Anda di halaman 1dari 40

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN MUSYAWARAH

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA (MUSREMBANG DESA) DI DESA SOGUO


KEC. BOLAANG UKI KAB.BOLAANG MONGONDOW SELATAN

HASIL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Sarjana
Pendidikan Jurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

DI SUSUN
OLEH:

Endah Tiara Juningtyas Sutisna


NIM. 221418023

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan merupakan agenda utama pemerintah sejak kemerdekaan Republik Indonesia di

proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Tujuan Pembangunan sebagaimana tertuang dalam

pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut maka diharapkan adanya partisipasi dari

masyarakat yang dapat mendukung kegiatan-kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan.

Peraturan Menteri dalam negeri Nomor 5 Tahun 2007 menyebutkan bahwa partisipasi adalah

keikutsertaan atau keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan pembangunan.

Musyawarah perencanaan pembangunan selanjutnya disingkat musrenbang adalah forum antar

pelaku dalam rangka Menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan

daerah.Musrenbang diatur dalam UU Nomor 25 tahun 2004 tentang system perencanaan

pembangunan Nasional/Bappenas untuk tingkat Nasional dan Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) (ANDI UCENG, 2019)

Partisipasi memang telah lama menjadi penghias pemerintahan dari tingkat pusat sampai

tingkat daerah. Pembangunan dan kelestarian hasil pembangunan tidak akan berhasil bila tidak

didukung oleh adanya partisipasi masyarakat. Namun konsep partisipasi yang di pergunakan oleh

para penguasa agak berbeda dengan konsep partisipasi yang sebenarnya.Lahirnya Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah membuat kebijakan tentang desa dalam

memberi pelayanan, peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan

bagi kesejahteraan masyarakat. Otonomi daerah serta dalam era globalisasi, pemerintah daerah

dituntut memberikan pelayanan yang lebih prima serta memberdayakan masyarakat sehingga

masyarakat ikut terlibat dalam pembangunan untuk kemajuan daerahnya, karena masyarakatlah
yang lebih tahu apa yang mereka butuhkan serta pembangunan yang dilakukan akan lebih efektif

dan efisien dan dengan sendirinya masyarakat akan mempunyai rasa memiliki dan tanggungjawab.

Proses pembangunan saat ini perlu memahami dan memperhatikan prinsip pembangunan yang

berakar dari bawah, memelihara keberagaman budaya, serta menjunjung tinggi martabat serta

kebebasan bagi manusia. Pembangunan yang dilaksanakan harus memuat proses pemberdayaa n

masyarakat yang mengandung makna dinamis untuk mengembangkan dalam pencapaian tujuan

(Mustanir, 2018)

Pemerintah desa mempunyai hak, wewenang dan kewajiban memimpin pemerintahan desa

yaitu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan merupakan penyelenggara dan

penanggungjawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasayarakat dalam rangka

penyelenggaraan urusan pemerintahan desa. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

disebutkan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan

dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pelaksanaan

pembangunan partisipasi masyarakat sangat diharapkan dalam setiap tahapan pembangunan yang

dimulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemanfaatan dan tahap evaluasi. Melalui

pembangunan yang berbasis partisipasi masyarakat ini akan dapat dilaksanakan pembangunan

daerah yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Mekanisme

perencanaan tersebut dimulai dari kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan tingkat

desa/kelurahan, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten, yang selanjutnya di tingkat regional dan

nasional. Dalam setiap proses perencanaan pembangunan yang dilaksanakan secara berjenjang
diharapkan sesungguhnya adalah adanya peranan aparatur pemerintah dan partisipasi masyarakat

(Mustanir, 2018).

Segala program perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi pembangunan harus melibatkan

peran serta masyarakat, karena masyarakatlah yang dapat mengetahui permasalahan dan

kebutuhan dalam rangka membangun wilayahnya. Masyarakatlah yang nantinya akan

memanfatkan dan menilai berhasil atau tidaknya pembangunan di wilayahnya, termasuk

didalamnya adalah pembangunan di tingkat desa. Selain itu juga, dalam melaksanakan

pembangunan, pemerintah daerah selaku penyelenggara pemerintahan dan pelaksana program-

program pembangunan harus mampu meningkatkan efesiensi dan efektivitas alokasi sumber daya

serta dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas penegelolaan pembangunan.

Pelaksanaan otonomi daerah, secara empiris membawa perubahan dan inovasi dari sistem

penyelenggaraan pemerintah desa yang merupakan ujung tombak pemerintahan yang berfungsi

sebagai pengayom, pelayan dan pembina. Pergerakan partisipasi masyarakat dan sub-sistem dalam

sistem penyelenggaraan pemerintahan Nasional, sehingga kelurahan/desa memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya berdasarkan adat istiadat setempat.

Sesuai dengan hal tersebut diatas, peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan

desa sangat diperlukan, hal ini dapat dijadikan sebagai bentuk kerjasama antara pemerintah dengan

masyarakat yang pada akhirnya akan menimbulkan kerjasama yang baik untuk memajukan

daerahnya. Justru bukan sebaliknya, antara pemerintah dan masyarakat saling mempertahankan

egonya. Pemerintah merasa mampu membangun wilayahnya tanpa melibatkan masyarakat

(partisipasi masyarakat), sementara masyarakat membiarkan tidak mau ambil pusing tentang

urusan-urusan pemerintahan.
Musrembang meruakan wahana untuk mensingkronisasikan pendekatan “top down”

dengan “bottom up” pendekatan penilaian kebutuhan masyarakat dengan penilaian yang bersifat

teknis. Musrenbang adalah wahana public yang penting untuk membawa stakeholder memahami

isu-isu dan permasalahan daerah mencapai kesepakatan atas prioritas pembangunan, dan konsesus

untuk pemecahan berbagai masalahpembangunan daerah. Musrenbang dilaksanakan baik pada

tingkat desa/kelurahan,kecamatan maupun tingkat kabupaten. Walaupun selama ini hasil dari

forum tersebut tidak dapt diimplementasikan dan formalitas saja. Pendekatan partsisipatif dalam

perencanaan melalui meknisme musrenbang masih cenderung menjadi retorika. (ahmad mustanir,

2017)

Dalam kegiatan musrenbang tersebut diperlukan sinergi antara Pemerintah Daerah, serta

masyarakat untuk menciptakan suatu kegiatan yang melibatkan keduanya agar tercipta

keseimbangan kewenangan antara Pemerintah Daerah Kecamatan Dusun Selatan dan masyarakat

yang difokuskan pada kegiatan Musrenbang sebagai salah satu kegiatan yang memerlukan

partisipasi masyarakat yang tinggi. Fenomena ini menjadi acuan bersama dalam membahas usul

kegiatan melalui Musrenbang tingkat Kecamatan agar dapat bekerja sama dengan masyarakat dan

Pemerintah Daerah dalam peningkatan kinerja demi kemajuan Desa Soguo Kec.Bolaang Uki

Kab.Bolaang Mongondow Selatan yang lebih baik dan Mandiri.

