Anda di halaman 1dari 18

Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No.

bidang
SOSIAL

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TATA RUANG KOTA TERHADAP


EFEKTIVITAS PEMANFAATAN RUANG DI KOTA BANDUNG

DARTO
Program Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Padjajaran

Penelitian ini menganalisis pengaruh implementasi kebijakan tata ruang kota


terhadap efektivitas pemanfaatan ruang di Kota Bandung. Permasalahannya
adalah pemanfaatan ruang di Kota Bandung belum efektif seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat dengan keterbatasan ruang kota.
Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis melakukan penelitian dengan
hipotesis bahwa terdapat pengaruh dari implementasi kebijakan tata ruang kota
terhadap efektivitas pemanfaatan ruang di Kota Bandung.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah bersifat deskriptif
verifikatif. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sensus. Prosedur
pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi, penyebaran
kuesioner, dan wawancara. Kuesioner diberikan kepada pegawai di Dinas Tata
Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. Metode analisis data yang digunakan
adalah analisis jalur (Path Analysis).
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa dimensi variabel implementasi
kebijakan tata ruang kota berpengaruh positif dan signifikan terhadap
efektivitas pemanfaatan ruang di Kota Bandung. Dinas Tata Ruang dan Cipta
Karya Kota Bandung telah berusaha konsisten dalam memberikan pemaknaan
terhadap implementasi kebijakan tata ruang kota, tetapi dalam rangka untuk
meningkatkan efektivitas pemanfaatan ruang maka perlu untuk melakukan
penyempurnaan terhadap penerapan kebijakan yang ada. Tujuannya adalah
agar seluruh komponen sumber daya dan masyarakat dapat bersinergi secara
optimal demi tercapainya tujuan kebijakan secara menyeluruh.

Keywords : Kebijakan, Tata Ruang, Efektivitas

PENDAHULUAN satu sisi cenderung akan memberi dampak


pada peningkatan kebutuhan ruang,
Perkembangan jumlah penduduk dan
prasarana, dan sarana sehingga
intensitas kegiatannya yang semakin tinggi
dibutuhkan suatu usaha penanganan
dan kompleks, secara umum memberi
penyediaan ruang dan penyediaan
pengaruh bagi berbagai kegiatan usaha,
prasarana dalam jumlah yang cukup untuk
baik di perkotaan maupun di pedesaan,
memenuhi kebutuhan di masa mendatang.
seperti dibangunnya perumahan,
Hal ini terutama dikaitkan dengan
perdagangan, jasa dan industri.
kemungkinan peningkatan produktivitas.
Perkembangan kegiatan usaha ini pada
Di sisi lain, perkembangan kegiatan usaha

H a l a ma n 265
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2 Darto

tersebut menghadapi keterbatasan pemanfaatan ruang dengan program yang


penyediaan lahan/ruang khususnya jelas.
perkotaan. Kenyataan yang berkembang
menunjukkan bahwa kota-kota di Indonesia Jumlah penduduk Kota Bandung dari tahun
cenderung melebar pada kawasan-kawasan ke tahun selalu meningkat. Berdasarkan
dengan kesuburan tanah yang tinggi. data rekapitulasi kartu keluarga dan kartu
Perluasan wilayah perkotaan akan tanda penduduk pada Badan Pusat Statistik
berpengaruh kepada produksi pertanian, Kota Bandung, jumlah penduduk Kota
khususnya pertanian tanaman pangan, Bandung dapat dilihat pada grafik sebagai
dimana kondisi tersebut membutuhkan berikut :
suatu usaha untuk lebih mengefisienkan

Grafik 1. Jumlah Penduduk Kota Bandung 2011 - 2014

Sumber : BPS Kota Bandung

Kecenderungan berkembangnya jumlah perkotaan dan pedesaan.


penduduk dan kegiatannya serta
keterbatasan lahan, menurut Supriyanto Dalam konteks pembangunan nasional dan
(1996 : 121), mengakibatkan timbulnya daerah, menurut Supriyanto (1996 : 98 -
kompetisi antar kegiatan usaha dan antar 99) ada beberapa alasan yang
penduduk dalam memperoleh lahan. melatarbelakangi perlunya penataan ruang
Analisis Supriyanto tersebut dalam pembangunan nasional dan daerah,
mengindikasikan bahwa dalam antisipasi yaitu :
perkembangan kehidupan sektor
masyarakat dan sektor usaha diperlukan Pertama, sebagai salah satu alat
upaya penataan dalam pengelolaan lahan. yang paling efektif dan efisien untuk
Penataan lahan atau sering disebut menghindari terjadinya pemborosan
penataan ruang dalam merespon dana dan tenaga yang tersedia.
perkembangan kompleksitas fungsi ruang Kedua, sebagai acuan dalam
melaksanakan pembangunan

