Anda di halaman 1dari 21

c

c c 


 c

 c c 
cc
 
c
c 
 c
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Desa Terpadu

DISUSUN OLEH:

DISUSUN OLEH:

GITANANDYA KARTIKASARI 0910660008


KELAS B

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
c
c
c
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

c
c Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan
sejahtera. Dalam penyelenggaraaannya pembangunan tahapan yang paling awal dan merupakan
tahapan paling vital adalah tahap perencanaan. Perencanaan merupakan suatu hal yang sangat
menentukan keberhasilan pembangunan yang dilaksanankan dalam suatu Negara. Oleh sebab itu
dalam perencanaan pembangunan pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan
kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan (partisipatif).
Pembangunan hanya akan menghasilkan produk perencanaan yang kurang berarti bagi
masyarakanya jika tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
Di Indonesia selama masa pemerintahan orde baru, pembangunan yang dilaksanakan di
seluruh wilayah Indonesia mulai dari pusat sampai ke tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan desa
dijalankan dengan sistem perencanaan yang sentralistik (terpusat). Campur tangan pemerintah
pusat terhadap pembangunan dan kehidupan masyarakat di daerah sangat dominan. Sistem
perencanaan yang digunakan adalah sistem perencanaan top-down dimana semua program
pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat dan masyarakat hanya menerima saja (Nugroho,
2006 dalam Sayumitra, 2009).
Setiap tahapan proses pembangunan ditentukan oleh Negara, sementara partisipasi
masyarakat tidak pernah diperhatikan. Masyarakat hanya menjadi pelengkap dalam setiap
rancangan pembangunan. Akibat dari perencanaan yang bersifat sentralistik tersebut, berbagai
masalah timbul ke hadapan masyarakat antara lai pembangunan yang dilaksanakan tidak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat sehingga hasilnya tidak dapat meningkatkan taraf hidup menjdai
lebih baik. Konsep partisipasi dalam pemabanguan di Indonesia mempunyai tantangan yang
sangat besar. Model pembangunan dan perencanaan yang telah ada selama ini tidak memberikan
kesempatan pada partisipasi masyarakat. Oleh karena itu diperlukan upaya membangkitkan
partisipasi masyarakat tersebut. Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memberdayakan
masyarakat sehingga masyarakat akan berpartisipasi secara langsung terhadap pembangunan.
c Masyarakat sebagai subyek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan
dapat berperan secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi
pembangunan. Masyarakat lokal dengan pengetahuan serta pengalamannya menjadi modal yang
sangat besar dalam melaksanakan pembangunan, karena masyarakat lokal-lah yang mengetahui
apa permasalahan yang dihadapi serta potensi yang dimiliki oleh daerahnya.

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

Bagi masyarakat di pedesaan, perencanaan partisipatif merupakan sebuah instrument


yang sangat penting karena merupakan salah satu dari serangkaian perjalanan pembangunan
tersebut merupakan langkah awal yang akan menentukan keberhasilan pembangunan di
pedesaan. Desa memiliki pengaruh yang besar dalam pembangunan serta politik pemerintahan di
tanah air. Dari sisi sumber daya alam, desa merupakan pensuplai utama sumber bahan makanan
penduduk kota-kota besar. Oleh karena itu sudah seharusnya perencanaan pembangunan di desa
merupakan sebuah hasil proses musyawarah yang senantiasa memperhatikan aspirasi masyarakat
secara utuh. Dengan demikian pelaksanaan pembangunan di desa benar-benar dapat dirasakan
oleh masyarakat serta berjalan secara efektif dan efisien.
c Menurut Sayumitra (2009), di era desentralisasi dan keterbukaan ini sudah saatnya
masyarakat desa diberi kesempatan dan kewenangan luas dalam mengelola pembangunan yang
ada di wilayahnya. Kewenangan tersebut baik dimulai sejak tahapan perencanaan, pelaksanaan
hingga evaluasinya. Pendekatan seperti itu memungkinkan semua aktivitas pembangunan di desa
sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat desa dan sesuai dengan
konteks setempat (baik kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan fisiknya).
Dalam pengembangan air bersih dan sanitasi di Desa Bendosari saat ini sudah mengarah
ke pendekatan perencanaan yang berbasis partisipasi masyarakat. Proyek-proyek pengembangan
air bersih dan sanitasi yang melalui pelatihan-pelatihan kepada masyarakat dapat meningkatkan
kualitas penyediaan air bersih dan sanitasi di Desa Bendosari tersebut. Program pemberdayaan
masyarakat serta perencanaan yang melibatkan masyarakat diharapkan merupakan sebuah proses
yang berkelanjutan dan dapat berjalan dengan baik sampai seterusnya.

 
c
c c c cc c
Desa memegang peranan penting dalam proses implementasi kebijakan pembangunan
karena desa merupakan struktur pemerintah terendah dari sistem pemerintahan di Indonesia.
Segala kebijakan nasional pasti bermuara pada pembangunan desa. Masyarakat harus diberikan
ruang untuk turut berperan dalam perencanaa desa. Sebab disadari atau tidak, pembangunan desa
telah banyak dilakukan sejak dahulu tapi sampai sekarang hasilnya masih belum memuaskan
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