Berdasarkan dari hasil data yang telah dikumpulkan dari desa soguo kec.bolaang uki

kab.bolaang mongondow selatan dalam kegiatan musyawarah rencana pembangunan atau yang di

singkat dengan MUSRENBANG pada Bulan Desember Tahun 2021 yang bertempat di aula kantor

desa soguo di hadiri oleh Pemerintah Kecamatan,Ketua dan Anggota BPD,Pendamping

Desa,Pendamping Lokal Desa,Babinsa,Babinkamtibmas,Ketua’’ RT,Ketua dan Anggota TP

PKK,Perwakilan Tokoh/Lembaga Adat,Perwakilan Tokoh Pendidik,Perwakilan Toko


Perempuan,Perwakilan Tokoh Pemuda,Kelompok Tani,Kelompok Nelayan,Kelompok

Pengrajin,Perwakilan Dasawisma,Pengurus BUMDES Rlipu Bagunia,Perwakilan Tokoh Agama.

Selama Proses Berlangsungnya Kegiatan MurenbangDes diawasi langsung oleh Bapak Kepala

Desa Sampai Berakhirnya Kegiatan tersebut. Kecenderungan Tingkat Kehadiran Peserta memiliki

sedikit keaktifan dan peserta mengikuti sesuai dengan peraturan yang ada, sesuai yang di

sampaikan Sekertaris Desa Partisipasi Itu Ada tapi tidak masuk di kategori Tinggi. Adapun

pembahasan yang di bahas dalam MUSRENBANG yaitu tentang pembahasan RKPDes dan

Pembahasan Perubahan RPJMDes.

Dari Latar Belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui lebih dalam serta merasa

tertarik untuk mengangkat judul tentang ‘PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

(MUSREMBANG DESA) DI DESA SOGUO KEC. BOLAANG UKI KAB.BOLAANG

MONGONDOW SELATAN’’

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
1). Bagaimana partisipasi masyarakat dalam Musyawarah Rencana Pembangunan
(Musrenbang) di desa soguo kec.bolaang uki kab.bolaang mongondow selatan?

2). factor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam musyawarah rencana


pembanguna (Musrenbang) di desa Soguo Kec.Bolaang Uki Kab.Bolaang Mongondow
Selatan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini adalah:

1). Untuk mengetahui Bagaimana partisipasi masyarakat dalam Musyawarah Rencana


Pembangunan (Musrenbang) di Desa Soguo Kecamatan Bolaang Uki
2). Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di desa soguo kecamatan Bolaang
Uki Kab.Bolaang Mongondow Selatan

1.4 Manfaat Penelitian

Di samping tujuan yang yang ingin dicapai maka dalam setiap penelitian

mempunyai manfaat dan kegunaan tersendiri, adapun kegunaan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu pelajaran dan pemahaman bagi

masyarakat Desa Soguo Kec Bolaang Uki Kab Bolsel

2. Manfaat bagi pemerintah

Sebagi sumbangsih pemikiran agar memperhatikan kelangsungan Masyarakatnya

Dalam Partisipasi Pembangunan Desa.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakat

Kata partisipasi sering dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

pembangunan, pengambilan keputusan, kebijakan dan pelayanan pemerintah. Partisipasi itu

memiliki arti yang penting dalam kegiatan pembangunan, dimana pembangunan itu bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkn oleh masyarakat. Pentingnya partisipasi masyarakat

dalam penyelemggaraan pemerintahan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kaho (dalam Dirjen

PMD Depdagri, 2008 : 264) bahwa; partisipasi masyarakat merupakan salah satu faktor yang

menentukan kebeerhasilan pembangunan, disamping faktor-faktor lain, seperti tenaga terlatih,

biaya, informasi, peralatan, dan kewengangan yang sah. (Lukmanul Hakim, 2017)

Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu program

pembangunan, dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan

dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk

tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga sedangkan

bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, pengambilan keputusan dan

partisipasi representatif. Menurut Holil (dalam Isbandi, 2007:21) mengemukakan adanya beberapa

bentuk partisipasi, antara lain : (a) Partisipasi dalam bentuk tenaga adalah partisipasi masyarakat

yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang

keberhasilan suatu program. (b) Partisipasi dalam bentuk uang adalah bentuk partisipasi

masyarakat yang diberikan untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian suatu program

pembangunan. Partisipasi ini dapat berupa sumbangan berupa uang tetapi tidak dipaksakan yang

diberikan oleh sebagian atau seluruh masyarakat untuk suatu kegiatan atau program pembangunan.
(c) Partisipasi dalam bentuk harta benda adalah partisipasi masyarakat yang diberikan dalam

bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas. Partisipasi

melibatkan lebih banyak mental dan emosi daripada fisik seseorang, sehingga pribadinya

diharapkan lebih banyak terlibat dari pada fisiknya sendiri. Partisipasi yang didorong oleh mental

dan emosi yang demikian itu, disebut sebagai partisipasi "sukarela". Sedangkan partisipasi dengan

paksaan disebut mobilisasi. Partisipasi mendorong orang untuk ikut bertanggung jawab di dalam

suatu kegiatan, karena apa yang disumbangkannya adalah atas dasar kesukarelaan sehingga timbul

rasa bertanggung jawab kepada organisasi. (Deviyanti, 2013)

Partisipasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia yaitu tindakan ikut mengambil bagian,

keikutsertaan atau ikut serta. Menurut Juliantara (2004:84) partisipasi diartikan sebagai

keterlibatan setiap warga negara yang mempunyai hak dalam pembuatan keputusan, baik secara

langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya,

partisipasi masyarakat merupakan kebebasan dan berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif.

Sementara Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007:27) adalah keikutsertaan masyarakat

dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan

pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya

mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang

terjadi. (Deviyanti, 2013)

Adapun bentuk-bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat dalam tahap pembangunan

menurut Ericson (dalam Slamet, 1994:89), yaitu :

1. Partisipasi dalam tahap perencanaan (idea planning stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya

adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan rencana dan strategi dalam penyusunan

kepanitiaan dan anggaran pada suatu kegiatan / proyek. masyarakat berpartisipasi dengan
memberikan usulan, saran dan kritik melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan artisipasi dalam

tahap pelaksanaan (implementation stage). 2. Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah

pelibatan seseorang pada tahap pelksanaan pekerjaan suatu kegiatan/ proyek. Masyarakat dapat

memberikan bantuan tenaga, uang ataupun materia / barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud

partisipasi pada pekerjaan tersebut.

3. Partisipasi dalam pemanfaatan (utilization stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah

pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu pekerjaan/ proyek setelah proyek tersebut

selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tahap ini berupa tenaga dan uang untuk

mengoprasikan dan memelihara proyek yyang telah dibangun. (Lukmanul Hakim, PARTISIPASI

MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN , 2017)

Dalam penjelasan di atas saya dapat menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat ini

sangat menentukan keberhasilan suatu perencanaan atau program-program yang ada disekitar

mereka, keberhasilan suatu program tanpa adanya partisipasi masyarakat tidak akan berjalan

dengan baik, keikut sertaan masyarakat akan sangat dibutuhkan dalam perencanaan atau program,

agar program berjalan dengan mestinya Agar pembangunan berjalan sebagaimana yang kita

harapkan, maka diperlukan partisipasi dari masyarakat dalam menjalankan aktivitas pembangunan

tersebut. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan memerlukan kesadaran

warga masyarakat akan minat dan kepentingan yang samastrategi yang diterapkan adalah melalui

strategi penyadaran
2.2 Pengertian Pembangunan

Pengertian pembangunan disini diartikan sebagai suatu "proses" pembangunan sebagai

proses menggambarkan adanya pengembangan, baik meliputi proses pertumbuhan (growth)

ataupun perubahan (change) dalam kehidupan bersama (organisasi) sosial dan budaya. Hal ini

merupakan gambaran umum dari masyarakat luas (society). Menelaah pembangunan dalam

masyarakat adalah hal yang baru dalam sejarah. Pembangunan merupakan suatu proses yang

dilakukan secara terus menerus, pembangunan juga dilaksanakan secara bertahap dan berencana

yang berorientasi pada suatu pertumbuhan dan perubahan yang lebih baik dari keadaan

sebelumnya serta mencakup seluruh aspek kehidupan, baik lahiriah maupun batiniah.