H a l a m a n 266
Darto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2

nasional/daerah. Ketiga, dapat kota-kota besar seperti Jakarta,


menghindari kesalahpahaman antara Bandung, Surabaya, Medan dan
pelaku pembangunan dengan sebagainya. Kesembilan, dapat
masyarakat dalam pelaksanaan meningkatkan motivasi dan dorongan
pembangunan nasional/daerah. untuk tumbuh dan berkembangnya
Keempat, arahan bagi pembangunan aspirasi dan peran serta masyarakat
nasional/daerah, akan dan swasta dalam pengembangan
menghindarkan terjadinya tumpang tata ruang.
tindih, pemborosan pemanfaatan
lahan dan juga menghindarkan Penataan ruang atau konsep tata ruang
adanya penggusuran dan spekulasi secara umum memiliki korelasi dengan
tanah. Kelima, dengan adanya tata pembangunan nasional dan daerah serta
ruang akan terciptanya suatu secara khusus konsep tata ruang berkaitan
penggunaan lahan yang jelas, erat dengan efektivitas dan efisiensi dalam
sehingga memudahkan pelaksanaan pemanfaatan ruang demi meningkatkan
pembangunan. Keenam, dapat kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan
menterpadukan program ruang yang tepat, efektif dan efisien
pembangunan nasional dan regional. tersebut bisa meminimalisir jumlah
Ketujuh, dapat mewujudkan pengangguran sebagai dampak terus
pengelolaan perkotaan, pedesaan, bertambahnya jumlah penduduk yang tidak
dan kawasan yang efisien serta diimbangi dengan lapangan pekerjaan. Di
lingkungan yang sehat, rapi, aman, Kota Bandung perkembangan tingkat
dan nyaman. Kedelapan, dapat pengangguran terbuka dan tingkat
mengurangi kecenderungan laju partisipasi angkatan kerja dapat dilihat
pertumbuhan penduduk yang sebagai berikut :
semakin meningkat khususnya di

Grafik 2. Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Bandung 2012 - 2014

Sumber : BPS Kota Bandung

H a l a ma n 267
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2 Darto

Grafik 3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Bandung 2012 - 2014

Sumber : BPS Kota Bandung

Masalah yang cenderung berkembang mengakomodasi pada opini dan rencana


dewasa ini adalah bahwa proses pembangunan dari sektor swasta dan
perencanaan, pemanfaatan dan masyarakat, serta rencana yang disusun
pengendalian pemanfaatan ruang belum belum menunjukkan keterpaduan dalam
berlangsung sesuai dengan yang perencanaan, pembiayaan ataupun
diharapkan. Ketentuan yang mengatur pengelolaan dalam program-program yang
penataan ruang di Kota Bandung, yaitu diusulkan.
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Di sisi lain, rencana tata ruang, secara
Wilayah (RTRW) Kota Bandung belum umum belum secara tegas
sepenuhnya diterapkan dengan baik. diimplementasikan di lapangan. Ketentuan
yang mengatur penggunaan atau
Penyusunan rencana tata ruang belum pemanfaatan lahan atau ruang kota, pada
dilakukan secara terpadu dan menyeluruh. kondisi dan situasi tertentu seringkali
Di satu sisi, rencana yang disusun belum cenderung hanya formalitas kebijakan
merupakan hasil kesepakatan dari semua pemerintah dalam mengatur pengelolaan
sektor yang terkait dalam pembangunan, ruang kota, padahal pengaturan atau
dalam arti bahwa dalam penyusunannya penataan tersebut memiliki makna yang
kurang banyak melibatkan sektor-sektor signifikan dalam meningkatkan kehidupan
terkait. Dengan demikian, sektor tersebut masyarakat dan sektor usaha melalui
tidak memiliki keterkaitan untuk pemanfaatan ruang secara aman, serasi,
melaksanakan pembangunannya sesuai nyaman dan teratur.
dengan rencana tata ruang. Kecenderungan
menunjukkan bahwa aspek-aspek tata Perkembangan kegiatan dan kebutuhan
ruang lebih ditujukan untuk kepentingan masyarakat, antara lain telah memberi
sektor pemerintah dan masih kurang dampak negatif yaitu dorongan untuk

H a l a m a n 268
Darto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2

pemanfaatan bahkan penyerobotan lahan standar ganda pemerintah dalam


atau ruang yang ada, walaupun menerapkan peraturan rencana tata ruang,
pemanfaatan atau penyerobotan tersebut sehingga menimbulkan konflik horizontal
melanggar ketentuan tata ruang kota. Hal dan vertikal yang seringkali memakan
tersebut antara lain diindikasikan oleh korban jiwa dan materi yang cukup besar.
adanya pembangunan wilayah kawasan
industri dan pemukiman skala menengah Dari permasalahan tersebut bila dipetakan
dan besar oleh pengusaha yang telah ke dalam kerangka teori implementasi
mendapat lisensi dari pemerintah, di kebijakan bisa dilihat dari tiga pilar
kawasan yang sebenarnya lebih layak dan implementasi kebijakan dari Jones (1991 :
pantas untuk pengembangan sektor 296) yaitu : organisasi, interpretasi, dan
pertanian, adanya pembangunan kawasan penerapan. Sehingga penulis mengungkap
perkantoran dan usaha di areal yang bahwa pemerintah sebagai organisasi
sebenarnya adalah wilayah pemukiman dan publik yang dalam hal ini adalah organisasi
pariwisata masyarakat. yang berwenang untuk melakukan
implementasi kebijakan tata ruang kota
Di pusat-pusat perbelanjaan dan pertokoan, terlihat masih lemah baik dari struktur,
terjadi pula pelanggaran rencana tata ruang sumber daya, maupun budaya
kota dalam bentuk kegiatan penjualan organisasinya. Dalam penerapan pun
barang-barang konsumsi masyarakat di ketidakjelasan sering terjadi, hal ini bisa kita
areal depan pertokoan, perkantoran atau di amati dari seringnya ketidakkonsistenan
tepi jalan yang dilakukan oleh pedagang penerapan kebijakan misalnya
kaki lima, yang telah menciptakan penyelahagunaan fungsi lahan ataupun
kesemrawutan dan halangan bagi para pembebasan PKL (Pedagang Kaki Lima) di
pejalan kaki dan pemilik kendaraan tujuh titik terlarang yang hanya ramai ketika
bermotor yang melewati wilayah depan saat Idul Fitri saja. Tidak hanya itu dari segi
pertokoan dan perkantoran tersebut. interpretasi Peraturan Daerah Kota
Perilaku pedagang kaki lima tersebut, Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang
bukan hanya telah menimbulkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
kemacetan bagi pejalan kaki dan kendaraan Bandung sudah banyak menimbulkan
bermotor, tetapi juga menciptakan pemahaman yang berbeda-beda bahkan
ketidakindahan dalam pandangan, karena muncul wacana yang sangat santer akhir-
cenderung kacau balau dan tidak teratur. akhir ini adalah merevisi Perda tersebut.
Pelanggaran dalam penggunaan ruang oleh Tetapi bagaimanapun pemerintah daerah
pedagang kaki lima, pada kota-kota besar sebagai organisasi pelaksana kebijakan
tertentu seperti Bandung, telah menjadi mempunyai andil yang paling pokok untuk
pemicu timbulnya masalah dan konflik pada terselenggaranya secara efektif kebijakan
tingkat yang lebih luas antara aparat tata ruang kota.
pemerintah dengan masyarakat. Tindakan
pemerintah yang menggusur pedagang kaki Kenyataan tersebut menunjukkan betapa
lima, telah memicu ketidakpuasan dan pentingnya penataan ruang secara efektif
kemarahan pedagang, yang pada akhirnya dalam rangka mewujudkan kota yang tertib
ketidakpuasan dan kemarahan tersebut dan kondusif bagi kemakmuran dan
merangsang perilaku destruktif seperti kesejahteraan masyarakat. Mengingat
pembakaran toko dan kendaraan bermotor. pentingnya masalah penerapan kebijakan
Alasan pedagang karena mereka ditarik rencana tata ruang serta untuk
retribusi pasar oleh aparat pemerintah. meminimalisir konflik antara masyarakat,
pengusaha, dan pemerintah, diperlukan
Kondisi dan masalah tersebut, suatu gerak langkah yang terpadu antara
menunjukkan adanya ketidaktegasan dan berbagai pihak yang terkait dalam