Menurut Adisasmita (2006), agar pembangunan pedesaan dapat menyentuh seluruh


lapisan masyarakat maka harus diterapkan:
1.c Pembangunan pedesaan seharusnya menerapkan prinsip transparansi (keterbukaan),
partisipatif, dapat dinikmati masyarakat, dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas),
dan berkelanjutan.
2.c Sasaran pembangunan pedesaan, yaitu untuk terciptanya peningkatan produksi dan
produktivitas, percepatan pertumbuhan desa, peningkatan keterampilan dalam
berproduksi dan pengembangan lapangan kerja dan lapangan usaha produktif, penigkatan
prakarsa dan partisipasi masyarakat dan perkuatan kelembagaan.
3.c Pengembangan pedesaan yang mempunyai ruang lingkup pembangunan sarana dan
prasarana pedesaan, pemberdayaan masyarakat, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya manusia, penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan
pendapatan (khususnya terhadap kawasan-kawasan miskin) dan penataan keterkaitan
antar kawasan pedesaan dengan kawasan perkotaan
Akan tetapi dalam melakukan pembangunan pedesaan, banyak sekali hambatan yang
ditemui. Menurut Buuterfield dalam Sayumitra (2009) hambatan tersebut adalah:
1.c Perbedaan persepsi. Perencanaan pembangunan sering tidak tepat dalam menanggapi
antara apa yang pemerintah programkan dengan apa yang benar-benar dibutuhkan
masyarakat pedesaan. Sehingga terjadi permasalahan dalam pembangunan desa, karena
masyarakat desa memiliki persepsi yang buruk terhadap pembangunan yang dilakukan di
desanya.
2.c Kesukaran memilih model pembangunan yang tepat. Mungkin sekali kesulitan ini
muncul karena masyarakat pedesaan itu pada umumnya tertutup dan masaih bingung
dalam menerima hal-hal baru, sehingga pemerintah pun menjadi bingung pula dalam
menentukan model pembangunan apa yang sebaiknya diterapkan bagi masyarakat
pedesaan.
3.c Batasan waktu. Program pembangunan pedesaan lambat untuk terlihat hasilnya sehingga
pemerintah sering merasa kurang sabar dalam menangani usaha pembangunan pedesaan.
4.c Persoalan praktis. Hambatan ini muncul bila hal-hal dalam tahap pelaksanaannya
membuat pembangunan desa terhambat, misalnya saja kurangnya teknologi, kurangnya
pengelola yang terlatih dan sebagainya.

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

Memperhatikan kekurangan dan kegagalan pembangunan perancanaan di pedesaan, maka


perlu dilakukan penyempurnaan terhadap pendekatan pembangunan desa yang sesuai dengan
kompleksitas pembangunan serta aspirasi masyarakat. Pendekatan perencanaan partisipatif
adalah model yang paling tepat untuk diterapkan dalam proses perencanaan di pedesaan.
Istilah partisipasi sekarang ini menjadi kata kunci dalam setiap program pengembangan.
Dalam perkembangannya seringkali diucapkan dan ditulis berulang-ulang tetapi kurang
dipraktekkan, sehingga cenderung kehilangan makna. Partisipasi sepadan dengan arti peranserta,
ikutserta, keterlibatan, atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis,
merencanakan dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.
Menurut Suzetta (2007), sebagai cerminan lebih lanjut dari demokratisasi dan partisipasi
sebagai bagian dari good governance maka proses perencanaan pembangunan juga melalui
proses partisipatif. Pemikiran perencanaan partisipatif diawali dari kesadaran bahwa kinerja
sebuah prakarsa pembangunan masyarakat sangat ditentukan oleh semua pihak yang terkait
dengan prakarsa tersebut. Sejak dikenalkannya model perencanaan partisipatif, istilah
³stakeholders´ menjadi sangat meluas dan akhirnya dianggap sebagai idiom model ini.
Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk
memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan dengan
potensi sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah, yaitu peningkatan aspirasi berupa
keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran-
serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa-memiliki pada
kelompok masyarakat terhadap program kegiatan yang telah disusun.
Prinsip kerja dari pembangunan melalui partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:
1.c Program kerja disampaikan secara terbuka kepada masyarakat dengan melakukan
komunikasi partisipatif agar mendapat dukungan masyarakat,
2.c Program kerja dilaksanakan melalui kerjasama dan kerja bersama kelompok antara
masyarakat, pejabat desa dan segenap warga dalam rangka memperkecil hambatan dalam
program,
3.c Program kerja tidak mengarah pada golongan tertentu di masyarakat atau kelompok agar
tidak menimbulkan perpecahan,
4.c Selama program berjalan, koordinasi selalu dilakukan secara vertikal maupun horizontal,

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

5.c Tidak perlu bersikap superior atau ³merasa paling tahu´ dalam setiap kesempatan
pelaksanaan program kerja,
6.c Tidak perlu memberikan janji kepada siapapun tetapi kesungguhan kerja dalam konteks
program kerja yang sudah ditentukan.
Menurut Tampubolon (2006), ˜ 
  dengan segala kegiatannya dalam
pembangunan sebaiknya menghindari metode kerja "       ˜ ", tetapi
mengadopsi metode kerja "   ˜ ". Metode kerja    , akan menjadikan
masyarakat menjadi pasif, kurang kreatif dan tidak berdaya, bahkan mendidik masyarakat untuk
bergantung pada bantuan pemerintah atau organisasi-organisasi sukarela pemberi bantuan.
Sebaliknya, metode kerja    , merangsang masyarakat menjadi aktif dan dinamis serta
mampu mengidentifikasi mana kebutuhan yang sifatnya -          dan  ˜ 
 .
Berdasarkan berbagai pejelasan di atas, maka berbagai metode yang digunakan dalam
proses perencanaan partisipasi pembangunan masyarakat adalah sebagai berikut:
1.c ‘˜     (PRA)
Menurut NN (2002), pendekatan, metode dan teknik PRA (Participatory Rural Appraisal)
berkembang pada periode 199O-an. Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah sebuah
metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama dengan masyarakat
untuk mengetahui, menganalisa dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multi-
disiplin dan keahlian untuk menyusun informasi dan pengambilan keputusan sesuai dengan
kebutuhan. PRA mempunyai sejumlah teknik untuk mengumpulkan dan membahas data.
Teknik ini berguna untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat. Teknik-teknik PRA antara
lain :
a.c „ ˜   
  (SDR) ± Review Data Sekunder. Merupakan cara
mengumpulkan sumber-sumber informasi yang telah diterbitkan maupun yang belum
disebarkan. Tujuan dari usaha ini adalah untuk mengetahui data manakah yang telah ada
sehingga tidak perlu lagi dikumpulkan.
b.c  ˜ 
  ± Observasi Langsung. Direct Observation adalah kegiatan observasi
langsung pada obyek-obyek tertentu, kejadian, proses, hubungan-hubungan masyarakat
dan mencatatnya. Tujuan dari teknik ini adalah untuk melakukan cross-check terhadap
jawaban-jawaban masyarakat.