Pembangunan itu sendiri kepada usaha mencapai tujuan Bangsa dan Negara yang telah ditentukan

sebelumnya. Dalam hal ini sesuai dengan hakekat Pembangunan Nasional, ialah Pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia (Deviyanti, STUDI

TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM, 2013)

Berbagai hasil pembangunan yang sudah tercapai dapat dilihat berhasil apa tidaknya

apabila dalam penilaian orang banyak dianggap baik dan dapat memberikan manfaat yang sesuai

dengan kebutuhan kesejahteraan masyarakat banyak. Oleh karena itu, sepatutnya masyarakat di

Kelurahan Karang Jati dapat ikut serta dalam menilai hasil pembangunan yang ada sehingga

apabila ada suatu pembangunan yang memang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat pihak

pemerintah dapat mengetahuinya dan sebagai acuan untuk penyusunan program pembangunan

selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Isbandi (2007:27) bahwa partisipasi adalah

keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di

masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani
masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses

mengevaluasi perubahan yang terjadi. (deviyanti, 2013)

Konsep pembangunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu

perubahan,pembangunan disini diartikan sebagai bentuk perubahan yang sifatnya direncanakan.

Setiap orang atau kelompok orang tentu akan mengharapkan perubahan yang mempunyai bentuk

lebih baik bahkan sempurna dari keadaan yang sebelumnya. Untuk mewujudkan harapan ini tentu

harus memerlukan suatu usaha yang lebih rasional dan teratur bagi pembangunan masyarakat yang

belum atau baru berkembang. Adapun pembangunan menurut beberapa ahli yaitu : Pembangunan

menurut Rogers (Rochajat,dkk. 2011) adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial

dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak suatu bangsa. Selanjutnya menurut Rostow

(Abdul,2004) pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari

masyarakat terbelakang ke masyarakat negara yang maju. Pembangunan mula-mula dipakai dalam

arti pertumbuhan ekonomi. Pembangunan pada hakikatnya adalah suatu proses transformasi

masyarakat dari suatu keadaan pada keadaan yang lain yang makin mendekati tata masyarakat

yang di cita citakan, dalam proses transformasi itu ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu

keberlanjutan (continuity) dan perubahan (change), tarikan antara keduanya menimbulkan

dinamika dalam perkembangan masyarakat (Bonaraja Purba, 2021)

Menurut Lewwellen, Larrin, dan Kiely (Badruddin, 2009), teori pembangunan dalam ilmu

sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan. Paradigma

modernisasi meliputi teoriteori makro mengenai perkembangan ekonomi dan perubahan

masyarakat dan teori-teori mikro mengenai mutu-mutu individu yang mendukung proses

perubahan. Sedangkan, paradigma ketergantungan merangkum teoriteori keterbelakangan (under-

development), ketergantungan (dependent development), dan sistem dunia (world system theory).
Arti dari pembangunan bias jadi merupakan hal yang sangat menarik untuk diperdebatkan.

Barangkali tidak ada satu bidang ilmu yang paling akurat untuk memaknai kata pembangunan.

Menurut Lewwellen, Larrin, dan Kiely (Badruddin, 2009), teori pembangunan dalam ilmu sosial

dapat dibagi ke dalam dua paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan. Paradigma

modernisasi meliputi teoriteori makro mengenai perkembangan ekonomi dan perubahan

masyarakat dan teori-teori mikro mengenai mutu-mutu individu yang mendukung proses

perubahan. Sedangkan, paradigma ketergantungan merangkum teoriteori keterbelakangan (under-

development), ketergantungan (dependent development), dan sistem dunia (world system theory).

Arti dari pembangunan bias jadi merupakan hal yang sangat menarik untuk diperdebatkan.

Barangkali tidak ada satu bidang ilmu yang paling akurat untuk memaknai kata pembangunan.

(bahua, 2018)

Dari penjelasan di atas yang bisa saya simpulkan adalah Pembangunan merupakan unsur

utama suatu Negara dalam membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui

berbagai program pembangunan yang dapat memenuhi kepentingan masyarakat secara

berkelanjutan. Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan

mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pada hakekatnya pembangunan merupakan

usaha sadar manusia untuk mengubah keseimbangan dari tingkat kualitas yang dianggap kurang

baik ke keseimbangan baru pada tingkat kualitas yang diangap lebih tinggi, sehingga dapat

diartikan bahwa tujuan pembangunan adalah pemerataan dalam mensejahterakan rakyat,


2.3 Pengertian Musrembang

Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) telah menjadi istilah yang sangat

populer dalam proses perencanaan pembangunan. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-

Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang dijelaskan

pada pasal 1 ayat 21 bahwasannya musrenbang menjadi forum bagi antar pelaku kepentingan

dalam menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah. Selanjutnya

dalam pasal 2 ayat 2 yang menjelaskan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana

pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu dan tanggap terhadap perubahan. Dengan

memiliki jenjang perencanaan yang berbeda, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Mentri Dalam

Negeri No 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2008 Tentang

Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah yaitu perencanaan jangka panjang daerah yang disingkat RPJPD untuk periode 20 tahun

(pasal 1 ayat 9), selanjutnya rencana jangka menengah daerah yang disebut RPJMD untuk periode

5 tahun (pasal 1 ayat 12) , maupun rencana jangka pendek atau tahunan yaitu rencana kerja

pemerintah daerah yang biasa disebut RKPD 1 tahun (pasal 1 ayat 16 ) Pelaksanaan musrenbang

dilakukan secara berjenjang dari tingkat bawah hingga atas. Pelaksanaan musrenbang diawali

dengan musrenbang kelurahan, kemudian dilanjutkan dengan musrenbang kecamatan, lalu

musrenbang pada tingkat kabupaten/kota kemudian musrenbang provinsi, selanjutnya pelaksanaan

musrenbang terakhir yaitu musrenbang tingkat nasional. (karuniawaty, 2018)

Secara garis besar musyawarah rencana pembangunan mengandung pengertian sebagai

berikut: 1) Perencanaan sebagai serangkaian kegiatan analisis mulai dari indentifikasi kebutuhan

masyarakat hingga penetapan program pembangunan. 2) Perencanaan pembangunan lingkungan,

semua program peningkatan kesejahteraan, ketenteraman, kemakmuran dan perdamaian


masyarakat di lingkungan pemukiman dari tingkat RT/RW, dusun dan kelurahan. 3) Perencanaan

yang dilaksanakan berdasar pada masalah, kebutuhan, aspirasi dan sumber daya masyarakat

sendiri. 4) Terwujud peran serta masyarakat dalam perencanaan pembangunan [6]. Perencanaan

yang menghasilkan program pembangunan yang diharapkan dapat memberikan dampak terhadap

peningkatan kesejahteraan, kemakmuran dan perdamaian masyarakat dalam jangka panjang.

