Abstrak
Judul penelitian ini adalah : “Implementasi Kebijakan Revitalisasi Kota Tanpa Kumuh
Neigborhood Upgrading And Shelter Sector Project (NUSSP) di Kota Bima. Dengan
tujuan untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Revitalisasi Kota Tanpa Kumuh
Neigborhood Upgrading And Shelter Sector Project (NUSSP) di Kota Bima. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Informan kunci dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kepala Dinas Tata Kota, Energi dan
Pertambangan Kota Bima, b. Kepala Bidang, Kepala Seksi, Koordinator Program,
Camat, Lurah, Ketua BKM, Ketua KSM dan Masyarakat. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini selain menggunakan wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. (d) Tehnik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dengan
pendekatan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian bahwa : pertama; Sosialisasi Program Kota Tanpa Kumuh di Kota
Bima sudah dilaksanakan dengan lancar sesuai dengan tahapan dan mekanisme
kegiatan pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) mulai dari sosialisasi di
tingkat Kota Bima sampai dengan di tingkat kelurahan yang mendapatkan program
kota tanpa kumuh (Kotaku), kedua; Perencanaan program kegiatan di tingkat
kelurahan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan program dan besarnya anggaran
kota tanpa kumuh. Besarnya anggran kotaku disetiap kelurahan bervariasi tergantung
dari analisis kerusakan infrastruktur lingkungan, rumah tidak layak huni, sanitasi
lingkungan yang tidak sehat. Dengan Pola perencanaan penangan kota tanpa kumuh,
meliputi : pertama; Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bima, dan Kedua; Rencana
Struktur Ruang Kota Wilayah Kota Bima. Dan Ketiga; 3.Pelaksanaan program kota
tanpa kumuh di Kota Bima, dilakukan secara transparan dan terbuka, dimana
implementasi kebijakan revitalisasi kotaku tanpa kumuh telah dilaksanakan dengan
tingkat pencapaian 100% sesuai dengan program kota tanpa kumuh di masing-masing
kelurahan. Program ini di Kota Bima lebih difokuskan pada perbaikan infrastruktur
dan penataan drainase, gang, jalan lingkungan, pembangunan dan perbaikan sanitasi
lingkungan dan kebutuhan untuk air bersih masyarakat. Sehingga Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM) sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
program kota tanpa kumuh di masing-masing kelurahan yang ada di Kota Bima telah
membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai pelaksana program di
masing-masing Lingkungan RW/RT.
merupakan hak dasar yang harus dijamin kumuh dan munculnya anggapan bahwa
pemenuhannya oleh Pemerintah sebagai pemerintah kota setempat tidak mampu
penyelenggara negara. mengelola peningkatan kualitas perumahan
Rumah/hunian merupakan yang berkualitas.
kebutuhan dasar manusia dan mempunyai Krisis perencanaan perkotaan di
peran yang sangat strategis dalam antaranya disebabkan oleh kurangnya
membentuk watak serta kepribadian tenaga profesional dalam bidang
bangsa. Dalam rangka pemenuhan perencanaan kota, sehingga produk yang
kebutuhan perumahan pemerintah dihasilkan di berbagai kota kurang
melakukan usaha-usaha pembangunan berkualitas atau di bawah standar penataan
perumahan dengan melibatkan berbagai kota yang ideal. Selain itu, tumpang
pihak baik perorangan maupun badan tindihnya bebagai perencanaan dan
hukum. Usaha pemerintah tersebut tidak kebijakan kota oleh instansi yang berbeda,
terlepas dari tujuan negara untuk berakibat pada ketidak jelasan aparat
menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya pelaksananya kebijakan tersebut di
sebagaimana diamanatkan dalam Undang- lapangan. (Ruddy Williams. Klasifikasi
Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Perncanaan Pembangunan Kota
Permasalahan yang dihadapi dalam Berwawasan Lingkungan. Penerbit
konteks perumahan pada banyak kota di Widiatama. Jakarta. 2001. hlm 52.