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

c.c „ „˜   


  (SSI) ± Wawancara Semi Terstruktur. Teknik ini adalah
wawancara yang mempergunakan panduan pertanyaan sistematis yang hanya merupakan
panduan terbuka dan masih mungkin untuk berkembang selama interview dilaksanakan.
SSI dapat dilakukan bersama individu yang dianggap mewakili informasi, misalnya
wanita, pria, anak-anak, pemuda, petani, pejabat lokal.
d.c › ˜  ˜  ± Diskusi Kelompok Terfokus. Teknik ini berupa diskusi antara
beberapa orang untuk membicarakan hal-hal bersifat khusus secara mendalam.
Tujuannya untuk memperoleh gambaran terhadap suatu masalah tertentu dengan lebih
rinci.
e.c ‘   ˜  „˜   Adalah teknik untuk menentukan secara tepat problem-
problem utama dan pilihan-pilihan masyarakat. Tujuan dari teknik ini adalah untuk
memahami prioritas-prioritas kehidupan masyarakat sehingga mudah untuk
diperbandingkan.
f.c  ˜   . Adalah sebuah bentuk ranking yang mengidentifikasi daftar
criteria obyek tertentu. Tujuannya untuk memahami alasan terhadap pilihan-pilihan
masyarakat, misalnya mengapa mereka lebih suka menanam pohon rambutan
dibandingkan dengan pohon yang lain. Kriteria ini mungkin berbeda dari satu orang
dengan orang lain, misalnya menurut wanita dan pria tentang tanaman sayur.
g.c Peringkat Kesejahteraan. Rangking Kesejahteraan Masyarakat di suatu tempat tertentu.
Tujuannya untuk memperoleh gambaran profil kondisi sosio-ekonomis dengan cara
menggali persepsi perbedaan-perbedaan kesejahteraan antara satu keluarga dan keluarga
yang lainnya dan ketidak seimbangan di masyarakat, menemukan indicator-indikator
lokal mengenai kesejahteraan.
h.c Pemetaan Sosial. Teknik ini adalah suatu cara untuk membuat gambaran kondisi sosial-
ekonomi masyarakat, misalnya gambar posisi pemukiman, sumber-sumber mata
pencaharian, peternakan, jalan, dan sarana-sarana umum. Hasil gambaran ini merupakan
peta umum sebuah lokasi yang menggambarkan keadaan masyarakat maupun lingkungan
fisik.
i.c p  (Penelusuran). Transek merupakan teknik penggalian informasi dan media
pemahaman daerah melalui penelusuran dengan berjalan mengikuti garis yang membujur
dari suatu sudut ke sudut lain di wilayah tertentu.

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

j.c Kalender Musim. Adalah penelusuran kegiatan musiman tentang keadaan-keadaan dan
permasalahan yang berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu (musiman) di masyarakat.
Tujuan teknik ini untuk memfasilitasi kegiatan penggalian informasi dalam memahami
pola kehidupan masyarakat, kegiatan, masalah-masalah, fokus masyarakat terhadap suatu
tema tertentu, mengkaji pola pemanfaatan waktu, sehingga diketahui kapan saat-saat
sibuk dan saat-saat waktu luang.
k.c Alur Sejarah. Alur sejarah adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui
kejadian-kejadian dari suatu waktu sampai keadaan sekarang dengan persepsi orang
setempat. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai topik-
topik penting di masyarakat.
l.c Analisa Mata Pencaharian. Masyarakat akan terpandu untuk mendiskusikan kehidupan
mereka dari aspek mata pencaharian. Tujuan dari teknik ini yaitu memfasilitasi
pengenalan dan analisa terhadap jenis pekerjaan, pembagian kerja pria dan wanita,
potensi dan kesempatan, hambatan.
m.c Diagram Venn. Teknik ini adalah untuk mengetahui hubungan institusional dengan
masyarakat. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh masing-masing institusi dalam
kehidupan masyarakat serta untuk mengetahui harapan-harapan apa dari masyarakat
terhadap institusi-institusi tersebut.
n.c Kecenderungan dan Perubahan. Adalah teknik untuk mengungkapkan kecenderungan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat dan daerahnya dalam jangka waktu tertentu.
Tujuannya untuk memahami perkembangan bidang-bidang tertentu dan perubahan-
perubahan apa yang terjadi di masyarakat dan daerahnya.
2.c Kaji-Tindak Partisipatif (KTP)
Kaji-Tindak Partisipatif (KTP) adalah istilah program sedangkan esensinya menunjuk
pada metodologi Participatory Learning and Action (PLA) atau belajar dari bertindak secara
partisipatif; belajar dan bertindak bersama, aksi-refleksi partisipatif. Penggunaan istilah PLA
dimaksudkan untuk menekankan pengertian partisipatif pada proses belajar bersama
masyarakat untuk pengembangan. Kaji-Tindak Partisipatif, dan nama kegiatan
mencerminkan suatu dialektika yang dinamis antara kajian dan tindakan secara tak
terpisahkan. Kajian partisipatif menjadi dasar bagi tindakan partisipatif. Jika dari suatu
tindakan terkaji masih ditemui hambatan dan masalah, maka kajian partisipatif diulang

