress.com/.../berkenalan- dengan- Pattimura.
terumbu-karang-indonesia/. 23-mei-2013. Rangkuti, F., 2006. Analisis SWOT, Teknik
3.14 Wit. Membedah Kasus Bisnis. Reorientasi Konsep
Burke, L., E. Selig dan M. Spalding, 2002. Terumbu Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi
Karang Yang Terancam di Asia Tenggara. Abad 21. Penerbit: PT Gramedia Pustaka
World Resources Institute : 39 hal. Utama, Jakarta.
Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004. Sahetapy, D., 2006. Status Komunitas Karang pada
Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Terumbu Tepi Teluk Saumlaki, Maluku
Karang. Coral Reef Rehabilitation and Tenggara Barat. ICHTHYOS : Jurnal Ilmu-
Management Program, Jakarta. 33 hal. Ilmu Perikanan dan Kelautan (Terakreditasi),
Dutton, I.M., D.G. Bengen and J.J. Tulungen, 2001. Vol.5 No 2 : Hal. 81-88.
The Challenges of coral reef management in Sahetapy, D. dan R. Far-Far, 2008. Kondisi Terumbu
Indonesia, pp. 315-330. Di Dalam : E. Karang di Perairan Pesisir Pulau-Pulau
Wolanski, Oceanographic Processes of Coral Kecil Kecamatan Gorom, Kabupaten Seram
Reefs: Physical and Biological Link in the Bagian Timur. Prosiding Konferensi Nasional
Great Barrier Reef. CRC Press LLC. (KONAS) VI Pengelolaan Sumberdaya
English, S., C. Wilkinson., and V. Baker. 1997. Pesisir dan Laut. Departemen Kelautandan
Survey Manual ForTropical Marine Perikanan RI. Hal:474-485.
Resources. ASEAN-Australia Marine Science Sahetapy, D., 2010. Sebaran Spesies Karang Batu
Project: Living Coastl Resources. dan Kondisi Terumbu Karang di Perairan
Hopley, D. and Suharsono, 2000. The status and Pesisir Dan PPK Provinsi Maluku. Prosiding
management of coral reef in Eastern Konferensi Nasional (KONAS) VII
Indonesia. David and Lucile Packard Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut.
Foundation, U.S.A. Australian Institute of
114 Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu Karang …

Sahetapy, D., 2011. Eksistensi Terumbu Karang di Center, Proyek Pesisi, CRC/URI CRMP,
Perairan Pesisir Teluk Ambon. Jurnal NRM, Jakarta.
TRITON. Sularso, A., 2009. Surveilance and Control of
Soemarwoto, O., 2005. Analisis Mengenai Dampak Marine Resources and Fisheries in Indonesia.
Lingkungan. Gajah Mada University Press, Paper Presented in The Seminar on
Yokyakarta. Intersifying Action to Minimize Illegal
Suharsono, 2002. Pengelolaan Terumbu Karang di Fishing. Manado.
Indonesia. Materi Presentase (tidak Supriharyono, 2000. Pengelolaan Ekosistem
dipublikasikan). Terumbu Karang. Penerbit Djambatan.
Suharsono, 2008. Jenis-Jenis Karang Di Indonesia. Jakarta, Indonesia.
Indonesian Institute of Science. LIPI Press, Tuwo, A. H., 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir
Anggota Ikapi, Jakarta. dan Laut: Pendekatan Ekologi, Sosial-
Sukmara, A., A. Siahainenia dan C. Rotinsulu, 2001. Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana
Panduan Pemantauan Terumbu Karang Wilayah. Brilian International. Surabaya.
Berbasis Masyarakat. Coastal resources

Anda mungkin juga menyukai