Indonesia adalah semakin berkembangnya Permukiman kumuh merupakan
perumahan dan pemukiman yang kumuh. masalah yang dihadapi oleh hampir semua
Hal ini disebabkan oleh konsep penataan kota-kota besardi Indonesia bahkan kota-
kota yang umumnya berkembang secara kota besar di negara berkembang lainnya.
bertahap tetapi tanpa dilandasi perencanaan Pertumbuhan penduduk merupakan faktor
kota yang menyeluruh dan terpadu. utama yang mendorong pertumbuhan
Penataan kota tidak dipersiapkan atau permukiman, sedang kondisi sosial ekonomi
direncanakan untuk menampung masyarakat dan kemampuan pengelola kota
pertumbuhan penduduk yang besar dalam akan menentukan kualitas permukiman
waktu yang relative pendek. Kota-kota besar yang terwujud. Kota Bima sebagai kota yang
di Indonesia menampilkan wajah ganda, di berada di Wilayah Pulau Sumbawa tidak
satu sisi terlihat perkembangan terlepas dari permasalahan permukiman
pembangunan yang serba mengesankan kumuh dengan kepadatan penduduknya
dalam wujud arsitektur modern di yang kian hari kian meningkat.
sepanjang tepi jalan utama kota, namun di Penanganan permukiman kumuh
sisi lain Nampak menjamurnya lingkungan menjadi tantangan yang rumit bagi
kumuh dengan sarana dan prasarana yang pemerintah kota/kabupaten, karena selain
sangat tidak memadai untuk mendukung merupakan masalah, di sisi lain ternyata
keberlangsungan kehidupan manusia yang merupakan salah satu pilar penyangga
hidup di wilayah perkotaan tersebut, perekonomian kota. Berangkat dari cita-cita
sehingga menunjukkan adanya krisis dalam bangsa dan memperhatikan berbagai
perencanaan perkotaan. Fenomena tantangan yang ada, Pemerintah
pembangunan perkotaan yang tidak menetapkan penanganan perumahan dan
terencana dengan baik, pada perkembangan permukiman kumuh sebagai target nasional
berikutnya berdampak pada munculnya yang dituangkan dalam Rencana
masalah dalam kehidupan masyarakat Pembangunan Jangka Menengah Nasional
perkotaan, seperti munculnya kesan bahwa (RPJMN) 2015-2019. Dalam RPJMN 2015-
kota menjadi kumuh, mudah terjangkitnya 2019 disebutkan bahwa salah satu sasaran
penyakit pada masyarakat di pemukiman pembangunan kawasan permukiman adalah
Bima dalam rangka pelaksanaan rencana Kota Tanpa Kumuh Neigborhood Upgrading
tata ruang kota program penataan And Shelter Sector Project (NUSSP). 3). Bagi
permukiman kumuh perkotaan telah masyarakat itu sendiri dapat meningkatkan
melaksanakan program Neigborhood perannya dalam menjaga lingkungan agar
Upgrading and Shelter sector Project tetap keadaan baik, sanitasi dan kebersihan
(NUSSP). Program ini merupakan program lingkungan sehat dan masyarakat cerdas dan
Kementerian Pekerjaan Umum, melalui sehat serta sejahtera.
Direktorat Jenderal Cipta Karya,
yangkemudian akan dilanjutkan kembali ke TINJAUAN PUSTAKA
tahap ke-II, yang akan di mulai 2014-
2017(Media Online Tribun Timur, Selasa, 16 Konsep Implementasi Kebijakan dan
Juli 2013). Program ini ditujukan sebagai Pemukiman Kumuh
bentuk pemecahan masalah permukiman Pelaksanaan kebijakan publik adalah
kumuh perkotaan, yang akan difokuskan implementasi atau penerapan suatu
pada revitalisasi wilayah Kota Bima. Namun, kebijakanpublik melalui program, aktifitas,
program NUSSP tahap ke-I sebelumnya aksi, atau tindakan dalam suatu mekanisme
belum menampakkan hasil yang maksimal yangterikat pada suatu sistem
dan belum dapat memecahkan tertentu.Terbitnya kebijakan publik
permasalahan permukiman kumuh ini. dilandasi kebutuhan untuk penyelesaian
Kaitan dengan pentingnya penataan masalah yang terjadi di
pemukiman rumah kumuh, maka dalam masyarakat.Kebijakan publik ditetapkan
penelitian ini penulis akan mengetengahkan oleh para pihak (stakeholders), terutama
judul : “Implementasi Kebijakan Revitalisasi pemerintah yang diorientasikan pada
Kota Tanpa Kumuh Neigborhood Upgrading pemenuhan kebutuhan dan kepentingan
And Shelter Sector Project (NUSSP) di Kota masyarakat.Makna dari pelaksanaan
Bima.” Berdasarkan pada latar belakang kebijakan publik merupakan suatu
masalah tersebut, maka permasalahan yang hubungan yang memungkinkan pencapaian
diajukan terumuskan sebagai berikut tujuan-tujuan atau sasaran sebagai hasil
:Bagaimana Implementasi Kebijakan akhir dari kegiatan yang dilakukan
Revitalisasi Kota Tanpa Kumuh Neigborhood pemerintah. Kekurangan atau kesalahan
Upgrading And Shelter Sector Project kebijakan publik akan dapat diketahui
(NUSSP) di Kota Bima?. Tujuan Penelitian setelah kebijakan public tersebut
Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan dilaksanakan, keberhasilan pelaksanaan
Revitalisasi Kota Tanpa Kumuh Neigborhood kebijakan publik dapat dilihat dari dampak
Upgrading And Shelter Sector Project yang ditimbulkan sebagai hasil evaluasi atas
(NUSSP) di Kota Bima. Manfaat Penelitian pelaksanaan suatu kebijakan (Rohman,
1). Bagi Dinas Tata Kota dan Pemukiman 2016).