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

kembali untuk menemukan jalan keluar, demikian seterusnya. Sebuah kajian partisipatif
dalam masyarakat meletakkan semua pihak yang berpartisipasi apakah sebagai petani,
nelayan, pedagang, aparat desa, atau petugas pelayan masyarakat dalam posisi yang setara
fungsional, dan menghindar dari adanya pihak yang memiliki posisi istimewa dalam
menggali dan merumuskan proses dan hasil kajian.
3.c ‘˜    ˜
  (PRD)
Penelitian mengenai partisipasi dan pembangunan masyarakat memiliki fokus terhadap
upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama,
mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. PRD yang merupakan wujud nyata dari pengembangan
masyarakat seringkali diimplementasikan dalam bentuk (a) proyek-proyek pembangunan
yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi
kebutuhannya, dan (b) melalui kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-
kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggungjawab (Suharto,
2002).
4.c       (RRA)
Teknik RRA mulai berkembang pada akhir 1970-an dan diterima secara akademis pada
akhir tahun 1980-an. Teknik RRA berkembang karena adanya ketidak puasan penggunaan
kuisioner pada metode penelitian konvensional. Kuisioner seringkali menghasilkan suatu
hasil yang tidak tuntas dan informasi yang diperoleh seringkali tidak meyakinkan. Selain itu,
adanya bias dalam melihat kaum miskin, pada metode penelitian konvensional. Sebagai
contoh, kuisioner hanya melihat masyarakat kelas atas, orang berpendidikan tinggi dan
kurang menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Pendekatan dalam RRA
hampir sama dengan PRA antara lain : secondary data review, direct observation, semi-
strucuted interview, workshop dan brainstorming, transect, mapping, ranking and scoring,
developing chronologies of local events, dan case studies (NN, 2002).
Perbedaan yang menonjol dari kedua pendekatan ini adalah dari segi partisipasi
masyarakat. Dalam RRA, informasi dikumpulkan oleh pihak luar (outsiders), kemudian data
dibawa pergi, dianalisa dan peneliti tersebut membuat perencanaan tanpa menyertakan
masyarakat. RRA lebih bersifat penggalian informasi, sedangkan PRA dilaksanakan

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

bersama-sama masyarakat (let them do it), mulai dari pengumpulan informasi, analisa sampai
pada perencanaan program.
5.c Metode‘˜  ˜   ˜ (PAR)
Teoritisasi dalam PAR dimulai dengan pengungkapan-pengungkapan dan penguraian
secara rasional dan kritis terhadap praktek-praktek sosial mereka. Dari kesemua prinsip-
prinsip PAR yang ada, yang terpenting adalah dalam PAR tidak mengharuskan membuat dan
mengelola catatan rekaman yang menjelaskan apa yang sedang terjadi se-akurat mungkin,
akan tetapi merupakan analisa kritis terhadap situasi yang secara kelembagaan diciptakan
(seperti melalui proyek-proyek, program-program tertentu atau sistem. Salah satu prinsip
dalam PAR yang paling unique adalah menjadikan pengalaman-pengalaman mereka sendiri
sebagai sasaran pengkajian (objectifying their own experience).
Beberapa prinsip-prinsip PAR yang yang harus dipahami terlebih dahulu. Antara lain:
a.c PAR harus diletekkan sebagai suatu pendekatan untuk memperbaiki praktek-praktek
sosial dengan cara merubahnya dan belajar dari akibat-akibat dari perubahan tersebut.
b.c Secara keseluruhan merupakan partisipasi yang murni (autentik) dimana akan
membentuk sebuah spiral yang berkesinambungan sejak dari perencanaan (planing),
tindakan (pelaksanaan atas rencana), observasi (evaluasi atas pelaksanaan rencana),
refleksi (teoritisi pengalaman).
c.c PAR merupakan kerjasama (kolaborasi), semua yang memiliki tanggungjawab atas
tindakan perubahan dilibatkan dalam upaya-upaya meningkatkan kemampuan mereka.
d.c PAR merupakan suatu proses membangun pemahaman yang sistematis (systematic
learning process), merupakan proses penggunaan kecerdasan kritis saling mendiskusikan
tindakan mereka dan mengembangkannya, sehingga tindakan sosial mereka akan dapat
benar-benar berpengaruh terhadap perubahan sosial.
e.c PAR suatu proses yang melibatkan semua orang dalam teoritisasi atas pengalaman-
pengalaman mereka sendiri.
6.c Metode PPKP (Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan)
Menurut Saharia (2003), metode PPKP adalah salah satu metode perencanaan partisipatif
yang bertujuan untuk menggali permasalahan yang ada di masyarakat, penyebab terjadinya
masalah, dan cara mengatasinya dengan menggunakan sumberdaya lokal atas prinsip
pemberdayaan masyarakat yang acuannya sebagai berikut :