Musrenbang dapat digunakan sebagai proses bernegosiasi, berekonsiliasi dan berharmonisasi

antara pemerintah dan pemangku kepentingan non pemerintah, sekaligus mencapai konsesus

bersama mengenai prioritas kegiatan pembangunan. (Ahmad Mustanir, 2017)

Musrenbang dilaksanakan baik pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan, maupun tingkat

kabupaten. Walaupun selama ini hasil dari forum tersebut di beberapa daerah tidak bisa

dimplementasikan dan formalitas saja. Pendekatan partisipatif dalam perencanaan melalui

mekanisme musrenbang masih cenderung menjadi retorika. Perencanaan pembangunan

didominasi oleh kebijakan kepala daerah, hasil reses DPRD dan program SKPD. Kondisi ini

berakibat timbulnya akumulasi kekecewaan di tingkat kelurahan dan kecamatan yang sudah

memenuhi kewajiban membuat rencana tapi realisasi sangat minim1 . Musrenbang adalah forum-

forum multi-pihak terbuka yang secara bersama mengidentifikasi dan menentukan prioritas

kebijakan pembangunan masyarakat. Musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang)

kelurahan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholders)

kelurahan untuk menyepakati rencana kerja kelurahan tahun anggaran berikutnya15 . Musrenbang

merupakan forum perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu

pemerintah kelurahan bekerjasama dengan warga dan para pemangku kepentingan lainnya.

Musrenbang bermakna, akan mampu membangun kesepahaman tentang kepentingan dan


kamajuan kelurahan dengan cara memotret potensi dan sumber-sumber pembangunan yang

tersedia baik dari dalam maupun dari luar daerah. (Ahmad Mustanir P. A., 2017)

2.3 Pengertian Desa

perlu dipahami dahulu tentang pengertian desa menurut beberapa sumber.

1. Menurut R. Bintarto; Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur

fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik

dengan daerah lain. 2. Menurut Undang-undang nomor 22 tahun 1999; Desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkanasal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem

pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten. 3. Menurut Undang-undang nomor 6

tahun 2014; Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Soleh, 2017)

Desa sebagai salah satu satuan atau wujud pemerintahan terendah dengan sejumlah

pendudukyang merupakan kesatuan masyarakat dan bermukimdalamsuatu daerah tertentu. Desa

mempunyai kewenangan yang cukup luas dan menjaditempat paling tepat bagi masyarakat untuk

mengaktualisasikankepentingannya guna menjawab keperluanseluruh masyarakat setempat.Desa

memiliki hak melakukan pembangunan sosial sebagai satu sistem perencanaan pembangunan

daerah kabupaten/kota.Pemerintah daerah kabupaten/kota menyerahkan sepenuhnya kepada desa

tentangpelaksanaan pembangunan yang ada di setiap desa. (Samaun, 2022)


Desa memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam sistem pemerintahan Indonesia

mengingat bahwa desa merupakan satuan pemerintahan terkecil yang memiliki peranan

fundamental bagi negara. Pengertian desa sangat beragam, artinya sangat tergantung dari sudut

mana melihat desa. Perspektif geografi misalnya, desa dimaknai sebagai tempat atau daerah,

dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama dan mereka dapat menggunakan lingkungan

setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupannya. Suhartono

memandang desa sebagai tempat dimana bermukim penduduk dengan peradaban yang dinilai lebih

terbelakang ketimbang kota. Dijelaskan desa bercirikan bahasa ibu yang kental, tingkat pendidikan

yang relative rendah, pencaharian umumnya dari sektor pertanian. Bahkan terdapat kesan bahwa

pemahaman umum memandang desa sebagai tempat bermukim para petani. Secara sosiologis,

definisi desa digambarkan sebagai bentuk kesatuan masyarakat atau komunitas penduduk yang

bertempat tinggal dalam suatu lingkungan yang saling mengenal. Corak kehidupan yang relatif

homogen serta banyak bergantung pada alam, mempunyai sifat sederhana dengan ikatan sosial dan

adat istiadat yang kuat (Soekanto Soerjono,1990). Perspektif antropologis melihat desa sebagai

suatu kumpulan manusia atau komunitas dengan latar suatu lingkungan atau geografis tertentu

yang memiliki corak kebiasaan, adat istiadat dan budaya dalam kehidupannya, adanya upaya

eksistensi hidup dan nilai estetika yang dimiliki mendorong adanya perbedaan karakter dan corak

budaya yang dimiliki antara satu desa dengan desa lainnya.Desa mempunyai mempunyai otonomi

yang disebut dengan otonomi desa dimana perlu ditegaskan bahwa otonomi desa bukan diberikan

oleh negara tetapi otonomi desa berasal dari desa itu sendiri. Hal tersebut didasarkan pada sejarah

ketatanegaraan Republik Indonesia dimana desa jauh lebih dulu terbentuk dari pada Negara

Republik Indonesia. Tetapi hukum positif Indonesia yang mengatur tentang desa diantaranya

Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang tentang Desa menekankan


bahwa negara yang memberikan otonomi kepada desa padahal otonomi tersebut memang sudah

hidup dalam masyarakat desa bukan diberikan oleh negara. Dengan disahkannya UU Desa maka

diprediksikan desa akan memasuki babak baru untuk penataan dan pembangunan wilayahnya

Adapun tujuan penataan desa seperti yang tertuang dalam Pasal 7 ayat (3) UndangUndang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah:

a. Mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

b. Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa;

c. Mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik;

d. Meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa; dan

e. Meningkatkan daya saing Desa. Pembangunan daerah, kota dan desa adalah satu kesatuan

dengan pembangunan nasional, dimana desa merupakan tempat tinggal sebagian besar masyarakat

Indonesia. (Siti Khoiriah*, 2017)

dalam penjelasan di atas dapat saya simpulkan bahwa Desa mempunyai kewenangan

menata dan melayani warganya dalam semua aspek, baik dari segi pelayanan, pembangunan, serta

pemberdayaan masyarakat.Peran pemerintah Desa amat dibutuhkan dalam berbagai segi

kehidupan masyarakatnya, perubahan baru dan perhatian pemerintah Desa pada sarana dan

prasarana desa.
2.4 Penelitian Relevan

No Nama Penelitian / Hasil Penelitin Persamaan Dan

Judul Penelitian Perbedaan Dengan

Penelitian Sebelumnya

1. Muh. Firyal Akbar, Dari hasil penelitian yang Persamaan penelitian

Srihandayani dilakukan di desa sebelumnya dengan

Suprapto, Surati jatimulya di ketahui penelitian ini yaitu sama

(2018) “Partisipasi bahwa partisipasi sama menelti tentang

Masyarakat Dalam masyarakat di Desa Partisipasi Masyarakat.