H a l a ma n 269
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2 Darto

pelaksanaan kebijakan tersebut. bahwa, “jenis data dalam penelitian dapat


dikelompokkan menjadi dua hal utama yaitu
DESAIN PENELITIAN data kualitatif dan kuantitatif. Pada suatu
proses penelitian sering hanya terdapat
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah satu jenis data yaitu kuantitatif atau
ditetapkan, penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif saja, tetapi mungkin juga
dan verifikatif. Penelitian deskriptif gabungan keduanya.” Maka berdasarkan
merupakan kegiatan penelitian yang data yang akan digunakan dalam penelitian
bermaksud menggambarkan sifat suatu yang penulis lakukan yakni dengan
fenomena yang tengah berlangsung pada menggunakan data kuantitatif, sebab data
saat penelitian dilakukan, serta untuk yang digunakan merupakan hasil dari skala
memeriksa gejala-gejala yang muncul, pengukuran dari hasil jawaban responden
sebagaimana dikemukakan oleh Whitney pada kuesioner. Namun data kualitatif juga
yang dikutif Nazir : digunakan sebagai data pendukung dari
hasil data kuantitatif yang telah diperoleh.
Penelitian deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat, Sehingga penggunaan analisis kuantitatif
serta tata cara yang berlaku dalam merupakan cara yang sesuai untuk
masyarakat serta situasi-situasi tertentu, menyelesaikan pembahasan serta
termasuk tentang hubungan, kegiatan- menganalisis hasil penelitian yang penulis
kegiatan, sikap-sikap, pandangan- lakukan. Serta pertimbangan penulis untuk
pandangan, serta proses-proses yang menggunakan metode kuantitatif yakni dari
sedang berlangsung dan pengaruh- segi biaya, tenaga dan waktu untuk
pengaruh dari suatu fenomena. Dalam menyelesaikan penulisan secara baik dan
metode deskriptif peneliti bisa saja dapat dipertanggungjawabkan secara
membandingkan fenomena-fenomena ilmiah.
tertentu sehingga merupakan suatu
studi komparatif (Nazir, 1999 : 63 – 64). Populasi yang menjadi sasaran dalam
penelitian ini yang sekaligus menjadi
Berdasarkan definisi tersebut, penelitian sumber data adalah pegawai di Dinas Tata
deskriptif sebenarnya hanya ditujukan Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung
untuk memperoleh gambaran atas suatu sebagai pelaksana dari kebijakan Rencana
kejadian tanpa harus menyelidiki lebih Tata Ruang Kota Bandung yang berjumlah
lanjut tentang sebab dan hubungan yang 134 orang.
terjadi antar variabel dalam kejadian yang
diteliti. Sedangkan penelitian verifikatif Dengan pertimbangan dari populasi yang
ditujukan untuk menguji kebenaran ada maka peneliti akan mengambil seluruh
hipotesis melalui pengumpulan data dan anggota populasi untuk dijadikan
pengujian data yang diperoleh di lapangan responden, atau dengan menggunakan
dalam konteks implementasi kebijakan sensus, dimana semua anggota populasi
rencana tata ruang dan pengaruhnya dijadikan responden. (Sugiyono, 1997 : 62).
terhadap efektivitas pemanfaatan ruang di Dengan demikian maka jumlah
Kota Bandung. Selanjutnya penelitian respondennya adalah 134 orang.
menggunakan wawancara, kuisioner, dan
juga observasi guna memperoleh data lebih Untuk mendapatkan gambaran secara utuh
lengkap dan proporsional sehingga data dan berimbang, maka di samping itu juga
dapat ditampilkan secara ilmiah. penulis melakukan cross check melalui
observasi dan dialog dengan masyarakat
Disamping itu, sebagaimana pendapat yang secara aksidental sampling.
dikemukakan oleh Sugiyono (2001 : 7)

