Dosen Pengampuh : Dr. Haerunnisa, S.Pi., M.Si. / Harmin Adijaya, S.Si., M.Sc.
TUGAS
“KAWASAN KONSERVASI LAUT BUNAKEN”
Disusun Oleh:
Nurfadiah
190304009
Sulawesi Utara memiliki potensi sumberdaya alam dan yang menjadi obyek wisatawan yaitu
Taman Nasional Laut Bunaken. Taman Nasional Bunaken (TNB) adalah kawasan pelestarian alam yang
berbasis lautan yang dikelola oleh pemerintah dan ditetapkan berdasarkan SK. Menteri Kehutanan
No.730/KPTS-II/1991 dengan luas 89.065 Ha. Adapun wilayah TNB meliputi kawasan pulau-pulau yakni
Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, Pulau Siladen, Pulau Mantehage dan Pulau Nain. Menurut Undang-
undang No.5Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati beserta ekosistemnya, bahwa
kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dikelola dengan zonasi, yang dimanfaatkan
untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi
(Setiawan, 2013). Wilayah Taman Nasional Bunaken yang memiliki potensi terumbu karang ialah terletak
pada Pulau Mantehage dan Pulau Nain. Ekosistem terumbu karang di TNB selama kurun waktu 10 tahun
terakhir mengalami tekanan yang tinggi. Beban limbah dan sampah yang dibuang melalui Teluk Manado
secara terus-menerus, penambahan penduduk di dalam kawasan serta aktivitas pariwisata yang tidak
ramah lingkungan memberikan andil bagi degradasi ekosistem terumbu karang di dalam kawasan
Taman Nasional Bunaken (Setiawan, 2013). Akibat adanya permasalahan yang seperti ini maka banyak
penelitian yang mengkaji tentang pemetaan terumbu karang di berbagai wilayah perairan yang potensial
terhadap terumbu karang.
Hal ini dapat dianggap sebagai hasil positif dari upaya konservasi dalam melestarikan ekosistem
terumbu karang sebagai aset nasional. Namun di sisi lain, despot dikatakan kehadiran Taman
Nasional Laut Bunaken dengan aktivitas industri kepariwisataannya sejauh ini belum memberi
atau menciptakan peluang bagi penciptaan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat setempat khususnya para nelayan diperlukan suatu
partisipasi nyata dari berbagai pihak, khususnya pihak-pihak yang terkait langsung dengan upaya
pengembangan Taman Nasional Laut dengan memberi kemudahan-kemudahan berupa dana,
teknik keterampilan sesuai kebutuhan yang ada, kursus-kursus keterampilan industri kecil dan
sebagainya. Dengan demikian, setidak-tidaknya dapat mengurangi ketergantungan terhadap
sumber daya alam yang dilarang undang-undang untuk dieksploitasi, masyarakat merasa
diperhatikan al-au dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kepariwisataan dan Lain-Iainnya sehingga
akan timbul rasa kesadaran dan tanggung jawab masyrakcrt untuk ikut menjaga dan melestarikan
lingkungan hidupnya.
Menurut Anda apa yang mungkin terjadi pada beberapa lingkungan laut ini jika tidak
dilindungi?
Wilayah pesisir dan laut Indonesia juga sangat rentan terhadap berbagai ancaman pencemaran baik
yang berasal dari aktivitas domestik manusia (marine debris), industri (pengolahan perikanan), perhubungan
laut seperti tumpahan minyak (oil spill), maupun aktivitas lainnya.Pencemaran di Lingkungan Laut (Pollution
of the marine environment) yaitu dimasukanya oleh manusia, secara langsung atau tidak langsung ke dalam
lingkungan laut yang mengakibatkan dapat buruk sedemikian rupa seperti kerusakan pada keberlangsungan
kehidupan laut sehingga berbahaya bagi kesehatan manusian, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk
penangkapan ikan. (UNCLOS. 1982) Hal ini tentunya akan menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem,
habitat, biota laut dan penurunan kualitas lingkungan pesisir. Ancaman pencemaran tersebut apabila tidak
ditangani secara tepat dapat mengakibatkan semakin meluasnya dampak negatif terhadap kehidupan manusia
dan biota.
Kawasan lindung perairan (KKL) yang dikenal sebagai sebuah manajemen untuk
melestarikan habitat laut dan stok ikan (Dudley 2009). KKL biasanya menyisihkan daerah
tertentu dari laut yang mempunyai nilai biologis tinggi dari kegiatan eksploitatif, seperti
memancing. Dalam penelitian ini, KKL didefinisikan sebagai setara dengan zona larangan
mengambil (Dudley 2009). Ada banyak bukti perbaikan biologis dengan adanya KKL (Auster
dan Langton 1999; Hawkins et al 2006, 487-499;. Roberts et al, 2001, 1920-1923;. Rodwell et al
2003, 171-181.). Halpern (2003) menemukan bahwa KKL dengan berbagai ukuran mulai,002-
846 km2 menghasilkan kepadatan biomass sampai dua kali lipat, tiga kali lipat dalam perbaikan
ukuran ikan, dan meningkatkan keragaman spesies sekitar 20-30%. Sumaila (2000, 752-760)
membahas panjang lebar manfaatmanfaat KKL untuk mengatasi efek kegiatan penangkapan ikan
terhadap ekosistem laut seperti alat tangkap yang merusak dan pengeboman ikan. KKL juga
dapat mengakibatkan perbaikan habitat ekosistem di dalam wilayah KKL (Rodwell et al 2003,
171-181;. Rodwell dan Roberts 2004, 2053- 2068). Telah ada perdebatan terus tentang apa
ukuran KKL yang optimal. Ukuran KKL optimal
Hubungan manusia dengan laut didasarkan pada nilai moneter dan non-moneter yang
berkontribusi pada aspek kesejahteraan material dan non-material. Berbagai hubungan dan nilai
ini penting untuk kemajuan manusia. Termasuk kontribusi untuk identitas budaya dan sosial-
legal, rasa atas tempat, kebanggaan di tempat kerja dan rasa hormat untuk diri sendiri,
spiritualitas, kesehatan mental dan fisik, serta keamanan manusia (lihat Gambar S-1). Nilai dan
kepentingan ini berarti untuk individu dan msyarakat dan dapat direpresentasikan dengan lebih
baik dalam diskusi tentang kebijakan laut.
Mengapa Anda harus peduli?
agar populasi makhluk hidup di laut tidak punah, dan agar penerus bangsa dapat
melihat keindahan laut di negaranya sendiri. Memiliki kesempatan sekali dalam satu generasi
untuk berhenti sejenak dan dengan hati-hati mempertimbangkan dan memikirkan kembali
hubungan kompleks kita dengan laut sambil memastikan generasi mendatang dapat mengatasi
tantangan yang mereka hadapi. Untuk melakukan ini, umat manusia membutuhkan hubungan
yang kaya, beragam, berkomitmen dan berkembang dengan laut kita.