Perencanaan Jatimulya di pengaruhi Sedangkan yang

Pembangunan di Desa oleh kepemimpinan, membedakan adalah

Jatimulya Kabupaten komunikasi dan peneliti sebelumnya

Boalemo” pendidikan. tantang Partisipasi

masyarakat dalam

perencanaan

pembangunan desa

jatimulya Kabupaten

Bpalemo. Sedangkan

penelitian saya

Partisipasi Masyarakat

dalam pembangunan

desa
2. Riyanti Samaun, Bala Dari hasil penelitian Persamaan penelitian

Bakri, Achmad Risa menunjukkan bahwa sebelumnya dengan

Mediansyah (2022) upaya pemerintah desa penelitian ini yaitu sama

Upaya Pemerintah mendorong partisipasi sama menelti tentang

Desa Mendorong masyarakat dalam Partisipasi Masyarakat

Partisipasi Masyarakat pembangunan desa yaitu: dalam pembangunan

Dalam Pembangunan 1) melakukan pembinaan desa. Sedangkan yang

Desa Oluhuta kepada masyarakat membedakan adalah

Kecamatan Atinggola tentang kepedulian peneliti sebelumnya

Kabupaten Gorontalo terhadap lingkungan tentang Upaya

Utara denga nmenjaga Pemerintah Desa

lingkungan tetap bersih Mendorong Partisipasi

dari sampah, 2) Masyarakat Dalam

pembinaan kemampuan Pembangunan Desa

masyarakat dalam Oluhuta Kecamatan

mengembangkan usaha Atinggola Kabupaten

ternak sapi dari Gorontalo Utara.

pemerintah desa, dan 3) Sedangkan penelitian

pembinaan proses saya tentang Partisipasi

pengambilan keputusan masyarakat dalam

melalui musyawarah pembangunan Desa di

desa. desa soguo kec bolaang


uki kab bolaang

mongondow selatan

2.5 Kerangka Fikir

Faktor Pendukung dan Faktor


Penghambat Partisipasi
Masyarakat
 Faktor Internal
 Faktor Eksternal

Partisipasi Pembangunan Desa


Masyarakat di desa
Soguo

upaya pemerintah desa


mendorong partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan Desa
Soguo
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sifat Penelitian


Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan

deskriptif ini penelitian yang menggambarkan fenomena lingkungan penelitian yang terjadi agar

membantu pembaca dalam mengetahui apa yang terjadi di lingkungan bawah pengamatan.

Penelitian deskripitf kualitatif adalah metode penelitian yang mendiskripsikan masalah murni

mengenai program data/atau pengalaman yang dialami oleh peneliti. Peneliti dengan metode

deskriptif kualitatif ini duganakan agar peneliti bisa menjelaskan lebih mendalam dan menyeluruh

mengenai gambaran kasus yang tejadi di lapangan. Deskriptif ini nantinya akan ditulis dalam

bentuk narasi untuk melengkapi gambaran menyeluruh dan hasil penelitian yang dilakukan peneliti

(Emzir, 2012)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi ini direncakan di Desa Soguo Kec Bolaang Uki Kabupaten Bolsel. Peneliti

mengambil masalah tersebut karena belum ada peneliti yang meneliti masalah tentang

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH RENCANA

PEMBANGUNAN DESA DI DESA SOGUO KEC.BOLAANG UKI KAB.BOLAANG

MONGONDOW SELATAN

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan 2 bulan juni-juli 2021 sejak dari persiapan lapangan sampai

dengan penyusunan laporan penelitian dalam bentuk laporan proposal.


3.2.3 Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai beberapa orang yang bisa dijadikan sebagai

sumber data. Sumber data itu sendiri merupakan orang-orang yang bisa dimanfaatkan untuk

bisa memberikan gambaran/informasi mengenai kondisi saat berada di lingkungan penelitian.

Adapun sumber data yang didapatkan oleh peneliti adalah 4 orang aparat Desa,1 orang

pendamping Lokal desa Dan 2 orang masyarakat dari pemerintah Kelurahan yang berada

dilokasi penelitian, yang dalam hal ini berada di Desa Soguo Kecamatan Bolaang Uki.

3.3 Tehnik Pengumpulan Data

1.3.1 Wawancara

Dalam hal ini tehnik pertama yang dilakukan adalah wawancara. Pada tahap wawancara

ini peneliti akan mengambil data yang diperoleh dengan cara komunikasi langsung dengan subjek

peneliti yang telah ditentukan. Menurut Esterberg dalam buku Sugiyono yang berjudul Memahami

Penelitian Kualitatif menyatakan bahwa wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu (sugiyono, 2015, p. 72)

1.3.2 Observasi

Cara selanjutnya adalah dengan cara observasi. Observasi ini data yang diperoleh peneliti

guna mengetahui kesenjangan yang terjadi antara fakta di lapangan dengan harapan. Tehnik

pengumpulan data dengan obsevasi ini adalah perolehan data yang di dapatkan dari melakukan

observasi pada objek yang sudah di tetapkan. (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,

Kuantitatif Dan Kombinasi, 2013) Observasi yang dilakukan oleh peneliti ini akan dilakukan di

Desa Soguo Kecamatan Bolaang Uki.


Dalam penelitian ini, observasi akan dilakukan dengan cara formal dan non-formal untuk

mengamati kegiatan yang terjadi di masyarakat. Peran peneliti pada pelaksanaan observasi ini

yaitu peneliti hanya mengamati kegiatan sehari-hari objek penelitian yang dalam hal ini adalah

masyarakat dan aparat pemerintah dengan cara mengambil gambar, merekam dan mencatat hal-

hal yang diperlukan untuk melengkapi data.

1.3.3 Tehnik Penjamin Keabsahan Data

Tujuan utama dari suatu penelitian adalah untuk mendapatkan data yang valid, akurat, dan

otentik hingga memiliki kredibilitas yang tinggi untuk dapat dipelihara dan

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Untuk absahnya suatu data diperlukan usaha-usaha

maksimal atau kegiatan-kegiatan tertentu guna menguji kevalidan data yang ada, sehingga

diketahui secara sungguh-sungguh latar belakang tersebut sekaligus ketahanan dan keampuhan

dan ketahanannya berdasarkan tehnik pemeriksaan yang dilandasi dengan kriteria tertentu. Criteria

tersebut dibedakan menjadi 4 kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility), kebergantungan

(transferability), dan kepastian (compimability). (Sugiyono, 2010, p. 92)

1.3.4 Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengumpulkan data ke dalam pola, kategori

dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur,

mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengkategorikannya. Pengorganisasian

dan pengolahan data tersebut bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya

diangkat menjadi teori substantive. Analisis data kualitatif berkaitan dengan data berupa kata atau
kalimat yang dihasilkan dari objek penelitian serta berkaitan dengan kejadian yang melingkupi

sebuah objek penelitian. (Siyoto, 2015)

Menurut Moleong, proses data analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan

lapangan,dokumen pribadii, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya. Setelah ditelaah,

langkah selanjutnya adalah reduksi data, penyusunan satuan, kategorisasi dan yang terakhir adalah

penafsiran data.