H a l a m a n 270
Darto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2

OPERASIONALISASI VARIABEL memiliki beberapa sub variabel/dimensi


yaitu : organisasi, interpretasi, dan
Operasional variabel yang diajukan terdiri penerapan.
dari dua variabel, yaitu variabel bebas 2. Variabel terikat, yaitu efektivitas dalam
(independent variable) dan variabel terikat hal pemanfaatan ruang di Kota Bandung.
(dependent variable). Sub variabel/dimensi dari efektivitas ini
adalah tujuan dan dampak.
1. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah implementasi kebijakan Untuk lebih jelasnya operasionalisasi
mengenai kebijakan tata ruang di Kota variabel dapat diuraikan seperti dalam tabel
Bandung. Implementasi kebijakan berikut :

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Bebas dan Terikat

Variabel Sub Variabel Indikator


Implementasi 1. Organisasi 1. Kejelasan struktur organisasi penyelenggara
Kebijakan 2. Kelembagaan yang ada dapat menyesuaikan
dengan visi dan misi kota Bandung
3. Kompleksitas satuan unit kerja organisasi
pelaksana kebijakan
4. Budaya kerja organisasi dapat mendukung
implementasi kebijakan tata ruang
5. Kuantitas implementor kebijakan tata ruang yang
memadai
6. Profesionalisme pelaksana kebijakan
7. Dukungan finansial
8. Sarana yang memadai
2. Interpretasi 1. Tujuan yang jelas yang ingin dicapai dari kebijakan
tata ruang
2. Pemahaman terhadap kebijakan
3. Tingkat kompleksitas Perda
4. Kebijakan tata ruang memiliki rincian petunjuk
yang jelas
5. Akurasi data tata kota Bandung

H a l a ma n 271
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2 Darto

3. Penerapan 1. Instruksi yang berkesinambungan


2. Kepatuhan terhadap prosedur yang berlaku
3. Kebijakan tata ruang yang operasional (applicable)
4. Ruang lingkup tugas implementor yang jelas
5. Pertanggungjawaban yang jelas
6. Loyalitas implementor dalam melaksanakan tugas
7. Mengutamakan kepentingan umum
8. Adanya media dialogis yang partisipatif
9. Pemilihan implementor sesuai dengan kualifikasi
10.Sesuainya tugas dengan kemampuan implementor
11.Prosedur operasional kebijakan memiliki dukungan
berbagai pihak
12.Pembagian tugas antar bidang yang terkait dengan
kebijakan
13.Koordinasi antar bidang terkait dalam pelaksanaan
kebijakan
Efektivitas 1. Tujuan 1. Tercapainya tujuan kebijakan sesuai dengan waktu
yang ditentukan
2. Pemanfaatan ruang kota sesuai dengan tujuan
kebijakan
3. Prioritas program
4. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
2. Dampak 1. Ketertiban kota
2. Keindahan kota
3. Kemajuan sektor ekonomi
4. Stabilitas sosial
5. Keseimbangan ekosistem

ANALISIS DATA Tabel 2. Skala Likert untuk Alternatif


Jawaban Responden
Analisis data dilakukan dengan berpedoman
kepada operasionalisasi variabel, dimensi Alternatif Jawaban Nilai
dan indikator. Dengan format jawaban Sangat Setuju (SS) 5
kuesioner menggunakan Skala Likert, Setuju (S) 4
dimana Skala Likert digunakan untuk Ragu-ragu (RR) 3
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi Tidak Setuju (TS) 2
seseorang atau sekelompok orang tentang Sangat Tidak Setuju (STS) 1
fenomena sosial (Sugiyono, 2001 : 73).
Skala Likert yang digunakan terdiri dari 5 Data primer yang dihasilkan dari
kategori : sangat setuju, setuju, ragu-ragu, hasil wawancara dengan informan dianalisis
tidak setuju, sangat tidak setuju. Alternatif secara bersamaan dari mulai deduksi data,
jawaban tertinggi diberi skor 5 dan yang penyajian data dan penulisan kesimpulan
terendah diberi skor 1. hal ini akan terlihat (Milles and Huberman, 1984). Data primer
pada tabel berikut : yang dikumpulkan melalui kuesioner diolah
secara kuantitatif dengan menggunakan
analisis data statistik parametrik melalui
analisis jalur. Sebelumnya data hasil
penelitian tersebut akan diuji validitas,

H a l a m a n 272
Darto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2

reliabilitas dan internal consistency-nya responden terhadap situasi ataupun kondisi


yang kemudian diubah skalanya menjadi yang telah maupun sedang terjadi, adapun
interval melalui metode Successive Interval. dalam sub bagian dibawah ini akan
Berdasarkan permasalahan penelitian yang diuraikan lebih lanjut pada penulisan
akan dianalisis yakni ingin diketahui berikut ini, yang disertai dengan tabel agar
pengaruh sub-sub variabel Implementasi dapat memperoleh gambaran yang jelas
Kebijakan Tata Ruang (X1, X2, X3) terhadap mengenai tanggapan responden terhadap
variabel Efektivitas Pemanfaatan Ruang (Y). penelitian yang dilakukan.