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

a.c Mengumpulkan informasi yang dilakukan oleh petani sendiri. Bahan informasi ini dapat
digunakan oleh orang lain atau suatu lembaga yang akan membantu petani.
b.c Mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari dan oleh masyarakat desa untuk saling
berbagi, berperan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta tidak
lanjutnya.
c.c Informasi yang diperoleh dengan Metode PPKP dapat digunakan sebagai bahan
perencanaan kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat desa (petani).
d.c Metode PPKP ini dilaksanakan oleh pengambil kebijakan bersama petani, kelompok
pendamping lapangan, dan dari unsur pemerintah desa. Dalam Metode PPKP ini
kelompok pendamping lapangan hanya sebatas fasilitator.
7.c Metode‘˜  !     (PLM)
Thoyib (2007), model pembelajaran partisipatif sebenarnya menekankan pada proses
pembelajaran, di mana kegiatan belajar dalam pelatihan dibangun atas dasar partisipatif
(keikutsertaan) peserta pelatihan dalam semua aspek kegiatan pelatihan, mulai dari kegiatan
merencanakan, melaksanakan, sampai pada tahap menilai kegiatan pembelajaran dalam
pelatihan. Upaya yang dilakukan pelatih pada prinsipnya lebih ditekankan pada motivasi dan
melibatkan kegiatan peserta.
Pada awal kegiatan pelatihan, intensitas peranan pelatih adalah tinggi. Peranan ini
ditampilkan dalam membantu peserta dengan menyajikan informasi mengenai bahan ajar
(bahan latihan) dan dengan melakukan motivasi dan bimbingan kepada peserta. Intensitas
kegiatan pelatih (sumber) makin lama makin menurun, sehingga perannya lebih diarahkan
untuk memantau dan memberikan umpan balik terhadap kegiatan pelatihan dan sebaliknya
kegiatan peserta pada awal kegiatan rendah, kegiatan awal ini digunakan hanya untuk
menerima bahan pelatihan, informasi, petunjuk, bahan-bahan, langkah-langkah kegiatan.
Kemudian partisipasi warga makin lama makin meningkat tinggi dan aktif membangun
suasana pelatihan yang lebih bermakna.
c c
 cc !cc
cc c
Pemenuhan kebutuhan air bersih oleh penduduk Desa Bendosari bersumber dari beberapa
mata air yang terdapat di desa tersebut. Penyaluran atau pendistribusian air dari mata air tersebut
menuju ke tiap rumah warga dengan menggunakan sistem PAM. Sistem PAM pada prinsipnya
sama dengan PDAM, menggunakan meteran air dan jaringan perpipaan, namun jaringan

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

perpipaannya lebih sederhana. Air dari mata air disalurkan menggunakan pipa berukuran 2-3
dim ke bangunan penangkap air (  ˜   ), kemudian menuju tandon dan setelah itu
disalurkan ke tiap rumah warga. Setiap dusun di Desa Bendosari mempunyai sebuah organisasi
yang bertugas untuk mengelola dan merawat jaringan perpipaan di Desa Bendosari. Organisasi
tersebut disebut dengan HIPAM.
Jumlah prasarana air bersih yang terdapat di Desa Bendosari terbatas. Berikut merupakan
jumlah prasarana air bersih di Desa Bendosari yang disajikan dalam tabel.
"#c cc !cc c
%c
c $c c
$& #!c c
1 Sumur Pompa - -
2 Sumur Gali - -
3 Perpipaan 1 Baik
4 Penampungan Air Hujan (PAH) - -
5 PAM 5 Baik
6 Mata Air 5 Baik
Sumber: Profil Desa Bendosari Tahun 2009
Karakteristik sistem sanitasi di Desa Bendosari sebagian telah memiliki MCK pribadi
dengan septic tank yang langsung dibuang menuju sungai. Hal ini dikarenakan Desa Bendosari
dilalui sungai sehingga warga yang berada di sekitar sungai dan tidak memiliki septictank
pribadi langsung membuang limbahnya ke sungai.
Desa Bendosari merupakan desa yang memiliki jumlah ternak sangat banyak, yaitu
dengan jumlah sapi di Desa Bendosari sebesar 2216 ekor. Dengan jumlah sebanyak itu, maka
Desa Bendosari memiliki potensi yang besar dari segi peternakan. Namun sayangnya
pembuangan kotoran sapi belum dikelola secara benar oleh warga Desa Bendosari. Warga yang
tidak memiliki biogas langsung membuang kotoran sapi ke saluran drainase di depan rumah
mereka.
cc#!c
c &&c c #!c
c Sistem distribusi air bersih telah c Sebanyak 25% dari perumahan di
menggunakan PAM. Cukal belum memiliki  ˜ 
c Seluruh rumah telah memiliki MCK pribadi.
1. Cukal
pribadi. c Pembuangannya langsung ke sungai,
yang mana akan menimbulkan
pencemaran terhadap air sungai.
c Pengembangan PAM dapat c Sebanyak 50% dari perumahan di
2. Tretes meningkatkan kesejahteraan dari Tretes belum memiliki  ˜ 
penduduk di dusun tersebut. pribadi.

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

c Seluruh rumah telah memiliki MCK c Pembuangannya langsung ke sungai,


pribadi. yang mana akan menimbulkan
pencemaran terhadap air sungai.
c Terdapat MCK umum di RT 01 RW c Sistem pendistribusian air bersih yang
05 Dusun Ngeprih sebanyak 2 unit. tidak menggunakan PAM maupun
PDAM.
c Seluruh rumah di Dusun Ngeprih
tidak ada yang memiliki MCK
pribadi.
c Sebanyak 50% dari perumahan di
3. Ngeprih
Ngeprih belum memiliki  ˜ 
pribadi.
c Pembuangannya langsung ke sungai,
yang mana akan menimbulkan
pencemaran terhadap air sungai.
c Kondisi MCK umum yang kurang
terawat.
c Pengembangan PAM dapat c Sebanyak 25% dari perumahan di
meningkatkan kesejahteraan dari Dadapan Kulon tidak memiliki  ˜
penduduk di dusun tersebut.  prbadi dan menggunakan  ˜
4. Dadapan Kulon c Seluruh rumah telah memiliki MCK  komunal.
pribadi. c Pembuangannya langsung ke sungai,
yang mana akan menimbulkan
pencemaran terhadap air sungai.
c Pengembangan PAM dapat c Sebanyak 30% dari perumahan di
meningkatkan kesejahteraan dari Dadapan Wetan tidak memiliki  ˜
penduduk di dusun tersebut.  prbadi dan menggunakan  ˜
5. Dadapan Wetan c Seluruh rumah telah memiliki MCK  komunal.
pribadi. c Pembuangannya langsung ke sungai,
yang mana akan menimbulkan
pencemaran terhadap air sungai.
Sumber : Survey Primer, (2010)
Sistem air bersih dan sanitasi memiliki kaitan erat dengan kondisi drainase serta sistem
persampahan. Sistem persampahan di Desa Bendosari dapat dikatakan masih sangat terbelakang
atau dapat dikatakan kumuh, hal ini dikarenakan tidak terdapatnya sistem pengangkutan atau
pelayanan sampah yang terkoordinir. Sehingga mayoritas masyarakat di Desa Bendosari
membuang sampah langsung ke sungai yang berada di dekat rumah mereka. Desa Bendosari
memiliki 5 dusun yaitu, Dusun Dadap Kulon, Dusun Cukal, Dusun Tretes, Dusun Ngeprih dan
Dusun Dadap Wetan. Kelima dusun tersebut memiliki karakteristik dari sistem persampahan
yang sama.
Sistem drainase di Desa Bendosari terbilang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari tidak
ditemuinya genangan meski tidak pernah ada program biopori ataupun sumur resapan. Hampir
semua jalan memiliki saluran kolektor yang berada di kanan kiri jalan hingga jalan lingkungan
pun memiliki saluran kolektor di tiap sisinya. Banyaknya lahan yang masih difungsikan sebagai

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

ruang terbuka hijau menurunkan resiko terjadinya banjir maupun genangan di Desa Bendosari.
Banyaknya vegetasi hijau yang masih terjaga di Desa Bendosari dapat menyerap limpasan air
hujan sehingga tidak mengalir di atas permukaan tanah dan menyebabkan nencana banjir.
Permasalahan yang berkaitan sistem drainase di Desa Bendosari terkait dengan sistem
persampahan dan sanitasi. Saluran kolektor yang awalnya difungsikan sebagai saluran yang
mengalirkan limpasan air hujan, oleh warga juga dimanfaatkan sebagai saluran pembuangan
kotoran ternak, hal ini tentu sangat mengganggu dari kebersihan desa serta dapat menimbulkan
pencemaran udara maupun tanah apabila saluran ini adalah saluran alami. Kotoran ternak yang
mengaliur di saluran kolektor maupun konveyor alami sebagian besar akan terserap ke tanah dan
berpotensi terkontaminasi dengan air tanah yang dimanfaatkan warga untuk mandi ataupun
memasak. Kotoran sapi yang dibuang di saluran drainase menyebabkan saluran drainase
mengalami pendangkalan sehingga air hujan tidak dapat tertampung seluruhnya dan akhirnya
menimbulkan genangan.
c c c # c % "%c c !c c
c c
c
Dalam pengembangan sistem air bersih dan sanitasi Desa Bendosari difasilitasi oleh
adanya program WSLIC-2 (Ä „ „ ‘ " ˜ ! ˜  #  ).
Program tersebut melakukan penyuluhan dan pelatihan pada beberapa masyarakat atau pemuda
desa dari tiap dusun tentang penyediaan air bersih dan sanitasi. Program tersebut secara otomatis
dapat meningkatkan kapabilitas warga Desa Bendosari sehingga diharapkan mereka dapat
mengembangkan serta memajukan desanya terkait dengan penyediaan air bersih dan sistem
sanitasi.

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

= "ccc'c(
 c)cc c
Proyek Air Bersih dan Sanitasi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Ä „ 
 „  ‘ " ˜   !  ˜   #  ) atau biasa disebut sebagai WSLIC-2,
merupakan proyek yang ditujukan pada peningkatan derajad kesehatan masyarakat, khususnya
masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan. Salah satu komponen kegiatan dalam proyek ini
adalah pengadaan prasarana dan sarana air bersih.
WSLIC adalah Kegiatan Air Bersih dan Sanitasi untuk Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (Water Sanitation for Low Income Communities) merupakan sebuah proyek yang
didesain untuk memfasilitasi peningkatan status kesehatan, produktifitas, dan kualitas hidup dari
sejumlah komunitas miskin di desa tertinggal.
Proyek ini bertujuan untuk memperbaiki perilaku dan layanan kesehatan yang
berhubungan dengan penyakit penularan melalui air di lingkungan masyarakat; menyediakan
layanan ketersediaan air bersih dan sanitasi yang aman, murah, memadai, dan mudah didapat;
serta mengembangkan kesinambungan dan efektivitas melalui partisipasi masyarakat.
Departemen Kesehatan Indonesia bertanggung jawab atas implementasi proyek. Kontribusi
Australia digunakan untuk memberi bantuan teknis, kontrak-kontrak pelayanan termasuk
penyediaan materi kesehatan bagi sekolah dan masyarakat, serta paket-paket media propinsi dan
kabupaten, dan melaksanakan penelitian khusus menyangkut hal-hal seperti penelitian dampak
proyek, pelatihan fasilitasi masyarakat tim, dan audit teknis serta penelitian kebijakan

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

Pendekatan yang digunakan dalam pembangunan prasarana dan sarana air bersih ini
adalah Demand Responsive Approach (DRA), artinya masyarakat secara aktif terlibat dalam
keseluruhan proses pembangunan, mulai dari perencanaan,pelaksanaan pembangunan,sampai
dengan operasi dan pemeliharaannya. Masyarakat menentukan sendiri pilihan prasarana dan
sarana yang akan dibangun, sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan mereka. Penyediaan air
bersih ini diharapkan dapat mengurangi berbagai penyakit yang disebabkan oleh air yang kurang
baik kualitas dan kuantitasnya.
Latar belakang dilaksanakannya program WSLIC-2 diantaranya adalah:
1.c pemanfaatan air bersih oleh masyarakat masih rendah,
2.c cakupan sanitasi dasar masih rendah, dan
3.c penyakit berbasis lingkungan seperti diare dan ISPA di masyarakat masih cukup tinggi
sedangkan tujuan proyek WSLIC-2 adalah meningkatkan derajat kesehatan, produktivitas
dan kualitas hidup masyarakat yang berpenghasilan rendah melalui perubahan prilaku, pelayanan
kesehatan berbasis lingkungan, penyediaan air bersih dan sanitasi yang aman, cukup
Pemilihan sasaran daerah miskin, KriteriaProgram WSLIC-2: indeks kemiskinan (bobot
= 30), cakupan layanan air bersih (bobot = 30), cakupan layanan sanitasi (bobot = 10), jumlah
penduduk desa (bobot = 10) dan kasus penyakit diare (bobot = 20). Selain itu harus juga
dipertimbangkan hal-hal berikut, yaitu adanya potensi sumber air, tidak adanya proyek
sejenisnya serta kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi.
Aliran pendanaan program WSLIC-2 secara umum yaitu:
Pinjaman bank dunia : USD 77.400.000
Hibah (AusAID) : USD 6.500.000
Pendamping (APBN & APBD) : USD 12.200.000
Kontribusi masyarakat : USD 10.600.000
Total : USD 106.700.000
Opsi organisasi yang dapat dipakai untuk program WSLIC-2 adalah;
1.c Kelompok Pemakai Air;Tipe organisasi ini dapat dipakai untuk opsi sarana air bersih
sumur gali dan pompa tangan dengan jumlah pengguna terdiri dari beberapa orang,
pengurusnya terdiri dari Ketua dan pengumpul iuran. Pemeliharaan dapat dilakukan
sendiri atau bergantian karena teknologinya sederhana, perempuan sebagai pengguna

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

dapat memelihara yang sifatnya ringan Iuran digunakan untuk biaya operasional dan
pemeliharaan rutin.
2.c Organisasi Pemakai Air;Tipe organisasi ini dapat dipakai untuk opsi sarana air bersih
perpipaan dengan melayani banyak orang, sarananya merupakan milik masyarakat.
Pengurusnya terdiri dari Ketua, adminitrasi keuangan dan unit Teknis. Perempuan
sebagai pengguna dapat memelihara yang sifatnya ringan, pemeliharaan rutinda dan yang
sulit dilakukan oleh unit teknis. Iuran digunakan untuk biaya operasional dan
pemeliharaan rutin.
Secara umum pemilihan sasaran daerah miskin Proyek WSLIC-2 yaitu:
1.c Mayoritas penduduknya miskin (berpenghasilan rendah).
2.c Tingginya penyakit yang disebabkan oleh air (     ).
3.c Ada potensi air bersih yang mudah untuk dikembangkan.
4.c Kesediaan masyarakat desa untuk berpartisipasi.
Dalam proyek WSLIC-2 dilakukan juga pelatihan-pelatihan terhadap masyarakat desa. Tujuan
dari pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di desa
tersebut. Peningkatan kapasitas SDM tersebut dalam bentuk:
1.c Keterampilan teknis pembangunan sarana air bersih.
2.c Kemampuan teknis operasi dan pemelirahaan sarana air bersih.
3.c Kemampuan pengelolaan prasana air bersih.
4.c Perilaku hidup sehat di masyarakat.
Terdapat sebuah program perencanaan partisipatif terkait sistem penyediaan air bersih
dan sanitasi yang dapat juga diterapkan di Desa Bendosari, yaitu program PAMSIMAS (Program
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat). Program PAMSIMAS bertujuan
untuk meningkatkan jumlah warga misikin pedesaan dan pinggiran kota (peri urban) yang dapat
mengakses perbaikan pelayanan serta fasilitas air minum dan sanitasi serta meningkatkan nilai
dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka usaha pencapaian target MDG sector
air minum dan sanitasi melalui upaya-upaya pengarus-utamakan (mainstreaming) dan perluasan
(scaling-up) pendekatan berbasis masyarakat (community driven approach).
Secara khusus kegiatan Promosi Kesehatan dan Sanitasi dalam Pamsimas bertujuan untuk
menurunkan angka penyakit berbasis air dan lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan
kemampuan masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan program pengembangan

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

cakupan sanitasi melalui pengembangan jamban keluarga dan pembangunan sarana sanitasi di
masyarakat, dan sekolah, melalui pengembangan SAB/S dan Program PHBS.
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat,
sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku
mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan
tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Strategi promosi kesehatan program PAMSIMAS pembangunan sarana air bersih, sarana
sanitasi dan program promosi kesehatan dapat dilaksanakan secara terpadu dan
berkesinambungan apabila :
1.c Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas identifikasi dan
analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan, dikelola dan dimonitor
sendiri oleh masyarakat.
2.c Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim teknis pada
tingkat Kecamatan.
3.c Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim lintas
program di tingkat Kabupaten dan Propinsi.


 c
Bagi masyarakat di pedesaan, perencanaan partisipatif merupakan sebuah instrument
yang sangat penting karena merupakan salah satu dari serangkaian perjalanan pembangunan
tersebut merupakan langkah awal yang akan menentukan keberhasilan pembangunan di
pedesaan. Desa memiliki pengaruh yang besar dalam pembangunan serta politik pemerintahan di
tanah air. Dari sisi sumber daya alam, desa merupakan pensuplai utama sumber bahan makanan
penduduk kota-kota besar. Oleh karena itu sudah seharusnya perencanaan pembangunan di desa
merupakan sebuah hasil proses musyawarah yang senantiasa memperhatikan aspirasi masyarakat
secara utuh. Dengan demikian pelaksanaan pembangunan di desa benar-benar dapat dirasakan
oleh masyarakat serta berjalan secara efektif dan efisien.

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

Terdapat berbagai metode pembangunan partisipasi yang dapat dijadikan dasar dalam
pembangunan masyarakat seperti, metode PRA (participatory rural appraisal), KTP (kaji-tindak
partisipatif), PRD (participatory research development), RRA (rapid rural appraisal), PAR
(participatory action research), PPKP (Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan), PLM
(Participatory Learning Methods), dan MPA (Metodologi Participatory Assessment). Berbagai
metode tersebut dapat dilaksanakan sesuai tujuan pelaksanaan pembangunan yang diharapkan
oleh masyarakat yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
Partisipasi masyarakat dalam manajemen pembangunan akan membuat masyarakat untuk
dapat memahami masalah-masalah yang dihadapi, menganalisa akar-akar masalah tersebut,
mendesain kegiatan-kegiatan terpilih, serta memberikan kerangka untuk pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan pembangunan.
Dalam pengembangan air bersih dan sanitasi di Desa Bendosari saat ini sudah mengarah
ke pendekatan perencanaan yang berbasis partisipasi masyarakat. Proyek-proyek pengembangan
air bersih dan sanitasi yang melalui pelatihan-pelatihan kepada masyarakat dapat meningkatkan
kualitas penyediaan air bersih dan sanitasi di Desa Bendosari tersebut. Program pemberdayaan
masyarakat serta perencanaan yang melibatkan masyarakat diharapkan merupakan sebuah proses
yang berkelanjutan dan dapat berjalan dengan baik sampai seterusnya.
Dalam pengembangan sistem air bersih dan sanitasi Desa Bendosari difasilitasi oleh
adanya program WSLIC-2 (Ä „ „ ‘ " ˜ ! ˜  #  ).
WSLIC adalah Kegiatan Air Bersih dan Sanitasi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(Water Sanitation for Low Income Communities) merupakan sebuah proyek yang didesain untuk
memfasilitasi peningkatan status kesehatan, produktifitas, dan kualitas hidup dari sejumlah
komunitas miskin di desa tertinggal.
Pendekatan yang digunakan dalam pembangunan prasarana dan sarana air bersih ini
adalah Demand Responsive Approach (DRA), artinya masyarakat secara aktif terlibat dalam
keseluruhan proses pembangunan, mulai dari perencanaan,pelaksanaan pembangunan,sampai
dengan operasi dan pemeliharaannya. Masyarakat menentukan sendiri pilihan prasarana dan
sarana yang akan dibangun, sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan mereka. Penyediaan air
bersih ini diharapkan dapat mengurangi berbagai penyakit yang disebabkan oleh air yang kurang
baik kualitas dan kuantitasnya.

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

Program perencanaan partisipatif terkait sistem penyediaan air bersih dan sanitasi yang
dapat juga diterapkan di Desa Bendosari, yaitu program PAMSIMAS (Program Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat). Secara khusus kegiatan Promosi Kesehatan dan
Sanitasi dalam Pamsimas bertujuan untuk menurunkan angka penyakit berbasis air dan
lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat untuk merencanakan dan
melaksanakan program pengembangan cakupan sanitasi melalui pengembangan jamban keluarga
dan pembangunan sarana sanitasi di masyarakat

c
c

‘     
 
‘  ‘  ‘
   
 

 
  K 

 c 
c
c
Suzetta, P. 2007. Perencanaan ‘        $  ‘  ˜
‘   $  %&   '‘‘ $„ www.bappenas.go.id. (Diakses tanggal 8
Januari 2011).
Thoyib, M. 2007.    "   Departemen Sosial RI.
http://www.mirror.depsos.go.id/ (Diakses tanggal 8 Januari 2011).
Saharia. 2003. ‘     ‘   „   „  „ ( 
‘  ‘   „   „ ˜    Makalah Individu Pengantar
Falsafah Sains (PPS702). Sekolah Pascasarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. E-mail:
sahauntad@yahoo.com. (Diakses tanggal 8 Januari 2011).
NN. 2002. ‘˜       (PRA). http://pmpbencana.org. (Diakses tanggal 8
Januari 2011).
Tampobulon, M. 2006. ‘  ‘  ‘     ‘  
‘     ‘   „  p     . Fakultas
Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan. Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id
(Diakses tanggal 8 Januari 2011).
Sayumitra, A. 2009. Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan
di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik. Universitas Negeri Medan Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id (Diakses
tanggal 8 Januari 2011).
Bahua, M I. 2007.    ‘  ˜ ‘    ‘   .
http://eeqbal.blogspot.com (Diakses tanggal 8 Januari 2011).
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2007.
   ‘ Ä ˜)
‘Dchttp://www.pnpm-mandiri.org (Diakses tanggal 8 Januari 2011).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009‘  &    ‘ 
‘Dchttp://www.pamsimas.orgc(Diakses tanggal 8 Januari 2011).

‘     
 

Anda mungkin juga menyukai