Proses analisis data kualitatifyang dikemukakan oleh Moleong diatas sangat rumitdan terjadi

tumpang tindih dalam tahapan-tahapannya.tahapan reduksi data sampai kepada tahapan

kategorisasi data menurut hemat penulis merupakan satu kesatuan proses yang bisa dihimpun

dalam reduksi data. Karena dalam proses ini, sudah terangkum penyusunan satuandan kategorisasi

data. Oleh karena itu, penulis lebih setuju kalau proses analisis data dilakukan melalui

tahapan;reduksi data, penyajian atau display data dan kesimpulan atau verivikasi. Untuk lebih

jelasnya penulis akan menjelaskan proses analiss tersebut sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting. Dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi bisa

dilakaukan dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman

yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada dalam data

penelitian. Dengan kata lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus

saat melakukan penelitian untuk menghasilkan catatan-catatan inti dari yang diperoleh dari hasil

penggalian data.

b. Penyajian Data
Menurut miles dan Hubermen bahwa penyajian data adalah sekumpulan informasi

tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Langkah ini dilakukan

dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan. Hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh selama proses

penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa

mengurangi isinya.

Penyajian data dilakukan untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-

bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Pada tahap ini peneliti berupaya mengklasifikasikan

dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali pada setiap subpokok

permasalahan.

c. Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisi data. Pada

bagian ini peneliti mengutamakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Kegiatan ini

dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan,

persamaan, atau perbedaan. Penarikan kesimpulan bisa dilakukan dengan jalan membandingkan

kesesuaian pernyataan dari subjek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-

konsep dasar dalam penelitian tersebut.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambar Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak dan Luas Wilayah

Desa soguo merupakan salah satu desa dan 17 desa yang berada di kecamatan bolaang-uki

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yang berjarak kurang dari 1 kilometer dari ibukota

kabupaten secara geografis terletak di 00 21 146 BT dan 1230 58118 LU. Secara Topografi Desa

soguo termasuk kategori dataran rendah dengan ketinggian + 2 meter dari permukaan laut dengan

luas wilayah 1740 hektar, desa soguo berbatasan langsung dengan Teluk Tomini di sebelah selatan

desa salongo timur sebelah barat desa toluaya di sebelah Timur serta berbatasan dengan hutan dan

desa molibagu di sebelah barat.

4.1.2 Sejarah Desa

Desa soguo sebelumnya adalah bagian dari Desa Toluaya yang masih berbentuk Dusun,

dan pada tahun 2008 dimekarkanlah Desa Toluaya menjadi Dua Desa Yaitu Desa Toluaya dan

Desa Soguo. Adapun nama desa soguo diambil dari sejarah perjalanan pada masa dulu, yaitu

hijrahnya masyarakat /penduduk beserta keluarga kerajaan Bolango Tapa Gorontalo melalui

wilayah pesisir Selatan mendapatkan suatu tempat dan mendirikan tempat tinggal berupa gubuk,

kemudian tempat tersebut dinamakan “ SOGUO” yang dipimpin oleh seorang JOGUGU.

Pada tahun 1998 sampai demgan 2007 masih merupakan Dusun yaitu Dusun III di kepalai

oleh bpk. Salim Hulinggi dan Dusun IV di kepalai oleh bpk.Sulaeman Ointu pada Tahun 2008 di

mekarkan menjadi Desa Soguo yang menjadi Pejabat Sangadi Pertama adalah Bpk. Kuntu Amas

Mane

4.1.3 Visi Dan Misi Desa Soguo


A.Visi

Terwujudnya masyarakat Desa Soguo Sebagai desa yang

Berbudaya,Tentram,Makmur,Berkeadilan,Maju dan sejahtera

Dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Desa yang berbudaya mengandung pengertian bahwa masyarakat lebih menghargai,

melestarikan budayanya dan terlepas dari pengaruh budaya asing.

b. Desa yang tentram mengandung pengertian bahwa masyarakat yang mampu menciptakan

rasa aman,damai dalam bekerja dan dalam kehidupan ekonomi

c. Desa yang makmur mengandung pengertian bahwa masyarakat yang mampu mengelola

potensi kekayaan yang dimiliki desa untuk keperluan masyarakat desa;

d. Desa yang berkeadilan mengandung pengertian bahwa masyarakat yang mampu

menciptakan rasa keadilan sehingga setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang

sama dan nyata untuk tumbuh dan belajar hidup pada kemampuan aslinya

e. Desa yang maju mengandung Pengertian bahwa masyarakat yang memiliki kemampuan

dan kekuatan sendiri yang berbasis pada keunggulan local di bidang ekonomi,menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta mampu memanfaatkannya secara cepat

dan tepat guna mengatasi setiap permasalahan kehidupan pada umumnya.

f. Desa yang sejahtera adalah tercapainya kecukupan kebutuhan secara lahir dan bathin

(pengetahuan,agama,sandang,pangan,papan,pendidikan kesehatan rasa aman dan damai.

Visi ini diharapkan dapat menemukan gambaran kondisi masa depan yang lebih

baik dan merupakan potret keadaan yang ingin dicapai. Rumusan visi ini diharapkan

mampu memberikan arah perubahan masyarakat pada keadaan yang lebih baik,

menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengendalikan dan mengontrol perubahan-


perubahan yang akan terjadi, mendorong masyarakat untuk meningkatkan kinerja yang

lebih baik,menciptakan daya dorong untuk perubahan serta mempersatukan masyarakat.

B. Misi

Misi merupakan turunan/penjabaran dari visi yang akan menunjang keberhasilan

tercapainya sebuah visi. Dengan kata lain misi merupakan penjabaran lebih operatif dari visi.

Penjelasan dari visi ini di harapkan dapat mengikuti dan mengantisipasi setiap terjadinya

perubahan situasi dan kondisi lingkungan di masa yang akan datang dari usaha-usaha mencapai

visi desa selama masa jabatan sangadi.

Untuk meraih visi desa soguo seperti yang sudah dijabarkan di atas,dengan

mempertimbangkan aspek masalah dan potensi serta tujuan dan sasaran yang ada di desa

berdasarkan potensi desa,kalender musim dan kelembagaan desa, maka disusunlah misi dengan

penjelasan sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan pemerintahan Desa yang Bersih,Demokratis,Agamais,dan Terbebas

Dari korupsi,kolusi dan Nepotisme.

2. Pengembangan Perekonomian Masyarakat Melalui Permanfaatan potensi Desa.

3. Meningkatkan Mutu Kesejahteraan Masyarakat untuk mencapai taraf kehidupan yang

lebih baik

4. Pemerataan pembangunan masyarakat Baik Fisik Dan pembangunan Sumber daya

Manusia (SDM).