PEMBAHASAN Maka untuk mengetahui tanggapan


responden mengenai subvariabel X1 yaitu
Dalam sub bagian ini akan dipaparkan organisasi, untuk itu tanggapan responden
mengenai bagaimana sebenarnya tersebut akan dibahas secara satu persatu
tanggapan responden mengenai masing- pada masing-masing subvariabel agar dapat
masing variabel penelitian, yakni diketahui dengan secara pasti bagaimana
subvariabel X1 (organisasi), subvariabel X2 tanggapan responden yang ada, sehingga
(interpretasi), dan subvariabel X3 untuk mengetahui tanggapan responden
(penerapan) terhadap variabel Y (efektivitas mengenai subvariabel X1 yaitu organisasi,
dalam hal pemanfaatan ruang). Adapun dapat dilihat dari distribusi jawaban
tanggapan tersebut menggambarkan responden yang rekapitulasinya disajikan
berupa jawaban atau gambaran penilaian dalam tabel berikut :

Tabel 3. Rekapitulasi Frekuensi Jawaban Responden Subvariabel X1 (Organisasi)

Frekuensi Kategori Tanggapan Responden


Variabel Item Total
1 2 3 4 5
P-1 0 16 43 62 13 134
P-2 0 10 45 64 15 134
P-3 2 5 50 66 11 134
Subvariabel X1 P-4 0 18 62 41 13 134
(Organisasi) P-5 1 26 48 35 24 134
P-6 2 22 29 57 24 134
P-7 2 16 36 60 20 134
P-8 1 19 35 53 26 134

Sumber : Hasil data yang telah diolah

H a l a ma n 273
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2 Darto

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Kota Bandung adalah setuju. Sehingga
tanggapan responden tentang sub variabel secara umum dari tanggapan responden
X1 (organisasi) dalam implementasi yang ada terhadap seluruh pertanyaan dari
kebijakan tata ruang Kota Bandung lebih tiap dimensi subvariabel X1 (organisasi)
banyak memberikan tanggapan setuju, ragu menunjukkan nilai baik.
-ragu, dan sangat setuju. Sedangkan untuk mengetahui
Namun dari beberapa hasil tanggapan tanggapan responden mengenai
responden tersebut lebih banyak tanggapan subvariabel X2 yaitu interpretasi, dapat
yang diberikan oleh responden penelitian dilihat dari distribusi jawaban responden
bahwa aspek organisasi dalam yang rekapitulasinya disajikan dalam tabel
implementasi kebijakan tata ruang kota berikut :

Tabel 4. Rekapitulasi Frekuensi Jawaban Responden Subvariabel X2 (Interpretasi)

Frekuensi Kategori Tanggapan Responden


Variabel Item Total
1 2 3 4 5
P-9 1 12 40 58 23 134
P-10 2 17 49 52 14 134
Subvariabel X2
P-11 5 21 34 51 23 134
(Interpretasi)
P-12 3 18 30 61 22 134
P-13 2 20 43 44 25 134

Sumber : Hasil data yang telah diolah

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Kota Bandung adalah setuju. Sehingga
tanggapan responden tentang sub variabel secara umum dari tanggapan responden
X2 (interpretasi) dalam implementasi yang ada terhadap seluruh pertanyaan dari
kebijakan tata ruang kota Kota Bandung tiap dimensi subvariabel X2 (interpretasi)
lebih banyak memberikan tanggapan setuju, menunjukkan nilai baik.
ragu-ragu, dan sangat setuju.
Sedangkan untuk mengetahui tanggapan
Namun dari beberapa hasil tanggapan responden mengenai subvariabel X3 yaitu
responden tersebut lebih banyak tanggapan penerapan, dapat dilihat dari distribusi
yang diberikan oleh responden penelitian jawaban responden yang rekapitulasinya
bahwa aspek interpretasi dalam disajikan dalam tabel berikut :
implementasi kebijakan tata ruang kota

H a l a m a n 274
Darto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2

Tabel 5. Rekapitulasi Frekuensi Jawaban Responden Subvariabel X3 (Penerapan)

Frekuensi Kategori Tanggapan Responden


Variabel Item Total
1 2 3 4 5
P-14 3 25 37 43 26 134
P-15 5 20 33 66 10 134
P-16 0 16 50 56 12 134
P-17 0 20 38 64 12 134
P-18 2 18 40 53 21 134
P-19 1 13 43 55 22 134
Subvariabel X3
P-20 0 12 37 58 27 134
(Penerapan)
P-21 1 15 22 63 33 134
P-22 1 14 32 53 34 134
P-23 0 9 29 59 37 134
P-24 0 16 39 61 18 134
P-25 0 10 42 62 20 134
P-26 2 5 49 63 15 134
Sumber : Hasil data yang telah diolah

Tabel rekapitulasi frekuensi jawaban tata ruang kota Kota Bandung adalah
responden tersebut di atas menunjukkan setuju. Sehingga secara umum dari
kepada kita bahwa tanggapan responden tanggapan responden yang ada terhadap
terhadap subvariabel X3 (penerapan) dalam seluruh pertanyaan dari tiap dimensi
implementasi kebijakan tata ruang kota subvariabel X3 (penerapan) menunjukkan
Kota Bandung lebih banyak memberikan nilai baik.
tanggapan setuju, ragu-ragu, dan sangat
setuju. Sedangkan untuk mengetahui tanggapan
responden mengenai variabel Y yaitu
Tetapi dari beberapa hasil tanggapan efektifitas pemanfaatan ruang, dapat dilihat
responden tersebut sangat jelas lebih dari distribusi jawaban responden yang
banyak tanggapan yang diberikan oleh rekapitulasinya disajikan dalam tabel
responden penelitian tentang aspek berikut :
penerapan dalam implementasi kebijakan

H a l a ma n 275
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2 Darto

Tabel 6. Rekapitulasi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Y


(Efektifitas Pemanfaatan Ruang)

Frekuensi Kategori Tanggapan Responden


Variabel Item Total
1 2 3 4 5
P-27 0 18 61 37 18 134
P-28 1 26 45 36 26 134
P-29 2 22 29 61 20 134
Variabel Y P-30 2 16 44 55 17 134
(Efektivitas
P-31 1 19 38 49 27 134
Pemanfaatan
Ruang) P-32 1 12 48 59 14 134
P-33 2 17 52 50 13 134
P-34 5 21 31 54 23 134
P-35 3 18 33 56 24 134

Sumber : Hasil data yang telah diolah

Frekuensi jawaban pada tabel di atas dari tiap dimensi variabel Y (efektivitas
mengenai tanggapan responden terhadap pemanfaatan ruang) menunjukkan nilai
efektivitas pemanfaatan ruang Kota baik.
Bandung bervariasi yaitu mulai dari setuju,
ragu-ragu, dan sangat setuju. Pengaruh implementasi kebijakan tata
ruang kota terhadap efektivitas
Namun dari variasi jawaban tersebut secara pemanfaatan ruang di Kota Bandung,
umum tanggapan responden terhadap berikut gambar diagram jalur pengaruh
efektivitas pemanfaatan ruang Kota implementasi kebijakan tata ruang kota
Bandung lebih didominasi oleh jawaban (organisasi, interpretasi, penerapan)
setuju. Ini artinya bahwa tanggapan terhadap efektivitas pemanfaatan ruang di
responden terhadap seluruh pertanyaan Kota Bandung.

Gambar 1. Diagram Jalur Antar Variabel

H a l a m a n 276
Darto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2

Berdasarkan gambar diagram jalur di atas penerapan menunjukkan dimensi yang


dapat disimpulkan bahwa pengaruh secara paling dominan dalam implementasi
langsung subvariabel X1 terhadap Y sebesar kebijakan tata ruang kota. Hal ini
0.35 x 0.35 x 100 % = 12,48 %, sehingga menunjukkan bahwa aspek-aspek yang
dapat disimpulkan belum terlihat secara berkaitan dengan dimensi penerapan
signifikan, sedangkan pengaruh secara seperti instruksi yang
langsung subvariabel X2 terhadap Y sebesar berkesinambungan, kepatuhan terhadap
0.27 x 0.27 x 100 % = 7,09 %, dan prosedur yang berlaku, kebijakan tata
pengaruh secara langsung subvariabel X3 ruang yang operasional (applicable),
terhadap Y sebesar 0.49 x 0.49 x 100 % = ruang lingkup tugas implementor yang
24,27 %. Di lain pihak faktor lain yang jelas, pertanggungjawaban yang jelas,
mempengaruhi terhadap variabel Y yakni loyalitas implementor dalam
sebesar 0.17 x 0.17 x 100 % = 2,89 %. melaksanakan tugas, mengutamakan
Pengaruh untuk variabel gabungan X1 , X2 , kepentingan umum, adanya media
dan X3 terhadap Y sebesar 0.8458 atau dialogis yang partisipatif, pemilihan
84,58 %, yang tidak lain adalah besarnya implementor sesuai dengan kualifikasi,
koefisien determinasi R2y(x1x2x3) yaitu sesuainya tugas dengan kemampuan
0.8458. implementor, prosedur operasional
kebijakan memiliki dukungan berbagai
KESIMPULAN DAN SARAN pihak, pembagian tugas antar bidang
yang terkait dengan kebijakan,
1. Kesimpulan koordinasi antar bidang terkait dalam
pelaksanaan kebijakan telah mampu
Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis berjalan dengan baik dan mampu
data, dan pembahasan, maka kesimpulan mengoptimalkan efektivitas
penelitian ini adalah : pemanfaatan ruang Kota Bandung.
Pengaruh terkecil diperoleh dari dimensi
a. Implementasi kebijakan tata ruang kota
interpretasi. Secara objektif di lapangan
yang menyangkut dimensi organisasi,
kondisi ini menunjukkan masih
interpretasi dan penerapan kebijakan
banyaknya aspek-aspek yang harus
secara simultan berpengaruh secara
dibenahi oleh Dinas Tata Ruang dan
signifikan terhadap efektivitas
Cipta Karya Kota Bandung terutama
pemanfaatan ruang Kota Bandung.
berkaitan dengan tingkat kompleksitas
Melalui serangkaian uji F untuk model
perda yang perlu disederhanakan dan
umum dan uji t untuk koefisien jalur,
akhirnya diperoleh kesimpulan bahwa keakuratan data tata kota yang tepat.
implementasi kebijakan tata ruang kota
2. Saran
mempengaruhi efektivitas pemanfaatan
ruang Kota Bandung. Adapun saran yang bisa penulis sampaikan
b. Berdasarkan koefisien-koefisien jalur diantaranya adalah sebagai berikut :
dapat ditentukan bahwa secara parsial
implementasi kebijakan tata ruang kota a. Dalam implementasi kebijakan
yang memiliki dimensi-dimensi berupa dibutuhkan organisasi pelaksana yang
penerapan kebijakan memiliki efek kuat dan konsisten dalam pelaksanaan
langsung terbesar terhadap efektivitas tugasnya. Oleh karenanya pembentukan
pemanfaatan ruang Kota Bandung, Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah
diikuti oleh organisasi dan interpretasi. (TKPRD) di bawah koordinasi Dinas Tata
Tingkat variasi nilai pengaruh masing- Ruang dan Cipta Karya harus
masing dimensi, dapat dijelaskan dari difungsikan secara optimal bukan hanya
kondisi objektif di lapangan. Dimensi sekedar formalitas dan dan hanya

H a l a ma n 277
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2 Darto

menimbulkan inefisiensi sumber daya. f. Untuk mendorong pengembangan pusat


b. Dari segi interpretasi perda harus primer Gedebage, pengembangan pusat
dipahami secara mendalam dan untuk sekunder Sadang Serang, Setrasari dan
kepentingan kesejahreraan masyarakat Arcamanik perlu segera dibentuk
bukan demi kepentingan kelompok manajemen kawasan yang khusus
tertentu. Oleh karenanya perlu dibuka menangani masalah pengembangan
media dialogis untuk menggali daerah tersebut. Sehingga
informasi / data yang akurat supaya permasalahan integrasi program,
tidak terjadi multi tafsir terhadap perencanaan dan biaya pembangunan,
kebijakan tata ruang. hingga regulasi yang diperlukan relatif
c. Penegakkan hukum atas peraturan yang akan lebih mudah dicarikan solusinya.
ada. Kebijakan Rencana Tata Ruang Salah satu pola yang disarankan adalah
Wilayah dijadikan landasan hukum pola LDC (Land Development
dalam penataan dan pengembangan Corporation), pola ini ditujukan untuk
kawasan lindung atau hutan kota mengatasi permasalahan pembiayaan.
setidaknya untuk lima tahun mendatang, Dalam pola LDC lahan yang diperlukan
namun mungkin yang belum dirasakan untuk pengembangan, tak harus selalu
maksimal adalah pelaksanaan dan dibeli pemerintah kota, karena semua
upaya penegakan hukumnya. Pemberian pemilik lahan akan menjadi bagian
sanksi hukum terhadap pihak-pihak yang utama dalam manajemen kawasan.
menyalahgunakan lahan di luar Artinya pemerintah kota dan para
peruntukkannya harus lebih tegas, profesional termasuk investor
terlebih di kawasan yang telah diatur merumuskan bagaimana cara
dalam peraturan tersebut misalnya mengembangkan kawasan tersebut.
untuk wilayah Bandung Utara dan g. Perlu peran serta masyarakat dan
Bandung Barat. pelibatan seluruh stakeholders secara
d. Di bagian utara Kota Bandung nyata. Yaitu partisipasi dari kalangan
khususnya pada kawasan seperti dunia usaha, organisasi keagamaan dan
Punclut, Babakan Siliwangi dan lain-lain kemasyarakatan, kalangan Lembaga
yang berfungsi sebagai kawasan lindung Swadaya Masyarakat (LSM), badan
atau yang dapat memberikan hukum dan ahli-ahli dari perguruan tinggi
perlindungan terhadap kawasan atau lembaga-lembaga penelitian yang
bawahannya mutlak harus diselamatkan ada di Kota Bandung. Sosialisasi kepada
dan dipertahankan fungsinya. Kawasan masyarakat dan koordinasi dengan pihak
ini sangat penting sebagai daerah ruang stakeholders menjadi sangat penting
terbuka hijau, penyangga banjir dan agar kesadaran dan kepedulian serta
manfaat ekosistem lingkungan lainnya peran serta nyata mereka secara
e. Perlu diindentifikasi juga berbagai lahan terorganisasi lebih meningkat.
pada bagian-bagian kota yang strategis
untuk dijadikan hutan kota. Seperti di
perempatan Jl. Buah Batu dengan Jl.
Soekarno Hatta, Jl. Terusan
Kiaracondong dan Jl. Soekarno Hatta,
dan lahan-lahan di kawasan pemukiman
penduduk atau kompleks-kompleks
perumahan, serta lahan di ruas-ruas
jalan raya.

H a l a m a n 278
Darto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2

DAFTAR PUSTAKA Kependudukan Universitas Gadjah


Mada.
1. Buku-buku
Dye, T. R. 1983. Understanding Public
Abdullah, M.Sy. 1988. Perkembangan dan Policy. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Penerapan Studi Implementasi
(Action Research and Case Studies). Edwards III, G.C., 1980. Implementing Public
Jakarta : Lembaga Administrasi Policy. Washington : Congressional
Negara. Quarterly Press.

Al-Rasjid, Harun. 1994. Teknik Penarikan Frederickson, H.G. 1984. Administrasi


Sampel dan Penyusunan Skala. Negara Baru. Terjemahan Al-Ghozi
Bandung : Program Pascasarjana Usman. Jakarta : LP3ES.
Unpad.
Goggin, M.L., Ann O’M Bowman, James P.
Anderson, James E. 1978. Public Policy Lester, & Laurence J. O’Toole, Jr.
Making. Chicago : Holt, Rinehart and 1990. Implementation Theory and
Winston. Practice : Toward a Third Generation.
London : Scott, Foresman and
Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Company.
Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Golembiewsky, R.T., Frank Gibson, &
Geofreyy J. Cornog (Eds). 1976.
Bromley, Daniel W. 1989. Economic Interest Public Administration. Chicago : Rand
and Institutions : The Conceptual Mc Nally CollegePublishing Company.
Foundations of Public Policy. New
York : Brasil Blackwell Ltd. Grindle, M.S. 1980. Politics and Policy
Implementation in The Third World.
Daft, Richard L. 1992. Organization Theory New Jersey : Princeton University
and Design. Fourth Edition. Press.
Singapore : West Publishing
Company. Haeruman, Herman. 1999. Sistem Kota-
kota dan Penataan Ruang dalam
Denhardt, Janet V., & Roberth B. Denhardt. Pengelolaan Fungsi Kota. Buletin
2003. The New Public Service. New Tata Ruang. Jakarta : Badan
York : M. E. Sharpe. Koordinasi Tata Ruang Nasional.
Dimock, Marshal E., & Gladys Ogden Hall, R.H., and Robert E. Quinn (Eds). 1983.
Dimock. 1984. Administrasi Negara. Organizational Theory and Public
Terjemahan Husni Thamrin Pane. Policy. California : Sage Publications,
Jakarta : Aksara Baru. Inc.
Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Handayaningrat, Soewarno. 1996.
Kebijakan Publik. Terjemahan Drs. Pengantar Studi Ilmu Administrasi
Samodra Wibawa, MA dkk. dan Manajemen. Yogyakarta : Andi
Yogyakarta : Gadjah Mada University Offset.
Press.
Hesselbein, F., Marshal Goldsmith, Richard
Dwiyanto, A., Partini, Ratminto. 2002. Beckhard (Eds.). 1997. The
Reformasi Birokrasi Publik di Organization of The Future. San
Indonesia. Yogyakarta : Pusat Studi Fransisco : Jossey – Bass Publishers.

H a l a ma n 279
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2 Darto

Hodge, B.J., William P. Anthony, & Lawrence Redford, E.S. 1975. Ideal and Practice in
M. Gales. 1996. Organization Theory : Public Administration. America :
A Strategic Approach. Fifth Edition. University of Alabama Press.
London : Harwester Wheatsheap.
Ripley, R.B., & Grace A. Franklin. 1986.
Hoogerwerf. 1983. Ilmu Pemerintahan. Policy Implementation and
Terjemahan R.L.L. Tobing. Jakarta : Bureaucracy. Chicago : The Dorsey
Erlangga. Press.
Islamy, M. Irfan. 2003. Prinsip-prinsip Robbins, S. P. 1990. Organization Theory :
Perumusan Kebijaksanaan Negara. Structure, Design, and Applications.
Jakarta : Bumi Aksara. New Jersey : Prentice-Hall
International, Inc.
Jones, Charles O. 1991. Pengantar
Kebijakan Publik. Terjemahan Ricky Saefullah, A. D. 1996. Etika Jabatan Publik.
Istamto. Jakarta : Rajawali. Bandung : LAN.
Jones, G.R. 1995. Organizational Theory : Santoso, Amir. 1987. Analisis
Text and Case. New York : Addison Kebijaksanaan Publik : Suatu
Wasley Publishing Company. Pengantar. Jurnal Ilmu Politik 3 : 3 –
13. Jakarta : PT. Gramedia.
Lemay, M. E. 2002. Public Administration.
Canada : Thomson Learning. Schermerhorn, J.R., James G. Hunt, &
Richard N. Osborn. 1994. Managing
Mintberg, H. 1979. The Structuring of Organization Behavior. New York :
Organization : A Synthesis of The John Wiley & Sons, Inc.
Research. Tokyo : Prentice-Hall of
Japan, Inc. Sharkansky, I. 1975. Public Administration :
Policy-Making in Government
Nasution, S. 1996. Metode Research Agencies. Third Edition. Chicago :
(Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi College Publishing Company.
Aksara.
Siagian, Sondang P. 1997. Bunga Rampai
Nazir, Mohammad. 1999. Metode Manajemen Modern. Jakarta : PPM.
Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Smith, S.L.J. 1989. Tourism Analysis A
Nugroho D., Riant. 2004. Kebijakan Publik Handbook. England : Longman
Formulasi, Implementasi, dan Scientific and Technical.
Evaluasi. Jakarta : Elex Media
Komputindo. Stoner, James A. F. And R. Edward Freeman.
1989. Management (Fourth
Pfiffner, J.M. & Robert Presthus. 1967. Edicition). New Jersey : Prentice-Hall,
Public Administration. New York : The Inc., Englewood Cliffs.
Ronald Press Company.
Sugandha, D. 1989. Pengantar Administrasi
Pressman, J.L., & Aaron Wildavsky. 1973. Negara. Jakarta : Intermedia.
Implementation : How Great
Expectation in Washington are Dased Sugiyono. 1997. Metode Penelitian
in Oakland. London : California Press. Administrasi. Bandung : Alfabeta.

H a l a m a n 280
Darto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2

Soehartono, Irawan. 1999. Metode Wibawa, Samodra. 1994. Kebijakan Publik,


Penelitian Sosial : Suatu Teknik Proses dan Analisis. Jakarta :
Penelitian Bidang Kesejahteraan Intermedia.
Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya.
Bandung : Remaja Rosdakarya. Wheelen, T.L., & J. David Hunger. 1992.
Strategic Management and Business
Supriyanto, Budi. 1996. Tata Ruang dalam Policy. New York : Addison Wasley
Pembangunan Nasional : Suatu Publishing Company.
Strategi dan Pemikiran. Jakarta :
Lembaga Strategi Pengembangan 2. Dokumen dan Publikasi
Ilmu.
Peraturan Daerah Kota Bandung No. 18
Tamim, F. 2004. Reformasi Birokrasi : Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Analisis Pendayagunaan Aparatur. Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Jakarta : Balantika. Bandung.

Thoha, Miftah. 2002. Dimensi-dimensi Santosa, Pandji. 2006. Pengaruh


Prima Ilmu Administrasi Negara. Pengendalian dan Koordinasi
Jakarta : RajaGrafindo Persada. terhadap Efektivitas Penggunaan
Lahan di Kawasan Cekungan
Tjokroamidjojo, B.1974. Kebijaksanaan dan Bandung. Disertasi, Program
Administrasi Pembangunan : Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Perkembangan Teori dan Penerapan. Bandung.
Jakarta : LP3ES.
Sulandri, Titiek. 2003. Proses Evaluasi IUUG
Tjokrowinoto, M. 1996. Pembangunan : dalam Pemberian Ijin Factory Outlet.
Dilema dan Tantangan. Yogyakarta : Tesis, Program Pascasarjana Institut
Pustaka Pelajar. Teknologi Bandung.

Wahab, Solichin Abdul. 2002. Analisis Tachjan. 2005. Pengaruh Kapasitas


Kebijakan Publik Teori dan Organisasi Pembina dan Kualitas
Aplikasinya. Malang : Fakultas Ilmu Program Pembinaan Usaha Jasa
Administrasi Universitas Brawijaya. Akomodasi terhadap Kewirausahaan
Pengusaha dalam Penyerapan
Tenaga Kerja dari Masyarakat
Setempat. Disertasi, Program
Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Bandung.

H a l a ma n 281
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 2

H a l a m a n 282

Anda mungkin juga menyukai