Wilayah Kota Bima dapat memberikan Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2011
gambaran dan informasi yang berguna tentang Perumahan dan Kawasan
dalam melakukan kebijakan dan strategi Permukiman dijelaskan bahwa Permukiman
yang berkaitan denganrevitaslisasi Kumuh adalah permukiman yang tidak laik
pemukiman kumuh pasca banjir bandang huni karena ketidakteraturan bangunan,
tahun 2016 melalui program Kota Tanpa tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan
Kuuh (KOTAKU). 2). Bagi peneliti lain kualitas bangunan serta sarana
sebagai Sebagai bahan referensi dan danprasarana yang tidak memenuhi syarat,
informasi yang ingin melakukanpenelitian sedangkan Perumahan Kumuh adalah
lebih lanjut terutama yang berhubungan perumahan yang mengalami penurunan
dengan Implementasi Kebijakan Revitalisasi kualitas fungsi sebagai tempat hunian.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan masalah dan tujuan penelitian. Informan
dalam proses penelitian ini yaitu metode kunci dalam penelitian ini adalah sebagai
penelitian deskriptif. Penelitian ini berikut: a. Kepala Dinas Tata Kota, Energi
mengambil lokasi di Kota Bima. Fokus dalam dan Pertambangan Kota Bima, b. Kepala
penelitian ini adalah Implementasi Bidang, Kepala Seksi, Koordinator
Kebijakan Revitalisasi Kota Tanpa Kumuh Program, Camat, Lurah, Ketua BKM, Ketua
Neigborhood Upgrading And Shelter Sector KSM dan Masyarakat.
Project (NUSSP) di Kota Bima. 2. Informan Pendukung.
Koentjaraningrat (2009)memberikan Informan pendukung diposisikan sebagai
gambaran tentang informan yaitu informan pelengkap data yang dibutuhkanpeneliti
pangkal dan informan kunci.Informan apabila data yang diperoleh dari informan
pangkal adalah orang yang dipandang kunci dianggap kurang dan bisajuga
mampu memberikan informasi secaraumum sebagai penguat keabsahan data yang
dan mampu menunjukkan orang lain sebagai diberikan oleh informan kunci.
informan kunci yang dapatmemberikan Informanpendukung dalam penelitian ini
informasi lebih dalam. adalah Sekretariat Daerah Kabupaten
Adapun yang dijadikan informan Bima
hanyalah yangdapat memberikan sumber Sumber data dalam penelitian ini
informasi terhadap permasalahan yang dikelompokkan berdasarkan macam data
menjadi fokus daripenelitian ini, oleh karena (meliputidata primer dan sekunder).
itu sample dipilih secara purposive Sumber data primer diperoleh dari
sampling.Purposive dilakukan bertalian wawancara tak berstruktur,
dengan tujuan tertentu, Informan yang pengamatanlangsung di lapangan dan
ditentukan penulis dalam penelitian ini dokumentasi. Sumber data sekunder
adalah : diperoleh dari instansi terkait. Teknik
1. Informan Kunci. pengumpulan data dalam penelitian ini
Informan kunci merupakan informan menggunakan wawancara tak
yang dianggap mengetahui seluk beluk berstruktur, observasi dan dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan
pencegahan dan peningkatan kualitas terdiri dari Rencana Struktur Ruang Kota
pemukiman kumuh serta untuk membangun Wilayah Kota Bima,dan Rencana Pola Ruang
kesamaan pemahaman tentang skema Wilayah Kota Bima. Kedua; Rencana
kerjasama antara program pusat dan daerah Struktur Ruang Kota Wilayah Kota
agar ada peningkatan kualitas dalam BimaStruktur ruang adalah susunan pusat-
pelaksanaan program ini. Hasil wawancara pusat permukiman dan sistem
dengan beberapa informan disimpulkan jaringanprasarana dan sarana yang
bahwa pemenuhan layanan dasar dibidang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
prasarana pekerjaan umum di kawasan ekonomimasyarakat yang secara hirarkis
permukiman adalah tugas dan fungsi dari memiliki hubungan fungsional. Rencana
dirjen pemukiman wilayah. strukturruang wilayah Kota Bima meliputi:
Kemudian di tingkat kelurahan yang a. Satuan Wilayah Pengembangan (SWP);
telah mendapatkan program Kotaku ini b. Sistem Pusat Pelayanan Kegiatan Kota;
dilakukan sosialisasi kepada Tokoh dan
Masyarakat, Ketua RT, RW, Lembaga- c. Sistem Jaringan Prasarana.
lembaga kelurahan, semuanya telah Dan ketiga; Rencana Pola Ruang Kota
dilaksanakan sesuai dengan tahapan Wilayah Kota Bima, dimana Pola ruang
pelaksanaan program kota tanpa adalah distribusi peruntukan ruang dalam
kumuh.Sejalan dengan pendekatan program suatu wilayah yang meliputi peruntukan
ini yaitu pertama; kolaborasi sinergi yaitu ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
membangun kerjasama antara masyarakat ruang untuk fungsi budi daya.
dengan Pemda Kota Bima dan swasta (CSR),
kedua; pembangunan infrastruktur berbasis 4.2.3. Pelaksanaan program kota tanpa
masyarakat dalam rangka perubahan sikap kumuh di Kota Bima
dan prilaku dan revitalisasi peran BKM yang Pelaksanaan program kota tanpa
mendukung peran aktif masyarakat dalam kumuh di Kota Bima, dilakukan secara
percepatan penanganan kumuh transparan dan terbuka. Dimana setiap
diwilayahnya.serta ketiga; Tridaya, dimana kelurahan yang telah mendapatkan program
kegiatan penanganan kumuh maupun kotaku ini, sesuai dengan rencana program
pencegahannya meluas dilakukan secara yang telah disusun, maka dilakukan
komprehensif melalui sinergi penanganan pelaksanaan program kotaku di setiap
infrastruktur fisik, pengembangan ekonomi wilayah sesuai dengan yang telah diatur
lokal dan penanganan social. dalam rencana program. Penanganan
4.2.2. Perencanaan program kegiatan di permukiman kumuh membutuhkan
tingkat kelurahan disesuaikan dengan kolaborasi banyak sector oleh banyak pihak
tingkat kebutuhan program dan besarnya untuk dapat mengerahkan berbagai sumber
anggaran kota tanpa kumuh. Besarnya daya dan dana dari tingkat pusat, profinsi,
anggran kotaku disetiap kelurahan kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan
bervariasi tergantung dari analisis termasuk pihak swasta, perguruan tinggi
kerusakan infrastruktur lingkungan, rumah dan kelompok peduli lainnya. Melalui
tidak layak huni, sanitasi lingkungan yang keterpaduan program. Pemerintah kota
tidak sehat. Pola perencanaan penangan Bima di harapkan mampu menggalang
kota tanpa kumuh, meliputi : pertama; kolaborasi tersebut dalam peningkatan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bima, kualitas permukiman diwilayahnya untuk
dimana Rencana Tata Ruang Wilayah mewujudkan 0 ha permukiman kumuh
(RTRW) Kota Bima Tahun 2013-2019 hingga tahun 2019.
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Sebagai satu kesatuan sub-sistem
Bima Nomor 25 Tahun 2016 secara subtantif wilayah Kota Bima, maka pemerintah
kelurahan bersama Badan Keswadayaan tersebut dari berbagai segi. Dari segi wilayah
Masyarakat/ Lembaga Keswadayaan terdampak, banjir mengenai 34 dari 38
Masyarakat (BKM/ LKM) perlu melakukan kelurahan yang ada di Kota Bima. Sejumlah
hal yang sama secara sinergi dan 105.797 jiwa terdampak dari jumlah seluruh
berkolaborasi untuk meneruskan program penduduk Kota Bima (159.736 jiwa), atau
pencegahan dan peningkatan kualitas 26.256 Kepala Keluarga dari total 39.187 KK
permukiman di wilayahnya. Program di Kota Bima.
tersebut tentunya harus terintegrasi dengan Dari segi material, kerusakan dan
Rencana Pembangunan Jangka kerugian sebesar lebih kurang Rp. 1,2 triliun,
Menengah/RencanaKerja Pembangunan meliputi sektor perumahan, infrastruktur,
(RPJM/RKP) kelurahan atau Rencana sosial, ekonomi dan lintas sektor. Khusus
Strategis/Rencana Kerja (Renstra/ Renja) untuk sektor perumahan, nilai kerusakan
kecamatan yang dilengkapi dengan mencapai Rp. 318 milyar, dengan rincian:
perencanaan rinci dalam dokumen Rencana rumah rusak sebanyak 2.061 unit (660
Penataan Lingkungan Permukiman / rusak berat, 599 rusak sedang, 802 rusak
Rencana Tindak Penataan Lingkungan ringan) serta rumah tergenang 26.256 unit.
Permukiman (RPLP/RTPLP). Perencanaan Prasarana lingkungan berupa drainase
di tingkat kelurahan tersebut tentunya harus sepanjang 12.416 meter mengalami rusak
terkoneksi dengan sistim perencanaan berat, 124.914 meter rusak ringan, serta
penanganan permukiman kumuh kota Bima jalan lingkungan sepanjang 163.546 meter
dan selaras dengan perencanaan Rencana mengalami rusak ringan.
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Wilayah permukiman yang terdampak
(RPJMD) Kota Bima. dan merupakan paling parah tentu di lingkungan
penjabaran dari visi, misi, strategi dan permukiman kumuh. “Dari data tersebut,
rencana tahapan pelaksanaan program bisa kita peroleh gambaran besarnya
penanganan permukiman kumuh di wilayah pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan
Kota Bima. terkait peningkatan kualitas permukiman.
Tujuan utama program Kotaku adalah Berdasarkan analisis dan data yang
peningkatan kualitas permukiman kumuh. diperoleh daerah kumuh dari Dinas Tata
Tujuan ini semakin relevan dan urgen Kota, Energi dan Pertambangan Kota Bima,
setelah Kota Bima dihantam oleh banjir mengenai luasan kumuh Kota Makassar
bandang pada tanggal 21 dan 23 Desember yang tersebar di seluruh kecamatan dapat di
tahun 2016 lalu . Dampak banjir bandang lihat pada tabel berikut:
Tabel 1.4. Luas Daerah Kumuh berdasarkan Kecamatan di Kota Bima Tahun 2017
No. Kelurahan Luas Daerah kumuh (Ha) Penduduk di Daerah
Kumuh (Jiwa)
1. Jatibaru 19,60 7.690
2. Jatiwangi 22,18 10.839
3. Kolo 26,49 4.278
4. Melayu 0,76 7.345
5. Tanjung 0,79 7.309
6. Dara 7,34 7.368
7. Nae 0,31 5.218
8. Sarae 0,48 7.531
9. Monggonao 0,63 5.942
10. Sambinae 5,43 2.313
11. Manggemaci 0,52 4.192
Tabel 4. Luas Daerah Kumuh berdasarkan Kecamatan di Kota Bima Tahun 2017
No. Kelurahan Besarnya Anggaran Kotaku Prosentase pencapaian
(juta Rp) (%)
1. Jatibaru 350 100
2. Jatiwangi 350 100
3. Kolo 400 100
4. Melayu 400 100
5. Tanjung 500 100
6. Dara 1000 100
7. Nae 350 100
8. Sarae 400 100
9. Monggonao 500 100
10. Sambinae 450 100
11. Manggemaci 350 100
12. Santi 400 100
13. Paruga 450 100
14. Rabangodu Utara 450 100
15. Penaraga 1.000 100
16. Rontu 350 100
17. Rabadompu Barat 400 100
7.000
Sumber : Dinas Tata Kota, Energi dan Pertambangan, tahun 2017