5. Mengembangkan Nilai-Nilai kebudayaan

4.1.4 Jumlah Penduduk Desa Soguo


Desa Soguo Kecamatan Bolaang Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

mempunyai jumlah Penduduk sebanyak 1078 jiwa yang terdiri dari Laki-Laki 536 jiwa,penduduk

perempuan 543 jiwa dan Kepala Keluarga 306 KK

Data Penduduk

Jumlah laki-laki 536 jiwa


Jumlah perempuan 543 jiwa
Jumlah Kepala Keluarga 306 KK
Jumlah total 1078 Jiwa
4.1.5 Kondisi Ekonomi

a. Secara Sosial Dan Ekonomi

Penduduk Desa Soguo Dikelompokan dalam basis mata pencarian pada sektor

pertanian,ASN,TNI Polri,Nelayan,Peternakan,pengrajin,pekerja seni,pedagang.dll. namun

mata pencaharian penduduk desa soguo terbanyak yaitu Pertanian.

b. Mata Pencarian

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

1. Buruh Tani 605 Orang

2. Petani 190 orang

3. Nelayan 7 Orang

4. Pegawai Negeri Sipil 41 Orang

5. Pegawai Swasta 22 Orang

6. Polri 2 Orang

7. Perawat Swasta 2 Orang

Berdasarkan tabel di atas menentukan bahwa sebagian besar Mata pencarian di desa

soguo kecamatan bolaang uki kabupaten bolaang mongondow selatan adalah Petani dan Buruh

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Bagaimana Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Desa

(MUSRENBANGdes)

Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah tentunya bertujuan untuk mencapai

masyarakat yang sejahtera sehingga posisi masyarakat merupakan posisi yang penting dalam

proses pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Pembangunan tidak akan

pernah mencapai tujuannya jika selalu meninggalkan masyarakat. Pembangunan akan dinilai

berhasil jika pembangunan tersebut membawa sebuah perubahan kesejahteraan dalam masyarakat

sehingga proses pembangunan merupakan proses tawar menawar antara kebutuhan masyarakat

dengan keinginan pemerintah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembangunan partisipasi

masyarakat merupakan hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembangunan itu

sendiri.

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Soguo adalah forum musyawarah

tahunan para pemangku kepentingan/stakeholders di tingkat desa untuk mendapatkan masukan

mengenai kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan terkait yang didasarkan pada

masukan dari hasil Musrenbang Kelurahan Mallilingi, serta menyepakati rencana kegiatan lintas

kelurahan di kecamatan yang bersangkutan

Untuk memajukan desa pemerintah perlu dalam mengadakan musyawarah dengan

masyarakat yang ada di desa untuk membangun desa. Untuk itu dalam mengetahui bagaimana

partisipasi masyarakat dalam pembangunan penulis melakukan penelitian terkait bagaimana

partisipasi masyarakat dalam membangun desa.

Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Kepala Desa Yang Berinisial A.I

mengatakan bahwa :
“ Partisipasi masyarakat memang ada tapi masih kurang atau tidak aktif dalam pelaksanaan
musyawarah rencana pembangunan desa karena ada masih ada kendala pekerjaan dan hanya di
wakili oleh tokoh-tokoh masyarakat,namun sebagai kepala desa saya tetap berusaha untuk
terus meningkatkan partisipasi masyarakat bukan hanya dalam bidang musyawarah akan
tetapi dalam segala bidang kegiatan yang pemerintah adakan”

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah desa dalam hal peningkatan
partisipasi masyarakat di kegiatan MUSRENBANG masih terus berusaha untuk tetap
meningkatkan pasrtisipasi.

Pernyataan di atas juga di perkuat oleh sekretaris Desa yang berinisial M.P bahwa :
“ musrenbang ini di adakan setiap tahun dan memang benar Partisipasi Masyarakat di desa
soguo dalam kegiatan musrenbang memang masih sedikit hanya masuk dalam kategori
sedang,bahkan dalam penyebaran undangan sejumlah 40an yang datang hanya sekitaran 20an
itupun hanya di hadiri oleh Pemerintah Kecamatan,Ketua dan Anggota BPD,Pendamping
Desa,Pendamping Lokal Desa,Babinsa,Babinkamtibmas,Ketua RT,Ketua dan Anggota TP
PKK,Perwakilan Tokoh/Lembaga Adat,Perwakilan Tokoh Pendidik,Perwakilan Toko
Perempuan,Perwakilan Tokoh Pemuda,Kelompok Tani,Kelompok Nelayan,Kelompok
Pengrajin,Perwakilan Dasawisma,Pengurus BUMDES Rlipu Bagunia,Perwakilan Tokoh Agama.
Masyarakat yang ada hanya sekitar 3 atau 4.’’

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pasrtisipasi dalam kegiatan musrenbang di desa
soguo kecamatan bolaang uki kabupaten bolaan mongondow selatan masih belum aktif

Hal senada disampaikan juga oleh seorang masyarakat/informan berinisial H.B bahwa:

“Kadang saya tidak sempat ikut berpartisipasi karena adanya beberapa kendala pekerjaan
yang mengakibatkan saya tidak bisa ikut pada proses pengambilan keputusan pada saat
proses perumusan masalah yang terjadi dilingkungan setempat.”

Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa masyarakat terkadang tidak bisa ikut
berpartisipasi pada saat perumusan masalah yang terjadi di lingkungan setempat karena adanya
beberapa kendala masalah pekerjaan yang mengakibatkan masyarakat kurang berpartisipasi pada
proses tersebut.

4.2.2 Factor Yang Mempengaruhi Kurangnya Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah


Rencana Pembangunan (Musrenbang) di Desa Soguo Kec.Bolaang Uki Kab.Bolaang
Mongondow Selatan
Dari hasil Penelitian yang penulis lakukan,Penulis mendapatkan beberapa informasi
mengenai faktor yang mempengaruhi kurangnya pasrtisipasi masyarakat dalam Musrenbang yang
ada di Desa Soguo. Informasi Tersebut di dapatkan dari Staf yang berada di Kantor Desa Soguo.

Berdasarkan hasil Wawancara Yang Disampaikan Oleh Kaur Pemerintahan Yang


Berinisial T.B bahwa :
“Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi masyarakat dalam
MUSRENBANG yaitu Faktor pekerjaan, dimana hanya mementingkan pekerjaan
dibandingkan mereka datang dalam musyawarah sebab bagi mereka pekerjaan itu penting.
Padahal kalau menurut saya musyawarah ini penting untuk di dengarkan bersama’’

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor kuranganya

partisipasi dalam MUSRENBANG yaitu Faktor pekerjaan

Hal yang sama di katakan oleh Pendamping Lokal Desa yang berinisial E.G bahwa :

“saya selaku Pendamping Lokal desa melihat bahwa Partisipasi Masyarakat Dalam
MUSRENBANG masih sedikit atau belum aktif, dan memang benar Faktor Pekerjaan
Mempengaruhi partisipasi mereka dalam mengikuti MUSRENBANG. Karena di desa
soguo itu masyarakatnya memang rata-rata memiliki pekerjaan dan mereka lebih
mementingkan itu “

Dari Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Masyarakat hanya mementingkan
pekerjaan mereka sendiri dibanding harus sama-sama menghadiri MUSRENBANG ini. Jadi faktor
pekerjaan dapat di sebut mempengaruhi partisipasi masyarakat.

Hal yang sama Juga di perkuat Oleh Bapak Ketua BPD Yang berinisial L.I bahwa :

“saya Juga melihat memang Masyarakat desa soguo hanya lebih


mengutamakan pekerjaan mereka, tapi dengan begitu kami selaku pemerintah desa
tidak bisa memaksa mereka untuk meninggalkan pekerjaan mereka demi
mengahdiri MUSRENBANG. Tapi terlepas dari itu semua kami akan terus
meningkatkan partisipasi masyarakat desa soguo.”

Dari Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Faktor Pekerjaan Yang Dapat
Menimbulkan kurangnya Partisipasi Masyarakat.

Hal Yang sama Juga Disampaikan Masyarakat yang berinisial S.B bahwa :

“ salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat


yaitu faktor pekerjaan karena itu terjadi dengan saya sendiri. Karena di setiap
undangan musrenbang saya selalu berhalangan hadir karena pekerjaan yang tidak
bisa saya tinggal”.

Dari hasil wawancara di atas dapat saya simpulkan bahwa faktor pekerjaan memang
menyebabkan partisipasi masyarakat.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Bagaimana Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Desa

Partisipasi Menurut Rahardjo Adisasmita Diartikan sebagai keterlibatan anggota

masyarakat dalam pembangunan,meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan

(implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal.

Sedangkan menurut Soetomo Partisipasi merupakan pemberian peranan yang lebih besar

kepada masyarakat untuk terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan juga dapat memberikan

dampak positif bagi proses pembangunan yang berlanjut

Sedangkan Menurut Simatupang (dalam Yuwono, 2001:124) memberikan beberapa

rincian tentang partisipasi sebagai berikut :

a. Partisipasi berarti apa yang kita jalankan adalah bagian dari usaha bersama yang dijalankan

bahu-membahu dengan saudara kita sebangsa dan setanah air untuk membangun masa depan

bersama.

b. Partisipasi berarti pula sebagai kerja untuk mencapai tujuan bersama diantara semua warga

negara yang mempunyai latar belakang kepercayaan yang beraneka ragam dalam negara

pancasila kita, atau dasar hak dan kewajiban yang sama untuk memberikan sumbangan demi

terbinanya masa depan yang baru dari bangsa kita.


c. Partisipasi tidak hanya berarti mengambil bagian dalam pelaksanaan-pelaksanaan,

perencanaan pembangunan. Partisipasi berarti memberikan sumbangan agar dalam pengertian

kita mengenai pembangunan kita nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita mengenai keadilan sosial

tetap dijunjung tinggi.

d. Partisipasi dalam pembangunan berarti mendorong ke arah pembangunan yang serasi dengan

martabat manusia. Keadilan sosial dan keadilan Nasional dan yang memelihara alam sebagai

lingkungan hidup manusia juga untuk generasi yang akan datang.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa yang di maksud

dengan partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam menentukan program/proyek yang akan

dilaksanakan dalam dalam pelaksanaannya.

Dan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa persoalan partisipasi di

desa soguo kecamatan bolaang uki kabupaten bolaang mongondow selatan masih kurang.
4.3.2 Faktor Yang Mempegaruhi Kurangnya Partisipasi Dalam Musyawarah Rencana

Pembangunan Desa di Desa Soguo Kecamatan Bolaang Uki Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan

Faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi atau penghambat adalah faktor yang

bersifat negatif mempengaruhi masyarakat dan menghambat partisipasi masyarakat. dapat bersifat

negatif dan menjadi penghambat adanya partisipasi masyarakat, salah satu faktor yang

mempengaruhi kurangnya partisipasi di desa soguo adalah Faktor Pekerjaan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dapat disimpulkan bahwa faktor pekerjaan yang

mempengaruhi kurangnya partisipasi masyarakat karena masyarakat lebih mementingkan

pekerjaan sehingga tidak memiliki waktu untuk menghadiri musyawarah akibatnya mereka hanya

bisa berpartisipasi saat waktu luang saja.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Pembahasan dari hasil penelitian maka peneliti menarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Secara umum partisipasi masyarakat dalam musrenbang desa soguo Tahun

2021 adalah rendah dengan karakteristik, partisipasi masyarakat dalam

memberikan sumbangan pemikiran dilihat dari tingkat kehadiran rendah,

respon masyarakat pada kesempatan yang diberikan untuk berpartisipasi dalam

musrenbang untuk mengungkapkan pendapat usulan/saran juga rendah. Hal ini

dikarenakan pekerjaan.

2. Faktor kurangnya Partisipasi yaitu Faktor pekerjaan, masyarakat lebih

mementingkan kepentingan pribadi yaitu pekerjaan dari pada mengikuti

kegiatan musrenbang

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yag telah dilakukan, maka saran dari penulis

adalah sebagai berikut :

1. Disarankan kepada pemerintah Desa Soguo agar meningkatkan sosialisasi kepada

masyarakat sehingga tingkat partisipasi lebih meningkat.

2. Disarankan kepada pemerintah desa memberikan pengertian pentingnya partisipasi

masyrakat dalam kegiatan musrenbang demi meningkatkan keefektivan hasil

pembangunan
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mustanir, M. R. (2017). Nilai Sosial Budaya Pada Partisipasi Masyarakat EtnikTowani. Asosiasi

Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah, 3-4.

Ahmad Mustanir, P. A. (2017). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH. Jurnal Politik Profetik,

249-253.

ahmad mustanir, p. a. (2017). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH RENCANA

PEMBANGUNAN. JURNAL POLITIK PROFEIK, 249.

ANDI UCENG, E. M. (2019). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSREMBANG. JURNAL MODERAT, 20-

21.

bahua, M. I. (2018). perencanaan partisipatif pembangunan masyarakat. perencanaan partisipatif

pembangunan masyarakat, 7-8.

Bonaraja Purba, M. F. (2021). Ekonomi Pembangunan. jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2021.

deviyanti, D. (2013). STUDI TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM. eJournal Administrasi Negara,

2013, 389.

Deviyanti, D. (2013). STUDI TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM. eJournal Administrasi Negara,

2013,, 382.

Deviyanti, D. (2013). STUDI TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM. eJournal Administrasi Negara,

2013,, 384-385.

Emzir. (2012). Metode Penelitian. jakarta: Raja Grafindo.

karuniawaty, r. d. (2018). EFEKTIVITAS SITEM ELECTRONIC MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN

(EMusrenbang) DI KECAMATAN TAMBAKSARI KOTA SURABAYA. ilmu administrasi negara, 6.

Lukmanul Hakim, S. M. (2017). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN. JURNAL POLITIKOM

INDONESIANA, VOL. 2 NO. 2 NOVEMBER 2017, 43.


Lukmanul Hakim, S. M. (2017). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN . JURNAL POLITIKOM

INDONESIANA, VOL. 2 NO. 2 NOVEMBER 2017, 43.

Mustanir, A. (2018). Peranan Aparatur Pemerintah Desa. Jurnal Ilmiah Clean Goverment, 72.

Samaun, R. (2022). Upaya Pemerintah Desa Mendorong Partisipasi Masyarakat. JURNAL ILMU

PEMERINTAHAN DAN ILMU KOMUNIKASI, 19.

Sandu Siyoto, d. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing.

Siti Khoiriah*, U. M. (2017). ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN DANA DESA BERDASARKAN. Masalah -

Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, 20-22.

Siyoto, S. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. yogyakarta: Literasi Media Publishing.

Soleh, A. (2017). STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI DESA. Jurnal Sungkai Vol.5 No.1, Edisi Februari

2017, 35.

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif Dan Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

sugiyono. (2015). memahami penelitian kualitatif. bandung: alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai